Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan
Oleh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat, rahmat, taufik, dan karuniaNya, sehingga laporan pendahuluan
yang penulis buat ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Adapun tujuan
penulisan laporan pendahuluan ini adalah untuk memenuhi tugas perbaikan mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Adapun judul dari laporan pendahuluan ini
adalah “APENDISITIS”.
Berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya laporan
pendahuluan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Karena itu, sudah
sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rudi Hamarno S,kep Ns M, Kep selaku kepala Program Studi DIV
Keperawatan Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
2. Ibu Maria Dyah C T, S. Kep. Ns. M. Kep. Sp.KMB selaku dosen pembimbing
pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Kami memohon maaf apabila ada kekurangan-kekurangan dalam pembuatan
laporan pendahuluan ini. Karena kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan. Jadi kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan
pendahuluan ini.
Penulis
A. Anatomi Fisiologi
Fungsi apendiks tidak diketahui. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml/hari.
Lender secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke
secum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada
patogenisasi apendiksitis. Diperkirakan apendiks mempunyai peranan dalam
mekanisme imunologik. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks ialah Ig A. immunoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi
system imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh. (Wijaya & Putri,
2013: 88)
B. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 3, yakni:
- Apendisitis akut adalah radang mendadak umbai cacing yang memberikan
tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local.
- Apendisitis rekurens
- Apendisitis kronis (NANDA, 2015: 47)
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. (Grace, 2006: 107)
C. Etiologi
Menurut klasifikasi:
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan faktor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia
jaringan limfa, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang
dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit
(E. hystolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah
yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah
kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah > 2
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi. (NANDA, 2015: 47)
Selain itu, etiologi menurut buku Keperawatan Medikal Bedah, adalah:
1. Ulserasi pada mukosa
2. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing
5. Tumor
6. Striktur karena fibrosis pada dinding usus (Wijaya & Putri, 2013: 89)
D. Epidemiologi
Merupakan kedaruratan bedah paling sering di negara-negara Barat. Jarang terjadi
pada usia < 2 tahun, tetapi banyak terjadi pada decade kedua dan ketiga, tetapi
dapat terjadi pada semua usia. (Pierce & Borley, 2006: 107)
E. Manifestasi Klinik
Gejala awal yang khas yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang
muntah, dan pada umunya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam,
nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri
terasa lebih tajam dan jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.
Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi
terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
(NANDA, 2015: 47)
Menurut buku Keperawatan Medikal Bedah, tanda awal dari apendisitis adalah
nyeri mulai di epigastrium/region umbilicus disertai mual dan anoreksia.
- Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk) dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum local di titik Mc.
Burney: nyeri tekan, nyeri lepas, defans msukuler.
- Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
- Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan (Rovsing
sign).
- Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepas (Blumberg).
- Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti napas dalam, berjalan,
batuk, mengedan.
- Nafsu makan turun
- Demam yang tidak terlalu tinggi
- Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare.
Gejala-gejala permulaan pada apendiksitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak
sekitar umbilicus diikuti anoreksia, nausea dan muntah, gejala ini umumnya
berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke
kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc. Burney,
kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya ditemukan demam
ringan dan leukosit meningkat bila rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali
hilang secara dramatis untuk sementara. (Wijaya & Putri, 2013: 90)
F. Pathway (NANDA, 2015: 51)
Stimulasi dihantarkan
Spasme dinding apendik Tekanan
Spinal cord intraluminal lebih
dari tekanan vena
Nyeri
Cortex cerebri
Nyeri di persepsikan Hipoksia jaringan apendik
Anestesi
Ulcerasi
Data Subyektif
Sebelum Operasi
- Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah
- Mual, muntah, kembung
- Tiak nafsu makan, demam
- Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
- Diare atau konstipasi
Sesudah Operasi
- Nyeri daerah operasi
- Lemas
- Haus
- Mual, kembung
- Pusing
Data Obyektif
Sebelum Operasi
- Nyeri tekan di titik Mc. Burney
- Spasme otot
- Takikardi, takipnea
- Pucat, gelisah
- Bising usus berkurang atau tidak ada
- Demam 38-38,5oC
Sesudah Operasi
- Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
- Terpasang infuse
- Terdapat drain/pipa lambung
- Bising usus berkurang
- Selaput mukosa mulut kering
Pemeriksaan Laboratorium
- Leukosit: 10.000-18.000/mm3
- Netrofil meningkat 75%
- WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi
Grace, Pierce A. & Neil R. Borley. 2006. Surgery at a Glance. Jakarta: Erlangga.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.