Vous êtes sur la page 1sur 12

Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014

Hal. 53-64

POTENSI RHIZOBAKTERI DARI TANAMAN KUBIS


(Brassica oleracea var. capitata L.) DAERAH GETASAN SEMARANG
SEBAGAI AGEN BIOBAKTERISIDA TERHADAP PATOGEN
Xanthomonas campestris

Maya Fitriana Ilul Fahmi, Anto Budiharjo1, Agung Suprihadi1


1. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang,
Semarang 50275 Telepon (024)7474754; Fax. (024)76480690
email: mayafitrianailulfahmi@gmail.com

ABSTRACT

Rhizobacteria are bacteria that live around plant roots but do not cause negative effects on their
host and are known to act as a biobactericide agent. The use of chemical-based pesticide against plant
pathogen can be replaced with rhizobacteria. The objectives of this research were to isolate rhizobacteria
from cabbage, explored from Getasan, Semarang and to determine the ability of the isolates to inhibit
pathogens Xanthomonas campestris causing black rot on cabbage in vitro. The research concisted of
rhizobacterial isolation, morphologic bacterial characterization, antibacterial test, and molecular and
biochemical identification of the isolates. The isolation obtained seventeen rhizobacterial isolates. Four
isolates (K.1, K.3, K.9 and K.12) showed potency as an biobactericide agent against pathogenic X.
campestris. K.9 had the best ability to inhibit the growth of X.campestris by 12,6 mm. Based on
molecular identification K.9 was Bacillus cereus strains BF15. Morphology and Biochemistry test
showed that isolates K.9 is gram positive bacteria shaped bacilli, able to form an endospore, positive in
hydrolysing starch , fermentation glucose, motile, aerobic and negative in the fermentation of manitol and
arabinosa.

Keywords : Antibacterial, Rhizobacteria, Cabbages, black rot disease, Xanthomonas. campestris

ABSTRAK

Rhizobakteri merupakan bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman, tidak menimbulkan efek
negatif pada tanaman inangnya, dan diketahui dapat berperan sebagai agen biobakterisida. Penggunaan
pestisida kimia untuk mengendalikan patogen tanaman dapat digantikan dengan memanfaatkan
rhizobakteri. Tujuan penelitian ini ialah mengisolasi rhizobakteri dari tanaman kubis di daerah Getasan,
Semarang serta menguji kemampuan isolat tersebut untuk menghambat pertumbuhan koloni patogen
Xanthomonas campestris penyebab penyakit busuk hitam pada kubis secara in vitro. Penelitian ini
dilakukan dengan isolasi rhizobakteri, karakterisasi isolat bakteri secara morfologi, uji antibakteri,
identifikasi secara molekuler dengan 16S rRNA, dan uji konfirmasi biokimia. Hasil isolasi diperoleh
tujuh belas isolat rhizobakteri dan terdapat empat isolat yang memiliki potensi sebagai agen
biobakterisida terhadap patogen X. campestris. Isolat tersebut adalah K.1, K.3, K.9 dan K.12. Isolat K.9
memiliki daya hambat terbesar terhadap X. campestris yaitu 12,6 mm. Isolat ini diidentifikasi secara
molekuler sebagai Bacillus cereus strain BF15. Hasil uji konfirmasi morfologi dan biokimia
menunjukkan bahwa isolat K.9 merupakan bakteri gram positif berbentuk basil, dapat membentuk
endospora, positif terhadap hidrolisis pati, fermentasi glukosa, bersifat motil serta hidup pada kondisi
aerob dan negatif terhadap fermentasi arabinosa dan manitol.

Kata kunci : Antibakteri, Rhizobakteri, Tanaman Kubis, Busuk hitam, Xanthomonas. Campestris

PENDAHULUAN Produksi kubis di Indonesia pada periode 2008 –


2012 cenderung mengalami kenaikan dari tahun
Tanaman Kubis mempunyai arti ekonomi 2008 dengan produksi sebesar 1.323.702, pada
dan nutrisi yang penting karena sebagai sumber tahun 2009 produksi sebesar 1.358.113, pada
pendapatan petani di daerah dan sumber gizi tahun 2010 produksi sebesar 1.385.044, pada
seperti, vitamin A dan C, protein, lemak, tahun 2011 produksi sebesar 1.363.741 dan pada
karbohidrat dan serat yang sangat dibutuhkan oleh tahun 2012 produksi sebesar 1.432.318
tubuh manusia (Sastrosiswojo et al., 2005). (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Penyakit
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

busuk hitam ( black rot ) adalah salah satu tersebut sering ditemukan di daerah rendah akibat
penyakit yang paling merusak kubis. Penyakit tanaman selalu basah untuk waktu yang lama,
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

sehingga memudahkan tersebarnya bakteri tanaman (Kennedy et al., 2004). Oleh karena itu
(Pracaya, 2001). Daun-daun kubis yang penelitian mengenai isolasi rhizobakteri yang
terserang penyakit busuk hitam mempunyai gejala beradaptasi dengan baik pada kondisi daerah
terdapat bintik-bintik hitam dan dalam waktu setempat dan pengujian daya hambat terhadap
singkat. Tanaman mati secara serentak (Direktorat pertumbuhan patogen Xanthomonas campestris
Perlindungan Hortikultura, 2013). Penyakit busuk perlu dilakukan. Evaluasi daya hambat
hitam disebabkan oleh bakteri Xanthomonas rhizobakteri terhadap pertumbuhan koloni
campestris. Bakteri ini berbentuk batang, patogen secara in vitro merupakan langkah awal
berukuran (0,7-3,0) μm x (0,4-0,5) μm, untuk mengetahui keefektifannya sebagai agen
membentuk rantai, berkapsula, tidak berspora, dan biobakterisida.
bergerak dengan satu flagelum polar (Semangun, Karakterisasi isolat rhizobakteri secara
1989). molekuler juga perlu dilakukan. Hal itu bertujuan
Menurut Walangadi (2000), sebagian untuk mengetahui spesies isolat rhizobakteri
besar petani sayuran cenderung menggunakan potensial, sehingga mempermudah dalam hal
pestisida secara berlebihan yang bertujuan untuk produksinya sebagai agen biobakterisida.
mengamankan produksi. Menurut konsep Karakterisasi secara molekuler dilakukan
pertanian konvensional, penggunaan pestisida berdasarkan analisis sekuens gen 16S rRNA
dilakukan secara berjadwal yang dilakukan dengan metode Polymerase Chain Reaction
sebelum terjadi serangan hama dan penyakit, (PCR).
sebagai langkah awal pencegahan.
Sistem budidaya pertanian konvensional METODELOGI
yang dianut oleh petani hanya berorientasi pada
Tempat dan waktu Penelitian
upaya memaksimalkan produktivitas secara nyata
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
namun kurang diikuti dengan kesadaran akan
Bakteriologi dan Biomolekuler Laboratorium
kemunduran kualitas lingkungan dan
Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.
pengurangan stabilitas produksi. Tingginya
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
penggunaan pestisida sintetik pada tanaman dapat
2014 - Juni 2014.
menimbulkan pengaruh negatif, seperti resistensi
hama, timbulnya hama sekunder atau hama baru,
Bahan dan Alat
terbunuhnya parasit dan predator serta serangga
Bahan-bahan yang digunakan adalah
berguna lainnya. Selain itu, tingginya residu
sampel tanah kubis di daerah Getasan, akuades,
pestisida yang terkandung dalam produk pertanian
isolat Xanthomonas campestris Laboratorium
dapat menyebabkan keracunan pada manusia
Hama dan Penyakit Tanaman Universitas
dalam jangka panjang.
Brawijaya, isolat Bacillus subtillis Laboratorium
Alternatif lain yang dapat dikembangkan
Mikrobiologi Universitas Diponegoro, tryptic soy
dalam upaya pencegahan penggunaan pestisida
agar (TSA), tryptic soy broth (TSB), agar,
kimiawi adalah dengan budidaya pertanian
glukosa, arabinosa, manitol, triptikase, fenol red,
organik. Pertanian organik merupakan teknik
beef extract, pepton, pati, larutan lugol, larutan
pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia,
kristal violet, larutan alkohol aseton, larutan
tetapi menggunakan bahan-bahan organik
safranin, paper disc, alkohol 70% Hidrogen
(Pracaya, 2003).
Peroksida 3%, malachite green 5%, larutan
Pertanian organik dapat dilakukan dengan
safranin 0,5%, klein A, klein B, klein C, phospat
memanfaatkan agen hayati yang bersifat antagonis
bufffer saline (PBS), ddH2O, minyak imersi,
terhadap patogen tanaman, contohnya adalah
DNA marker, etidium bromide (EtBr), agarosa
penggunaan agen pengendali hayati yang berasal
1%, bufer TAE 1x, loading buffer, Saponin 0,5%,
dari rizosfer tanaman. Penggunaan agen
chelex 20%, akuabides, DNA primer 27F dan
pengendali hayati sebagai alternatif penggunaan
1492R, Kapa (Green Master Mix), kapas, kasa,
pestisida kimia semakin banyak dikembangkan
spirtus, tissue, alumunium foil, benang dan urutan
sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap
basa nitrogen Bacillus cereus strain BF15 yang
dampak dari pestisida kimia tersebut.
bersumber dari National for Biotechnology
Rhizobakteri yang berasal dari rizosfer tanaman
Information (NCBI).
yang secara biologis telah menyatu dengan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
ekosistemnya, mempunyai kemampuan secara
ini di antaranya adalah sebagai berikut:
spesifik untuk menekan berbagai penyakit
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

Pisau/cutter, kantong plastik, pipet, erlenmeyer, Bakteri yang telah murni disimpan dalam TSA
cawan petri, gelas ukur, bunsen, autoclave, jarum miring.
ose, spreader, pinset, tabung reaksi, timbangan
analitik, mikropipet, mikrotip, rak tabung reaksi, c. Uji Daya Hambat Rhizobakteri terhadap
rotary shaker, vorteks, hot plate, Xanthomonas campestris
spektrofotometer, kuvet, gelas beker, batang Uji daya hambat dilakukan dengan
pengaduk, kaca objek dan gelas penutup, rak metode difusi agar (Rostinawati, 2009) yang
pengecatan, mikroskop, timer, jangka sorong, dimodifikasi. Masing-masing isolat rhizobakteri
mikrocentrifuge, tabung mikrotube, freezer, dan bakteri uji yang berupa X. campestris ditanam
peralatan PCR, elektroforesis, gel-doc, inkubator, dalam 5 ml media TSB sebanyak satu ose dan
Laminar air flow, camera digital dan tabung diinkubasi dalam suhu 300C selama overnight.
durham. Sebanyak 1mL kultur cair overnight X.
campestris dituang ke dalam media TSA steril
Cara Kerja 100mL. Media TSA yang telah tercampur bakteri
a. Pengambilan Sampel Tanah Perakaran X. campestris kemudian dikocok sampai suspensi
Kubis tercampur dengan merata. Suspensi tersebut
Sampel tanah diperoleh dari perakaran kemudian di tuang ke dalam cawan petri sebanyak
tanaman kubis Desa Batur, Kecamatan Getasan, 10 mL dan ditunggu hingga memadat. Paper disc
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tanah steril diletakkan secara aseptis pada permukaan
rizosfer berasal dari dua buah tanaman kubis dari agar, kemudian 15 µL kultur overnight isolat
lahan yang berbeda. Pengambilan sampel rhizobakteri diteteskan pada paper disc dan
dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman diinkubasi pada suhu 300C selama 1-2 hari.
di dekat pangkal akar untuk mengambil tanah Dilakukan pengamatan terhadap zona bening yang
yang melekat di sekitar perakaran tanaman. terbentuk di sekitar paper disc dan diukur
Kemudian akar beserta tanah yang masih melekat diameternya menggunakan jangka sorong dengan
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi ketelitian 0,05mm. Pengamatan dilakukan dengan
label sesuai dengan tempat, waktu dan tanggal cara mengukur diameter zona bening yang
pengambilan sampel. terbentuk dikurangi dengan diameter
pertumbuhan isolat uji (Ulya, 2009). Sebagai
b. Isolasi dan Pemurnian Isolat Rhizobakteri pembanding digunakan akuades sebagai kontrol
Isolasi rhizobakteri dilakukan dengan negatif
menggunakan metode dari Syamsuddin (2013)
yang telah dimodifikasi. Sebanyak 10 gram tanah d. Identifikasi Molekuler Isolat Rhizobakteri
di sekitar daerah perakaran tanaman kubis dan Potensial
butiran tanah yang melekat di permukaan akar
Ekstraksi DNA
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL,
berisi 90 mL akuades steril (pengenceran 10-1) Isolat K.9 yang menghasilkan zona
dan dikocok dengan rotary shaker berkecepatan hambatan tertinggi selanjutnya dilakukan analisis
150 rpm selama 10 menit hingga homogen. molekuler yang diawali dengan ekstraksi DNA.
Suspensi tanah 10-1 kemudian dipanaskan sampai Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan metode
suhu 80ºC selama 30 menit untuk mendapatkan Chelex (Waish et al., 1991). Proses ekstraksi
isolat dari genus Bacillus. Suspensi yang DNA diawali dengan perendaman kultur bakteri
diperoleh diencerkan secara seri hingga 10-6, dari yang berumur 24 jam ke dalam larutan yang
setiap tahapan pengenceran dihomogenkan berisi 100 µL Aquabides dan 1 mL saponin 0,5%
dengan vorteks. Suspensi tanah 10-4, 10-5, dan 10-6 selama over night pada suhu 40C, kemudian
masing-masing diambil 100 µL sampel dan disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm
disebarkan ke dalam cawan petri steril berisi selama 10 menit. Pelet kemudian diambil dan
media Tryptic Soy Agar (TSA). Masing-masing ditambahkan 100 µL ddH2O dan juga 50 µL
perlakuan diulang sebanyak dua kali (duplo) dan chelex 20%. Suspensi tersebut kemudian
diinkubasi pada suhu 27ºC selama 2x24 jam. dididihkan selama 10 menit, dan dikocok dengan
Setiap koloni yang tumbuh dikarakterisasi vorteks setiap 5 menit, lalu sentrifugasi kembali,
morfologinya, meliputi bentuk, warna, tepi, supernatan yang mengandung DNA genom
elevasi, dan permukaan. Karakterisasi secara bakteri diambil dan disimpan pada suhu 40C
mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Gram. untuk mencegah kerusakan DNA.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

(Jakarta, Indonesia) untuk penentuan sekuens 16S


Amplifikasi DNA rRNA.
Amplikasi DNA dilakukan dengan Analisis sekuens
metode PCR berdasarkan metode yang
Sekuens yang diperoleh dianalisis dengan
diungkapkan oleh Radjasa et al. (2001).
menyejajarkan urutan nukleotida dengan sekuens
Amplifikasi DNA dengan PCR dilakukan dengan
yang diduga terdapat dalam gene bank
perlakuan temperatur yaitu sebagai berikut:
menggunakan program MEGA 5.05. Daerah yang
Pradenaturasi pada 940C selama 2 menit, untuk
memiliki kesamaan urutan sekuens dianalisis
memanaskan DNA supaya untai ganda DNA
kembali menggunakan penyejajaran yang terdapat
terpisah pada, kemudian 30 siklus (denaturasi
dalam fasilitas penyejajaran Basic Local
pada 940C selama 40 detik, annealing pada 550C
Alignment Search Tool (BLAST) untuk
selama 40 detik, dan extension pada 720C selama
menentukan persentase kesamaan pasangan basa
1 menit), dilanjutkan dengan 420C selama 1 menit
dengan isolat referensi yang terdapat di gene
serta final extension pada 720C selama 5 menit
bank.
dan terakhir 40C. primer yang digunakan untuk
PCR 16S rRNA adalah primer universal 27F (5’-
e. Uji konfirmasi secara morfologi,
AGAGTTTGATCMTGGCTCAG-3’) dan primer
mikrobiologi dan biokimia Isolat K.9
1492R (5’-GGTTACCTTGTTACGACTT-3’)
(Long dan Azam, 2001). Bahan-bahan yang Uji Endospora
digunakan dalam proses PCR ini yaitu 3 µL DNA Satu ose suspensi rhizobakteri isolat K.9
sample 1,5 µL primer universal 27F; 1,5 µL dicampurkan dengan akuades steril yang telah
primer 1492R ; 25 µL Kapa (Green Master Mix); ditetesi pada kaca preparat dan kemudian
dan 19 µL ddH2O. Produk reaksi PCR kemudian dilewatkan di atas nyala api bunsen, ditetesi klein
diamati dengan elektroforesis gel dengan A didiamkan selama 5 menit, cuci dengan air
menggunakan konsentrasi agarosa 1%. mengalir dan keringanginkan, lalu ditetesi klein B
didiamkan 2 menit, cuci dengan air mengalir dan
Elektroforesis DNA keringanginkan, selanjutnya ditetesi klein C
Konsentrasi gel agarosa yang digunakan didiamkan 2 menit, cuci dengan air mengalir dan
adalah 1 %. Agarosa ditimbang sebanyak 1 g keringanginkan, kemudian amati di bawah
dimasukkan ke dalam 100 mL buffer TAE 1x. mikroskop.
Agarosa dilarutkan ke dalam microwave oven Uji Motilitas
selama 1 menit. Agarosa yang telah larut
kemudian didinginkan hingga memiliki suhu Uji motilitas dilakukan dengan
sekitar 550C lalu ditambahkan EtBr sebanyak 5,33 menanamkan isolat K.9 pada media TSA semi
µL. Cetakan elektroforesis disiapkan dan sisir solid dengan cara tusuk (stab inoculation)
dipasang pada atangki elektroforesis. Campuran sedalam 5 cm, kemudian diinkubasi pada suhu
kemudian dituang dalam gel tray yang dipasang kamar selama 1x24 jam. Hasil positif (motil)
sisir untuk mencetak sumuran. Sisir elektroforesis ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan bakteri
kemudian diambil setelah gel memadat. Gel yang menyebar di sekitar tusukan inokulasi dan
dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis yang juga pada permukaan media yang semi solid,
telah diisi dengan buffer elektroforesis dengan hasil negatif ditunjukkan jika bakteri hanya
konsentrasi larutan TAE 1x. tumbuh pada daerah tusukan saja.
Produk PCR yang akan dielektroforesis Uji Katalase
diambil sebanyak 5 µL dengan menggunakan
mikropipet dan dimasukkan ke dalam sumuran Koloni isolat K.9 diambil dari media TSA
gel. DNA marker juga dimasukkan ke dalam diambil sebanyak satu ose, kemudian digoreskan
sumuran. Tegangan yang digunakan sebesar 100 di atas kaca objek yang kering. Hidrogen
V selama 30 menit. Hasil elektroforesis kemudian peroksida 3% diteteskan sebanyak 2-3 tetes pada
diamati dengan gel-doc. Produk PCR dikatakan usapan bakteri. Apabila terbentuk gelembung
berhasil jika hanya tampak satu pita DNA dengan udara, maka uji katalase dinyatakan positif.
panjang basa yang sesuai dan dapat dibandingkan Bakteri aerob memberikan reaksi yang positif
dengan DNA marker. Produk PCR yang diperoleh terhadap uji katalase, sedangkan bakteri anaerob
selanjutnya dikirim ke PT Genetika Science tidak menunjukkan reaksi yang positif.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

Uji Hidrolisis Pati 10 K.10 - - -


11 K.11 - - -
Satu ose isolat K.9 ditanam dengan 12 K.12 10,05 8,0 2,05
metode goresan pada medium agar pati. Kultur 13 K.13 - - -
diinkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam. 14 K.14 - - -
15 K.15 - - -
Larutan lugol diteteskan di sekitar biakan setelah 16 K.16 - - -
terlihat pertumbuhan koloni dan dibiarkan selama 17 K.17 - - -
5 menit. Hasil yang tampak diamati dan dicatat.
Uji hidrolisis pati positif terdapat daerah bening Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri
pada medium yang mengandung pati setelah ke-tujuh belas isolat diperoleh empat isolat yang
penambahan larutan lugol. menghasilkan zona hambatan yaitu isolat
Uji Fermentasi Karbohidrat K.1,K.3,K.9 dan K.12. Berikut adalah zona
hambatan yang diperoleh masing-masing isolat
Satu ose isolat K.9 diinokulasikan yang disajikan pada Gambar 1 dan 2.
kemedium glukosa cair fenol merah, arabinosa
cair fenol merah dan manitol cair fenol merah
(dengan tabung durham). Kultur diinkubasi
selama 24-48 jam pada suhu kamar. Perubahan
yang terjadi diamati dan dicatat.Uji fermentasi
karbohidrat positif jika warna merah medium
fermentasi berubah menjadi kuning.

HASIL DAN PEMBAHASAN K.10 kontrol


K.9
Isolasi rhizobakteri dari perakaran kubis
menghasilkan tujuh belas isolat rhizobakteri, ke-
tujuh belas isolat yang ditemukan umumnya
berbentuk circular, berwarna putih susu sampai
krem keputihan, tepian rata, elevasi raised dan
flat, ukuran sedang, bentuk sel basil dan K.12 K.11
kebanyakan merupakan bakteri Gram positif.
1. Uji Antibakteri Isolat Rhizobakteri
Gambar 1. Uji aktivitas antibakteri isolat K.9 &
Tujuh belas isolat rhizobakteri tersebut K.12 terhadap X. campestris inkubasi
kemudian dilakukan uji aktivitas antibakteri 24 jam pada suhu 30OC
terhadap Patogen Xanthomonas campestris untuk
mengetahui aktivitas antibakteri. Hasil
pengamatan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah
ini.

Tabel 1. Aktivitas antibakteri isolat rhizobakteri


terhadap Xanthomonas campestris

No Isolat Diameter Diameter Zona


Keseluruhan koloni hambat
zona bening rhizobakter yang K.1 K.1
(mm) (mm) dihasilkan 7
(mm) K.2
1 K.1 13,3 8,0 5,3 K.3 kontrol
2 K.2 - - -
3 K.3 11,2 8,0 3,2
4 K.4 - - -
5 K.5 - - -
6 K.6 - - -
7 K.7 - - -
8 K.8 - - - Gambar 2. Uji aktivitas antibakteri isolat K.1 &
9 K.9 31,05 18,45 12,6
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

K.3 terhadap X. campestris inkubasi RNA, dan protein memegang peranan penting
24 jam pada suhu 30OC. dalam mekanisme sel secara normal (Pelezar &
Chan, 2005 dalam Ulya, 2009).
Kemampuan dalam menghambat Rhizobakteri yang sering dimanfaatkan
pertumbuhan Xanthomonas campestris sebagai agen biobakterisida diantaranya adalah
ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat di anggota dari genus Bacillus dan Pseudomonas.
sekitar isolat rhizobakteri. Pengukuran zona Namun penggunaan rhizobakteri yang berasal dari
hambat dilakukan dengan melihat zona bening genus Bacillus lebih menguntungkan karena dapat
yang terbentuk dikurangi dengan diameter membentuk endospora yang memiliki sifat sangat
pertumbuhan isolat rhizobakteri (Ulya, 2009). resisten terhadap panas, kekeringan dan zat
Isolat K.9 mampu menghambat pertumbuhan kimiawi (Sridhar, 2010).
bakteri uji X.campestris dengan membentuk zona Genus Bacillus merupakan bakteri yang
hambatan yaitu sebesar 12,6 mm, sedangkan dapat digunakan sebagai agen biokontrol (Jack et
isolat K.1, K.3 dan K.12 secara berturut-turut al., 1995), karena menghasilkan zat antimikroba
membentuk diameter zona hambat sebesar 5,3 yang berupa antibiotik dan bakteriosin. Namun
mm, 3,2 mm dan 2,05. Hasil pengukuran diameter pada umumnya senyawa antimikroba yang
zona hambat menunjukkan bahwa isolat K.9 dihasilkan genus Bacillus berupa bakteriosin.
memiliki daya hambat kuat terhadap bakteri gram Bakteriosin adalah peptida antimikroba yang
negatif X. campestris, sedangkan isolat K.1 disintesis secara ribosomal yang dihasilkan
memiliki daya hambat sedang dan untuk isolat sejumlah bakteri (Martirani et al., 2002) dan
K.3 dan K.12 memiliki daya hambat lemah mempunyai pengaruh bakterisidal dan
terhadap bakteri X. campestris. Penentuan kriteria bakteriostatik terhadap bakteri yang mempunyai
ini berdasarkan Davis & Stout (1971 dalam Dewi, hubungan dekat dengan bakteri penghasilnya (Ko
2010) yang melaporkan bahwa ketentuan & Ahn, 2000). Terdapat berbagai macam jenis
kekuatan daya antibakteri sebagai berikut: zona bakteriosin yang diproduksi oleh genus Bacillus
hambatan 20 mm atau lebih termasuk sangat kuat, diantaranya adalah cerein yang dihasilkan oleh
zona hambatan 10-20 mm kategori kuat, zona Bacillus cereus (Oscariz & Pisabarro, 2000),
hambatan 5-10 mm kategori sedang, dan zona subtilin, subtilosin yang dihasilkan oleh B.
hambatan 5 mm atau kurang termasuk kategori subtillis (Stein et al., 2004), megacin yang
lemah. dihasilkan oleh B.megaterium (Tagg et al., 1976),
Zona hambat yang terbentuk coagulin yang dihasilkan oleh B. Coagulans
mengindikasikan bahwa isolat K.1, K.3 K.9 dan (Hyronimus et al., 1998), tochicin yang
K.12 dapat menghasilkan senyawa anti mikroba dihasilkan oleh B. thuringiensis (Paik et
ekstraseluler yang mampu menghambat al., 1997) dan bacillocin yang dihasilkan oleh B.
pertumbuhan mikroba dalam hal ini X. liceniformis (Martirani et al., 2002).
campestris. Senyawa anti mikroba yang Mekanisme kerja bakteriosin dalam
dihasilkan dapat berupa antibiotik, dan enzim melawan bakteri lain secara umum dengan
degradatif seperti kitinase, glukanase (Kavitha & menyerang membran sitoplasma (Montville &
Vijayalakshmi, 2007 dalam Ulya, 2009). Chen, 1998) melalui pembentukan pori membran
Aktivitas penghambatan senyawa anti sitoplasma (Sablon et al., 2000) dan penembusan
mikroba secara umum dapat dilakukan dengan membran sel sehingga meningkatkan
berbagai mekanisme, di antaranya adalah: permeabilitas membran sitoplasma (Jack et al.,
merusak dinding sel dengan cara menghambat 1995) atau penghambatan pembentukan septum
pembentukan maupun merubah setelah terbentuk; (Martinez et al., 2000).
merubah permeabilitas membran sel. Kerusakan
pada membran sel berakibat terhambatnya 2. Identifikasi Isolat Rhizobakteri Potensial
pertumbuhan sel atau matinya sel, karena Secara Molekuler
membran bertujuan memelihara integritas
Isolat terbaik yang menghasilkan daya
komponen-komponen seluler; merubah molekul
hambatan tertinggi yaitu isolat K.9, selanjutnya
protein dan asam nukleat; menghambat kerja
dilakukan karakterisasi secara molekuler untuk
enzim yang mengakibatkan terganggunya
mengetahui jenis ataupun spesiesnya.
metabolisme sel atau matinya sel; menghambat
Karakterisasi molekuler dilakukan berdasarkan
sintesa asam nukleat dan protein yang berakibat
analisis sekuens gen 16S rRNA dengan metode
terganggunya aktivitas metabolisme karena DNA,
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

Polymerase chain reaction (PCR). Tahap ini bakteri diambil dan disimpan pada suhu 40C untuk
diawali dengan ekstraksi DNA genom untuk mencegah kerusakan DNA.
mendapatkan total DNA secara keseluruhan dari Hasil ekstraksi DNA kemudian
sel bakteri. Penggunaan metode chelex tergolong diamplifikasi menggunakan PCR. DNA yang
cepat dan sederhana dibandingkan dengan metode diamplifikasi adalah daerah 16S rRNA yang
lain, selain itu juga DNA menjadi lebih tahan merupakan daerah konservatif dan urutan basanya
lama karena dapat terhindar dari kerusakan secara bervariasi sehingga dapat digunakan untuk
enzimatis. Suspensi tersebut kemudian dididihkan menentukan hubungan filogenetik bakteri.
selama 10 menit, lalu sentrifuge kembali, Yuwono (2008) menjelaskan bahwa PCR adalah
supernatan yang mengandung DNA genom
suatu metode enzimatis untuk melipat gandakan melalui perbedaan dan variasi urutan pasangan
secara eksponensial suatu sekuen nukleotida basanya.
tertentu dengan cara in vitro. Sekuens yang Produk PCR selanjutnya dielektoforesis
digandakan adalah 16S rRNA dengan untuk mengetahui ukuran DNA. Elektroforesis
mengunakan primer universal bakteri 27F dan merupakan teknik yang digunakan untuk
1492R. Menurut Bottger (1996) aplikasi memisahkan dan memurnikan fragmen-fragmen
molekular untuk menganalisis keragaman DNA. Pemisahan fragmen DNA dilakukan
mikroba melalui analisis gen 16S rRNA sesuai dengan menggunakan medan listrik sehingga
untuk mengidentifikasi mikroorganisme karena panjang fragmen dapat diidentifikasi. (Ausubel et
16S rRNA mampu mewakili semua informasi al., 1998; Clark & Christopher, 2008). Hasil dari
filogenetik dan lebih praktis. Gen 16S rRNA elektroforesis divisualisasi dengan menggunakan
terdapat pada semua organisme prokariot yang Gel-doc .Visualisasi hasil PCR pada Gel-doc
dapat digunakan untuk mengidentifikasi bakteri disajikan pada Gambar 3.

1 2

2000 bp
1360 bp
bp 1200 bp
800 bp

Gambar 3. Visualisasi hasil amplifikasi sekuens 16S rRNA isolat K.9 pada konsentrasi gel agarosa 1% (lane
1 = Isolat K.9, lane 2 = marker DNA)

Produk PCR tersebut selanjutnya sebanyak 1360 bp. Urutan basa nitrogen hasil
dilakukan sekuensing untuk menentukan urutan sekuensing isolat bakteri K.9 dapat dilihat pada
basa nitrogen. Berdasarkan hasil sekuensing Gambar 4.
diperoleh bahwa isolat K.9 memiliki susunan basa

GGGCGGGTGCTATAATGCAGTCGAGCGAATGGATTAGAGAGCTTGCTCTTATGAAGTTAGCGGCGGACGGGTGAGT
AACACGTGGGTAACCTGCCCATAAGACTGGGATAACTCCGGGAAACCGGGGCTAATACCGGATAACATTTTGAACT
GCATGGTTCGAAATTGAAAGGCGGCTTCGGCTGTCACTTATGGATGGACCCGCGTCGCATTAGCTAGTTGGTGAGGT
AACGGCTCACCAAGGCAACGATGCGTAGCCGACCTGAGAGGGTGATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAG
ACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGGAATCTTCCGCAATGGACGAAAGTCTGACGGAGCAACGCCGCGTGAGTGATG
AAGGCTTTCGGGTCGTAAAACTCTGTTGTTAGGGAAGAACAAGTGCTAGTTGAATAAGCTGGCACCTTGACGGTACC
TAACCAGAAAGCCACGGCTAACTACGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGTAGGTGGCAAGCGTTATCCGGAATTATT
GGGCGTAAAGCGCGCGCAGGTGGTTTCTTAAGTCTGATGTGAAAGCCCACGGCTCAACCGTGGAGGGTCATTGGAA
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

ACTGGGAGACTTGAGTGCAGAAGAGGAAAGTGGAATTCCATGTGTAGCGGTGAAATGCGTAGAGATATGGAGGAA
CACCAGTGGCGAAGGCGACTTTCTGGTCTGTAACTGACACTGAGGCGCGAAAGCGTGGGGAGCAAACAGGATTAGA
TACCCTGGTAGTCCACGCCGTAAACGATGAGTGCTAAGTGTTAGAGGGTTTCCGCCCTTTAGTGCTGAAGTTAACGC
ATTAAGCACTCCGCCTGGGGAGTACGGCCGCAAGGCTGAAACTCAAAGGAATTGACGGGGGCCCGCACAAGCGGTG
GAGCATGTGGTTTAATTCGAAGCAACGCGAAGAACCTTACCAGGTCTTGACATCCTCTGAAAACCCTAGAGATAGG
GCTTCTCCTTCGGGAGCAGAGTGACAGGTGGTGCATGGTTGTCGTCAGCTCCTGTCCGGAGATGTTGGGTTAAGTCC
CGCAACCAAGCGCAACCCTTTGATCTTAAGTTGCCATCATTAAGTTTGGGCACTCTTAAGGGTAACTGCCCGGTGAC
AAACCCGGAAGAAAGGTGGGGGATAGACGTCAAAATCATTCATGCCCCCTTAAGACCTTGGGCTTACACACGTGGC
GTAAAATGGAACGGGTACAAAAGAGCTTGCAAGAACCCCGAAGGTTGGAACTTAATCTCCTGGAAAACCGGTTTCC
ATTCGGAATTGTAGCCTGACCTTCGGCCTTACAATGGAAACTGGGAAA

Gambar 4. Urutan basa nitrogen hasil sekuensing isolat K.9. (A= Adenin; T= Timin; G= Guanin, C=
Sitosin)

Hasil sekuensing dianalisis dengan Hasil sekuensing dilanjutkan dengan


menggunakan urutan basa isolat yang dimiliki merekonstruksi pohon filogenetik (Gambar 5).
oleh National Center for Biotechnology Pohon filogenetik dibuat dalam bentuk neighbor
Information (NCBI). Hasil menunjukkan bahwa joining dengan beberapa jenis bakteri penghasil
terdapat kesamaan homologi sebesar 97% antibakteri dan beberapa genus bakteri lainnya
terhadap bakteri Bacillus cereus strain BF15. sebagai pembanding.

Gambar 5. Pohon filogenetik isolat K.9

Uji boostrap merupakan suatu metode Panjang suatu cabang pada pohon filogeni
yang digunakan untuk menguji reabilitas pohon yang berbeda-beda antar spesies menunjukkan
filogenetik. Nilai boostrap terletak pada cabang- perbedaan basa nukleotida dan laju evolusinya.
cabang pohon filogenetik. Berdasarkan pohon Semakin panjang cabang yang terbentuk
filogenetik yang terbentuk pada Gambar 5. menunjukkan spesies tersebut memiliki perbedaan
diketahui bahawa hasil percabangan isolat K.9 basa DNA yang lebih besar daripada spesies
dan bakteri B. cereus strain BF15 menunjukkan lainnya. Sebaliknya, semakin pendek suatu
nilai boostrap 100%. Hal tersebut menunjukkan cabang menunjukkan perbedaan basa nukleotida
bahwa posisi filogenetik tersebut telah maksimal dan laju evolusi yang lebih sedikit (Wijaya, 2013).
dan tidak akan ada percabangan baru di antara Selanjutnya dilakukan uji endospora, katalase,
cabang tersebut, sehingga dapat dikatakan isolat motilitas, hidrolisis pati dan fermentasi
K.9 dan bakteri B. cereus strain BF15 sangat kuat karbohidrat.. Uji ini dimaksudkan untuk
berada dalam satu kelompok/klad yang sama konfirmasi beberapa karakteristik yang dimiliki
didukung oleh nilai boostrap yang melebihi 90% oleh isolat K.9 yang kemudian dibandingkan
(Wijaya, 2013). dengan karakteristik isolat Bacillus cereus
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

berdasarkan Bergey’s Manual of Determinative Motil + +


Bacteriology (Holt et al., 1994). Hasil Hidrolisis Pati + +
karakterisasi tersebut ditunjukkan pada Tabel 2. Fermentasi
Karbohidrat + +
Tabel 2. Karakteristik morfologi, mikrobiologi  Glukosa _ _
dan biokimia isolat K.9  Arabinosa _ _
dibandingkan dengan B. cereus  Manitol

Karakteristik yang Sifat Isolat B. cereus Keterangan : Tanda + menunjukkan hasil uji
diamati K.9 positif
Pewarnaan Gram + + Tanda – menunjukkan hasil uji
Bentuk Batang Batang negatif
Spora + +
Aerobik + +
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

Perbandingan yang terlihat pada Tabel 2. panas, kekeringan dan zat kimiawi sehingga
menunjukkan bahwa isolat K.9 memiliki menguntungkan sebagai agen biobakterisida.
karakteristik morfologi, mikrobiologi dan
biokimia yang sama dengan B. cereus. Bakteri ini DAFTAR PUSTAKA
merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang
yang dapat membentuk endospora (Gambar 6). Ausubel, F.M., R. Brent, R.E. Kingston, D.D.
Mampu hidup pada kondisi aerob, bersifat motil Moore, J.G. Seidman, J.A. Smith & K.
dengan ditunjukkan adanya pertumbuhan bakteri Struhl. 1998. Current Protocols in
yang menyebar di sekitar tusukan inokulasi Molecular Biology. John Willey & Son,
medium semisolid. Hasil uji hidrolisis pati Canada.
menunjukkan bahwa isolat K.9 positif dapat Bottger, E.C. 1996. Approachs for Identification
menghidrolisis pati, dengan ditunjukkan adanya of Microorganism. ASM News. 62:227-250.
daerah yang bewarna bening di sekitar isolat. Uji Clark, W. & K. Christopher. 2008. An
fermentasi Karbohidrat menunjukkan bahwa isolat Introduction to DNA : Spechtrophotometry,
K.9 positif dapat memfermentasikan glukosa Degradation and the “Frangekel”
yang ditunjukkan adanya perubahan warna pada Experimen http://www.zoo.utoronto.ca/.
medium cair Glucose Phenol Red yang semula Diakses 30 Juni 2014.
berwarna merah menjadi berwarna kuning dan Dewi, F.K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak
menunjukkan uji negatif terhadap arabinosa dan Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia,
manitol. Linnaeus) terhadap Bakteri Pembusuk
Daging Segar. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013.
Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran
Periode 2008 – 2012.
http://holtikultura.deptan.go.id/. Diakses
tanggal 25 Oktober 2013.
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2013.
a b Busuk Hitam.
www.ditlin.hortikultura.deptan.go.id.
Gambar 6. a. Sel vegetatif isolat K.9
Diakses tanggal 18 November 2013.
b. Endospora isolat K.9
Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneat, J.T. Staley
& S.T. Williams. 1994. Bergey’s Manual of
SIMPULAN
Determinative Bacteriology. Lippincott
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: Williams & Wikins Company, Baltimore,
1. Diperoleh tujuh belas isolat rhizobakteri dari U.S.A.
tanaman kubis di daerah Getasan Semarang. Hyronimus, B., C.L. Marrec & M.C. Urdaci.
2. Terdapat empat isolat yang memiliki potensi 1998. Coagulin, a Bacteriocin like
sebagai agen biobakterisida untuk Inhibitory Substance Produced by Bacillus
mengendalikan patogen Xanthomonas coagulans I4. Applied Microbiology 85: 42-
campestris yaitu isolat K.1, K.3, K.9 dan 50.
K.12. Isolat K.9 memiliki kemampuan Jack, R.W., J.R. Tagg & B. Ray. 1995.
terbesar dalam menghambat pertumbuhan Bacteriosin of Gram positive bacteria.
patogen Xanthomonas campestris dengan Microbiology Rev. 59(2): 171-200.
diameter daya hambat sebesar 12,6 mm. Kennedy I.R., A.T.M.A. Choudhury & M.L.
3. Isolat K.9 tersebut berdasarkan identifikasi Kecskés. 2004. Non-symbiotic bacterial
secara molekuler merupakan Bacillus cereus diazotrophs in cropfarming systems: can
strain BF15. Isolat K.9 termasuk bakteri their potential for plant growth
Gram positif yang menunjukkan uji positif promotion be better exploited. Soil Biology
terhadap motilitas, hidrolisis pati, fermentasi and Biochemistry 36 : 1229–1244.
glukosa, negatif terhadap fermentasi Ko, S.H. & C. Ahn. 2000. Bacteriocin production
arabinosa serta manitol dan mampu by Lactococcus lactis KCA2386 isolated
membentuk endospora yang resisten terhadap from White Kimchi. Food Sci.
Biotehnology 9(4):263-269.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Juli 2014
Hal. 53-64

Martinez, B., A. Rodriquez & J.E. Suarez. 2000. Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit tanaman
Lactococcin 972, a bacteriocin that inhibits hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada
septum formation in Lactococci. University Press. Yogyakarta.
Microbiology 146:949-955. Sridhar, P.N. 2010. Anatomy of Bacteria cell.
Martirani, L., M. Varcamonti, G. Naclerio & M. http://www.microrao.com. Diakses tanggal
De Felice. 2002. Purification and Partial 19 Agustus 2014.
characterization of Bacillon 490, a novel Stein T., S. Dusterhus, A. Stroh & K.D. Entian.
bacteriocin produced by thermophillic 2004. Subtilosin production by two Bacillus
strain of Bacillus licheniformis. subtillis subspecies and variance of the sbo-
Microbiology Cell Fact 1(1):1. alb cluster. Applied Environmental
Montville, T.J. & y. Chen. 1998. Mechanistis Microbiology 70:2349-2353.
action of pediocin and nisin: recent progress Syamsuddin & M. A. Ulin. 2013. Daya Hambat
and unresolved questions. Applied Rhizobakteri Kandidat Agens Biokontrol
Microbiology Biotehnology 50(5):511-519. Terhadap Pertumbuhan Koloni Patogen
Oscariz, J.C. & A.G. Pisabarro. 2000. Phytopthora capsici Secara In Vitro.
Characterization and Mechanism of Action Floratek 8 : 64-72.
of Cerein 7, a Bacteriocin Produced by Tagg, J.R. 1976. Bacteriocins of Gram positive
Bacillus cereus Bc 7. Applied Microbiology bacteria. Bacteriology Review 40: 722-756.
89: 361-369. Ulya, J. 2009. Kemampuan Penghambatan
Paik, H.D., S.S. Bae & S.H. Park. 1997. Streptomyces spp. Terhadap Mikroba
Identicfication and Partial Characterization Patogen Tular Tanah pada beberapa
of Tochinin a Bacterion Produced by Kondisi Pertumbuhan: Jenis Media, Waktu
Bacillus thuringiensis subsp. Tochingiensis. Produksi, pH, dan Suhu. Tesis.Institut
Industry Microbiology Biotehnology 19: Pertanian Bogor, Bogor.
294-298.
Pracaya. 2001. Kol alias Kubis Edisi Revisi. Walangadi, D. 2000. Kebijaksanaan pengaturan
Jakarta : Penebar Swadaya. residu pestisida: implentasinya pada
. 2003. Bertanam Sayuran Organik di komoditi hortikultura (tesis). Program
Kebun, Pot, dan Polibag. Jakarta: Penebar Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Swadaya. Waish, P.S., D.A. Metzger, R. Higuchi. 1991.
Radjasa, O.K., T. Mrtens, H.P. Grossart, T. Chelex 100 as a medium for simple
Brinkoff, A. Sabdono & M. Simon. 2001. extraction of DNA for PCR-based typing
Characterization of psychotrophilic bacteria from forensic material. Biotechniques, 10:
in the surface and deep-sea waters from 506-513.
northwestern Pacific Ocean based on 16S Wijaya, G.S.J. 2013. Struktur Genetik dan
ribosomal DNA approach. Mar. Biotechnol. Filogenetik Ikan Tuna (Thunnus spp.) di
3:454-462. TPI Tanjung Luar, Lombok Berdasarkan
Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Antibakteri DNA Mitokondria. Skripsi. Institut
Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus Pertanian Bogor, Bogor.
sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli, Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Gadjah
Salmonella typhi dan Staphylococcus Mada University Press, Yogyakarta.
aureus dengan Metode Difusi Agar.
Penelitian Mandiri. Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Sablon, E., B. Contreras & E. Vandamme. 2000.
Antimicrobial peptides of lactic acid
bacteria: Made of action, genetics and
biosynthesis. Adv Biochem Eng Biotehnol.
68:21-60.
Sastrosiswojo S., S.T. Uhan & R. Sutarya. 2005.
Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman
Kubis. Bandung: Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.

Vous aimerez peut-être aussi