Vous êtes sur la page 1sur 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pengurangan risiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan untit
terkecil dalam masyarakat. Bila terdapat masalah satu anggota kelarga akan menjadi
satu unit keluarga. Karena ada hubungan yang kuat antara keluarga dengan status
anggota keluarganya. Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan
kesehatan anggota keluarganya untuk itu keluarga sangat berperan dalam menentukan
cara asuhan yang diperlukan oleh keluarga. Status sehat dan sakit pada anggota
keluarga dan keluarga saling mempengaruhi (Fridman, 2003).
1. Definisi keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antara
anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan warga
atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok kerabat (Padila, 2012). Dion &
Betan (2013) menjelaskan bahwa keluarga yaitu terdiri dari dua orang atau lebih
yang memiliki ikatan, tinggal bersama dibawah satu atap atau antar satu anggota
dengan anggota memiliki tempat tinggal berbeda karena sesuatu urusan tertentu
akan tetapi untuk semenata waktu dan memiliki peran masing-masing terhadap
tugas yang diberikan.
2. Ciri dan sifat keluarga
a. Ciri-ciri keluarga
Menurut Rabet Mac Iver dan Charled Horton (1986 dalam Setiadi, 2008) ciri-
ciri keluarga adalah sebagai berikut:
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama termasuk perhitungan garis
keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama rumah atau rumah tangga.

7
8

Menurut Dion & Betan (2013) ciri keluarga indonesia secara menyeluruh,
adalah sebagai berikut:
1) Mempuyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah.
b. Stuart (2001 dalam Dion & Betan, 2013) mengatakan lima sifat keluarga
meliputi:
1) Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan dan sisoalisasi anggotanya
3) Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga
4) Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan
dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap
5) Keluarga bisa memiliki anak atau tidak
3. Tipe Keluarga
Menurut Sussman, 1974 dan Maclin (1988 dalam Andarmoyo, 2012) tipe keluarga
dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan nontradisional.
a. Keluarga tradisional
Yang termasuk keluarga tradisional adalah:
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent) yaitu keluarga hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau
ditinggalkan.
3) Pasangan inti (keluarga Dyad), hanya terdiri dari suami dan istri saja,
tanpa anaka atu tidak ada anak yang tnggal beersama mereka.
4) Bujang dewasa (single adult) yang tinggal sendirian
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah yang hidup berdekatan dalam
daerah goografis.
9

b. Keluarga non tradisional


1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yagng berjenis kelamins ama
yang hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
4) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secra bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama.
4. Struktur keluarga
a. Ciri-ciri struktur keluarga Menurut Mubarak, dkk (2006), ciri-ciri dari
struktur keluarga yaitu:
1) Terorganisasi, keluarga adalah cerminan sebuah organisasi dimana
setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing
sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai
dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk
saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
2) Keterbatasan, dalam mencapai tujuan setiap anggota keluarga memiliki
peran dan tanggung jawab masing-masing, sehingga dalam berinteraksi
setiap anggota tidak bisa semena-mena tetapi memiliki keterbatasan
yang dilandaskan pada tanggungjawab masing-masing anggota
keluarga.
3) Perbedaan dan kekhususan, adanya peran yang beragam dalam keluarga
menunjukkan bahawa masing-masing anggota keluarga mempunyai
peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah
sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu sebagai anggota keluarga
yang merawat anak
b. Jenis struktur keluarga
1) Berdasarkan jalur hubungan darah
a) Patrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu berdasarkan garis
keturunan ibu.
b) Matrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis
keturunan ibu.
10

2) Berdasarkan keberadaan tempat tinggal


a) Matrilokal, merupakan sepasang suami-istri yang mana setelah
menikah dan tinggal bersama keluarga sedarah istri
b) Patrilokal, merupakan sepasang suami-istri yang mana setelah
menikah dan tinggal bersama keluarga sedarah suami
3) Berdasarkan pribadi pengambilan keputusan
a) Patriakal, dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami
b) Matriakal, dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
c. Dimensi struktur keluarga
Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman
(2003) mengatakan ada 4 dimensi struktur keluarga yaitu:
1) Pola dan Proses Komunikasi
Pola dan proses komunikasi dalah proses tukar menukar perasaan,
keinginan, kebutuhan-kebutuhan dan opini. Pola dan proses komunikasi
ini akan menggambarkan bagaimana cara dan komunikasi dalam
keluarga diterapkan baik antar sesama orangtua dengan anak, anak
dengan anak dan anggota keluarga besar dengan keluarga inti.
Komunikasi sukses bila ide-ide pesan yang disampaikan dapat
dimengerti. Komunikasi keluarga berfungsi baik bila ada kehangatan,
keterbukaan, dan jujur.
2) Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang
dalam situasi sosial tertentu. Peran menunjukkan beberapa perilaku
yang bersifat homogen. Struktur peran keluarga dapat menggambarkan
peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarganya sendiri
(informal) dan perannya di lingkungan masyarakat (formal).
3) Struktur Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan seorang individu untuk mengontrol,
mempengaruhi, dan mengubah tingkah laku seseorang. Struktur
kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku
keluarga yang mendukung kesehatan (Dion & Beton, 2013).
4) Struktur Nilai-Nilai Keluarga Nilai adalah suatu ide, sikap dan
kepercayaan yang secara sadar maupun tidak sadar mengikuti seluruh
anggota kelarga dalam suatu budaya yang lazim (Parad & Caplan,
11

1985). Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber system nilai dan


norma-norma utama dari sebuah keluarga. Nilai-nilai berfungsi sebagai
pedoman umum bagi perilaku dan dalam keluarga nilai-nilai tersebut
membimbing perkembangan aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga.
5. Peran dan fungsi pokok keluarga
Berbagai peran formal dalam keluarga (Setiadi, 2008) adalah:
a. Peran ayah, sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman.
Sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Peran ibu, sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak berperan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-
anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai
anggota kelompok dan lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga.
c. Peran anak, melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Fungsi keluarga (Friedman, 2003) sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif, merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
keberlangsungan unit keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikologis anggota keluarga. Fungsi afektif adalah saling asuh,
menerima, menghormati, dan mendukung antar anggota keluarga, menaruh
perhatian, cinta kasih, dan kehangatan, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga.
b. Fungsi Sosial, mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah. Anggota keluarga
belajar disiplin, norma-norma budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dalam lingkungan keluarganya sendiri.
c. Fungsi Ekonomi, mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi keluarga di masa yang
akan datang.
d. Fungsi Reproduksi, meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, memenuhi gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga
12

e. Fungsi Perawatan Keluarga, mempertahankan keadaan kesehatan keluarga


agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada lima pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998 dalam
Effendi, 2009) adalah:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan habis.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orangtua. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga
mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya
serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah, keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, keluarga
merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, keluarga merasa takut
akan akibat penyakit, keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan, keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan, dan
keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Keluarga harus mengetahui tentang: keadaan penyakitnya (sifat,
penyebaran, komplikasi, prognosis, dan perawatannya), sifan dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
dibutuhkan untuk perawatan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga, dan
sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Memodifikasi lingkungan dengan mengetahui: sumber-sumber yang
dimiliki oleh keluarga, keuntungan atau manfaat pemeliharaan kesehatan,
pentingnya hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit, sikap atau
13

pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, dan kekompakan antar


anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Anggota harus mengetahui tentang: keberadaan fasilitas keluarga,
keuntungankeuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, pengalaman
yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan yang
ada terjangkau oleh keluarga.
B. Konsep Keluarga melepaskan anak dewasa muda
1. Tugas perkembangan keluarga
Tugas perkembangan keluarga mempersiapakan anak untu hidup mandiri dan
menerima kepergian anknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Adapun tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah (Friedman, 2003):
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman.
c. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami-istri, kakek dan nenek.
g. Menciptkan lingkunagan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
2. Perhatian kesehatan
Perhatian kesehatan utama melibatkan masalah komunikasi antara anak
dewasa muda dan orang tua, masalah transisi peran bagi istri dan suami, perhatian
pemberi asuhan (untuk orang tua lansia), perhatian terhadap menopause, kegawatan
kondisi kesehaatan kronik atau faktor-faktor predisposisi seperti tingginya kadar
kolesterol, obesitas, tekanan darah tinggi, dan lain-lain, Gaya hidup sehat, dan efek
yang berkaitan dengan minum alcohol, merokok, dan praktik diit yang buruk yang
telah berlangsung dalam jangka panjang (Friedman, 2003).
3. Diabetes Mellitus
a. Pengertian
Menurut Wong (2009), diabetes melitus merupakan sekolompok kelainan
heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemi diabetes merupakan penyakit genetik dan klinis sebagai kondisi
kronis metabolism yang memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diet,
14

latihan dan obat-obatan. Tjekyan, (2007 Dalam Yuniarti, 2015) menyebutkan


bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas,
inaktifitas, faktor lingkungan dan gejala diabetes yaitu meliputi keluhan banyak
minum (polidipsi), banyak makan (polipagia), banyak buang air kecil (poliuria),
badan lemas serta terjadinya penurunan berat badan yang tidak jelas
penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula
sewaktu ≥ 200 mg/dL (Badawi, 2009). Nilai rujukan diabetes mellitus menurut
Setiati, dkk (2014) yaitu:
Tabel 2.1 Kriteria pengendalian DM
Glukosa darah (mg/dlL) Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa 80-100 100-125 >126
Glukosa darah 2 jam PP 80-144 145-179 >180
Glukosa darah sewaktu <110 110-199 >200

b. Klasifikasi diabetes mellitus


1) Diabaetes mellitus Tipe-1
Diabetes mellitus tipe-1 (insulin dependent), pada diabetes melitus
tipe 1 badan kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah
genetik, virus atau penyakit autoimun. Injeksi insulin diperlukan setiap hari
untuk pasien tipe ini. Diabetes mellitus tipe-1 biasanya terjadi pada usia
muda, yaitu sebelum usia 30-40 tahun, namun dapat juga menyerang
berbagai usia (Hasdianah, 2014).
2) Diabetes Mellitus Tipe-2
Diabetes Mellitus Tipe-2 merupakan hasil dari ganguan sekresi serta
kerja insulin yang progesif yang menjadi penyebab terjadinya resistensi
insulin. Menurut Witasari, dkk (2009) diabetes mellitus tipe-2 merupakan
jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Sebagian peningkatan
jumlah penderita dm tipe-2 yaitu karena kurangnya pengetahuan tentang
pengelolaan DM. Pengetauan pasien tentang DM sangatlah penting untuk
mengontrol glukosa darah penderita DM yang mempunyai pengetahua yang
cukup tentang diabetes kemudian mengubah perilakunya maka akan dapat
mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebuh lama.
3) Diabetes mellitus Tipe lain
Diabetes mellitus Tipe lain disebabkan karena adanya kelainan genetik
pada sel beta pankreas, kelainan genetik pada kerja insulin, penyakit pada
15

eksokrin, penyakit endokrin, obat-obatan yang bersifat infeksi (Smeltzer &


Bare, 2007)
4) Diabetes mellitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional terjadi apabila seorang wanita pertama
kali terdiagnosis megalami intoleransi glukosa pada masa kehamilan.
Artinya, jiak tadapat kemungkinan bahwa diabetes terjadi sebelum masa
kehamilan, maka tidak digolonngkan sebagai diabetes gestasional (Powers,
2008 dalam Irawan, 2009).
c. Etiologi
Menurut Hasdianah (2012) umumnya diabetes milletus disebabkan oleh
rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau
Langerhans pada pancreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya
terjadi kekurangan insulin. Diabetes mellitus mempunyai beberapa penyebab
antara lain:
1) Pola makan
Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes mellitus.
2) Obesitas (Kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90% kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes mellitus.
3) Faktor genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan oleh orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus bahkan dapat sampai ke cucunya bahkan cicit
walaupun resikonya sangat kecil.
4) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi paskreas yang menyebabkan radang
pancreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolism tubuh termasuk insulin.
5) Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pancreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pakreas turun
16

sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolism tubuh


termasuk insulin.
6) Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus.
Jika orang malas berolah raga maka memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit diabetes mellitus karena olahraga berfungsi untk
membakar kalori yang berlebihan didalam tubuh.
7) Kadar kortikosteroid yang tinggi
8) Usia dan jenis kelamin
9) Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang settelah melahirkan
10) Obat-obatan yang dapat merusak pancreas.
11) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
d. Patofisiologi diabetes mellitus
Patofisiologi DM berpusat pada gangguan sekresi insulin dan atau
gangguan keja insulin. Pada DM tipe II, sekresi insulin di fase 1 atau early peak
yang terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang
disekresikan pada fase ini adlaah insulin yang disimpan dalam sel β (siap
pakaiP tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga meerangsang fase 2
adalah sekresi insulin dmulai 20 menit stimulasi glukosa untuk menghasilkan
sekresi insulin seperti orang normal. Gangguan sekresi sel β menyebabkan
sekresi insulin fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan
produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa
meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan
insulin akan menurun. Perjalanan DM tipe II dimulai dengan gangguaan fase 1
yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 dimana tidak
terjadi hiperinsulinemia akan tetapi gangguan sel β (Price & Wilson, 2006).
e. Komplikasi Diabetes Mellitus
Menurut Price & Wilson (2006), komplikasi DM dibedakan menjadi
komplikasi metabolik akut dan komplikasi vascular jangka panjang
1) Komplikasi metabolic akut
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadia kibat peningkatan kadar insulin sesudah
penyuntikan insulin subkutan atau dikarenakan obat yang meningkatkan
sekresi insulin. Keadaan hipoglikemia jika kadar glukosa plasma
<63mg/dL.
17

b) Ketoasidosis Diabetik (KAD)


Ketoasidosis diabetik adalah keadaan ketika terdapat defisiensi insulin
absolut dan peningkatan hormon kontra regulator 9glukagon,
ketokalimin, kortisol dan hormone pertumbuhan). Hal ini menyebabkan
produksi glukosa hati mengalami peningkatan dan utilisasi glukosa sel
tubuh menurun. Trias KAD adalah hiperglikemi, asidosis, dan ketosis.
c) Koma Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketoik (HHNK)
Koma hiperglikemik hiperosmolar non ketoik disebabkan karena
keterbatasan ketogenesis. HHNK ditandai oleh hierglikemia,
hyperosmolar tanpa disetai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah
ehidrasi berat, hiperglikemia berat dan sering disertai gangguan
neurologis dengan atau tanpa adanya ketosis.
2) Komplikasi kronik jangka panjang
a) Komplikasi mikroangiopati
Miktoangiopati adalah lesi spesifik DM yang menyerang kapiler dan
arterior retina (retinopati diabetic), glomerulus ginjal (nefropati
diabetic) dan saraf-saraf perifer, otot-otot serta kulit.
b) Komplikasi makroangiopati
Makroangiopatii diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa
arterosklerosis yang disebabkan oleh insufiensi insulin. Gangguan ini
juga berupa penimbunan sorbitoo dalam intima vascular,
hiperlipoproteinemia dan kelainana pembentukan darah. Jika mengenai
arteri dapat menakibatka insufisiensi vaskuler perifer yang disertai
klauikasio intermiten dan gangrene pada ekstermitas serta insufisiensi
serebral dan stroke.
f. Pengelolaan Diabaetes Mellitus
Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengaibatkan
terjadinya berbagai penyakit menahun. Jika kadar gula darah dapat selalu
dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun dapat dicegah,
paling sedikit dihambat. Untuk tujuan tersebut diperlukan keikutsertaan para
pengelola kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan primer. Pedoman
pengelolaan sudah ada dan disepakati bersama oleh pakar diabetes di Indonesia
dan dituangkan dalam Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia
yang telah dicetak dan disebar-luaskan sejak tahun 1994 dan direvisi pada tahun
1998 serta tahun 2002.
18

Dalam pengelolaan diabetes mellitus untuk jangka pendek tujuannya adalah


menghilangkan gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Untuk
jangka panjang, tujuannya lebih jauh lagi, yaitu mencegah penyulit, baik
makroangiopati, mikroangiopati, maupun neuropati, dengan tujuan akhir
menurunkan mordibilitas dan mortalitas DM. Pilar utama untuk pengelolaan
diabetes mellitus yaitu (Suyono dkk, 2004)
1) Penyuluhan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan
mengenaii pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes mellitus yang
bertujuan meningkatkan pengetahuan diabaetes tentang penyakit dan
pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat diri sendiri sehingga mampu
mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Latihan jasmani
Tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah
kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen
baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Dianjurkan latihan jasmani
secara teratur 3-4 kali seminggu sela kurang lebih 30 menit, yang sifatnya
sesuai CRIPE (continos, rhythmical, interval, pregressive, edurance
training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi
maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20
menit dan olahraga berat misalnya jogging.
3) Pengobatan
Jika diabetes telah menerapkan pegatran makanan dan kegiatan jasmani
yang teratur namun pengendalian kadarr gula belum tercapai maka
dipertimbangkan pemberian obat. Obat meliputi: obat hipoglikemi oral
(OHO) dan insulin. Pemberian obat hiperglikemi oral diberikan kurang
lebih 30 menit sebelum makan. Pemberian insulin biasnaya diberikan lewat
penyuntikan dibawah kulit (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan
secara intravena atau intramuskuler. Mekanisme kerja insulin shor acting,
medium acting, dan long acting.
4) Perencanaan makan
19

Tujuan diet pada diabetes mellitus adalah mempertahankan atau


mencapai berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta
meningkatkan kualitas hidup. Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hall karbohidrat, protein, dan
lemak, sesuai dengann kecukupan gizi baik sebagai berikut: karbohidrat 60-
70%, protein 10-15%, lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
a) Pemenuhan pola makan 3J
Menurut fauzi (2014) bagi pendearita DM, kecenderungan perubahan
kadar gula darah yang drastis akan terjadi pada saat setelah makan.
Namun pada saat tidak mendapat mendapat asupan makanan pad
awaktu yang lama maka, kadar gula darah akan rendah. Upaya yang
dilakukan yaitu melakukan penjadwalan makan dengan teratur untuk
mencegah perubahan kadar gula darah. Pola 3J harus diingat bagi
penderita DM dalam mengatur pola makan sehari-hari.
(1) Jadwal
Pengaturan jadwal makan bagi penderita DM biasanya adalah 6 kali
sehari. 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan. Adapun
jadwal waktunya adalah sebagai berikut:
(a) Makan pagi atau sarapan dapat dilakukan pada pukul 07.00
(b) Snack pertama dapat dikonsumsi pada pukul 13.00
(c) Makan siang dapat dilakukan pada pukul 10.00
(d) Snack kedua dapat dikonsumsi pada pukul 16.00
(e) Makan malam dapat dilakukan pada pukul 19.00
(f) Snack ketiga dapat dikonsumsi pada pukul 21.00
Usahakan makan tepat pada waktu, apabila terlambat makan
maka akan bisa terjadi hipoglikemia atau rendahnya kadar gula
darah.
20

(2) Jumlah
Jumlah atau porsi makan yang dikonsumsi penderita DM harus
diperhatikan. Jumlah makanan yang dianjurkan untuk penderita DM
adalah porsi kecil tapi sering. Pembagian kalori untuk setiap kali
makan dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut:
(a) Makan pagi atau sarapan jumlah kalori yang dibutuhkan adalah
20% dari total kebutuhan kalori dalam sehari.
(b) Snack pertama jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari
total kebutuhan kalori dalam sehari.
(c) Makan siang jumlah aklori yag dibutuhkan adalh 25% dari total
kebutuhan kalori dalam sehari.
(d) Snack kedua julmlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari
total kebutuhan kalori dalam sehari.
(e) Makan malam jumlah kalori yan dibutuhkan adalah 25% dari
total kebutuhan kalori dalam sehari.
(f) Snack ketiga jumlah kalori yang dibutuhkan adalahh 10% dari
total kebutuhan kalori dalam sehari.
(3) Jenis
Jenis makanan menentukan kecepatan naik atau turunnya kadar gula
darah. Kecepatan suatu makanan dalam menaikkan kadar gula darah
disebut indeks glikemik. Semakin cepat menaikkan kadar gula darah
sehabis makanan tersebut dikonsumsi, maka semakin tinggi indeks
glikemik makanan tersebut. Hindari makanan yang berindeks
glikemik tinggi, seperti sumber karbohidrat sederhana, gula, sirup,
roti, mie dan lain-lain. Makanan yang berindeks glikemik lebih
rendah adalah makanan yang kaya akan serat, contohnya sayuran
dan buah-buahan. Pemenuhan pola makan dengan 3J menjamin
penderita DM untuk tetap bisa aktif dalam kehidupan sehari-sehari.
Jadwal yang tetap memungkinkan kebutuhan tubuh akan insulin
dapat terpenuhi. Sementara itu, jumlah dan jenis makanan akan
melengkapi kebutuhan gula darah yang seimbang.
b) Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori harian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori pada penderita
DM antara lain (Hasdianah, 2012):
21

(1) Jenis kelamin


Kebutuhan kalori pria yaitu sebesar 30 kal/kg BB sedangkan
wanita yaitu sebesar 25 kal/kg BB.
(2) Umur
DM diatas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59
tahun dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan usia
lebih dari 70 tahun dikurangi 20%.
(3) Aktivitas fisik
Kebutuhan kalori juga dapat ditambah sesuai dengan intensitas
aktivitas fisik. Aktivitas ringan ditambahkan 20% aktivitas
sedang ditambahkan 30% dan aktivitas berat dapat ditambahkan
50%.
(4) Berat badan
Bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah 20-30 % sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan BB.
(5) Kondisi khusus
Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus dabetik atau
infeksi, dapat ditambahkan 10-20%.
4. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan uang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi
perawat adalah memabantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga.
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam penyelesaian
masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut
Effendi (2009):
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang
Diabetes Mellitus dan Senam kaki Diabetes Mellitus dengan tujuan sebagai
berikut: keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga dengan
Diabetes Mellitus secara mandiri dan bertanggungjawab terhadap maslah
kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan
tentang Diabetes Mellitus dan senam kaki Diabetes Mellitus maka diharapkan
22

keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab pada masalah kesehatannya


secara mandiri.
b. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau senam kaki pada penderita Diabetes Mellitus
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun
di rumah sakit bertanggungjawab dalam memberikan perawatan langsung pada
klien dengan Diabetes Melitus. Kontak pertama perawat kepada keluarga
melalui anggota keluarga setelah itu pada anggota keluarga yang sakit. Perawat
dapat mendemonstrasikan kepada keluarga tentang asuhan keperawatan
ketidakefektifan manajemen kesehatan pada Diabetes Mellitus yang diberikan
dengan harapan keluarga dapat melakukan asuhan secara langsung kepada
anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur guna mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga dengan ketidakefektifan manajemen
kesehatan pada Diabetes Mellitus. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan
tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
ketidakefektifan manajemen kesehatan pada Diabetes Mellitus. Hubungan
perawat dan keluarga harus terbina secara baik, kemmpuan perawat dalam
menyampaikan informasi, dan kualitas informasi yang disampaikan secara
terbuka dan dapat dipercaya dibutuhkan agar keluarga meminta nasihat kepada
perawat.
f. Kolaborasi
Perawat bekerjasama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga dengan Diabetes
Mellitus secara optimal.
23

g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal. Kendala yang
sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan
kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan
peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem
pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana kesehatan.
h. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting yaitu mengidentifikasi
kesehatan secara dini (case finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau
kejadian luar biasa (KLB).
i. Modifikasi lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya guna tercipta lingkungan
yang sehat.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Mellitus
Format pengkajian keluarga model (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003) yang
diaplikasikan ke kasus dengan masalah uatama Diabetes Militus meliputi :
1. Data Umum
Yang perlu dikaji adalah jenis kelamin, umur, pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam
pengelolaan diabetes dan pandangan pasien mengenai perawatan sendiri diabetes.
Pada pengkajian umur diketahui bahwa faktor usia berpengaruh pada diabetes
melitus dan usia dewasa tua (> 40 tahun) adalah resiko tinggi untuk DM.
2. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor bawaan yang
sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya diabetes melitus. Dan diketahui bahwa
diabetes melitus adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik.
3. Status Sosial
Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatan kepala keluarga
maupun dari anggota keluarga lainnya dan juga kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa
tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.
Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan
diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
24

4. Riwayat Keluarga Inti


Yang perlu dikaji mengenai riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga dan
apakah dari anggota keluarga tersebut ada yang mempunyai penyakit keturunan.
Karena sebagaimana telah diketahui bahwa diabetes melitus juga merupakan salah
satu dari penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian
keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
5. Karakteristik Lingkungan
Yang pelu dikaji dari karakteristik lingkungan adalah karakteristik rumah, tetangga
dan komunitas, geografis keluarga, sistem pendukung keluarga dimana karakteristik
rumah dan penataan lingkungan yang kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera,
karena pada penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka
biasanya sulit sembuh.
6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. Semakin tinggi
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat
kesembuhan dari penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap
kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi
akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda
gangguankesehatan selanjutnya.
b. Fungsi Keperawatan
1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan sejauh
mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, faktor penyebab, tanda dan ejala serta yang mempengaruhi keluarga
terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang
dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan keperawatan, karena
diabetes melitus memerlukan perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan
makannya. Jadi disini keluarga perlu tahu bagaimana cara pengaturan makan
yang benar pada diabetes melitus.
2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga
25

mengambil keputusan apabila anggota keluarga terserang diabetes melitus.


Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat akan mendukung
kesembuhan.
3) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Yang perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan
cara merawat anggota keluarga yang sakit diabetes melitus.
4) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga mengetahui
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan dari pasien
diabetes melitus.
5) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.
c. Fungsi Sosialisasi
Pada kasus penderita DM yang sudah mengalami komplikasi seperti ganggren, dapat
mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam keluarga maupun didalam
komunitas sekitas keluarga.
d. Fungsi Reproduksi
Pada penderita diabetes militus perlu dikaji riwayat kehamilannya untuk mengetahui
adanya tanda-tanda diabetes melitus gestasional, karena diabetes gestasional terjadi
pada saat kehamilan. Pada pria juga perlu dikaji kemungkinan terjadi gangguan
reproduksi seperti disfungsional ereksi, kecenderungan yang terjadi pada penderita
DM dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan fungsi ereksi.
e. Fungsi Ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan penyakit.
Biasanya karena faktor ekonomi orang segan untuk mencari pertolongan dokter
ataupun petugas kesehatan lainnya.
D. Penegakan Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa ke
sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil keperawatan keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan actual, potensial, dan
resiko dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan
lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman. Diagnosis
tersebut digunakan sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi perencanaan, dan
evaluasi yang dicapai (Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
26

a. Masalah aktual, defisit atau gangguan kesehatan ditegakkan apabila adanya


tanda dan gejala gangguan kesehatan pada saat dilakukan pengkajian
b. Masalah risiko, atau ancaman kesehatan, ditegakkan apabila terdapat data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan
c. Potensial, berupa keadaan sejahtera atau wellness, ditegakkan bila keluarga
dalam keadaan sejahtera tanpa masalah kesehatan, sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan
Prioritas masalah perlu ditegakkan dalam tahap ini untuk menetapkan
masalah apa yang dapat diselesaikan, harus diselesaikan dan merupakan
masalah yang tepat untuk diselesaikan bersama perawat keluarga (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003). Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
perhitungan dan scoring yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga.
Table.2.2 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga
Friedman, Bowden, & Jones, 2003
No Kriteria Skore Bobot
1 Sifat Masalah 1
Aktual 3
Ancaman Kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan maslah dapat diubah 2
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat, harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:

Skoring: (Skor: Angka tertinggi) x Bobot

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga yang mempunyai


masalah diabetes mellitus berdasarkan rujukan NANDA 2015-2017 adalah:
a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
Ketidakefektifan manajemen kesehatan adalah pola pengaturan dan
pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk
pengobatan penyakit dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk memenuhi
tujuan kesehatan spesifik. Batasan karakteristik:
1) Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko
2) Kegagalan memasukkan regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
27

3) Kesulitan dengan regimen yang diprogramkan


4) Pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari-hari untuk memenuhi tujuan
kesehatan
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
Perilaku kesehatan cenderung beresiko adalah hambatan kemampuan untuk
mengubah gaya hidup/ perilaku dalam cara yang memperbaiki status kesehatan.
Batasan karakteristik:
1) Gagal melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan mencegah masalah
kesehatan
2) Gagal mencapai pengendalian optimal
3) Meminialkan perubahan status kesehatan
4) Tidak menerima perubahan satus kesehatan
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan
kesehatan. Batasan karakteristik:
1) Ketidakmampuan bertanggungjawab untuk memenuhi praktik kesehatan
dasar.
2) Kurang dukungan sosial
3) Kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar
4) Pola perilaku kurang mencari bantuan kesehatan
5) Tidak menunjukkan minat pada perilaku sehat
6) Tidak menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan.
E. Perencanaan Intervensi Keperawatan
Wilkinson (2007, dalam Nurjanah.I, 2010), menyebutkan bahwa dalama fase
perencanaan perawat bersama keluarga dan dengan mempertimbangkan input dari
keluarga, kemudian merencanakan outcome yang ingin dicapai dari diagnose yang
ada dan mengidentifikasi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Wilkinson (2007, dalam Nurjanah.I, 2010), terdapat dua macam
perencanaan yaitu:
a. Perencanaan awal
Perencanaan awal dilakukan segera setelah perawat mengumpulkan data pada
awal pasien masuk. Pada beberapa kondisi, data yang dikumpulkan pada
perencanaan awal ini tidak cukup lengkap tetapi perawat dapat melakukan
pengkajian lebih lanjut pada waktu yang berbeda.
28

b. Perencanaan berkelanjutan
Perencanaan berkelanjutan dilakukan bersamaan dengan evaluasi perawatan.
Perencanaan berkelanjutan juga merupakan rencana keperawatan pada setiap
awal hari. Dalam rencana harian perawat perlu menggnakan data perencanaan
berkelanjutan ini untuk:
1) Menentukan apakah status kesehatan klien berubah
2) Menetapkan prioritas data untuk perawatan klien
3) Memutuskan problem yang akan diatasi selama perawat bekerja pada sift
itu.
4) Mengkoordinasikan aktifitas perawat sehingga perawta dapat mengatasi
lebih dari satu maslah setiap kali perawat melakukan kontak dengan klien.
Rencana keperawatan diberikan berdasarkan tujuan untuk mencapai 5 tugas
kesehatan keluarga yang sudah dikaji seperti diatas. Keluarga diberikan
pengenalan dan penjelasan mengenai DM (pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, akibat lebih lanjut). Keluarga difasilitasi untuk memutuskan melakukan
perawatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan DM.
Kemudian keluarga diajarkan cara perawatan anggota keluarga dengan masalah
kesehatan DM. PERKENI (2011) menyebutkan lima pilar manajemen
perawatan DM, meliputi pengaturan diet, pendidikan kesehatan/edukasi,
aktifitas fisik dan olah raga, pengobatan, dan pengukuran gula darah dan
HbA1c secara berkala.
Intervensi yang dilakukan keluarga meliputi semua unsur lima pilar
manajemen tersebut namun intervensi perawatan anggota keluarga unggulan
yang dilakukan adalah edukasi, olahraga, pengobatan dan pengukuran gula
darah. Intervensi dilakukan berawal dengan menyebutkan arti penting diet, gizi
seimbang, triguna makanan, jenis-jenis makanan yang dianjurkan dan dibatasi,
jenis makanan pengganti dan prinsip 3 J. Keluarga diajak berperan aktif dalam
perawatan anggota keluarga yang sakit.
29

Tabel 2.3 Nursing Outcomes Classification (NOC) & Nursing Interventions Classification
(NIC) Ketidakefektifan Menejemen Kesehatan
NOC NIC
1. Mengenal Masalah Kesehatan 1. Mengenal Masalah Kesehatan
Domain IV Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Class: Health Knowledge Classes Patien Education
Outcome: Knowledge : health promotiont Intervention: Health education (5510)
(1823) a. Lakukan penyuluhan kesehatan tentang
a. Mengetahui penyakit DM pengertian, jenis, penyebab, gejala, komplikasi
b. Prilaku pencegahan gula darah tinggi cara mencegah dan cara mengelola DM.
c. Kesehatan nutrisi/diit b. Identifikasi faktor interal dan eksternal yang
dapat menururnkan motivasi
2. Mengambil keputusan c. Tentukan target tujuan yang diinginkan
Domain IV Health knowledge and Behaviour d. Libatkan individu dan keluarga dalam rencana
Kelas Q: Health behavior dan tindakan.
Outcomes: Participation In Health Care
Decision (1606) 2. Mengambil keputusan
a. Kemampuan keluarga mengambil Domain 3 Behavioral
keputusan segera terhadap kondisi Classes Patien Education
kesehatan anggota keluarga Intervention: Decision Making Support (5250)
b. Gunakan tanggungjawab pembuatan a. Motivasi keluarga untuk memberikan
keputusan dukungan moral ataupun material dalam
c. Gunakan teknik penyelesaian masalah pencegahan dan pengelolaan DM
yang efektif b. Informasikan pada klien untuk alternative atau
solusi dalam menyelesaikan masalah
kesehatan.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit 3. Merawat anggota keluarga yang sakit
a. Domain IV Health knowledge and a. Domain 1 Physiological: Basic
Behaviour Classes: Nutrition Support
Class: Health Behaviour Intervention: Nutrition Manajemen (1100)
Outcome: Adherence Behavior (1600) 1) Ajarkan kepada keluarga cara pengelolaan
1) Melakukan perawatan sederhana diit anggota keluarga dengan DM
b. Domain VI : Family Health 2) Identifikasi alergi makanan pasien
Classes : family well-being 3) Instruksikan pada pasien tetang nutrisi yang
Outcome: family Funtioning (2602) dibutuhkan.
1) Support anggota keluarga yang sakit b. Domain 3 Behavioral
2) Bantu satu dengan yang lainnya Classes: Behavioral Therapy
ketika nggota keluarga sakit Intervention: Activity therapy (4310)
c. Domain II Physiological Health 1) Ajarkan senam DM dan senam kaki DM
Classes Therapeutic Response 2) Bantu pasien untuk fokus pada
Outcome Blood Glucose Level (2300) kemampuan.
1) Gula darah normal 3) Bantu pasien dan keluarga untuk
d. Domain IV Health knowledge and memonitor progres tujuan yang
Behaviour ditetapkan.
Class: Health Behaviour
Outcome: Adherence Behavior : healthy 4. Memodifikasi lingkungan
diet (1621) Domain 5 Family
1) Memilih makanan yang konsisten Classes: Lifespan Care
untuk diit Intervention: Family Process Maintenance (7130)
a. Motivasi keluarga untuk senantiasa
4. Memodifikasi lingkungan menciptakan lingkungan yang nyaman
Domain IV Health Knowledge and Behaviour b. Identifikasi kebutuhan perawatan dirumah
Classes: Health Knowledge c. Ajarkan pasien manajemen perawatan
Outcome: Knowledge : treatment regimen kesehatan
(1813) d. Identifikasi efek perubahan proses keluarga
a. Lingkungan nyaman
NOC
NIC
5. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan 5. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
Domain IV Health Knowledge and Behaviour Domain 6 Health System
Classes: Health Knowledge Classes Health System Mediation
Outcome: Health Seeking Behavior (1603) Intervention Health System Guidance (7400)
30

a. Bertanya terkait masalah kesehatan a. Motivasi keluarga untuk memeriksakan diri di


b. Cari bantuan kesehatan ketika fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
membutuhkan b. Jelaskan pada pasien sistem pelayanan dan
bagaimana menggunakan.
c. Bantu keluarga menentukan jadwal kunjungan
ke fasilitas kesehatan.

Tabel 2.4 Nursing Outcomes Classification (NOC) & Nursing Interventions Classification
(NIC) Gangguan Rasa Nyaman
NOC NIC
3. Mengenal Masalah Kesehatan 6. Mengenal Masalah Kesehatan
Domain 12 Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Class: Health Knowledge Classes Patien Education
Outcome: Knowledge : health promotiont Intervention: Health education (5880)
(2008) e. Mempertahankan aturan dan prosedur yang
d. Keluarga mengetahui masalah tentang sesuai dengan sikap keluarga yang tenang dan
ganguan rasa nyaman hati-hati
e. Mengetahui penyebab rasa tidak nyaman f. Mengurangi stimuli yang menciptakan perasaan
f. Mengetahui hal yang dapat meningkatkan takut maupun cemas
rasa yang tidak nyaman g. Identifikasi orang-orang terdekat keluaga yang
bisa membantu individu
4. Mengambil keputusan
Domain IV Health knowledge and Behaviour 7. Mengambil keputusan
Kelas Q: Health behavior Domain 3 Behavioral
Outcomes: Participation In Health Care Classes Patien Education
Decision (2010) Intervention: Decision Making Support (5250)
d. Mengurangi asupan cairan agar tidak c. Mempertahankan atuan dan prosedur yang
terjadi poliuri sesuai dengan keamanan manajemen penyakit
d. Informasikan pada klien untuk alternative atau
solusi dalam menyelesaikan masalah
kesehatan.
8. Merawat anggota keluarga yang sakit 6. Merawat anggota keluarga yang sakit
e. Domain IV Health knowledge and c. Domain 1 Physiological: Basic
Behaviour Classes: Nutrition Support
Class: Health Behaviour Intervention: Nutrition Manajemen (1100)
Outcome: Adherence Behavior (2010) 4) Bantu keluarga dalam mencari dan
2) Menggunakan teknik untuk menyediakan dukungan
meningkatkan daya tahan tubuh 5) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi.

9. Memodifikasi lingkungan 7. Memodifikasi lingkungan


Domain IV Health Knowledge and Behaviour Domain 5 Family
Classes: Health Knowledge Classes: Lifespan Care
Outcome: Knowledge : treatment regimen Intervention: Family Process Maintenance (7130)
(1813) e. Identifiksi bersama keluarga mengenai strategi
b. Menghindari hal yang dapat paling efektif terjait dengan perubahan perilaku
menyebabkan proses pengeluaran urin f. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi
yang berlebihan perilaku-perilaku sasaran yang perlu diubah
c. Mengatur aktifitas atau kegiatan yang g. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi tujuan
seimbang spesifik untuk berubah

NOC NIC
10. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan 8. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
Domain IV Health Knowledge and Behaviour Domain 6 Health System
Classes: Health Knowledge Classes Health System Mediation
Outcome: Health Seeking Behavior (1603) Intervention Health System Guidance (2380)
c. Membawa anggota keluarga kepelayanan d. Pergi kepelayanan kesehatan unuk
kesehatan jika mengalami masalah menentukan bat apa saja yang diperlukan
eliminasi urin
31

Tabel 2.5 Nursing Outcomes Classification (NOC) & Nursing Interventions Classification
(NIC) Resiko syok hipovolemik
NOC NIC
1. Mengenal Masalah Kesehatan 1. Mengenal Masalah Kesehatan
Domain 12 Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Class: Health Knowledge Classes Patien Education
Outcome: Knowledge : health promotiont Intervention: Health education (4120)
(2008) a. Lakukan penyuluhan kesehatan tentang
a. Keluarga mengetahui tentang pengertian, jenis, penyebab, gejala, komplikasi
masalah syok hipovolemik b. Identifikasi faktor interal dan eksternal yang
b. Perilaku pencegahan syok dapat menururnkan syok hipovolemik
hipovolemik c. Tentukan target tujuan yang diinginkan
c. Mengetahui penurunan tekanan darah d. Libatkan individu dan keluarga dalam rencana
sistolik maupun diastolik dan tindakan.

2. Mengambil keputusan 2. Mengambil keputusan


Domain IV Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Kelas Q: Health behavior Classes Patien Education
Outcomes: Participation In Health Care Intervention: Decision Making Support (6610)
Decision (0419) a. Motivasi keluarga untuk memberikan
a. Kemampuan keluarga mengmbil dukungan untuk keluarga syok hipovolemik
keputusn terhadap kondisi keluarga b. Informasikan pada klien untuk alternative
yang sakit atau solusi dalam menyelesaikan masalah
b. Gunakan teknik penyelesaian kesehatan.
masalah

3. Merawat anggota keluarga yang sakit 3. Merawat anggota keluarga yang sakit
Domain IV Health knowledge and d. Domain 1 Physiological: Basic
Behaviour Classes: Nutrition Support
Class: Health Behaviour Intervention: Nutrition Manajemen (6680)
Outcome: Adherence Behavior (0415) 6) Ajarkan kepada keluarga cara pengelolaan
a. Support anggta kelarga yang penyakit yang benar
sakit
b. Memilih makanan yang
mengandung energi

4. Memodifikasi lingkungan 4. Memodifikasi lingkungan


Domain IV Health Knowledge and Behaviour Domain 5 Family
Classes: Health Knowledge Classes: Lifespan Care
Outcome: Knowledge : treatment regimen Intervention: Family Process Maintenance (4170)
(0413) a. Motivasi keluarga untuk senantiasa
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman menciptakan lingkungan yang nyaman
b. Identifikasi kebutuhan perawatan dirumah
c. Ajarkan pasien manajemen perawatan
kesehatan

NOC NIC
5. Memanfaatkan fasilitas layanan 5. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
kesehatan Domain 6 Health System
Domain IV Health Knowledge and Behaviour Classes Health System Mediation
Classes: Health Knowledge Intervention Health System Guidance (2300)
Outcome: Health Seeking Behavior (1902) a. Motivasi keluarga untuk memeriksakan diri di
a. Keluarga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
fasilitas kesehatan yang sesuai dan b. jelaskan pada pasien sistem pelayanan dan
kebutuhan bagaimana menggunakan.
b. Keluarga mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan
32

Tabel 2.6 Nursing Outcomes Classification (NOC) & Nursing Interventions Classification
(NIC) Defisit Pengetahuan
NOC NIC
1. Mengenal Masalah Kesehatan 1. Mengenal Masalah Kesehatan
Domain IV Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Class: Health Knowledge Classes Patien Education
Outcome: Knowledge : health promotiont Intervention: Health education (5602)
(1820) a. Lakukan penyuluhan kesehatan tentang
a. Keluarga mampu mengetahui faktor pengertian, jenis, penyebab, gejala, komplikasi
penyebab dan faktor yang cara mencegah dan cara mengelola.
terkontribusi terhadap penyakit b. Identifikasi faktor interal dan eksternal yang
b. Keluarga mampu mengetahui tanda dapat menururnkan motivasi
awal gejala penyait c. Tentukan target tujuan yang diinginkan
d. Libatkan individu dan keluarga dalam rencana
dan tindakan.

2. Mengambil keputusan 2. Mengambil keputusan


Domain IV Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Kelas Q: Health behavior Classes Patien Education
Outcomes: Participation In Health Care Intervention: Decision Making Support (5250)
Decision (1600) a. Motivasi keluarga untuk memberikan
a. Keluarga mampu mengambil dukungan moral ataupun material dalam
keputusan untk melakukan skrining pencegahan dan pengelolaan
diri b. Informasikan pada klien untuk alternative
b. Keluarga mampu mengambil atau solusi dalam menyelesaikan masalah
keputusan untuk mencari informasi kesehatan.
yang dapat dipercaya

3. Merawat anggota keluarga yang sakit 3. Merawat anggota keluarga yang sakit
Domain IV Health knowledge and e. Domain 1 Physiological: Basic
Behaviour Classes: Nutrition Support
Class: Health Behaviour Intervention: Nutrition Manajemen (6610)
Outcome: Adherence Behavior (1600) a. Ajarkan kepada keluarga cara pengelolaan
a. Support anggota keluarga yang sakit pengetahuan diit anggota keluarga
b. Identifikasi alergi makanan pasien
c. Instruksikan pada pasien tetang nutrisi
yang dibutuhkan.
f. Domain IV Health knowledge and d. Domain 3 Behavioral
Behaviour
Class: Health Behaviour
Outcome: Adherence Behavior : healthy
diet (1621)
2) Memilih makanan yang konsisten
untuk diit

4. Memodifikasi lingkungan 4. Memodifikasi lingkungan


Domain IV Health Knowledge and Behaviour Domain 5 Family
Classes: Health Knowledge Classes: Lifespan Care
Outcome: Knowledge : treatment regimen Intervention: Family Process Maintenance (7180)
(1813) a. Motivasi keluarga untuk senantiasa
a. Lingkungan nyaman menciptakan lingkungan yang nyaman
b. Identifikasi kebutuhan perawatan dirumah
c. Ajarkan pasien manajemen perawatan
kesehatan
d. Identifikasi efek perubahan proses keluarga

NOC NIC
5. Memanfaatkan fasilitas layanan 5. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
kesehatan Domain 6 Health System
Domain IV Health Knowledge and Behaviour Classes Health System Mediation
Classes: Health Knowledge Intervention Health System Guidance (6250)
Outcome: Health Seeking Behavior (1600) a. Motivasi keluarga untuk memeriksakan diri di
33

a. Menggunakan jasa pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.


sesuai dengan yang dibutuhkan b. Jelaskan pada pasien sistem pelayanan dan
bagaimana menggunakan.
c. Bantu keluarga menentukan jadwal kunjungan
ke fasilitas kesehatan.

Tabel 2.7 Nursing Outcomes Classification (NOC) & Nursing Interventions Classification
(NIC) Resiko ketidakstabilan gula darah
NOC NIC
1. Mengenal Masalah Kesehatan 1. Mengenal Masalah Kesehatan
Domain IV Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Class: Health Knowledge Classes Patien Education
Outcome: Knowledge : health promotiont Intervention: Health education (5510)
(1820) a. Lakukan penyuluhan kesehatan tentang
a. Keluarga mengetahui tentang kadar pengertian, jenis, penyebab, gejala, komplikasi
glukosa darah cara mencegah dan cara mengelola DM.
b. Keluarga mengetahui periaku pencegahan b. Identifikasi faktor interal dan eksternal yang
gula darah tinggi dapat menururnkan motivasi
c. Tentukan target tujuan yang diinginkan
d. Libatkan individu dan keluarga dalam rencana
dan tindakan.

2. Mengambil keputusan 2. Mengambil keputusan


Domain IV Health knowledge and Behaviour Domain 3 Behavioral
Kelas Q: Health behavior Classes Patien Education
Outcomes: Participation In Health Care Intervention: Decision Making Support (5250)
Decision (1622) a. Motivasi keluarga untuk memberikan
a. Kemampuan keluarga mengambil dukungan moral ataupun material dalam
keputusan tentang diit yang disarankan pencegahan dan pengelolaan DM
b. Mampu menghindari makanan yang tidak b. Informasikan pada klien untuk alternative
diperbolehkan untuk dikonsumsi atau solusi dalam menyelesaikan masalah
kesehatan.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit 3. Merawat anggota keluarga yang sakit
Domain IV Health knowledge and e. Domain 1 Physiological: Basic
Behaviour Classes: Nutrition Support
Class: Health Behaviour Intervention: Nutrition Manajemen (1100)
Outcome: Adherence Behavior (2300) a. Ajarkan kepada keluarga cara pengelolaan
a. Melakukan perawatan sederhana diit anggota keluarga dengan DM
diabetes melitus b. Identifikasi alergi makanan pasien
b. Bantu keluarga memilih mknan yang c. Instruksikan pada pasien tetang nutrisi
konsisten untuk diit yang dibutuhkan.
Domain 3 Behavioral
Classes: Behavioral Therapy
Intervention: Activity therapy (4310)
4) Ajarkan senam DM dan senam kaki DM
5) Bantu pasien untuk fokus pada
kemampuan.
6) Bantu pasien dan keluarga untuk
memonitor progres tujuan yang
ditetapkan.

4. Memodifikasi lingkungan 4. Memodifikasi lingkungan


Domain IV Health Knowledge and Behaviour Domain 5 Family
Classes: Health Knowledge Classes: Lifespan Care
Outcome: Knowledge : treatment regimen Intervention: Family Process Maintenance (7130)
(1902) a. Motivasi keluarga untuk senantiasa
a. Mengontrol faktor resiko yang menciptakan lingkungan yang nyaman
menyebabkan gula darah meningkat b. Identifikasi kebutuhan perawatan dirumah
b. Memontor faktor resiko lingkungan c. Ajarkan pasien manajemen perawatan
c. Memodifikasi gaya hidup untuk kesehatan
mencegah kekambuhan d. Identifikasi efek perubahan proses keluarga
34

NOC NIC
5. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan 5. Memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
Domain IV Health Knowledge and Behaviour Domain 6 Health System
Classes: Health Knowledge Classes Health System Mediation
Outcome: Health Seeking Behavior (2301) Intervention Health System Guidance (7400)
a. Bertanya terkait masalah kesehatan a. Motivasi keluarga untuk memeriksakan diri di
b. Cari bantuan kesehatan ketika fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
membutuhkan b. Jelaskan pada pasien sistem pelayanan dan
bagaimana menggunakan.
c. Bantu keluarga menentukan jadwal
kunjungan ke fasilitas kesehatan.

F. Implementasi Keperawatan
Menurut Wilkinson (2007, dalam Nurjanah.I, 2010), implementasi yang bisa
dilakukan oleh perawat terdiri dari:
a. Do (melakukan), implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa
kriteria yaitu:
1) Dependent interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order dari
permberi perawatan kesehatan lain.
2) Collaborative (independent): intervensi yang dilaksanakan dengan
professional kesehatan lain.
3) Independent (autonomous) intervention: intervensi dilakukan dengan
melakukan nursing orders dan sering juga digabungkan dengan order dari
medis.
b. Delegate (mendelegasikan): pelaksanaan order bisa didelegasikan hanya saja ada
beberapa tanggung jawab yang perlu dicermati oleh pemberi delegasi yaitu
apakah tugas tersebut tepat untuk didelegasikan, apakah komunikasi tepat
dilakukan dan apakah ada supervisi atau pengecekan aktivitas yang
didelegasikan.
c. Record (mencatat), pencatatan bisa dilakukan dengan berbagai format
tergantung pilihan dari setia institusi.
Adapun implementasi yang dilakukan pada keluarga yaitu :
a. Memberikan edukasi tentang pengaturan diet
b. Memberikan edukasi tentang aktivitas fisik, olahraga
c. Memberikan edukasi tentang pengobatan, senam kaki dan pengukuran
tekanan darah
d. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai DM (pengertian, penyebab,
tanda dan gejala).
e. Membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah DM
f. Memberikan informasi mengenai akibat lanjut atau komplikasi dari DM
35

g. Memotivasi dan membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota


keluarga yang mengalami DM.
h. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara merawat anggota keluarga
dengan DM.
i. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada
disekitar tempat tinggal.
G. Evaluasi Keperawatan
Menurut Wilkinson (2007, dalam Nurjanah.I, 2010), secara umum evaluasi
diartikan sebagai proses yang disengaja dan sistemik dimana penilaian dibuat
mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada
kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam melakukan evaluasi
asuhan keperawatan, perawat perluu melakukan 6 tahap untuk mengevaluasi
kemajuan pasien yaitu:
a. Review outcome yang dijadikan indicator. Outcome dan indicator mempunyai
tujuan yaitu untuk memberikan arahan apa data yang perlu dikumpulkan dan
menyediakan standar terhadap data yang akan dinilai.
b. Mengumpulkan data. Data dikumpulkan dengan mengamati tingkah laku dan
respon klien, memeriksa catatan klien, dan membicarakan dengan pasien,
keluarga, teman dan anggota tim kesehatan yang lain.
c. Membandingkan status pasien dengan outcome yang diinginkan dan menarik
kesimpulan.
d. Memastikan pernyataan evaluatif. Pernyatan evaluatif terdiri dari dua bagian
yaitu penilaian apakah outcome dicapai diikuti pernyataan evaluatif.
e. Menghubungkan intervensi keperawatan dengan outcome yang diharapkan. Ini
dilakukan karaena banyak faktor yang mempengaruhi hasil dari perawatan yang
dilakukan antara lain adanya tretmen dari tenaga keasehatan lain, pengaruh
keluarga atau significant others, perilaku klien, keinginan dan motivasinya dan
lain-lain.
Indikator Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006) yaitu:
1. Keluarga mandiri tingkat I
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
2. Keluarga mandiri tingkat II
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
36

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana


keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
3. Keluarga mandiri tingkat III
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
4. Keluarga mandiri Tingkat IV
a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
37

H. Tinjuan Islami tentang diabetes mellitus


QS. Al-An’am (6:141)

Artinya:
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
Kajian ayat tersebut menjelaskan bahwa karena sesunggghnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Mengenai firman-Nya ini, Ibnu Jarir
memilih pendapat ‘Atha” yang menyatakan, “Bahwa hal itu merupakan larangan
berlebih-lebihan dalam segala sesuatu”. Tidak diragukan lagi bahwa tidak berlebih-
lebihan dalam segala sesuatu itu adalah benar, tetapi wallahu’alam secaa lahiriyah
redaksi ayat yang berbunyi “Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
dia berbuah dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan mengeluargkan
zakatnya). Dan janganlah kamu berlebih-lebihan”, menunjukkan kembali kepada
masalah memakan(nya). Maksudnya, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam makan
karena dapat berbahaya bagi pikiran dan tubuh. “Dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan”. Yaitu jalan dan perintahnya, seperti yang telah diikuti oleh
orang-orang musyrik yang telah mengharamkan buah-buahan dan tanaman yang
diberikan Allah kepada mereka, dengan semata-mata mengada-ada terhadap Allah.
38

Pathway Diabetes Melitus


Reaksi autoimun Genetik, gaya hidup, obesitas, kurang
olahraga, dll
Kerusakan sel beta pancreas
Resistensi insulin, gangguan sekresi
insulin
Insulin menurun
MK : Resiko Ketidakstabilan gula darah
Hiperglikemia

Metabolisme lemak dan


protein terganggu
Glikosuria

Osmotik diuresis MK : Ketidakefektifan Penurunan berat Sel kekurangan


menejemen kesehatan diri badan energi
Tubulus gnjal
menurun tidak
Katabolisme proein
mampu reabsorbsi
liposis terganggu

Prouksi urine
meningkat Glukuneogenesis meningkat

volume cairan Poliuri Metabolisme Rasa lapar meningkat Metabolisme lemak Gliserol meningkat
protein

BUN meningkat Polifagi Ketogenesi Peningkatan LDL


s
MK : Sel Dehidasi
Ganggan rasa kekurangan Meracuni MK : Defisit
nyaman Ketonemia
cairan dan sel tubuh pengetahuan
elektrolit
MK : Resiko syok
hipovolemik
Rasa haus
39

I. Metodelogi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus eksplorasi dengan pendekatan cross
sectional.
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah keluarga dengan usia dewasa, khususnya dengan
diagnosa hipertensi.
3. Tekhnik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu dari tekhnik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan
dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan
kesahihannya (validitasnya). Selain itu observasi juga merupakan proses yang
kompleks, yang tersusun dari proses-proses psikologis dan biologis dalam
menggunakan tekhnik observasi, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti.
Peneliti mengobservasi keluarga dengan usia dewasa yang mengalami
hipertensi, tujuan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah supaya peneliti
dapat mengumpulkan data yang telah direncanakan mengenai informasi keluarga
yang mengalami diabetes melitus dan kemudian dapat dicatat secara sistematis
serta dapat dikontrol keandalan dan kesahihannya.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya. Wawancara
dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara
kepada narasumber.
Dari melakukan wawancara atau pengkajian tersebut peneliti mendapatkan
data secara lengkap dari keluarga yang dikelola, peneliti dapat mengetahui situasi
dan kondisi didalam keluarga tersebut, selain itu peneliti juga dapat mengetahui
lima tahap-tahap perkembangan paa keluarga yang akan dikelola.
40

c. Tekhnik Pengumpulan Data


Analisa data dalam penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan penemuannya
terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diintreprestasikan temuannya
terhadap orang lain.
d. Pengumpulan data.
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian
sebelum melakukan penelitian seorang peneliti biasanya telah memiliki
dugaan berdasarkan teori yang akan digunakan oleh peneliti, dugaan
tersebut disebut dengan hipotesis.
e. Reduksi data.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpula-
kesimpulan hasil penelitian dapat ditarik dan diverifikasi.
f. Penyajian data.
Penyajian data adalah salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan harus sederhana dan
jelas agar mudah dibaca oleh pengamat. Penyajian data juga dimaksutkan
agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan
untuk selanjutnya yang akan dilakukan penilaian maupun perbandingan.
g. Penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat
bukti cukup untuk mendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima.
Sebaliknya jika dalam proses pengujian tidak terdapat bukti yang cukup
mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima di
anggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi
persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka
penjelasan konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya, serta telah
teruji kebenarannya. Teruji kebenarannya berarti tidak ditemukan bukti
yang bertentangan.

Vous aimerez peut-être aussi