Vous êtes sur la page 1sur 22

Farmakokinetik obat

Gender dan Kehamilan

Nama: Ayu Mulia


No Bp: 1701123
Kelas: VIB

Dosen: Yoneta Srangenge S. Farm, Apt. Master of Science

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM)


PADANG
2019
Gender
Absorbsi Obat
• Lama transit obat dalam saluran gastrointestinal pria lebih
pendek (45 Jam) sedangkan pada wanita lebih lama (92 Jam)
• Cmax dan AUC obat lebih besar pada wanita
• Pada dosis yang sama, wanita lebih banyak terekspos obat
ketimbang pria
• Dalam hal first-pass metabolism aktivitas CYP1A2 dan CYP2E1
lebih rendah pada wanita. Studi lain melaporkan bahwa
aktivitas CYP2D6 dan CYP3A4 pada wanita lebih tinggi dari
pria. Namun, temuan yang lebih baru menyatakan aktivitas
CYP3A4 pada wanita tetap sama, tapi karena kadar PgP lebih
rendah, maka lebih banyak obat yang dimetabolisme oleh
CYP3A4
• PgP di sel-sel usus halus lebih banyak pada pria
• Makanan berlemak menurunkan ketersediaan hayati
siklosporin A pada wanita, namun pada pria meningkat
DistribusiObat
• % lemak tubuh wanita lebih besar dibanding
pria, menyebabkan obat-obat yang larut
lemak terdistribusi lebih luas. Untuk obat
yang kurang larut lemak, Vd nya lebih kecil
pada wanita
• Lebih rendahnya kecepatan aliran darah
hepatik pada wanita berpengaruh terhadap
klirens hepatik obat-obat dengan Eh tinggi
• Ikatan obat oleh AAG lebih kuat pada pria
ketimbang pada wanita
Metabolisme Obat
Ekskresi Obat
• GFR wanita lebih rendah 10-15% dari pria
setelah dikoreksi terhadap berat badan
• Klirens digoksin nilainya 12-14% lebih rendah
pada wanita setelah stimulan jantung
tersebut diberikan peroral
• Klirens ginjal pada wanita juga lebih lambat
untuk obat yang sebagian besar melalui
ginjal, termasuk fleroksasin, sefepim,
seftasidim, dan vankomisin
Kehamilan
Absorbsi Obat
• Absorbsi saluran cerna
Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung
(40% dibandingkan wanita tidak hamil), disertai
peningkatan sekresi mukus, kombinasi kedua hal tersebut
akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas
buffer. Secara klinik hal ini akan mempengaruhi ionisasi
asam-basa yang berakibat pada absorbsinya.
• Absorbsi paru
Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal
volume, ventilasi, dan aliran darah paru. Perubahan-
perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi
alveolar, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian
obat inhalan.
Distribusi Obat
• Sifat fisiko-kimiawi yang lipofilik, obat dapat
mendifusi menembus jaringan plasenta,
sehingga akhirnya obat terdistribusi pula di
dalam tubuh janin
• Vd akan lebih besar untuk obat-obat yang
hidrofilik maupun lipofilik
• Vd obat di dalam janin lebih besar
Metabolisme obat
• Aktivitas CYP1A2 lebih rendah 35-40% mulai
trimester pertama kehamilan, dan terus
menurun sampai 60-70% pada trimester ketiga,
jika dibandingkan setelah melahirkan
• Kenaikan aktivitas enzim CYP3A4 selama
trimester akhir kehamilan
• Meningkatnya metabolisme oleh CYP2D6
• Klirens lamotrigin dan juga antiepileptik lainnya
mengalami percepatan bermakna (65%) pada
trimester kedua, dibandingkan sebelum
kehamilan dan setelah melahirkan
Ekskresi Ginjal
• Selama terjadi kehamilan aliran darah ginjal
sebesar 25-50% dan kecepatan filtrasi
glomeruli (GFR) sebesar 50%, dan hal ini
menyebabkan kenaikan ekskresi obat melalui
ginjal dengan akibat terjadi penurunan kadar
obat di dalam darah, misalnya atenolol,
digoksin, dan antibiotik beta laktam
Mekanisme Transfer Obat melalui Plasenta
Waddell dan Marlowe (1981) menetapkan bahwa terdapat 3 tipe
transfer obat-obatan melalui plasenta sebagai berikut:
1) Tipe I
• Obat-obatan yang segera mencapai keseimbangan dalam
kompartemen ibu dan janin atau terjadi transfer lengkap dari
obat tersebut. Yang dimaksud dengan keseimbangan di sini
adalah tercapainya konsentrasi terapetik yang sama secara
simultan pada kompartemen ibu dan janin.
2) Tipe II
• Obat-obatan yang mempunyai konsentrasi dalam plasma janin
lebih tinggi daripada konsentrasi dalam plasma ibu (terjadi
transfer yang berlebihan). Hal ini terjadi karena transfer
pengeluaran obat dari janin berlangsung lebih lambat.
3) Tipe III
• Obat-obatan yang mempunyai konsentrasi dalam plasma janin
lebih rendah daripada konsentrasi dalam plasma ibu (terjadi
transfer yang tidak lengkap).
• Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer
obat melalui plasenta antara lain berat
molekul obat, PKa (pH saat 50% obat
terionisasi), ikatan antara obat dengan
protein plasma. Pada obat dengan berat
molekul lebih dari 500D akan terjadi transfer
tak lengkap melewati plasenta.
• Mekanisme transfer obat melalui plasenta
terjadi dengan cara difusi, baik aktif maupun
pasif, transport aktif, pinositosis,
diskontinuitas membran, dan gradien
elektrokimiawi.
Referensi
• Prof. Dr. Hakim, L, Msc., Apt. (2012).
Farmakokinetik Klinik. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Vous aimerez peut-être aussi