Vous êtes sur la page 1sur 3

Desain Pelatihan Psikologi Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Remaja

Latar Belakang
Pada kehidupan remaja, kompetensi sosial selain merupakan indeks dan prediktor bagi
penyesuaian diri yang sehat, juga me-rupakan suatu dimensi dari evaluasi diri (Allen dkk, 1989).
Kompetensi sosial adalah suatu kemampuan atau kecakapan seseorang untuk berhubungan
dengan orang lain dan untuk terlibat dalam situasi – situasi sosial dengan memuaskan (Hurlock,
2000). Kompetensi sosial merupakan suatu sarana untuk dapat diterima dalam masyarakat.
Dengan memiliki kompetensi sosial seseorang menjadi peka terhadap berbagai situasi
sosial yang dihadapi. Remaja akhir yang berhasil menghadapi tiap-tiap permasalahan
sehubungan dengan tugas-tugas perkembangan, tuntutan masyarakat dan kejadian-kejadian
hidup yang dialaminya, dengan cara-cara yang kompeten akan menghasilkan bentuk pe-
nyelesaian masalah atau tingkah laku koping matang yang akan memberikan konsekuensi untuk
seluruh kehidupannya kelak setelah dewasa, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang-orang
di dekatnya (Allen dkk, 1989). Hal ini sangat penting dan menentukan sekali bagi tercapainya
kepuasan dan kebahagiaan hidup seseorang dan orang -orang disekitarnya. Dalam kehidupan
sehari-hari sering dijumpai bahwa orang-orang yang mempunyai kompetensi sosial yang baik
akan cenderung mempunyai penyesuaian diri yang baik pula.
Dalam suatu penelitiannya, Tentrawanti (1989), mengemukakan bahwa seseorang yang
mempunyai kompetensi sosial adalah orang – orang yang mampu melakukan dua hal, yaitu: (1).
Mampu menghadapi kondisi – kondisi yang penuh dengan ketegangan, dan (2). Mampu menarik
dan mem-pertahankan du-kungan sosial. Selanjutnya dalam su-atu penelitiannya, Tentrawati
(1989), juga mengemukakan bahwa se-seorang yang berkompetisi sosial, memiliki ciri – ciri: (a)
Pengetahuan sosial, yaitu pengetahuan mengenai keadaan emosi yang memadai dengan konteks
sosial tertentu, (b) Kepercayaan diri untuk memulai suatu tindakan dan adanya usaha untuk me-
mecahkan masalah sendiri, (c) Empati, yaitu kemampuan meng-hargai perasaan orang lain
sekalipun orang tersebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan dengannya, juga mampu
memberikan respon-respon emosional, mampu mengendalikan emosi dan tulus dalam menjalin
hubungan dengan orang – orang yang bermasalah, (d) Sensitivitas sosial, yaitu kemampuan
emosional untuk menangkap kebutuhan – kebutuhan lingkungannya.
Kepercayaan diri atau keyakinan diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri
sendiri yang dimiliki setiap individu dalam kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut
memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri (Rakhmat, 2000). Lauster (da-
lam Fasikhah, 1994), menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan
yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam
tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal – hal yang disukainya dan
bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain,
dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat
mengenal kelebihan dan kekurangannya.
Menurut Lauster (dalam Fasikhah, 1994), terdapat beberapa karakteristik untuk menilai
kepercayaan diri individu, diantaranya: (a) Percaya kepada kemampuan sendiri, yaitu suatu
keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan
kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut, (b)
Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, yaitu dapat bertindak dalam mengambil
keputusan terhadap apa yang dilakukan secara mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Se-
lain itu, mempunyai kemampuan untuk meyakini tindakan yang diambilnya tersebut, (c)
Memiliki konsep diri yang positif, yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik
dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri
sendiri, (d). Berani mengungkapkan pendapat, yaitu adanya suatu sikap untuk mampu meng-
utarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan
atau hal yang dapat menghambat pengungkapan perasaan tersebut.

Tujuan Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk:

1. Melatih remaja untuk menimbulkan konsep diri yang positif terhadap diri sendiri.
2. Melatih remaja untuk berani mengungkapkan pendapatnya.
3. Melatih remaja untuk percaya pada kemampuan diri sendiri.
4. Melatih remaja untuk bertindak mandiri dalam mengambil keputusan.

Sasaran Pelatihan

a. Remaja menyadari bahwa kemampuan dirinya tidak kalah dengan kemampuan orang
lain.
b. Remaja menyadari pentingnya konsep diri yang positif dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
c. Remaja mampu bertindak sendiri dalam mengambil keputusan.
d. Remaja tidak segan dalam mengungkapkan pendapatnya ketika berada dalam lingkungan
social.

Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan ini adalah siswa SMA (laki-laki dan perempuan dengan rentang umur 15-17
tahun) dengan jumlah peserta 36 orang.

Waktu dan Materi Pelatihan


Pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu (5 Mei 2012) di lingkungan SMAN 1 Taman Sidoarjo,
dan jadwal tertera pada tabel berikut ini:
No Pukul Materi Pelatihan
1 08.00-08.30 Opening seremonial
2 08.30-09.30 Perkenalan trainer dengan peserta pelatihan
3 09.30-13.30 Games/outbond
4

Metode Pelatihan

1. Ceramah, diskusi, dan games in door


2. Games (outbond) yang diadakan di luar ruangan dengan games terlampir

Peralatan
Peralatan yang digunakan selama pelatihan adalah:
Peralatan yang digunakan pada materi in door:
1. Spidol, papan tulis, penghapus
2. Laptop, LCD, layar LCD
3. Peralatan tulis (bolpoin/pensil dan kertas)
Peralatan yang digunakan pada materi out door:

1. …..

Desain Materi/Games

Materi I
Materi Remaja dan Pembentukan percaya diri akan kemampuan
Untuk meningkatkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki
Tujuan remaja. Meminimalisir rasa ragu-ragu ketika akan bertindak atau
memutuskan sesuatu.
Jumlah peserta 36 orang
Waktu 1 jam
Tempat Out door (lapangan basket sekolah)
Alat dan bahan Sound
Materi diberikan di ruang terbuka/lapangan. Peserta berpasangan (2
orang) berdiri seperti posisi berbaris dan menghadapa depan semua
(depan belakang). Peserta yang didepan, merentangkan kedua lengan
tangan ke depan dan posisi kedua telapak tangan menghadap luar. Lalu
Langkah- telapak tangan ini disilangkan/saling menggenggam. Genggaman tangan
langkah ini ditarik dan ditempel erat-erat ke dada. Dengan posisi tubuh terbujur
pelaksanaan kaku, peserta yang didepan menjatuhkan diri (dengan syarat kedua kaki
tidak boleh menekuk) ke peserta yang ada di belakangnya. Dan tugas
peserta belakang adalah menahan jatuhnya peserta depan dengan posisi
30° selama 5 menit. Hal ini dilakukan secara bergantian, peserta yang
tadinya posisi depan bertukar tempat di belakang.

Vous aimerez peut-être aussi