Vous êtes sur la page 1sur 8

WORKING PAPERS (WP) ATAU KERTAS KERJA AUDIT

SKAI harus mendokumentasikan working papers (WP) dengan lengkap


dan jelas. WP dapat berupa kertas, disket, pita magnetic, film atau media lainnya.
Semua WP dikompilasi dengan memperhatikan fungsi, penyusunan dan
penyimpanannya. WP dapat digolongkan sebagai alat bukti yang terkait dnegan
pemeriksaan, penyidikan bahkan penyelidikan sehingga minimal jangka waktu
penyimpanannya selama 10 tahun (WP audit rutin) dengan pengecualian WP
untuk kasus yang mengandung unsure “crime” harus disimpan selama minimal 30
tahun.

Fungsi WP
WP adalah pendukung Laporan Audit, juga sebagai sarana dalam membantu
proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan (supervisi) hasil audit.
Berdasarkan WP dapat diperoleh gambaran apakah tujuan audit telah tercapai
sesuai dengan yang direncanakan, membantu pihak lain yang berkepentingan
dalam memeriksa hasil audit dan menilai kemampuan dan kualitas SKAI dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya. WP juga merupakan sarana bagi Supervisor
Audit untuk menilai kecukupan penelitian atau pemeriksaan yang dilakukan oleh
auditor, serta kesesuaian teknik audit yang dilakukan dnegan tujuan yang hendak
dicapai. Melalui pemeriksaan WP dari auditor, supervisor audit menilai pekerjaan
auditor dan sekaligus memberikan bimbingan terhadap auditor yang
bersangkutan.

Penyusunan dan Dokumentasi WP


 Rapi
Dokumentasi WP harus rapi sehingga memudahkan penggunaannya. WP
harus lengkap, jelas dan mudah dimengerti sehingga memudahkan bagi pihak
lain yang memerlukan informasi dari WP tersebut. WP memberikan
gambaran prosedur audit atau teknik audit yang dilakukan auditor yang
ditunjukkan dengan menggunakan tick mark. Karena WP adalah saran yang
mendukung pertanggung jawaban dari pemeriksa dan supervisor audit maka
harus diparaf oleh auditor dan supervisor audit yang bersangkutan.
 Sistematis
Dokumentasi WP harus disusun secara sistematis berdasarkan kronologis
kejadiannya. Karena itu WP harus diberi index dan cross index yang dapat
menggunakan alphabet (A to Z) atau numerial (I; II dstnya atau 1, 2, 3
dstnya) atau kombinasi (I A, II A, II B dstnya). Bundle/ file/ map dari WP
harus diberi judul dan daftar isi sesuai indeksnya untuk memudahkan
mencarinya. Apabila disusun dalam “Snelhechter”, harus dilipat sedemikian
rupa, sama lebarnya sehingga dapat dengan mudah dikembangkan halaman
demi halaman.
 Penyimpanan WP
WP adalah arsip milik bank. Sehingga harus diperhatikan peraturan yang
berlaku pada bank yang bersangkutan, yaitu peraturan tentang penyimpanan,
keamanan dan kerahasiannya.
Berikut ini hal-hal khusus yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
penyimpanan arsip WP:
 Izin Penggunaan WP
Pengambilan, peminjaman oleh pihak di luar SKAI dalam bank atau oleh
auditor extern harus dengan seizin kepala SKAI dengan memeperhatikan
ketentuan “Rahasia Bank.”
 Pengawasan WP
WP harus berada dalam pengawasan SKAI dan hanya boleh dibaca dan
dipinjam oleh yang berwenang.
 Penyimpanan WP
 Penyimpanan harus dengan pemisahan yang jelas menjadi Arsip Kini
(Current File) dan Arsip Permanen (Permanent File). Arsip Kini dan
Arsip Permanen harus disimpan terpisah namun harus dibuatkan cross
reference yang jelas, sehingga hal-hal yang kurang jelas dari Arsip Kini
dapat dilihat rujukannya pada Arsip Permanen.
PENYUSUNAN LAPORAN AUDIT

Kegiatan audit yang elah selesai dilaksanakan harus dituangkan ke dalam


Laporan Audit. Laporan Audit harus memenuhi Standar Pelaporan, memuat
kelengkapan materi, dan melalui proses penyusunan yang baik.

Standar Pelaporan
Dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), Bank Indonesia
menetapkan standar mengenai pelaporan yang termuat dalam Bab VI khususnya
butir 5 SPFAIB. Pengelompokkan dalam buku ini sedikit berbeda dari butir 5
tersebut namun tidak mengurangi makna dan dikelompokkan menurut sifat
laporan, cakupan materi, tanggung jawab serta proses penyusunan laporan sebagai
berikut:

 Sifat Laporan
1. Laporan harus tertulis
Laporan harus tertulis dan memuat hasil audit sesuai dengan ruang
lingkup penugasan. Disamping itu laporan harus dapat berfungsi sebagai
dokumen formal yang mencerminkan tanggung jawab auditor intern dan
auditee atas kegiatan yang dilakukan.
2. Laporan diuraikan secara singkat dan mudah dipahami
Laporan harus dibuat secara singkat yang memuat beberapa hal pokok
atau yang dianggap penting dan hal-hal yang perlu untuk dilakukan
perbaikan oleh auditee.
3. Laporan harus objektif
Laporan harus objektif berdasarkan fakta serta tidak memihak kepada
kepentingan tertentu.
4. Laporan harus konstruktif
Laporan harus konstruktif dan dapat meberikan saran perbaikan atau arah
bagi auditee untuk dapat melakukan perbaikan.
5. Laporan harus dibuat dan disampaikan tepat waktu
Laporan harus dibuat dan disampaikan tepat waktu atau dalam batas
waktu yang masih relevan dengan materi laporan tersebut. Temuan audit
yang dianggap penting sekali harus dilaporkan segera oleh Ketua Tim
Audit kepada Kepala SKAI tanpa menunggu selesainya audit.
6. Laporan harus dituangkan secara sistematis
Laporan harus dituangkan secara sistematis yang antara lain memuat
objek audit, periode audit, kesimpulan dan rekomendasi serta tanggapan
auditee.
 Cakupan Materi Laporan
Materi atau isi laporan harus cukup lengkap dan jelas agar dapat diperoleh
suatu laporan yang informative dan efektif. Materi laporan hendaknya
mencakup hal-hal sebagai berikut:
7. Laporan harusnya memuat tujuan, luas dan pendekatan audit
Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan sejak awal mengetahui
tujuan, luas dan pendekatan audit sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang dikemukakan dalam laporan. Harus digambarkan bahwa
disamping membandingkan pelaksanaan dengan kriteria yang
mengaturnya, laporannya harus juga menggambarkan aspek risiko dari
satuan keja, fungsi, kegiatan atau produk tertentu. Apakah terdapat risiko
potensial yang meningkat, menurun, perlu usaha khusus untuk mitigasi,
atau apakah ada risiko baru yang belum diidentifikasi atau apakah ada
risiko yang menjadi kenyataan (telah menimbulkan kerugian bagi bank)
dan sebagainya.
8. Laporan harus mengungkapkan temuan audit yang berdasarkan fakta
Temuan yang diungkapkan dalam laporan harus memuat secara jelas
mengenai fakta, keadaan yang seharusnya serta dampak dan penyebab
terjadinya penyimpangan.
9. Laporan harus memberikan kesimpulan
Auditor intern harus memberikan kesimpulan atas temuannya baik
berupa keberhasilan maupun penyimpangan susuai dengan lingkup
auditnya. Laporan juga memuat Pernyataannya Auditor Intern bahwa
audit telah dilakukan sesuai dengan SPFAIB. Auditor Intern dalam hal
ini perlu menyatakan bahwa audit telah dilakukan sesuai dengan
SPFAIB.
10. Laporan memuat rekomendasi auditor
Apabila dalam audit ditemukan kelemahan, auditor intern harus
memberikan rekomendasi perbaikan.
 Tanggung Jawab Laporan Audit
11. Laporan harus ditandatangani oleh Auditor Internal dan atau Kepala
SKAI
Tanda tangan auditor dan atau Kepala SKAI dimaksudkan sebagai
pencerminan tanggunga jawab atas kebenaran dari isi laporan yang
dibuat.
12. Laporan harus didukung kertas kerja yang memadai
Laporan yang memuat temuan audit harus didukung kertas kerja yang
memadai agar dapat dipertanggung jawabkan.
13. Diberikan kesempatan pada auditee untuk menyampaikan tanggapan
Auditee harus diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan atau
komentar atas temuan audit yang dapat berupa pembenaran atau
persetujuan, atau keberatan atau penolakan serta alasannya. Selanjutnya
auditee perlu memberikan komitmen untuk melakukan perbaikan dengan
batas waktu tertentu.
 Proses Penyusunan Laporan
Proses penyusunan laporan perlu dilakukan dengan cermat agar dapat
disajikan laporan yang akurat dan bermanfaat bagi auditee. Proses tersebut
mencakup antara lain:
14. Temuan audit yang dilaporkan harus dikompilasikan dan dianalisis
Temuan audit yang akan dituangkan dalam laporan harus dikompilasi
dan dianalisis tingkat signifikasinya.
15. Temuan audit harus dikonfirmasi kepada auditee
Temuan audit harus dikonfirmasikan kepada auditee untuk diketahui dan
dipahami.
16. Temuan audit didiskusikan dengan Kepala SKAI atau pejabat yang
ditunjuk
Temuaan audit yang telah dikompilasi dan dianalisis harus didiskusikan
dengan Kepala SKAI atau pejabat yang ditunjuk. Pada kebanyakan bank
diskusi dilakukan dilakukan pada saat pelaksanaan supervise audit oleh
Kepala SKAI atau Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala SKAI.
17. Temuan audit didiskusikan dengan auditee
Diskusi dengan auditee dimaksudkan agar auditee memberikan
komitmen dan bersedia melakukan perbaikan dalam batas waktu tertentu
yang diwajibkan.
18. Laporan harus direview oleh Kepala SKAI atau Pejabat yang ditunjuk
(Audit Supervisor)
Konsep laporan yang disusun oleh tim audit di-review oleh Kepala SKAI
atau Pejabat yang ditunjuk agar diperoleh keyakinan bahwa laporan
tersebut telah lengkap dan benar. Hal ini dapat juga dilakukan bersamaan
dengan butir 16 tersebut diatas. Lazimnya menjelang selesainya audit
pada satuan kerja yang diperiksa , SKAI mengirimkan “Audit
Supervisor” yaitu pejabat senior yang sudah berpengalaman audit untuk
mereview hasil kerja Tim Audit, membahas temuan audit dan sesuai
levelnya mendiskusikan temuan audit dengan auditee. Untuk Satuan
Kerja tertentu seperti Divisi, Urusan atau Biro di Kantor Pusat Bank,
Kepala SKAI sekaligus bertindak sebagai Audit Supervisor.
 Penyampaian Laporan
19. Laporan kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris
Laporan Audit Intern harus disampaikan oleh Kepala SKAI kepada
Direktur Utama, Dewan Komisaris, melalui Audit Committee (apabila
ada) dengan tembusan kepada Direktur Kepatuhan. Satu copy laporan
juga diberikan kepada auditee untuk dapat diketahui dan ditindak lanjuti.
Dalam pelaksanaan, copy Lporan Audit untuk auditee dapat pula
disampaikan langsung oleh Tim Audit, namun harus disusul dengan surat
dari Kepala SKAI sebagai penegasan dan sekaligus minta perhatian
auditee agar temuan yang dikemukakan Tim Audit mendapat perhatian
dan segera melakukan perbaikan dan ditindak lanjuti.
20. Laporan kepada Bank Indonesia
Direktur Utama dan Dewan Komisaris memberikan laporan pelaksanaan
dan pokok-pokok hasil audit intern setiap semester kepada Bank
Indonesia. Selain itu apabila terdapat temuan audite intern yang
diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan usaha bank, Direktur
Utama dan Dewan Komisaris harus segera melaporkan kepada Bank
Indonesia.
21. Informasi khusus
Dalam hal suatu informasi hasil audit bersifat sangat terbatas dan tidak
dapat dicantumkan dalam laporan hasil audit, maka informasi tersebut
dilaporkan secara khusus kepada Direktur Utama dan atau Dewan
Komisaris sesuai dengan tingkat informasi khusus tersebut. Informasi
tersebut harus termasuk dalam pokok-pokok hasil audit yang
disampaikan kepada Bank Indonesia setiap semester. Yang dimaksudkan
dengan informasi khusus disini adalah informasi yang bersifat sensitif
dan laporannya hanya ditujukan kepada pihak tertentu.

TINDAK LANJUT HASIL AUDIT

Manfaat audit akan optimal apabila auditee dan satuan kerja lainnya
menindak lanjuti temuan audit yang disampaikan oleh SKAI. Sehubungan dengan
itu SKAI harus memantau dan melakukan analisis serta melaporkan
perkembangan pelaksanaan tindak lanjut dan perbaikan yang telah dilakukan
auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi:
 Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut
Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat
diketahui perkembangannya dan dapat diingatkan kepada auditee dalam hal
auditee belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan menjelang atau
sampai batas waktu yang dijanjikan.
 Analisis atas kecukupan tindak lanjut
Dari hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut, dilakukan analisis
kecukupan atas realisasi janji perbaikan yang telah dilaksanakan oleh
auditee. Selanjutnya pengecekan kembali tindak lanjut perlu dilakukan
apabila terdapat kesulitan atau hambatan yang menyebabkan tindak lanjut
tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
 Pelaporan tindak lanjut
Dalam hal pelaksanaan tindak lanjut tidak dilaksanakan oleh auditee, maka
SKAI memberikan laporan tertulis kepada Direktur Utama dan Dewan
Komisaris untuk tindakan lebih lanjut. Dalam rangka meningkatkan disiplin
para pejabat bank, terutama Kepala Satuan Kerja sebaiknya pelaksanaan
tindak lanjut temuan audit dimasukkan sebagai slah satu criteria dalam
melakukan evaluasi jabatan atau penilaian kondite seoran Kepala Satuan
Kerja. Kalau hal ini diterapkan maka SKAI harus mempunyai data yang
akurat mengenai masalah tindak lanjut temuan audit yang dapat disusun
berdasarkan laporan pelaksanaan oleh auditee maupun pengecekan ulang
pada pelaksanaan audit berikutnya. Kemuadian diatur criteria penghitungan
skor yang dapat mengurangi penilaian atau bahkan yang memperoleh nilai
plus berdasarkan tindak lnjut penemuan audit yang dilakukan oleh auditee.
Dengan demikian temuan audit diharapkan benar-benar diperhatikan dan
ditindak lanjuti oleh pejabat yang berkepentingan.

Vous aimerez peut-être aussi