Vous êtes sur la page 1sur 38

UNIVERSITAS INDONESIA

ASPEK PERPAJAKAN RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk perkuliahan Mata Kuliah


Pemajakan Atas Bisnis & Industri Tertentu

ABDURAHMAN RIFAI - 1706107655

MOHAMAD JUSTINE C.H. - 1706107844

RIFKY DHARMAWAN - 1706107996

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL

DEPOK

2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

1. Nama : Abdurahman Rifai

NPM : 1706107655

Tanda Tangan : a.r.

Tanggal : 21 September 2018

2. Nama : Mohamad Justine C.H.

NPM : 1706107844

Tanda Tangan : m.j.c.h.

Tanggal : 21 September 2018

3. Nama : Rifky Dharmawan

NPM : 1706107996

Tanda Tangan : r.d.

Tanggal : 21 September 2018

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Definisi Restrukturisasi ................................................................................. 4

2.2 Bentuk-Bentuk Restrukturisasi ...................................................................... 4

2.2.1 Likuidasi ................................................................................................. 4

2.2.2 Penggabungan Usaha (Business Combinations) ..................................... 5

2.2.3 Pemekaran Usaha .................................................................................. 11

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 13

3.1 Aspek Hukum Restrukturisasi Perusahaan .................................................. 13

3.2 Aspek Akuntansi Restrukturisasi Perusahaan ............................................. 14

3.2.1 PSAK 22: Kombinasi Bisnis (Revisi 2010) ......................................... 14

3.2.2 PSAK 38 (Revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali ....... 17

3.2.3 Metode Akuisisi/Purchase Method dan Metode Penyatuan


Kepentingan/Pooling of Interest .................................................................... 19

3.3 Aspek Perpajakan Restrukturisasi Perusahaan ............................................ 25

3.3.1 Aspek Pajak Penghasilan ...................................................................... 28

3.3.2 Aspek Pajak Pertambahan Nilai ........................................................... 29

iii
3.3.3 Aspek BPHTB ...................................................................................... 30

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32

iv
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lumbantoruan (1996) menyebutkan pertumbuhan (growth) adalah
peningkatan aktivitas atau besarnya suatu perusahaan. Dijelaskan lebih lanjut
pertumbuhan dapat terjadi sebagai akibat penggabungan usaha (external growth)
yang di dalam literatur sering disebut merger, konsolidasi, dan holding company.

Kegiatan ini juga dikenal sebagai restrukturisasi perusahaan, dimana dalam


hal meningkatkan performa perusahaan diperlukan strategi bisnis yang melibatkan
para stakeholders untuk membaca peluang dari kondisi ekonomi secara internal dan
eksternal pada beberapa kompetitor maupun bentuk bisnis yang baru mulai
berkembang yang dinilai memiliki potensi besar di masa yang akan datang untuk
dijadikan afiliasi atau dikuasai secara manajerial. Adapun ini memiliki tujuan selain
untuk mengembangkan usaha, restrukturisasi juga dilakukan dalam mencapai
efektivitas kinerja, efesiensi biaya operasional, menekan adanya hutang usaha ,
hingga menghindari pailit.

Terkait dengan mekanisme restrukturisasi perusahaan diatur di dalam UU


Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 122. Pada
penerapannya, aspek akuntansi dan perpajakan memiliki isu yang berkaitan dengan
Capital Gain. Hal ini didasari dari metode pencatatan yang digunakan terutama
yang berkaitan dengan pengalihan aktiva dalam restrukturisasi perusahaan dimana
dalam perpajakan memiliki hubungan dengan beberapa aspek pajak yang memiliki
prinsip dan batasan tertentu dalam pengenaannya. Oleh karena itu, penulis dalam
hal menyelesaikan tugas dari mata kuliah Pemajakan Atas Bisnis dan Industri
Tertentu memilih topik Aspek Perpajakan Atas Restrukturisasi Perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, Penulis
merumuskan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud restrukturisasi perusahaan?

2. Apa sajakah bentuk-bentuk restrukturisasi perusahaan?

Universitas Indonesia
2

3. Apa saja aspek akuntansi yang muncul dalam restrukturisasi perusahaan?

4. Apa saja aspek aspek perpajakan yang ada dalam restrukturisasi perusahaan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang restrukturisasi perusahaan.


2. Mengetahui jenis jenis restrukturisasi perusahaan.
3. Mengetahui prinsip akuntansi dan penerapan akuntansi dalam restrukturisasi
perusahaan.
4. Mengetahui perlakuan perpajakan atas kegiatan dalam restrukturisasi
perusahaan.

1.4 Manfaat Penulisan


Selain untuk mencapai tujuan yang telah diuraikan diatas, penulisan
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak antara lain:

1. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan serta memperluas wawasan mengenai aspek
perpajakan khususnya dalam restrukturisasi perusahaan.
2. Bagi pihak lain
Sebagai informasi dan wawasan lebih lanjut dan untuk menambah
pengetahuan mengenai aspek perpajakan khususnya dalam restrukturisasi
perusahaan.

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini dibagi menjadi 4 (empat) bab yang akan diuraikan
secara ringkas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang atas pemilihan topik, perumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Universitas Indonesia
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep atau teori maupun literatur yang
relevan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembahasan.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan mengenai aspek perpajakan khususnya dalam


restrukturisasi perusahaan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab terakhir ini akan diuraikan kesimpulan atas analisis yang telah dilakukan
serta memberikan saran yang ingin Penulis sampaikan.

Universitas Indonesia
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Restrukturisasi


Restrukturisasi perusahaan adalah suatu proses untuk merubah struktur
sebuah perusahaan. Ada banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk
merestrukturisasi perusahaannya yakni dengan memperbesar atau memperkecil
struktur perusahaan. Bentuk-bentuk restrukturisasi perusahaan adalah likuidasi,
merger, konsolidasi, pemekaran, dan akusisi.

Beams (2003: 4) menunjukan bahwa merger, konsolidasi, dan akusisi


sebagai bentuk dari penggabungan usaha (business combinations). Maka, dapat
dikatakan bawa restrukturisasi perusahaan terdiri atas likuidasi, penggabungan
usaha, dan pemekaran.

2.2 Bentuk-Bentuk Restrukturisasi


2.2.1 Likuidasi
Menurut McPherson dalam Fuady (2017), pengertian likuidasi dapat dilihat
dalam kutipan berikut ini

“Liquidation or winding up is a process whereby the asets of a company


are collected and realized, the resulting proceeds are applied in discharging all its
debts and liabilities, and any balance which remains after paying the costs and
expencses of winding up is distributed amount the members according to their
rights and interests or otherwise dealth with as the constitution of the company
directs.”

Definisi diatas menyebutkan bahwa likuidasi adalah keseluruhan rangkaian


proses penutupan dan pengakhiran perusahaan dari awal proses sampai selesai, baik
pengakhiran bisnis maupun pengakhiran badan hukumnya, termasuk proses
pembubaran dan penutupan perusahaan, pemberesan, dan penyelesaian
administratif dari pemberesannya.

Universitas Indonesia
5

2.2.2 Penggabungan Usaha (Business Combinations)


Menurut Floyd A. Beams (2003), “penggabungan usaha (Business
Combinations) merupakan penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah
menjadi satu entitas ekonomi karena satu peruahaan menyatu dengan (Uniting with)
perusahaan lain atau memperoleh kendali (Control) atas aktiva dan operasi
perusahaan lain”. Penggabungan perusahaan umumnya terjadi karena hal hal
berikut :

1. Perusahaan Berskala kecil umumnya mempunyai pasar terbatas dan tidak


mempunyai kemampuan menguasai pasar yang luas.
2. Kuantitas bahan baku yang dibeli perusahaan kecil relatif sedikit sehingga harga
belinya menjadi mahal. Akibatnya harga jual produknya menjadi mahal.
3. Suplai bahan baku untuk perusahaan kecil tidak terus-menerus sedangkan
jumlah yang diinginkan pemasok tetap berkesinambungan.
4. Keinginan untuk bersaing dengan barang-barang impor yang seringkali
mempunyai harga jual relatif murah.
5. Untuk dapat mempergunakan teknologi baru yang efisien, efektif, serta dapat
menciptakan barang-barang baru, sehingga biaya penelitian yang sangat mahal
dapat ditanggung bersama.
6. Keinginan untuk menguasai mata rantai (mulai dari bahan baku, produksi
samapi pemasaran) dari satu atau beberapa jenis produk.
7. Mengurangi pengaruh konjungtur.

2.2.2.1 Merger
Menurut Black’s Law Dictionary dikutip dari “Buku Pintar Hukum
Perseroan Terbatas” , Merger adalah “fusion or absorption of one thing or right into
another”, yang berarti fusi atau absorbsi tersebut dilakukan oleh suatu subjek yang
kurang penting dengan subjek lain yang lebih penting. Subjek yang kurang penting
tersebut kemudian membubarkan diri. Dengan demikian merger perusahaan berarti
dua perusahaan melakukan fusi, dimana salah satu diantaranya akan lenyap
(dibubarkan).

Dalam istilah hukum perusahaan merger adalah “an amalgamation of two


corporations pursuant to statutory provision on which one of the corporations

Universitas Indonesia
6

survives and the other dissapears”. Yang berarti tindakan penggabungan dua
perusahaan sesuai dengan syarat syarat yang ditetapkan oleh undang-undang.
Dimana satu dari beberapa perusahaan tetap bertahan dan yang lainnya hilang.
Dalam terminologi yang diberikan oleh OECD, merger adalah “an amalgation or
joining of two or more firms into an existing firm or to form a new firm. A merger
is a method by which firms can increase their size and expand into existing a new
economic activites and markets.”.

Menurut Simajuntak (2004:19) menyatakan bahwa, merger memberikan


keuntungan dari sisi perpajakan. Pengurangan pembayaran pajak kepada
pemerintah merupakan salah satu sumber potensial guna meningkatkan nilai
pemegang saham, bahkan apabila kesempatan pengurangan ongkos-ongkos
produksi dan distribusi melalui sinergi tersebut. Sebagai contoh, perusahaan dengan
keuntungan yang substansial dapat mengurangi keuntungan kena pajaknya (taxable
profits) dengan cara mengakuisisi perusahaan yang memiliki tax loss carry forward
(kerugian pajak yang dapat dipindahkan kemudian) yang besar. Berdasarkan SE-
23/PJ/1999, terdapat beberapa bentuk penggabungan usaha, yaitu:

1. Basic Merger
Bentuk umum penggabungan usaha adalah sebagai berikut :
• semua aktiva, kecuali uang kas yang dibayarkan kepada para pemegang
saham yang tidak setuju (disapproving shareholders), dan utang dari satu
badan usaha atau lebih (transferor company) dialihkan kepada badan usaha
lainnya (acquiring company):
• para pemegang saham dari badan usaha yang mengalihkan harta tersebut
yang setuju dengan penggabungan usaha (approving shareholders)menjadi
pemegang saham dari badan usaha yang menerima pengalihan harta: dan
• badan usaha yang mengalihkan harta tersebut menghentikan kegiatan
usahanya dan digabung ke dalam badan usaha yang menerima pengalihan
harta

Universitas Indonesia
7

2. Upstream merger
Upstream merger merupakan penggabungan usaha ke induk perusahaan.
Dalam penggabungan usaha ke induk perusahaan, sebelum penggabungan suatu
induk perusahaan (parent company) memiliki saham pada anak perusahaan
(subsidiary company); dalam proses penggabungan maka :
• semua aktiva kecuali uang kas yang dibayarkan kepada para pemegang
saham yang tidak setuju (disapproving shareholders), dan utang anak
perusahaan dialihkan kepada induk perusahaan;
• para pemegang saham minoritas (minority shareholders) dari anak
perusahaan dapat memilih menjadi pemegang saham dari induk perusahaan
atau menukarkan sahamnya pada anak perusahaan dengan uang tunai; dan
anak perusahaan menghentikan kegiatan usahanya dan digabung ke dalam
induk perusahaan. Dalam penggabungan usaha ke induk perusahaan ini,
induk perusahaan adalah badan usaha yang menerima pengalihan harta
(acquiring company), dan anak perusahaan adalah badan usaha yang
mengalihkan harta (transferer company).

Universitas Indonesia
8

3. Downstream Merger
Downstream merger merupakan penggabungan usaha ke anak perusahaan.
Dalam penggabungan usaha ke anak perusahaan,sebelum penggabungan suatu
induk perusahaan (parent company) memiliki saham pada anak perusahaan
(subsidiary company) dalam proses penggabungan , maka :
• semua aktiva, kecuali uang kas uang dibayarkan kepada para pemegang
saham yang tidak setuju (disapproving shareholders), dan utang perusahaan
induk dialihkan kepada anak perusahaan;
• para penegang saham dari induk perusahaan yang setuju dengan
penggabungan usaha (approving shareholders) menjadi pemegang saham
dari anak perusahaan ;dan
• induk perusahaan menghentikan kegiatan usahanya dan digabung ke dalam
anak perusahaan. Dalam penggabungan usaha ke anak perusahaan ini, induk
perusahaan adalah badan usaha yang mengalihkan hartanya (transferor
company) dan anak perusahaan adalah badan usaha yang menerima
pengalihan harta (acquiring company)

4. Horizontal Merger
Dalam penggabungan usaaha horisontal,sebelum penggabungan pemegang
saham yang sama memiliki saham pada badan usaha yang menerima pengalihan
harta (acquiring company). Kedua badan usaha tersebut merupakan badan-
badan usaha yang setara tingkatannya (brother-sister companies). Dalam proses
penggabungan, maka :

Universitas Indonesia
9

• semua aktiva, kecuali uang kas uang dibayarkan pada para pemegang saham
yang tidak setuju (disapproving shareholders), dan utang dari badan usaha
yang mengalihkan harta dialihkan kepada badan usaha yang menerima
pengalihan harta (dengan atau tanpa penerbitan saham baru); dan
• Badan usaha yang mengalihkan harta menghentikan kegiatan usahanya dan
digabung ke dalam badan usaha yang menerima pengalihan harta

2.2.2.2 Konsolidasi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007
pasal 1 angka 10, Peleburan (konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu
Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan
yang meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri
berakhir karena hukum. Berdasarkan SE-23/PJ/1999, dalam peleburan usaha :

• semua aktiva, kecuali uang kas yang dibayarkan pada para pemegang saham
yang tidak setuju (disapproving shareholder), dan utang dari dua badan usaha
atau lebih (transferor companies) dialihkan kepada badan usahabaru (acquiring
company)
• pemegang saham dari masing-masing badan usaha yang menyetujui peleburan
usaha (approving shareholders) menjadi pemegang saham dari badan usaha
yang menerima pengalihan harta, dan
• badan-badan usaha yang mengalihkan harta menghentikan kegiatan usahnya dan
dilebur menjadi badan usaha baru

Universitas Indonesia
10

2.2.2.3 Akuisisi
Menurut Hariyani,dkk (2011), Akuisisi perusahaan secara sederhana dapat
diartikan sebagai pengambilalihan perusahaan dengan cara membeli saham
mayoritas perusahaan sehingga menjadi pemegang saham pengendali. Dalam
peristiwa akuisisi, baik perusahaan yang mengambil alih (pengakuisisi) maupun
perusahaan yang diambil alih perusahannya (diakuisisi) tetap hidup sebagai badan
hukum yang terpisah. Akuisisi perusahaan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :

1. Akuisisi Internal
Yaitu pengambilalihan anak perusahaan oleh induk perusahaan yang berada
dalam satu kelompok usaha.
2. Akuisisi eksternal
Yaitu pengambilalihan perusahaan lain yang tidak termasuk dalam satu
kelompok usaha.
Sementara itu, jika dilihat dari objek yang diambilalih, akuisisi dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu :
1. Akuisisi terhadap saham perusahaan
Akuisisi saham merupakan pengambilalihan perusahaan dengan cara
membeli saham mayoritas perusahaan sehingga pihak pengakuisisi berhak
menjadi pemegang saham pengendali. Akuisisi saham menyebabkan timbulnya
hubungan antara induk perusahaan dan anak perusahaan. Induk perusahaan
adalah perusahaan yang mengendalikan atau mengakuisisi saham anak
perusahaan. Akuisis saham pada umumnya dilakukan dengan cara membeli

Universitas Indonesia
11

mayoritas saham biasa. Dalam peristiwa akuisisi saham, status badan hukum
kedua belah perusahaan (induk dan anak) sama-sama tetap hidup.
2. Akuisisi aset atau aktiva perusahaan
Akuisisi aset dilakukan dengan cara membeli sebagaian atau seluruh aktiva
atau aset perusahaan. Apabila aset yang dibeli hanya sebagian, maka hal tersebut
merupakan akuisisi parsial, yang dimana aset yang dibeli oleh pihak
pengakuisisi lebih dari 50% tetapi kurang dari 100%.
3. Akuisisi kombinasi (saham dan aset)
Akuisisi kombinasi merupakan akuisisi perusahaan yang dilakukan dengan
cara membeli saham dan aset milik perusahaan yang ingin diakuisisi.
4. Akuisisi secara bertahap
Akuisisi bertahap adalah proses akuisisi atau pengambilalihan yang
dilakukan secara bertahap atau tidak secara langsung. Salah satunya dengan cara
pihak pengakuisisi membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang
ingin diakuisisi yang dimana obligasi tersebut dapat ditukar dengan saham.

2.2.3 Pemekaran Usaha


Menurut Hariyani (2011), pemekaran usaha (pemisahan usaha) merupakan
pemisahan satu badan usaha menjadi dua badan usaha atau lebih dengan cara
mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada
badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melikuidasi badan usaha yang
lama. Dengan kata lain, dilakukannya pemekaran usaha mendirikan perusahaan
baru tanpa membubarkan perusahaan yang lama. Berdasarkan SE-23/PJ/1999.
Dalam pemekaran usaha (expansion) badan usaha yang telah ada(parent company)
mengalihkan sebagian harta dan utangnya kepada badan usaha yang baru dibentuk
(subsidiary company) sebagai pengganti saham dari badan usaha baru tersebut.
sehingga dengan demikian :

• induk perusahaan tetap melanjutkan usahanya dengan harta yang tersisa;dan


• anak perusahaan melakukan usaha barunya dengan harta yang dialihkan
kepadanya.

Universitas Indonesia
12

Universitas Indonesia
13

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Aspek Hukum Restrukturisasi Perusahaan


Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas
(UUPT), dalam Penjelasan Pasal 43 Ayat (3) yang dimaksud dengan “reorganisasi
dan/atau restrukturisasi”, antara lain Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan,
kompensasi piutang, atau Pemisahan. Hal tersebut diatur lebih lanjut dalam UUPT
dalam Bab VIII tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan
Pemisahan. Berikut ini merupakan definisi dari bentuk restrukturisasi perusahaan
yang diatur dalam UUPT:

❖ Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau
lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri
beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan
selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir
karena hukum.
❖ Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih
untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena
hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri dan
status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
❖ Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum
atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut.
❖ Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan
beralih karena hukum kepada dua Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih.

Universitas Indonesia
14

3.2 Aspek Akuntansi Restrukturisasi Perusahaan


Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia telah
menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) terkait dengan
bentuk dan jenis restrukturisasi perusahaan, yaitu:

• PSAK 22 (Revisi 2010): Kombinasi Bisnis yang mengadopsi dari IFRS 3


tentang Business Combination;
• PSAK 38 (Revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Pengendali.

Secara garis besar terdapat 2 (dua) metode pencatatan akuntansi terkait


dengan penggabungan usaha yaitu:

Metode PSAK
Metode Akuisisi/Purchase method PSAK 22: Kombinasi Bisnis
Metode Penyatuan Kepentingan/Pooling PSAK 38: Kombinasi Bisnis Entitas
of interest Pengendali

3.2.1 PSAK 22: Kombinasi Bisnis (Revisi 2010)


Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak
pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Transaksi yang
kadangkala disebut sebagai “penggabungan sesungguhnya (true merger)” atau
“penggabungan setara (merger of equals)” juga merupakan kombinasi bisnis
sebagaimana istilah ini dipergunakan dalam PSAK ini.

Tujuan kombinasi bisnis yaitu meningkatkan relevansi, keandalan, daya


banding informasi mengenai kombinasi bisnis dan dampaknya. Untuk mencapai

Universitas Indonesia
15

tujuan tersebut, Pernyataan ini mengatur prinsip dan persyaratan tentang bagaimana
pihak pengakuisisi (acquirer):

• Mengukur aset teridentifikasi, liabilitas yang diambil alih dan kepentingan non
pengendali.

• Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian diskon.

• Menentukan jenis informasi yang diungkapkan.

Entitas mencatat setiap kombinasi bisnis dengan menerapkan metode


akuisisi (purchase method).

Goodwill adalah suatu aset yang merepresentasikan manfaat ekonomi masa


depan yang timbul dari aset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak
dapat diidentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah.

Secara umum perbedaan antara ED PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi


Bisnis dengan PSAK 22: Penggabungan Usaha adalah sebagai berikut:

Tabel 1 – Ikhtisar Ringkas PSAK 22

Perihal ED PSAK 22 (revisi 2010) PSAK 22


Ruang lingkup Pengecualian untuk: Pengecualian untuk:
• Under common control • Under common control
• Pembentukan ventura • Pembentukan ventura
Bersama bersama
• Akuisisi aset atau
kelompok aset yang
bukan merupakan
bagian dari bisnis
Metode pencatatan Metode Akuisisi/Purchase • Metode
method Akuisisi/Purchase
method

Universitas Indonesia
16

Perihal ED PSAK 22 (revisi 2010) PSAK 22


• Metode Penyatuan
Kepentingan/Pooling of
interest
Biaya yang terkait Biaya terkait akuisisi Biaya terkait akuisisi sebagai
dengan perolehan dibebankan pada periode bagian biaya akuisisi
akuisisi berjalan
Pengukuran aset Nilai wajar mengacu ke Terdapat panduan tersendiri
dan SAK lain untuk menentukan nilai
liabilitas wajar dari pos-pos aset dan
liabilitas.
Akuisisi bertahap • Mengukur kembali Kepemilikan diukur pada
kepemilikan nilai wajar saat perolehan
sebelumnya pada nilai (tidak ada pengukuran
wajar tanggal akuisisi. kembali).
• Selisih antarahasil
pengukuran kembali
tersebut dengan nilai
tercatat sebelumnya
diakui sebagai
keuntungan atau
kerugian dalam laporan
laba rugi.
Pengukuran • Berdasarkan nilai wajar, Berdasarkan nilai tercatat
kepentingan atau aset neto
nonpengendali • Berdasarkan proporsi
aset neto teridentifikasi
Goodwill • Goodwill = Biaya • Goodwill = Biaya akuisisi
akuisisi – Jumlah neto – Nilai wajar aset dan
aset teridentifikasi yang liabilitas – Hak minoritas
diperoleh dan liabilitas (berdasarkan nilai
yang diambil-alih

Universitas Indonesia
17

Perihal ED PSAK 22 (revisi 2010) PSAK 22


• Goodwill diuji tercatat aset dan
penurunan nilai setiap liabilitas)
akhir periode. • Goodwill dimortisasi
selama 5 sd 20 tahun.
Goodwill negatif Diakui sebagai Diakui sebagai
keuntungan periode pendapatan ditangguhkan
berjalan dan diamortisasi selama
20 tahun
Sumber: PSAK 22 (Revisi 2010): Kombinasi Bisnis

3.2.2 PSAK 38 (Revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali


Entitas sepengendali adalah entitas yang secara langsung atau tidak
langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh
atau berada dibawah pengendalian yang sama.

Kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah kombinasi bisnis yang seluruh


entitas atau bisnis yang tergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang
sama (baik sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak
bersifat sementara.

Tujuan kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah untuk mengatur


perlakuan akuntansi kombinasi bisnis entitas sepengendali. Pernyataan ini tidak
mengatur kombinasi bisnis entitas yang tidak sepengendali atau entitas yang tidak
berada di bawah pengendalian yang sama. Kombinasi bisnis tersebut diatur dalam
PSAK 22: Kombinasi Bisnis.

Berhubung transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali tidak


mengakibatkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas bisnis yang
dipertukarkan, maka transaksi tersebut dicatat sesuai nilai tercatat berdasarkan
metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).

Contoh transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah sebagai


berikut:

Universitas Indonesia
18

(a) Entitas induk memindahkan sebagian aset neto dari entitas anak yang
dimilikinya menjadi aset entitas induk yang bersangkutan. Transaksi ini
menyebabkan perubahan dalam bentuk hukum kepemilikan atas aset neto, tetapi
tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan aset neto tersebut.

(b) Entitas induk mengalihkan sebagian hak kepemilikannya dalam suatu entitas
anak ke entitas anak lain yang dimiliki oleh entitas induk. Transaksi ini juga
merupakan perubahan bentuk hukum kepemilikan entitas anak, tetapi tidak
merupakan perubahan substansi ekonomi kepemilikan entitas anak tersebut.

(c) Entitas induk menukar kepemilikannya atas sebagian aset neto dalam entitas
anak yang dimilikinya dengan saham tambahan yang diterbitkan oleh entitas anak
lain (yang tidak dimiliki sepenuhnya), sehingga kepemilikan entitas induk dalam
entitas anak lain tersebut bertambah, sedangkan persentase kepemilikan pemegang
saham nonpengendali dalam entitas anak tersebut berkurang. Dalam hal ini,
walaupun bentuk hukum kepemilikan aset neto dalam entitas anak berubah (dari
milik langsung entitas induk menjadi milik entitas anak lain), tetapi tidak terjadi
perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas aset neto.

Secara umum pebedaan antara ED PSAK 38: Kombinasi Bisnis Entitas


Sepengendali dengan PSAK 38 (2012): Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
adalah sebagai berikut:

Perihal PSAK 38 (2012) ED PSAK 38


Ruang lingkup Entitas yang melepas Entitas yang menerima
bisnis bisnis dan entitas yang
melepas bisnis
Penerapan metode Penggabungan bisnis sejak Penggabungan bisnis sejak
penyatuan awal periode sajian awal periode terjadinya
kepemilikan/pooling sepengendalian
of interest
Basis pengukuran dari
entitas yang melakukan
kombinasi bisnis

Universitas Indonesia
19

Perihal PSAK 38 (2012) ED PSAK 38


Entitas yang Tidak diatur Menggunakan metode
melepas bisnis disposal yang diakui di
ekuitas
Sumber: PSAK 38 (Revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali

3.2.3 Metode Akuisisi/Purchase Method dan Metode Penyatuan


Kepentingan/Pooling of Interest

A. Metode Akuisisi/Purchase Method

Dalam metode ini, penggabungan usaha diasumsikan terjadi pembelian


perusahaan. Seperti pembelian aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang diperoleh
dicatat sebesar harga pasar. Oleh karena itu, metode ini mengakui terjadinya
goodwill, dengan nilai goodwill sebesar selisih dari harga beli dan harga wajar
aktiva dan kewajiban yang diakuisisi. Dengan kata lain pada metode ini aktiva
bersih dibukukan sesuai biaya perolehan (cost of investment) yaitu sejumlah kas
atau harga pasar aktiva lain yang dikeluarkan untuk membeli perusahaan dan nilai
aktiva disesuaikan sesuai harga pasar (fair value). Goodwill diakui sebagai selisih
biaya perolehan (cost of investment) dengan harga pasar (fair value) aktiva
perusahaan yang diakuisisi.

IFRS No. 3 tidak lagi memperkenankan amortisasi atas goodwill yang


berasal dari transaksi penggabungan usaha. goodwill dianggap habis dengan
sendirinya seiring dengan terjadinya penurunan nilai aset yang dilakukan
berdasarkan International Accounting Standard (IAS) No. 36 tentang
“Impairment of Assets”. Oleh sebab itu perusahaan diharuskan membuat goodwill
impairment test berdasarkan fair value (nilai wajar). Perusahaan harus mengakui
goodwill sebagai aset dalam laporan keuangannya dan menyajikannya secara
terpisah dalam neraca.

Biaya-terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi


dalam rangka kombinasi bisnis. Biaya tersebut mencakup biaya makelar (finder’s
fees); advis, hukum, akuntansi, penilaian dan biaya profesional atau konsultasi
lainnya; biaya administrasi umum, termasuk biaya pemeliharaan departemen

Universitas Indonesia
20

akuisisi internal; dan biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek
ekuitas. Pihak pengakuisisi mencatat biaya terkait akuisisi sebagai beban pada
periode saat biaya tersebut terjadi dan jasa diterima, dengan satu pengecualian.
Biaya untuk menerbitkan efek utang dan efek ekuitas diakui sesuai PSAK 55 (revisi
2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.

Ilustrasi Contoh:

Pembelian melalui Net Aset:

Net Aset = Aktiva Bersih

Aktiva Bersih = Aktiva – Hutang

Pada tanggal 1 Januari 2014, PT. A mengakuisisi semua asset milik PT. B. Biaya
untuk membeli PT. B diperoleh oleh PT. A melalui penerbitan saham sebanyak
10.000 lembar dengan nilai nominal per lembarnya Rp. 10, dan saham tersebut
dijual dengan harga Rp. 60 per lembarnya. PT. A menggunakan Metode
Akuisisi/Purchase Method dalam mencatat pembelian PT. B. Diketahui neraca PT.
B sebelum akuisisi adalah sebagai berikut:

Akun Nilai Buku Nilai Wajar

Kas dan piutang 40.000 40.000

Persediaan 60.000 80.000

Tanah 50.000 70.000

Bangunan dan peralatan 400.000 350.000

Akumulasi depresiasi (150.000)

Hak patent 80.000

Total Aktiva 400.000 620.000

Hutang lancar 100.000 110.000

Universitas Indonesia
21

Akun Nilai Buku Nilai Wajar

Modal saham 100.000

Agio saham 50.000

Laba di tahan 150.000

Nilai wajar dari Aset Bersih 510.000

Total hutang dan modal 400.000 620.000

Penyelesaian:

Nilai pasar modal saham 60 x 10.000 = 600.000

Nilai pasar aktiva bersih (total aktiva – total hutang) 510.000 (-)

Goodwill 90.000

Jurnal menggunakan metode purchase

Akun Debit Kredit

Kas dan piutang 40.000

Persediaan 80.000

Tanah 70.000

Bangunan dan peralatan 350.000

Hak patent 80.000

Goodwill 90.000

Universitas Indonesia
22

Akun Debit Kredit

Hutang lancar 110.000

Modal saham 100.000

Agio modal saham 500.000

Neraca PT. A setelah penggabungan:

Akun Jumlah

Kas dan piutang 40.000

Persediaan 80.000

Tanah 70.000

Bangunan dan peralatan 350.000

Hak patent 80.000

Goodwill 90.000

Total Aktiva 710.000

Hutang lancar 110.000

Modal saham 100.000

Agio modal saham 500.000

Total hutang dan modal 710.000

Universitas Indonesia
23

B. Metode Penyatuan Kepentingan/Pooling of Interest

Dalam metode ini yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang diperoleh dari
transaksi penggabungan dicatat sebesar nilai bukunya. Metode ini tidak mengakui
adanya goodwill karena tidak ada harga beli, hanya nilai buku yang terbawa
(diakui). Dengan kata lain pada metode ini aktiva bersih dibukukan sesuai nilai
buku (book value), tidak terdapat goodwill dan kenaikan nilai aktiva.

Pengeluaran yang terjadi sehubungan dengan transaksi kombinasi entitas


sepengendali dapat mencakup biaya pendaftaran dan penerbitan saham, biaya yang
timbul dalam usaha memberikan informasi kepada pemegang saham atau regulator,
biaya konsultan, gaji, dan biaya lain untuk karyawan yang terlibat dalam kombinasi
bisnis. Pengeluaran ini juga termasuk biaya atau kerugian yang timbul akibat
kombinasi kegiatan entitas atau bisnis yang sebelumnya merupakan entitas atau
bisnis yang saling terpisah.

Ilustrasi Contoh:

Soal sama dengan ilustrasi contoh dengan menggunakan metode akuisisi/purchase


method, namun dalam hal ini PT. A menggunakan metode penyatuan
kepentingan/pooling of interest.

Penyelesaian:

10 x 10.000 = 100.000
karena modal baru = modal lama, maka agio saham dan laba ditahan tidak
berubah, jika seandainya modal baru > modal lama, maka selisih tersebut menjadi
pengurang agio saham, jika agio saham tidak cukup untuk menutupi selisihnya
maka menjadi pengurang laba ditahan. Jika modal baru < modal lama, maka
menjadi penambah agio saham dan laba ditahan.

Universitas Indonesia
24

Jurnal menggunakan Pooling Of Interest:

Akun Debit Kredit

Kas dan piutang 40.000

Persediaan 60.000

Tanah 50.000

Bangunan dan peralatan 400.000

Hutang lancar 100.000

Modal saham 100.000

Agio saham 50.000

Laba ditahan 150.000

Akm dep. Bangunan & peralatan 150.000

Neraca PT. A setelah penggabungan

Akun Jumlah

Kas dan piutang 40.000

Persediaan 60.000

Tanah 50.000

Bangunan dan peralatan 400.000

Akm. Dep. Bangunan dan peralatan (150.000)

Total Aktiva 400.000

Hutang lancar 100.000

Universitas Indonesia
25

Modal saham 100.000

Agio saham 50.000

Laba ditahan 150.000

Total hutang dan modal 400.000

3.3 Aspek Perpajakan Restrukturisasi Perusahaan


Berdasarkan aspek akuntansi yang dijelaskan sebelumnya, dalam
keterkaitan dengan aturan perpajakan yang berlaku atas penggunaan metode
akuntasi kegiatan restrukturisasi perusahaan terdapat 2 (dua) metode yaitu dengan
Nilai Pasar (purchase method) atau dengan Nilai Buku (pooling of interest).

Diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52 /PMK.010/2017


tentang Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Dan Perolehan Harta Dalam
Rangka Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Atau Pengambilalihan Usaha atas
yang menggantikan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008 tentang
Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam rangka Penggabungan,
Peleburan, atau Pemekaran Usaha.

Penggabungan usaha yang diatur pada PMK tersebut menjelaskan bahwa


metode penilaian dengan Nilai Buku wajib mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak dimana Wajib Pajak memenuhi beberapa kondisi tertentu.

Bagi Wajib Pajak yang melakukan Penggabungan Usaha, tercantum pada


Pasal 1 ayat (3) yakni :
a. Penggabungan dari dua atau lebih Wajib Pajak badan dalam negeri yang
modalnya terbagi atas saham dengan cara mengalihkan seluruh harta dan
kewajiban kepada salah satu Wajib Pajak badan yang tidak mempunyai sisa
kerugian fiskal atau mempunyai sisa kerugian fiskal yang lebih kecil dan
membubarkan Wajib Pajak badan yang mengalihkan harta dan kewajiban
tersebut; atau

Universitas Indonesia
26

b. Penggabungan dari badan hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di


luar negeri dengan Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas
saham, dengan cara mengalihkan seluruh harta dan kewajiban badan hukum
yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar negeri kepada Wajib Pajak
badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas saham dan membubarkan badan
hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar negeri yang mengalihkan
harta dan kewajiban tersebut.
Bagi Wajib Pajak yang melakukan Peleburan Usaha (Konsolidasi /
Akuisisi), tercantum pada Pasal 1 ayat (4) yakni :
a. peleburan dari dua atau lebih Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya
terbagi atas saham dengan cara mendirikan badan usaha baru di Indonesia dan
mengalihkan seluruh harta dan kewajiban kepada Wajib Pajak badan baru serta
membubarkan Wajib Pajak badan yang melebur tersebut; atau
b. peleburan dari badan hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar
negeri dengan Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas
saham, dengan cara mendirikan badan usaha baru di Indonesia dan mengalihkan
seluruh harta dan kewajiban kepada badan usaha baru serta membubarkan
badan hukum yang didirikan atau bertempat kedudukan di luar negeri dan Wajib
Pajak badan dalam negeri yang melebur tersebut.
Lalu untuk restrukturisasi dalam hal pemekaran usaha, diatur pada Pasal 1
Ayat (5) yakni :
“Pemekaran usaha yang dapat menggunakan nilai buku sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yaitu pemisahan satu Wajib Pajak badan dalam negeri
yang modalnya terbagi atas saham menjadi dua Wajib Pajak badan dalam negeri
atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian
harta dan kewajiban kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa
melakukan likuidasi usaha yang lama.”
Terakhir, dalam hal Pengambilalihan Usaha (Akuisisi) diatur pada Pasal 1
Ayat (7) yakni :
“Pengambilalihan usaha yang dapat menggunakan nilai buku
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu penggabungan dari Wajib Pajak
Bentuk Usaha Tetap yang menjalankan kegiatan di bidang usaha bank dengan

Universitas Indonesia
27

Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas saham, dengan cara
mengalihkan seluruh atau sebagian harta dan kewajiban Bentuk Usaha Tetap
kepada Wajib Pajak badan dalam negeri yang modalnya terbagi atas saham dan
membubarkan Bentuk Usaha Tetap tersebut.”

Wajib Pajak yang melakukan pengalihan atau menerima pengalihan harta


dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha
dengan menggunakan nilai buku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2)
wajib memenuhi syarat sebagai berikut:

a. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 6 (enam)


bulan setelah tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha dilakukan, dengan melampirkan alasan dan tujuan
melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha;

b. memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose test); dan

c. memperoleh surat keterangan fiskal dari Direktur Jenderal Pajak untuk tiap Wajib
Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang terkait.

Persyaratan tujuan bisnis (business purpose test) sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b terpenuhi apabila:

a. tujuan utama dari penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan


usaha yaitu untuk menciptakan sinergi usaha yang kuat dan memperkuat struktur
permodalan serta tidak dilakukan untuk penghindaran pajak

b. kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta masih berlangsung sampai
dengan tanggal efektif dari penggabungan, peleburan, pemekaran, atau
pengambilalihan usaha;

c. kegiatan usaha Wajib Pajak yang mengalihkan harta sebelum penggabungan,


peleburan, atau pengambilalihan usaha terjadi, wajib dilanjutkan oleh Wajib Pajak
yang menerima pengalihan harta paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal
efektif penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan usaha;

Universitas Indonesia
28

d. kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan usaha tetap berlangsung paling
singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau pengambilalihan usaha; dan

e. harta berupa aktiva tetap yang dimiliki oleh Wajib Pajak yang menerima harta
yang berasal dari penggabungan, peleburan, pemekaran, atau pengambilalihan
usaha tidak dipindahtangankan oleh Wajib Pajak yang menerima harta paling
singkat 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau pengambilalihan kecuali pemindahtanganan tersebut dilakukan untuk tujuan
peningkatan efisiensi perusahaan.

Berdasarkan dengan terbitnya peraturan tersebut, penekanan penggunaan


metode dari penilaian Nilai Buku memiliki tujuan instrinsik agar tidak digunakan.
Mengapa? karena tidak dapat potensi perpajakan yang muncul dimana pada
umumnya atas pengalihan harta tersebut seharusnya ada gain/loss. Selain itu, diatur
pula dalam PMK tersebut bahwa terdapat mekanisme khusus yang perlu dilakukan
sebagai bentuk pengajuan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar dapat
menggunakan metode Pooling of Interest ini.

Hal ini sangat berbeda dengan metode penilaian dengan Nilai Pasar.
Penggunaan dengan Nilai Pasar memiliki implikasi perpajakan atas munculnya
gain/loss. Dalam penerapannya, atas nilai pendapatan atas selisih wajar nilai aktiva
yang dialihkan dapat dicatat sebagai Goodwill (Capital Gain). Atas pengakuan
pendapatan tersebut merupakan objek pajak penghasilan yang diatur pada Pasal 4
Ayat 1d Angka 3 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Walaupun
adanya penambahan nilai Penghasilan Kena Pajak, nilai pendapatan tersebut akan
memberi keuntungan Profit yang dikenakan pajak karena adanya amortisasi
goodwill (Pasal 11A ayat 1 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan)
dan depresiasi yang lebih besar dari kenaikan nilai aktiva.

3.3.1 Aspek Pajak Penghasilan


Atas selisih harga wajar pengalihan harta dari nilai pasar memiliki potensi
pajak penghasilan. Hal ini diatur di dalam Pasal 4 Ayat 1 huruf d angka 3 UU
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa keuntungan

Universitas Indonesia
29

karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,


pengambilalihan, likuidasi usaha dan reorganisasi dengan nama dan bentuk apapun,
merupakan objek PPh.

Dalam hal dasar pengenaan pajak atas gain tersebut, diatur di dalam UU
Nomor 36 Tahun 2008 pada Pasal 10 (3) yakni :

“Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilan usaha
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan
harga pasar (market price), kecuali ditetapkan lain oleh menteri keuangan.”

Lalu bagaimana mekanisme pengenaan pajak penghasilan atas gain


tersebut? atas Capital Gain akan masuk kedalam Laba kena Pajak dan dikenakan
sesuai tarif Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Jika atas pengalihan tersebut menggunakan metode Pooling of Interest


dimana pada umumnya tidak terdapat gain namun melakukan revaluasi aktiva tetap
dalam hal penyamaan nilai aset tersebut dengan kondisi pasar demi meningkatkan
biaya penyusutan, terdapat aspek pajak penghasilan berdasarkan PMK
79/PMK.03/2008 dimana atas nilai pendapatan tersebut dikenakan PPh Final
dengan tarif 10%. Dan terkait revaluasi aset tetap, pada tahun 2015 hingga 2016
diterbitkan fasilitas pajak atas pendapatan dari revaluasi aset tetap yang diatur pada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 29/PMK.03/2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015
Tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Untuk Tujuan Perpajakan Bagi
Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 Dan Tahun 2016.

3.3.2 Aspek Pajak Pertambahan Nilai


Dalam penyerahan aset atas kegiatan restrukturisasi diatur di dalam UU
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai tidak dikenakan PPN
sesuai Pasal 1A Ayat (2) huruf D disebutkan bahwa dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambil alihan usaha dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah

Universitas Indonesia
30

Pengusaha Kena Pajak tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena
Pajak.

3.3.3 Aspek BPHTB


Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2000, yang dimaksud dengan Bea perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan merupakan
perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Lalu pada Pasal 2 ayat (2) huruf
a UU No.20 Tahun 2000 dijelaskan bahwa penggabungan usaha, peleburan usaha
dan pemekaran usaha merupakan objek pajak.

Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa atas pengalihan tersebut


menjadi objek BPHTB. BPHTB dikenakan sebesar 5% dari NJOP (Nilai Jual Objek
Pajak) – NPOPKP (Nilai Perolehan Penghasilan Kena Pajak).

Selain itu, dalam hal kegiatan restrukturisasi dengan merger / akuisisi sesuai
dengan PMK 91/PMK.03/Tahun 2006 bahwa pengenaan BPHTB yang terutang
dapat diajukan permohonan pengurangan 50%. Saat ini telah dilakukan
desentralisasi fiskal dalam otonomi daerah, dimana BPHTB merupakan pajak
daerah. Contohnya di DKI Jakarta diatur melalui Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 18 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2011
tentang Pemberian Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan.

Universitas Indonesia
31

BAB IV KESIMPULAN

Restrukturisasi perusahaan secara sederhana adalah kegiatan yang


dilakukan oleh badan usaha dalam tujuan mengembangkan usahanya dengan
melakukan dari merger, konsolidasi, hingga akuisisi atas kepemilikan usahanya
yang termasuk dalam jenis-jenis restrukturisasi.

Adapun dalam hal restrukturisasi terdapat 2 metode dalam hal pembukuan


atas kegiatan pengalihan asset sebagai isu utama. Metode Pooling of Interest
menggunakan nilai buku dalam hal mengetahui nilai asset dalam pengalihan
dimana biasa digunakan oleh entitas yang 1 pengendali. Acuan dasar metode ini
diatur di dalam PSAK Nomor 38. Selain itu, terdapat metode Purchase Method
dimana dalam hal menetapkan nilai asset mengacu pada nilai pasar sehingga
terdapat selisih nilai asset yang telah dibukukan menjadi Capital Gain / Loss.

Dalam aspek perpajakan, pemajakan Capital Gain merupakan isu tersendiri


yang menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam hal pemilihan metode
pembukuan yang akan digunakan. Capital Gain dilihat dari aspek pajak
penghasilan merupakan objek pajak. Hal ini diatur di dalam Pasal 4 ayat 1 D angka
3 UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Dasar Pengenaan pajak
penghasilan atas Capital Gain diatur pada pasal 10 ayat 3 UU Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan. Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai, diatur
atas penyerahan asset tetap tersebut pada pasal 1A Ayat 2 UU Nomor 42 Tahun
2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai tidak menjadi objek PPN. Dan berkaitan
dengan pajak daerah dalam Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan, atas
pengalihan asset tetap dalam bentuk tanah dan/atau bangunan terutang BPHTB.

Universitas Indonesia
32

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Beams, Floyd A, Dkk.(2003). Advanced Accounting, 8th Ed. Upper Saddle River,
NJ : Prentice Hall

Fuady, Munir.(2017). Perseroan Terbatas Paradigma Baru. Bandung: PT Citra


Aditya Bakti

Fuad, M, Dkk. (2006). Pengantar Bisni. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hariyani, Iswi, Dkk.(2011). Merger, Konsolidasi, Akuisisi & Pemisahan


Perusahaan : Cara cerdas mengembangkan & memajukan perusahaan. Jakarta:
Visi media

Lumbantoruan, Sophar. (1996), PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Jakarta:


Akuntansi Pajak

PSAK 22 (Revisi 2010): Kombinasi Bisnis yang mengadopsi dari IFRS 3 tentang
Business Combination;

PSAK 38 (Revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Pengendali.

Sutedi, Adrian. (2015). Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Raih Asa
Sukses

Simanjuntak, Cornelius. 2004. Hukum Merger Perseroan terbatas, Teori dan

Praktek. Cetakan I, Bandung. PT. Citra Aditya Bakti

Peraturan:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan


Terbatas.

Universitas Indonesia
33

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan


Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan


Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 52/PMK.010/2017


Tentang Penggunaan Nilai Buku Atas Pengalihan Dan Perolehan Harta Dalam
Rangka Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Atau Pengambilalihan Usaha.

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 18 Tahun 2010 tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2011 tentang
Pemberian Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Se - 23/PJ.42/1999 Tentang Buku


Panduan Tentang Perlakuan Perpajakan Atas Restrukturisasi Perusahaan.

Website:

https://www.researchgate.net/publication/305730187_PENGGABUNGAN_USA
HA_DAN_PAJAK_PENGHASILAN diakses pada tanggal 18 September
2018

https://www.matadunia.id/2016/12/metode-pencatatan-merger-acquisition-m.html
diakses pada tanggal 18 September 2018

http://portalpajak.com/2014/06/20/aspek-perpajakan-atas-mergerpenggabungan-
perusahaan/ diakses pada tanggal 18 September 2018

Universitas Indonesia
34

http://pendidikan776.blogspot.com/2014/04/pengertian-merger-contoh-soal-
merger.html diakses pada tanggal 18 September 2018

Universitas Indonesia

Vous aimerez peut-être aussi