Vous êtes sur la page 1sur 15

I.

Pembahasan Materi
Infeksi adalah proses saat organisme (misalnya bakteri, virus, jamur) yang
mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh atau jaringan dan menyeebabkan
trauma atau kerusakan (Grace, Piere A. 2006: 78).
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup.
Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang
toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil (Santoso. 2004: 19).
Mekanisme kerja antibiotika antara lain:
1. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna
dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah
(penisilin dan sefalosporin).
2. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel
dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat lebih permeable akibatnya zat-zat
penting dari isi sel dapat keluar (kelompok polipeptida) 20
3. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk
(kloramfenicol, tetrasiklin)
4. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel tidak
dapat berkembang (rifampisin) (Santoso. 2002: 19-20).
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat
dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:
1. Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang
berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka
ada kemungkinan terjadi reaksi hipersensitifitas atau alergi seperti gatal-gatal kulit
kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya
Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep
menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan
suntikan).
2. Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang
lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak
peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan
menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan
kombinasi obat.
3. Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Super infeksi
terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat
mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan
urogenital. Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan
saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella
albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis
tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra
infeksi. Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi
ini (Santoso. 2002: 20-21).
Obat-obat antibakterial dapat mempunyai spektrum sempit atau spektrum luas.
Antibiotik berspektrum sempit terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme.
Contohnya, penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan
oleh bakteria gram positif. Antibiotik spektrum luas, seperti tetrasiklin dan sefalosporin,
efektif terhadap organisme baik gram positif maupun gram negatif. Karena antibiotik
berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan
organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas. Antibiotik
berspektrum luas seringkali dipakai untuk mengobati infeksi dimana mikroorganisme
yang menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas (Kee, Joyce L.
1996; 326-327).
Menurut Santoso (2004) Penggolongan antibiotik dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu:
1. Golongan Penisilin
Penisilin merintangi/ menghambat pembentukan/ sintesa dinding sel bakteri
sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka
bertambahnya plasma atau air yang terserap dengan jalan osmosis akan
menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah. Berdasarkan
perkembangannya, terbentuk derivat-derivat penisilin seperti di bawah ini:
a. Penisilin spektrum sempit:
1) Benzil penisilin = Penisilin G tidak tahan asam lambung, sehingga pemberian
secara oral akan diuraikan oleh asam lambung, karena itu penggunaannya
secara injeksi atau infus intra vena.
2) Penisilin V = Fenoksimetil Penisilin, penisilin ini tahan asam lambung,
pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum makan.
3) Penisilin tahan Penisilinase derivat ini hampir tidak terurai oleh penisilinase,
tapi aktivitasnya lebih ringan dari penisilin G dan penisilin V. Umumnya
digunakan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat tersebut.
Contohnya kloksasilin, dikloksasilin, flukloksasilin. Kombinasi kloksasilin
dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan khasiat 50 kali
lebih kuat, efektif terhadap E. Coli, H. Influenza dan Staphylococcus aureus.
Contohnya Augmentin (Beecham). Asam klavulanat adalah senyawa β lactam
dari hasil fermentasi Streptomyces clavuligerus.
b. Penisilin spektrum luas:
1) Ampisilin spektrum kerjanya meliputi banyak kuman gram positif dan gram
negatif yang tidak peka terhadap penisilin-G. Khasiatnya terhadap kuman-
kuman gram positif lebih ringan daripada penisilin-penisilin spektrum sempit.
Banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi atau peradangan
pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran penceranaan (desentri), dan
infeksi saluran kemih.
2) Amoksilin spektrum kerjanya sama dengan ampisilin, tetapi absorbsinya lebih
cepat dan lengkap. Banyak di gunakkan terutama pada bronkitis menahun dan
infeksi saluran kemih.
2. Golongan Sefalosforin
Sephalosporin diperoleh dari biakan Cephalosporinum acremonium. Seperti
halnya penisilin, daya antimikrobanya terletak pada cincin β lactam, dengan
mekanisme kerja berdasarkan perintangan sintesis dinding sel. Walaupun
aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk
penyakit manapun, karena masih terdapat obat – obat lain yang kurang lebih sama
khasiatnya dan jauh lebih murah harganya. Efek samping yang terpenting pada
penggunaan oral berupa gangguan lambung-usus dan reaksi reaksi alergi seperti
penisilin, yakni rash, urticaria, anafilaksis. Alergi silang sering terjadi dengan derivat
penisilin. Pada penggunaan i.v sering terjadi tromboflebitis dan nyeri di tempat
suntik.
Bersifat bakterisid dengan spektrum kerja luas terhadap banyak kuman gram
positif dan negatif, termasuk E. coli, Klebsiella dan Proteus.
3. Golongan Aminoglikosida
Aminoglikosida bersifat bakterisid dengan menghambat sintesis protein secara
reversible, namun sebenarnya mekanisme kerja obat ini tidak diketahui. Obat ini
berkumpul dalam dinding sel bakteri, terikat pada reseptor khusus pada subunit
ribosom 30S. Sebagian dibawa dengan transport yang tidak memerlukan oksigen.
Pengaruhnya pada sintesis protein ialah menghambat terjadinya pembentukan
peptide, salah-baca kode, merusak polisom. Retensi dapat terjadi karena perubahan
permeabilitas atau perubahan reseptor, tetapi yang utama adalah terbentuknya enzim
transferase-asetilat, transferase-adenilat, dan transferase-fosforilat yang melum-
puhkan aminoglikosida (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009: 631).
4. Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air
(1: 400) dan rasanya sangat pahit, maka untuk anak-anak digunakan bentuk
esternya yaitu K-Palmitat dan K -Stearat/suksinat yang tidak pahit rasanya
dan dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah
menjadi kloramfenikol aktif (Satoso. 2004: 32).
Kloramfenikol merupakan drug of choice = obat pilihan untuk thypus-
abdominalis dan infeksi parah meningitis, pneumonia (disebabkan
Haemophilus influenzae). Sebaiknya tidak diberikan pada bayi prematur
untuk menghindari gray sindrom karena enzyme perombakan di hati bayi
belum aktif, ibu hamil dan menyusui (Santoso. 2004: 32).
5. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat
bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat sintesa
protein bakteri. Penggunaan saat ini semakin berkurang karena masalah
resistensi. Tetrasiklin banyak digunakan untuk mengobati bronchitis akut dan
kronis, disentri amoeba, pneumonia, kolera, infeksi saluran empedu.
Penggunaan lokal sering dipakai karena jarang menimbulkan sensitasi
(Santoso. 2004: 33).
6. Golongan Makrolida
Mekanisme kerjanya sama seperti tetrasiklin yaitu melalui peningkatan reversible
pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu
lama sering terjadi retensi. Absorbsinya tidak teratur, agak sering menimbulkan efek
samping saluran cerna, sedangkan masa paruhnya singkat, maka perlu ditakarkan
sampai 4x sehari (Tjay. 2015: 88).
7. Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
a. Rifampisin
Antibiotik yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei. Berkhasiat
bakteriostatik terhadap mikobakterium tuberculosa dan lepra. Penderita dengan
pengobatan rifampisin perlu diberitahu bahwa obat ini dapat menyebabkan warna
merah pada urin, dahak, keringat dan air mata, juga pemakai lensa kontak dapat
menjadi merah permanen.
b. Asam fusidat
Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum coccineum. Merupakan satu-
satunya antibiotik dengan rumus steroid Aktifitasnya mirip penisilin tetapi lebih
sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan penghambatan sintesis protein
bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang, biasanya obat ini
dikombinasikan dengan eritromysin atau penisilin
II. Kasus
Tn. XY usia 20 tahun periksa ke dokter dengan keluhan demam pada malam hari,
mual, pusing, dan sakit perut semala 6 hari terakhir. Dari hasil tes laboratorium yang
dilakukan didapatkan hasil:
Tiphy O positif 1/160
Tiphy H positif 1/320
Leukosit 4000
Trombosit 149000 mcL
Hb 16 gr/dl
Dan setelah di periksa lebih lanjut oleh dokter XY dinyatakan positif mengalami
demam tipoid

Plan
Untuk pengobatan farmakologinya pasien akan diberikan kotrimoksazol 2 kali sehari
3 tablet (1440mg) sebagai obat antibiotik untuk mengobati demam tipoidnya. Pasien
juga akan dibberikan paracetamol tablet 500mg 3-4 kali sehari 1 tablet untuk megatasi
demam yang dialami pasien (untuk simtom).
Untuk pengobatan non farmakologinya paosien di anjurkan untuk banyak minum air
putih, dan makan makanan yang lembek. Pasien tidak disarankan unuk makan makanan
yang berserat atau tinggi serat seperti sayur-sayuran karena itu akan meamksa usus
pasien bekerja lebih kers lagi
III. Lembar kerja
A. Klasifikasi kata sulit dan kata kunci
1. Trombosit
2. Hemoglobin
3. Infeksi
4. Sensitasi

B. Kunci masalah
1. Infeksi adalah proses saat organisme (misalnya bakteri, virus, jamur) yang
mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh atau jaringan dan
menyeebabkan trauma atau kerusakan (Grace, Piere A. 2006: 78).
2. Demam tipoid atau yang biasa disebut dengan typhus abdominalis merupakan
salah satu infeksi yang terjadi di usus halus
3. Infeksi disebabkan karena pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cidera seluler lokal akibat kompetisi
metabolisme, toksin, replikasi intraseluler atau respon antigen-antibodi
(Dorland. 1998: 555).

C. Pertanyaan penting
1. Proses saat organisme misalnya bakteri, virus, jamur masuk ke dalam tubuh
atau jaringan badan menyebabkan trauma atau kerusakan. Merupakan
Pengertian dari…
A. Infeksi
B. Infeksi bakteri
C. Desinfektan
D. Antibiotik
2. Thypod disebabkan oleh bakteri…
A. Plasmodium
B. Salmonella thypi
C. Campylobacter
D. Shingella disentria
3. Pada penyakit demam thypoid yang menjadi anti mikroba pilihan pertama
adalah…
A. Kloramfenikol
B. Amoksisilin
C. Antasida
D. Gentamisin
4. Di bawah ini merupakan golongan aminoglikosida kecuali…
A. Sreptomisin
B. Kanamisin
C. Gentamin
D. Penisilin
5. Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosisi yang tidak tepat
dalam pengobatan kan menimbulkan bahaya diantaranya adalah…
A. Resistensi
B. Pembentukan asam-asam inti
C. Penurunan tekanan darah
D. Menghambat sintesa dinding sel
6. Di bawah ini merupakan golongan obat antibiotik, kecuali…
A. Penisilin
B. Sefalosforin
C. Aminogliosida
D. Flukonazol
7. Menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba, terhadap mikroba yang lebih sensitif merupakan
mekanisme kerja dari…
A. Penisilin
B. Sefalosforin
C. Aminoglikosida
D. Kloramfenikol
8. Menghambat sintesis dinding sel mikroba yang dihambat ialah reaksi
transpeptidase tahap ke tiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel,
merupakan mekanisme dari…
A. Penisilin
B. Sefalosforin
C. Aminoglikosida
D. Kloramfenikol
9. Antibiotik yang dihasilkan dari streptomises mediterrane yang berkhasiat
bakteriostatik terhadap mikrobakterium tuberculosa dan lepra, merupakan
golongan antibiotik…
A. Asamfusidat
B. Penisilin
C. Aminoglikosida
D. Rifampisin
10.Dapat menimbulkan efek pada saluran cerna apabila digunakan terlalu lama
merupakan efek samping dari…
A. Mikrolida
B. Penisilin
C. Sefalosforin
D. Kloramfenikol
11.Jelaskan Pengertian dari infeksi!
12.Apa itu antibiotik?
13.Jelaskan apa yang ditimbulkan apabila penggunaan antibiotik tidak sesuai
dengan dosis yang tepat!
14.Sebutkan golongan antibiotik!
15.Jelaskan mekanisme kerja dari antibiotik!
16.Jelaskan mekanisme kerja dari Sefalosforin!
17.Jelaskan spectrum sempit dan spectrum luas dari antibiotik!
18.Jelaskan mekanisme kerja dari penisilin!
19.Jelaskan mekanisme kerja dari kloramfenikol!
20.Jelaskan mekanisme kerja dari tetrasiklin!

D. Jawaban
1. A
2. B
3. A
4. D
5. A
6. D
7. A
8. B
9. D
10.A
11.Infeksi adalah proses saat organisme (misalnya bakteri, virus, jamur) yang
mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalamt ubuh atau jaringan dan
menyeebabkan trauma ataukerusakan (Grace, Piere A. 2006: 78).
12.Antibiotika berasal dari Bahasa latin yang terdiridari anti = lawan, bios =
hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikrobater utama fungi dan bakteri
tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis
lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relative kecil (Santoso. 2004: 19).
13.Jika antibiotic tidak digunakan sesuai dengan dosis dapat menyebabkan:
a. Sensitasi / hipersensitif
b. Resistensi
c. Super infeksi (Santoso. 2004: 20-21).
14.Golongan antibiotic
a. Penisilin
b. Sefalosforin
c. Aminoglikosida
d. Kloramfenikol
e. Tetrasiklin
f. Makrolida
g. Rifampisin dan asamfusidat (Santoso. 2004: 21)
15.Mekanisme dari antibiotik:
a. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak
sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya
sel akan pecah (penisilin dan sefalosporin).
b. Menghambat sintesa membrane sel, molekul lipoprotein dari membrane sel
dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat lebih permeable akibatnya
zat-zat penting dari isi sel dapat keluar (kelompok polipeptida)
c. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk
(kloramfenicol, tetrasiklin)
d. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya sel
tidak dapat berkembang (rifampisin) (Santoso. 2004: 19-20).
16.Mekanisme kerja antimikroba sefalosforin ialah menghambat sintesis dinding
sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam
rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporinaktifterhadapkuman
gram-positifmaupun gram-negatif, tetapispektrumantimikrobamasing-masing
derivate bervariasi (
17.Obat-obat antibacterial dapat mempunyai spektrum sempit atau spektrum
luas. Antibiotik berspektrum sempit terutama efektif untuk melawan satu jenis
organisme. Contohnya, penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteria gram positif. Antibiotik spektrumluas,
sepertitetrasiklin dan sefalosporin, efektifterhadaporganismebaik gram
positifmaupun gram negatif. Karena antibiotic berspektrum sempit bersifat
selektif, makaobat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal
tersebut daripada antibiotic berspektrum luas. Antibiotik berspektrum luas
seringkali dipakai untuk mengobati infeksi dimana mikroorganisme yang
menyerang belumdi identifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas (Kee,
Joyce L. 1996; 326-327).
18.Penisilin merintangi/ menghambat pembentukan/ sintesa dinding sel bakteri
sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna
maka bertambahnya plasma atau air yang terserap dengan jalan osmosis akan
menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah (Santoso.
2004: 21).
19.Mekanisme kerja kloramfenikol yaitu merintangi sintesis protein bakteri
(Santoso. 2004: 32).
20.Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat
bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat
sintesa protein bakteri (Santoso. 2004: 33).

E. Tujuan yang dicapai


Tujuan umum yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dalam materi
infeksi bakteri, yaitu:
1. Agar mahasiswa mampu memahami defenisi infeksi dan infeksi bakteri
2. Agar mahasiswa mengetahui penggolongan ibat anti bakteri
3. Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan infeksi bakteri
F. Pohon masalah

G. Klarifikasi informasi
1. Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang
yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar
sepuluh hari (Handayani. 2008: 12).
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit
dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah
(Handayani. 2008: 12).
2. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan kombinasi antara haem (suatu ikatan besi-
profirin) dan globin (suatu protein) (Ester. 1999: 7).
3. Infeksi
Pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang
menyebabkan cidera seluler local akibat kompetisi metabolism, toksin,
replikasi intraseluler atau respon antigen-antibodi (Dorland. 1998: 555).
4. Sensitasi
Impresi yang dihasilkan dengan penyampaian impuls oleh nervus aferen
ke sensorium (Dorland. 1998: 978).
H. Mind mapping

I. Daftar Pustaka
Dorland, Newman. Kamus Saku Kedoktean Dorland Edisi 25. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1998.
Ester, Monica. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan dan Sistem Kariovaskular.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.
Greace, Pierce A. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2007.
Handayani, Wiwik. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Kee, Joyce L. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1996.
Santoso, Nindia. Farmakologi Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2004.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2009.
Tjay, Tan Hoan. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2015.
J. Role play
Suatu ketika ada seorang mahasiswa farmasi semester awal. Ketika selesai lab
langsung pergi ke kantin yang di sekitar kampus UINAM. Namun, karena sudah
menjelang malam maka kantin sudah tertutup yang masih tebuka hanya penjual
somay. Akhirnya mahasiswa membeli somay tersebut.
Mahasiswa : mas berapa harga somaynya?
Penjual : biasa 500 rupiah
Mahasiswa : oh iya, pesan 5 rbu mas (sambil mengambil plastik, memasukkan
kecap, sambal dan bumbu kacangnya).
Mahasiswa : terima kasih mas (sambil berlalu)
Penjual : sama2
Ketika sampai dikost mahasiswa tadi langsung mengerjakan tugas dan laporan
yang akan dikumpulkan besok. Beberapa ahri setelahnya di sore hari setelah
mahasiswa tersebut shalat ashar tiba-tiba ia merasa merasa lemas, pusing dan suhu
badannya naik, dan nampak dari raut wajahnya pucat. Keadaan tersebut berlangsung
selama beberapa hari dan kian memburuk. Akhirnya teman yagn melihat hal tersebut
membawa si mahasiswa itu ke poliklnik kmpus. Dan ketika smpai disana maka
mereka bertemu dengan dokter dan melakukan konsultasi.
Dokter : sudah berapa lama demamnya?
Mahasiswa : sebenarnya sudah demam selama bebrap hari dok, dan biasanya
muncul ketika menjelang sore hari dok.
Dokter : sudah pernah minum obat sebelumnya?
Mahasiswa : Sudah dok tapi begitu setelah minum obt demamnya turun tapi
setelah beberapa jam demamnya kambuh lagi.
Dokter : kalau begitu kita lakukan pengecakan dulu ya.
Akhirnya dokter melakukan beberapa pemerikksaan dan mengambil sampel
darah si mahasiswa dan keesokan harinya hsilnya pun sudah ada. Maka didaptkn
hasil positif kalau mahasiswa tersebut terkena penyakit demam typoid. Dokter
mmberikan resep kepada mahasiswa tersebut untuk ditebus di apotek.
Mahasiswa : permisi mau tebus resep dari dokter A
Apoteker : oh iya, sakitnya sudah berapa lama?
Mahasiswa : sekitar sepekn bu, tp bru pergi periksa kemarin.
Apotker : tunggu ya (Sembari mengecek menyediakn obat yang ada diresep)
Apoteker : selain konsumsi obat ini sesuai dosis, tolng diperhatikan pola makan
dan pola istirahtnya ya. Jangan terlalu banyak aktivitas dan jangan
terlalu capek. Banyak minum air putih dan makan yang sehat.
Mahasiswa : iya bu, maksh banyak
Apotker : sama-sama, semoga lekas smbuh

Vous aimerez peut-être aussi