Vous êtes sur la page 1sur 3

.........dari tanah ke suplai B.

Sulit untuk memprediksi konsentrasi B dari larutan tanah


dalam zona perakaran sebelum tercapai keseimbangan antara kompleks penyerapan B
dengan reaksi presipitasi didalam tanah(Goldberd,1993). Keseimbangan sangat
penting didalam tanah berpotensi keracunan B yang telah terbuat karena penggunaan
air yang mengandung B tinggi untuk irigasi. Megenai hal ini, Maas(1987) telah
membuat ringkasan yang luas dari toleransi B berdasarkan pada respon tanaman
terhadap B didalam larutan tanah. Walaupun ada berbagai metode untuk menentukan
level B didalam tanah, analisis tanah dapat memberikan hasil yang lebih baik
daripada taksiran umum yang berresiko untuk keracunan B. Sangat sulit
menggunakan analisis tanah secara tepat untuk memprediksi pertumbuhan tanaman
pada tanah yang mengandung B tinggi.

Gejala yang dapat dilihat dari keracunan boron pada tanaman.


Diantara banyak varietas dari spesies tanaman, gejala yang dapat dilihat dari
keracunan boron adalah daun seperti terbakar-klorosis atau nekrotic, seringkali pada
tepi dan ujung daun tua(Bennett,1993;Bergmann,1992;Eaton,1994). Gejala ini
menggambarkan distribusi B pada kebanyakan spesies, dengan akumulasi B pada
akhir berkas transpirasi (BAB 7). Bagian yang terkena klorosis/nekrosis terlihat
sangat jelas apabila dibandingkan dengan jaringan daun disekitarnya(Oertli and
Roth,1969) dan beberapa spesies (sebagai contoh barley) menunjukkan karakteristik
pola pada genotip yang berbeda.
Bertentangan dengan persepsi umum, daun terbakar bukanlah gejala yang
dapat dilihat dari keracunan B pada semua spesies. Pada spesies-spesies dimana B
bergerak pada phloem(Sebagai contoh Prunus,Malus,Phyrus), dimana akumulasi B
menurun dibandingkan pada akhir berkas transpirasi (BAB 7), gejala dari keracunan
adalah keanehan pada buah (kacang bergetah, nekrosis dalam), nekrosis pada kulit
batang yang mengakibatkan jaringan kambium mati, dan mengakibatkan matinya
batang(Brown and Hu,1996).
Gejala yang terlihat dari keracunanB tidak muncul pada akar. Konsentrasi B
didalam akar relatif lebih rendah dibandingkan dengan pada daun, juga pada suplai B
yang sangat tinggi (Nable,1988;Oertli and Roth,1969), kemungkinan jaringan akar
tidak mengalami keracunan. Pada tanaman gambas yang masih muda (Cucurbita
pepo), dampak awal dari keracunan B adalah berkurangnya konsentrasi klorofil,
diikuti dengan pertumbuhan yang lambat, jumlah daun menjadi sedikit dan
menurunnya fiksasi CO2; semua efek ini terjadi sebelum gejala keracunan dapat
terlihat(Lovatt and Bates,1984). Banyak halangan dari metabolisme urea didalam
daun kedelai(Glycine max) yang keracunan(Lukaszewski et al., 1992), dan
ribonukleotida rumit yang menyebabkan gangguan metabilosme(Loomis nd
durst,1992). Daun melengkung, gejala spesifik yang dapat dilihat dari keracunan B
pada beberapa spesies, telah menggambarkan hasil dari halangan perluasan dinding
sel, melalui gangguan lintas antar dinding sel(Loomis and Durst,19920.

Analisis Tanaman
Walaupun nilai kritis untuk keracunan B telah ditetapkan untuk banyak
spesies tanaman dan pohon(Gupta,1993;Tabel 1), ada masalah serius dengan
penggunaan analisis daununruk diagnosa keracunan B. Pada spesies yang
mengakumulasikan B didalam daun, jaringannya secara normal mengandung sekitar
40 mg sampai 100mg B/kg berat kering. Tetapi daun bisa mengandung 250mg/kg
berat kering ketika B didalam tanah mendekati tingkat keracunan. Konsentrasi B pada
daun bisa mencapai 700 sampai 1000mg/berat kering pada kondisi ekstrim keracunan
B. Hal yang harus diperhatikan terutama adalah nilai kritis keracunan B yang tidak
dapat ditolerir, kadang-kadang juga pada spesies yang sama. Pada gandum dan
barley,sebagai contoh, nilai kritis berkisar antara 10 sampai 130mg B/kg berat
kering(Gupta,1977;Gupta el al., 1976; Kluge and Podlesak,1985; Paull et al., 1988a;
Riley et al., 1994). Penyebab masalah batang adalah gradien tinggi dari B dalam
daun, dengan pengakumulasian didalam ujung dan pinggir daun(Nable et al., 1990c;
Oertli,1994), dan bagaimana gradien ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Tergantung pada tingkat transpirasi, sebagai contoh, helai daun menunjukkan
akmulasi banyak nilai B yang berbeda di setiap daunnya, walaupun efek pada
pertumbuhan bisa sama(Nable et al., 1990c). Oleh karena itu, percobaan yang
menunjukkan tingkat kritis yang berbeda untuk keracunan B dibuat, yang didapat
dari percobaan rumah kaca harus lebih dipertimbangkan, secara umum, daripada dari
percobaan lapangan. Selanjutnya, B siap dilepaskan dari daun oleh hujan(Nable and
Moody,1992), itulah alasan lain mengapa analisis daun pada tanaman yang tumbuh
dilapangan harus diinterpretasikan dengan hati-hati.
Seperti yang dianjurkan oleh Shorrocks(1995), “Mungkin lebih baik
memikirkan analisis B sebagai alat untuk memperoleh nilai yang relatif mentah, dan
menerima keterbatasannya”, daripada mencoba untuk menggunakan analisis daun
sebagai alat untuk memprediksi ... dengan tepat. ..........

Vous aimerez peut-être aussi