Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELAYAKAN USAHA
4.1 Tujuan
Praktikum keempat ini bertujuan untuk memberikan kompetensi:
- Cara mengkarakterisasi berbagai jenis bambu yang akan digunakan sebagai bahan baku
angklung
- Menganalisis kelayakan usaha produksi angklung berdasarkan kriteria Net Present
Value, Return on Investment dan Payback Period
Secara morfologis, bamboo memiliki struktur utama berupa batang (culm) mengeras dengan ruas
(internodus) dan buku (nodus) yang jelas. Setiap ruas memiliki rongga, serta dilapisi lapisan serat
di dalam dan lilin (cutin) di luar untuk mencegah air masuk melalui kulit batang. Bambu umumnya
berkembang biak vegetatif dari batang yang tumbuh di bawah tanah yang disebut dengan rhizome.
Batang ini kemudian mengeluarkan anakan culm yang tumbuh ke atas. Pertumbuhan awal bambu
Dalam kaitannya dengan struktur serat dan kualitas dari Bambu, kenyataan bahwa Bambu pada
dasarnya adalah rumput-rumputan mendukung temuan bahwa sekalipun Bambu memiliki struktur
batang seperti kayu, struktur anatomi Bambu secara mendasar berbeda dengan kayu. Hal yang
paling utama adalah bahwa Bambu tidak memiliki jaringan kambium. Pada pohon-pohonan (dari
kelas Dicotyle), Kambium berbentuk lingkaran pada batang yang berfungsi membentuk
pertumbuhan sekunder, atau agar tumbuhan dapat tumbuh membesar ke samping, bukan ke atas.
Di antara Kambium, berkumpul secara teratur yang disebut dengan seludang pembuluh, yang
terdiri atas pembuluh kayu (xylem) yang tumbuh di bagian dalam dari lingkaran Kambium (dan
berfungsi untuk mengantarkan air dan mineral dari akar ke daun), dan pembuluh tapis (phloem)
yang tumbuh di luar (dan berfungsi mengantarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan).
Pada Bambu dan monocotyle secara umum, seludang pembuluhnya tidak tersusun seperti kayu,
tetapi tersebar secara acak di dalam batang Bambu. Namun, berbeda dengan rumput-rumputan,
seludang pembuluh pada Bambu mengeras karena dilingkupi oleh struktur serat, yang menjadikan
batang Bambu memiliki karakteristik kokoh seperti kayu. Meskipun demikian, tidak seperti Kayu,
tidak ada ‘lingkaran-lingkaran tahun’ pada Bambu (sehingga kita tidak bisa menentukan umur
Bambu secara mudah). Akibat dari seludang pembuluh Bambu yang tersebar acak adalah bahwa
ukuran Bambu tidak bertambah besar sepanjang tahun (karena tidak ada Kambium). Selain itu,
konsekuensi lain adalah karena serat Bambu tidak terkonsentrasi di tengah batang, Bambu juga
relatif lebih lentur/elastis (Wegst 2008). Secara diagramatis, komponen anatomis dari Bambu
dapat dilihat pada Gambar 1.
Korteks
Seludang pembuluh pada Bambu tidak tersebar secara merata, tetapi mengikuti pola tertentu.
Berdasarkan uraian yang diberikan Wegst (2008), diketahui bahwa semakin mendekati bagian
dalam Bambu, ukuran pembuluh akan semakin besar, tetapi kepadatan pembuluh semakin rendah.
Sebaliknya, semakin mendekati bagian luar, ukuran pembuluh akan semakin kecil dan
kepadatannya akan semakin tinggi. Hal ini menjelaskan mengapa Bambu memiliki kelenturan
yang tinggi, tetapi kelenturannya lebih besar ke 1 arah (Bambu lebih mudah ditarik ke arah luar
ketimbang ke dalam). Selain itu, Wegst (2008: 328) juga menegaskan bahwa dari pangkal batang
(dekat tanah) ke ujung batang, jumlah pembuluh semakin berkurang, meskipun kandungan serat
meningkat. Hal ini berarti bahwa Bambu di bagian ujung batang akan cenderung lebih kokoh dan
memiliki serat tinggi ketimbang Bambu di bagian pangkal.
Bambu digunakan sebagai bahan baku dari komponen angklung yang berbeda, yaitu tabung suara,
rangka dan tabung dasar. Bambu dari spesies yang berbeda akan berpengaruh pada kualitas yang
berbeda pula dari ketiga komponen tersebut. Di dalam memilih bambu untuk tabung suara,
diperlukan beberapa karakteristik bambu sebagai berikut:
Sebaliknya, bambu untuk rangka haruslah bambu dengan ketebalan yang cukup, tetapi serat lebih
keras sehingga lebih kokoh dan tidak mudah rusak. Meskipun demikian, bahan baku tersebut juga
harus mudah untuk dipotong dan diraut. Adapun bambu untuk tabung dasar diharapkan cukup
kecil dan cukup ringan, sehingga tidak memberatkan saat angklung dimainkan.
Secara spesifik, suara yang dihasilkan dari tabung suara bambu sangat ditentukan oleh elastisitas
dan massa jenis dari bahan. Sebagai ilustrasi, Gambar berikut ini menunjukkan distribusi bahan
biomassa untuk alat musik, dilihat dari besar elastisitas (Modulus Young) dan massa jenis dari
bahan tersebut.
Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3 di atas, terdapat hubungan linear antara modulus Young
dan densitas dari bahan baku, jika dikaitkan dengan kualitas alat musik. Sebagian besar bahan baku
untuk alat musik berada pada sebaran yang lebih rendah dibandingkan dengan bambu. Hal ini
terkait dengan cepat rambat dan panjang gelombang bunyi yang dihasilkan. Dalam kaitannya
dengan efisiensi bahan, yang diharapkan adalah memperoleh panjang gelombang bunyi yang
relatif rendah, atau dengan kata lain, kita ingin menghasilkan suara dengan bahan seminimal
mungkin. Hal ini berarti juga bahwa kita harus menghasilkan cepat rambat yang cukup rendah.
Mengingat hubungan linier antara cepat rambat dan Modulus Young, serta hubungan berbanding
terbalik Antara cepat rambat dan massa jenis (berdasarkan rumus berikut:
𝐸
𝑐 = √𝜌
Selain kualitas suara seperti dipaparkan di atas, karakteristik bambu juga berhubungan dengan
kualitas dari Wiraga, Wirama dan Wirasa pada angklung, seperti dapat dilihat pada Gambar 4.
2. Bambu tali (Gigantochloa apus Kurz.): bambu tali digunakan atas dasar keringanannya
dan kemudahannya untuk diraut, sehingga sesuai namanya, umum digunakan sebagai
Bambu gombong (Gigantochloa pseudoarundinacea): bambu jenis ini memiliki diameter yang
besar, sehingga umum digunakan sebagai bahan bangunan atau peralatan yang membutuhkan
ukuran yang besar.
1. Production cost
Production cost adalah semua biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk
atau jasa. Komponen utama dalam production cost adalah direct material dan direct
labor.
Di samping itu terdapat komponen biaya yang disebut production overhead yaitu biaya-
biaya yang diperlukan di dalam proses produksi di luar direct material dan direct labor
cost. Termasuk disini adalah indirect material, indirect labor, depresiasi dan amortisasi,
tenaga listrik, dll.
Production
Overhead
Total Cost
Production
Direct Labor
Cost
Prime Cost
Direct
Material
Gambar 5. Model Generik Total Cost
Profit
Operating
Expense
Production
Sales
Overhead
Total Cost
Production
Direct Labor
Cost
Prime Cost
Direct
Material
Gambar 6. Model Generik Sales, Total Cost, dan Profit
Selain biaya operasional yang terjadi secara rutin setiap tahun, seorang investor atau pengusaha
juga menghitung biaya investasi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan produksi yang akan
dijalankan. Setelah didapatkan rincian biaya produksi, investor atau pengusaha akan melakukan
analisis kelayakan ekonomi. Kelayakan ekonomi berhubungan dengan return on investment atau
berapa lama biaya investasi dapat kembali. Apakah bermanfaat melakukan investasi ke proyek
ini atau harus melakukan sesuatu yang lain? Pada suatu proyek yang besar biasanya lebih
ditekankan pada kelayakan ekonomi karena umumnya berhubungan dengan biaya yang
jumlahnya besar. Untuk menganalisa kelayakan ekonomi menggunakan analisa biaya / cost
benefit analysis.
4.5 Prosedur
1. Di dalam praktikum ini, mahasiswa akan diberikan sebilah bambu dari tiga spesies yang
berbeda, yaitu Bambu Temen Hitam, Bambu Tali dan Bambu Gombong.
2. Kelas akan dibagi ke dalam 4 (empat) Kelompok Besar.
a. Kelompok 1 menghitung biaya investasi dan proyeksi pendapatan
b. Kelompok 2 menghitung biaya operasional
c. Kelompok 3 menentukan asumsi yang digunakan dan mengkompilasi proyeksi
cashflow
d. Kelompok 4 menghitung analisis Net Present Value, Payback Period dan Return
on Investment
3. Ukurlah panjang, ketebalan dinding dan diameter luar masing-masing Bambu dan isikan
pada Tabel di dalam Jurnal
4. Tentukan rincian biaya investasi, biaya operasi, dan pendapatan per tahun dalam
memproduksi angklung dan isikan pada Tabel dalam Jurnal
5. Tentukan asumsi-asumsi yang digunakan dan isikan pada Tabel dalam Jurnal
6. Buatlah perhitungan dan analisis kelayakan usaha produksi angklung
4.6 Luaran
Pada akhir praktikum, setiap kelas akan memiliki hasil pengukuran beberapa parameter bambu
untuk menghitung biaya-biaya produksi, beserta parameter produksi lainnya untuk dihitung di
dalam analisis kelayakan usaha. Buatlah analisis kelayakan usaha berdasarkan Net Present
Value, Return on Investment dan Payback Period.
4.8 Laporan
Susunlah laporan akhir, tiga buah per kelas (satu, dengan isi sebagai berikut:
- Judul
- Data Mentah
Jurnal Kelas
- Analisis
Rincian biaya dan analisis disusun secara bertahap
- Kesimpulan
- Daftar Pustaka