Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
POST PARTUM
A. Masalah utama
Perawatan Post Natal
0
Produksi progesterone mengalami penurunan sehinggga otot rahim lebih
sensitive terhadap oksitosin akibatnya oto rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat progesterone tertentu.
- Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas oto rahim,
menurunnya konsentrasi progesterone akibat usia tua kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
- Teori prostaglandin
- Teori hipothalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
Penyebab proses pada masa nifas:
a. Kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik
b. Involusi uterus
c. Penurunan kapasitas kandung kemih
2
menggambarkan hipotensi ortostatik dan merupakan gangguan sementara pada
kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada panggul.
Kenaikan tekanan sisitolik 30 mmHg atau diatolik 15 mmHg terutama bila disertai
sakit kepala atau perubahan penglihatan harus dicurigai sebagai preeklampsia post
partum.
Nadi
Mungkin terjadi bradikardi sekitar 50-70 x/menit dan kembali pada keadaan
normal dalam satu jam.
b. Komponen darah
Pada 72 jam pertama akan terjadi penurunan volume darah. Tiga sampai tujuh
kemudian plasma menurun sehingga terjadi hemokonsentrasi disebabkan oleh karena
diuresis. Haemoglobin, hematokrit dan eritrosit mendekati keadaan sebelum
melahirkan. Lymposit menurun, leukosit sedikit meningkat dari 15.000 – 30.000/mm3 .
Mekanisme pembekuan darah akan aktif pada periode immediate post partum sampai
beberapa saat melahirkan sehinngga meningkatkan thromboemboli.
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang
3
sangat besar. Hemostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh
darah intramiometrium. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular
diberikan segera setelah plasenta lahir.
Bekas implantasi urine, Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol
ke vakum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
Luka-luka , pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
Lochea adalah: cairan sekret yang berasal dari vakum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
Lochea dibagi atas:
a. Lochea rubra: Lochea Rubra, hari ke 1-3 darah deciduas, tropobilas berwarna
merah
b. Lochia serosa: berwarna pink atau cokelat konsistensi srosanguinous, sedikit
berbau amis hari ke 4-9
c. Lochia Alba: Warna kuning keputihan, sedikit berbau amis, biasanya keluar pada
hari ke 10.
d. Lochia purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
e. Lochia statis: Lochia tidak lancar keluarnya.
Serviks: Menjadi lunak segera setelah ibu melahirakn. 18 jam post partum
servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali kebentuk
semula. Servik setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan. Muara servik, yang berdilatasi sepuluh cm
sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap.
Vagina dan perineum:
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa
vagina dan rugae< dan minggu ke 4 ada. Perubaahn progesteron dapat menyebabkan
menurunya lubrikasi vagina dan mukosa vagina menipis. Episiotomi 2-3 minggu
tanda infeksi, tanpa atau dengan episperenium edema dan agak memar. Vagina yang
semula teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu
setelah bayi lahir, bentuk berubah dan dalam 2 minggu seperti mulut ikan.
4
B. Sistem Endokrin
a. Hormon plasenta selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang
besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon
yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human plasental
tactogen (hpl), Estrogen dan kortisol serta plasental enzyme insulinase membalik
efek diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna
pada masa puerperium.
Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setealh plasenta keluar,
kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pasca partum. Penurunan kadar
estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra
seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan mensturasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum berbeda pada wanita menyusui kadar
prolaktin serum yang tinggi tampaknya berperan dalam menekan ovulasi karena
kadar FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui disimpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
C. Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil(kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjasl sedangkan poenurunan kadar steroid
setelkah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal
selama post partum.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kuira0kira 2-8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi
ureter serta pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil.
a. Komponen urine:
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria
positif pad ibu menyusui merupakan hal normal. BUN meningkat selama masa
pasca partum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan
kelebihan protein didalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan
(+1) selama 1-2 hari setelah wanita melahirkan.
b. Diuresis pasca partum
5
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan
yang tertimbun disaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk
mengurangi cairan terretensi selama masa hamil adalah diaforesis luas, terutama
padsa malam hari selama 2-3 hari pertama pasca persalinan. Diuresis pasca
partum yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan
tekanan pada vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah
akibat kehamilan ,merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan
cairan.
c. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pad uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai daerah-daerah kecil
hemoragik. Pengambilan urine melalui kateter sering menunjukkan adanya trauma
pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami udema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih
setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk
berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau
mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah
wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini
bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik.
D. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi
makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesik, anastesia dan
keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas kekeadaan normal.
c. Defekasi
Bab secar spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
6
persalinan dan pada awal masa pasca partum, Diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Kebiasaan BAB yang teratur
perlu dicapai kembali seteh tonus usus kembali ke normal.
E. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstra vaskuler. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah menurun dengan lambat
sampai mencapai sebelum hamil. Banyak ibu kehilangan 300-400 ml darah sewaktu
melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar 2 kali lipat jumlah ini pada saat
operasi sesaria.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil segera setealh wanita melahierkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih
tinggi selam 30 -60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta
tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
c. Tanda-tanda vital
Peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernapasan kembvali ke fungsi
saat waniuta tidak hamil pada bulan keenam setelah wanita melahirkan. Setelah rahim
kosong, diafgrahma menurun, aksis jantung kembali normal.
d. Komponen darah
Komponen darah meliputi:
- Hematokrit dan hemoglobin
Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volime plasma yang hihlang lebih besar
dari pada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel
darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke 3 ke 7 pasca
partum.
7
Leukositosis normal pada kehamilan rata rat sekitar 12.000/mm 3 , selama 10-12 hari
pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/ mm3 , merupakan
hal yang umum.
e. Faktor koagulasi
Faktor-faktor dan fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan
ytetap meningkat pada awal purperium. Keadaan hiperkoagulasi, yang bisa diiringi
kerusakan pembuluh darah dan immobilisasi, mengakibatkan peningkatan resiko
tromboembolisme, terutama setelah wanita mealhirkan secara sesaria. Aktivitas
fibrinolitik juga meningkat beberapa hari pertama setelah bayi lahir. Faktor
pembekuan darah I,II,VIII .IX dan 10 menurun dalam beberapa hari untuk mencapai
kadar sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin, yang kemungkinan dilepaskan dari
bekas tempat plasenta juga dapat ditemukan dalam darah maternal.
F. Sistem Neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium ,merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita
saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan
akan menghilang setelah wanita melahirkan.Nyeri kepala pasca partum bisa
disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat kehamilan, stress .
G. Sistem Muskuloskletal
Adaptasi sistem muskuloskletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa post partum. Adaptasi ini mencakup hal-hal
yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi lengkap sendi pad minggu keenam dan ke
delapan setelah wanit melahirkan.
H. Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnyasetelah bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut
akan menetap.Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar, tetapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti
8
spider angioma, eritema palmar, dan epulis biasanya berkurang sebagai respons
terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir.
11
10. Depresi Post Partum
a) Definisi
Depresi post partum adalah perasaan bersalah yang disebabkan oleh adanya
kekecewaan, kelelahan post partum yang tidak dimengerti oleh klien yang dapat
menyebabkan depresi.
b) Tanda dan gejala :
- Perasaan bersalah
- Merasa cemas
- Menjaga jarak dengan bayinya
- Mudah tersinggung dan terluka
- Gangguan nafsu makan dan pola tidur
- Merasa segala yang dilakukan salah
- Depresi bila kehamilan tidak diinginkan
Penyebab
factor predisposisi bisa berhubungan dengan hormonal, stress.
Intervensi keperawatan:
- Jika depresi mayor berlanjut, pasien perlu dirawat
- Dukungan dari keluarga diperlukan
- Terapi individual
- Pemberian obat : Anti depresan.
14
15
11. PATOFISIOLOGI
Resti
infeksi
16
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM
A. PENGKAJIAN
Wawancara
1. Biodata klien
Nama, umur, pekerjaan, tanggal pengkajian, nomor medikal record, alamat,
suku/bangsa, agama.
2. Biodata penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama, alamat, hubungan dengan
klien.
3. Keluhan Utama
4. Riwayat kesehatan sekarang dan sebelumnya yang berhubungan dengan ANC
5. Riwayat persalinan/kelahiran: spontan, induksi, partus lama, BBLR, dan BBLB
6. Riwayat post partum terdahulu: perdarahan, hipertensi akibat kehamilan
7. Riwayat penyakit yang diderita: pernapasan, kardiovaskuler, diabetes melitus
8. Riwayat kesehatan keluarga: hipertensi, DM.
9. Riwayat post partum sekarang:
- Masa post partum: imediate, early, late.
- Keluhan: perdarahan, infeksi, after pain, hipertensi
- Adaptasi fisiologi: fase taking in, taking hold, letting go
- Konsep diri (gambaran diri): post partum blues, depresi.
- Status emosional: interaksi dengan keluarga, bayi, perawat.
- Reaksi sibling dan keluarga
- Tingkat pengetahuan ibu atau keluarga
Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
- Warna dan kehangatan kulit, status respirasi
- Kaji respon klien (tingkat kesadaran, pusing, hipotensi ortostatik), menggigil
- Tanda-tanda vital: bradikardi minggu pertama, suhu hipertermi dalam 24 jam
pertama (dalam 10 hari post partum, indikasi adanya infeksi).
17
b. Pemeriksaan head to toe
- Dada
Payudara, luka, pembengkakan, laktasi, kebersihan, puting susu lecet, keluaran dari
puting, puting datar atau tenggelam.
- Abdomen
TFU, kontraksi, insisi SC, linea/striae, diastasis rectus abdominalis.
- Vagina dan vulva
Varises, oedem, perlukaan episiotomi (REDA: Red (kemerahan) Edema Discharge
Aproxymately), Lochea. Perineum: Anus, hemoroid.
- Ekstremitas
Varises, edema, homan’s sign, reflek patela
Data penunjang
2. Pemeriksaan hematologi: Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12000/mm3. selama 10-12 hari
pertama setelah bayi baru lahir, nilai leukosit antara 20000 dan 25000 /mm3
merupakan hal yang umum.
3. EKG
18
B. ANALISA DATA
19
perawatan anaknya ↓
kurang pengetahuan tentang
perawatan post partum
↓
stres bagi ibu
↓
Cemas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka episiotomi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan post partum dan perawatan bayi baru lahir.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan kontraksi uterus tidak adekuat.
5. Resti infeksi berhubungan dengan perdarahan atau lochea pervagina
20
21
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa Tupan : - Atur posisi klien dengan senyaman - Membantu mengurangi rasa
nyaman : Nyeri b.d Nyeri berkurang atau teratasi mungkin sesuai kebutuhan klien nyeri
luka episiotomi Tupen : - Beri kesempatan klien mengungkapkan - Sarana distraksi dari
Setelah dilakukan intervensi pengalaman yang lalu dan nyeri pengaruh nyeri
keperawatan selama 3x24 jam nyeri persalinan, beri ucapan selamat atas
berkurang atau teratasi, dengan kelahiran bayinya
criteria : - Beri perawatan rutin selama post - Kecemasan karena kurang
- Klien tidak mengeluh nyeri partum informasi dapat
- Nyeri hilang atau berkurang meningkatkan rasa nyeri
- Skala nyeri menurun 0 – 1 - Ajarkan teknik relaksasi dan napas - Menngkatkan rasa control
- Klien bebas untuk bergerak atau dalam dan menurunkan
beraktivitas ketidaknyamanan after pain
- Klien tampak tidak menahan - Ciptakan lngkungan yang tenang - Mengurangi stimulasi dan
nyeri meningkatkan ketegangan
persepsi nyeri
2. Gangguan mobilitas Tupan : - Kaji kemampuan kliein dalam - Mengidentifikasi sehingga
fisik b.d nyeri Mobilitas terpenuhi pemenuhan ADL nya bantuan yang diberkan
Tupen : dapat disesuaikan dengan
Setelah dilakukan intervensi kemampuan klien
keperawatan selama 8 jam mobilitas - Bantu ADL klien sesuai - ADL tetap terpenuhi
22
terpenuhi, engan criteria : kemampuannya
- Kebutuhan ADL terpenhi - Dekatkan alat-alat untuk memenuhi - ADL klien terpenuhi
- Personal hygiene terpenuhi ADL agar mudah dijangkau dengan bantuan minimal
dan melatih klien untuk
ambulasi
- Lakukan perawatan perineum setiap - Mempercepat penyembuhan
hari luka episiotomi sehingga
klien cepat mandiri
melakukan ADL
3 Gangguan rasa Tupan : - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang - Mengetahui tingkat
aman : cemas b.d Cemas berkurang / teratasi perawatan post partum dan bayi pengetahuan klien sehingga
kurangnya Tupen : intervensi dapat ditentukan
pengetahuan tentang Setelah dilakukan intervensi dengan tepat
perawatan post keperawatan selama 1 – 2 kurang, - Health education tentang perawatan - Meningkatkan pengetahuan
partum dan dengan criteria : post partum dan bayi baru lahir klien tentang perawatan
perawatan bayi - Klien tidak merasa cemas, takut post partum dan bayi baru
- Klien terlihat tenang lahir, sehingga dapat
- Ekspresi wajah klien segar menurunkan kecemasan
- TTV dalam batas normal - Anjurkan keluarga untuk memberi - Meningkatkan koping,
dukungan pada klien cemas dapat dikurangi
4 Resiko perdarahan Tupan : - Observasi tanda – tanda vital - Merupaka
b.d kontraksi uterus Perdarahan tidak terjadi n indicator terjadinya resiko
23
yang tidak adekuat Tupen : perdarahan
Setelah dilakukan intervensi - Monitor HB dan leukosit - Mengetah
keperawatan dalam waktu 3 – 4 jam ui indikasi terjadinya
perdarahan tidak terjadi, dengan - Kolaborasi dengan dokter untuk anemia
criteria : pemberian cairan infus - Menggant
- Perdarahan di uterus tidak ada i kekurangan volume darah
- Klien tidak tampak pucat dan cairan elektrolit dalam
- TD nolmal tubuh
5. Resiko tinggi infeksi Tupan : - Berikan perawatan perineum setiap hari - Menjaga kebersihan
b.d perdarahan atau Infeksi tidak terjadi sehingga terhindar dari
lochea pervaginam Tupen : - Anjurkan ibu untuk membersihkan infeksi
Setelah dilakukan intervensi vagina dengan benar setelah BAB/BAK - Menjaga kebersihan klien
keperawatan selama 7 jam infeksi sehingga infeksi dapat
tidak terjadi, dengan criteria : - Bantu adanya tanda – tanda infeksi saat dihindari
- Tanda – tanda infeksi tidak ada melakukan perawatan perineum - Deteksi dini terhadap
- Bau lochea normal adanya infeksi perinum
24
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Buku Saku Edisi 8. Jakarta: EGC.
Alih bahasa: Monica Ester.
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keuarga. Jakarta:
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan DEPKES RI.
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus. 2003. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Hipokrates.
25