Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN
PERANCANGAN SISTEM ELEKTRO (PKN II)
Disusun Oleh :
DIKY RAHMADI
151.04.1005
Laporan Perancangan Sistem Elektro ini sebagai syarat wajib untuk memenuhi
kelengkapan kurikulum Srata-1 (S1) Jurusan Teknik Elektro Falkultas
Teknologi Industri Institus Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Disusun Oleh :
DIKY RAHMADI
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERANCANGAN SISTEM ELEKTRO (PKN II)
Laporan Perancangan Sistem Elektro ini sebagai syarat wajib untuk memenuhi
kelengkapan kurikulukm Srata-1 (S1) Jurusan Teknik Elektro Falkultas Teknologi
Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND YOGYAKARTA
Diajukan Oleh :
DIKY RAHMADI
151.04.1005
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua sehingga penulis
dapat menyelesaikan kegiatan Perancangan Sistem Elektro (PKN II) dan menyusun
laporan. Laporan ini disusun untuk melengkapi kegiatan Perancangan Sistem
Elektro (PKN II) dan sebagai bukti bahwa penulis telah menempuh mata kuliah
PKN II.
Dalam pelaksanaan Perancangan Sistem Elektro ini tidak terlepas dari
arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Perancangan Sistem Elektro ini dapat berjalan dengan lancar dan laporan ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T. Selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Toto Rusianto selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Institut
Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
4. Bapak Sigit Priyambodo, S.T., M.T. selaku ketua Jurusan Teknik Elektro,
Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta.
5. Bapak Mujiman, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing Perancangan Sistem
Elektro yang telah memberi banyak dukungan dan saran.
6. Ibu dan Bapak serta keluarga yang telah memberikan segala do’a, dukungan
spiritual maupun dukungan moril
7. Teman-teman Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
angkatan 2015 yang luar biasa,terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.
iv
pnulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
Penulis,
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
1.5 Waktu dan Tempat Perancangan ............. Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Rotor................................................................................................ 12
vi
c. Spesifikasi Magnetic Contactor (MC) ................................................... 19
2. 9 Kabel ...................................................................................................... 26
4.2.4 Pengujian Tegangan Start Motor ..... Error! Bookmark not defined.
4.2.5 Pengujian Arus Start Motor ............. Error! Bookmark not defined.
vii
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 31
LAMPIRAN .......................................................................................................... 33
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah,
maksud dan tujuan, waktu pelaksanaan, dan juga sistematika penulisan laporan.
BAB IV PENGUJIAN
Bab ini berisi tentang hasil pengujian dari alat yang sudah dirancang oleh
penulis
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari hasil perancangan dan
pengujian yang dilakukan oleh penulis
DAFTAR PUSTAKA
Bab ini berisi rujukan atau refrensi yang diambil dan digunakan oleh penulis
dalam melakukan perancangan dan penulisan laporan.
BAB II
LANDASAN TEORI
5
6
Ns = 120f/P (2.1)
dengan:
Ns = Kecepatan Putar
F = Frekuensi Sumber
P = Jumlah kutub motor
Metode Direct Torque Control merupakan tipe kontrol close loop. Kontrol
close loop umum digunakan di dalam pengaturan kecepatan motor induksi karena
memberikan respon kecepatan yang lebih baik dari pada open loop. Kontrol close
loop disebut juga kontrol umpan balik yang menjadikan output sebagai
perbandingan dengan input (referensi) untuk memperoleh suatu error. Didalam
suatu sistem yang handal, adanya error merupakan suatu kerugian. Oleh karena itu,
digunakan control PI yang diharapkan dapat menekan error sampai nilai minimal.
Namun hal ini membutuhkan perhitungan matematik yang rumit dan komplek
8
dalam menentukan Kp dan Ki yang sesuai, agar diperoleh kinerja motor yang
bagus.
i. Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada
kumparan jangkar (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor
akan ditimbulkan apabila (nr) lebih kecil dari (ns).
j. Dilihat dari cara kerjanya maka motor tak serempak disebut juga motor induksi
atau motor asinkron.
Prinsip kerja motor induksi ini juga dapat dijelaskan dengan gelombang
sinusoidal seperti pada gambar 2.8, terbentuknya medan putar pada stator motor
induksi. Tampak stator dengan dua kutub, dapat diterangkan dengan empat kondisi.
9
1. Saat sudut 00. Arus I1 bernilai positip sedangkan arus I2 dan arus I3 bernilai
negatif dalam hal ini belitan V2, U1 dan W2 bertanda silang (arus meninggalkan
pembaca), dan belitan V1, U2 dan W1 bertanda titik (arus listrik menuju
pembaca), terbentuk fluk magnet pada garis horizontal sudut 00. kutub S (south
= selatan) dan kutub N (north = utara).
2. Saat sudut 1200. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1 dan arus I3 bernilai
negatif, dalam hal ini belitan W2, V1 dan U2 bertanda silang (arus meninggalkan
pembaca), dan kawat W1, V2 dan U1 bertanda titik (arus menuju pembaca).
Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser 1200 dari posisi awal.
3. Saat sudut 2400. Arus I3 bernilai positif dan I1 dan I2 bernilai negatif,belitan U2,
W1, dan V2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan kawat U1, W2
dan V1 bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N
bergeser 1200 dari posisi kedua.
4. Saat sudut 3600. Posisi ini sama dengan saat sudut 00. Dimana kutub S dan N
kembali keposisi awal sekali. Dari keempat kondisi diatas saat sudut 00 ; 1200 ;
2400 ; 3600, dapat dijelaskan terbentuknya medan putar pada stator, medan
magnet putar stator akan memotong belitan rotor. Kecepatan medan putar stator
ini sering disebut kecepatan sinkron, tidak dapat diamati dengan alat ukur tetapi
dapat dihitung secara teoritis yaitu dengan menggunakan rumus:
10
𝑓x120
𝑛𝑠 = = 𝑅𝑃𝑀 ………………………………………..................... (2.4)
𝑃
dimana:
ns = Kecepatan putaran medan stator (Rpm)
f = Frekuensi jala-jala (Hz)
120 = Konstanta
P = Jumlah kutub pada motor (pole)
5. Perbedaan kecepatan antara medan putar stator dengan rotor tergantung pada
besarnya beban dari motor tersebut. Perbedaan putaran ini disebut dengan slip
(S) yang dinyatakan dalam (%). Harga slip selalu berubah-ubah tergantung
beban yang di pukul yaitu dari 100% saat start sampai dengan 0% saat diam (Ns
= Nr). Perbedaan putaran antara putaran medan stator dan putaran rotor dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
(𝑛𝑠−𝑛𝑟)
% 𝑆𝑙𝑖𝑝 = ……………………………………………………..… (2.5)
𝑛𝑠
dimana :
ns = Kecepatan Medan Stator (Rpm)
nr = Kecepatan Motor Induksi (Rpm)
2.2.1 Stator
Stator pada motor induksi adalah sama dengan yang dimiliki oleh motor
sinkron dan generator sinkron. Konstruksi stator terbuat dari laminasi-laminasi dari
12
bahan besi silikon dengan ketebalan (4 s/d 5) mm dengan dibuat alur sebagai tempat
meletakan belitan/kumparan, secara detail ditunjukan pada gambar 2 berikut.
2.2.2 Rotor
Ini adalah bagian yang berputar dari motor. Seperti dengan stator atas, rotor
terdiri dari satu set laminasi baja beralur ditekan bersama dalam bentuk jalur
magnetik silinder dan sirkuit listrik. Menurut jenis rotor pada motor induksi dibagi
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
a. Rotor Sangkar Tupai (Squirrel Cage Rotor)
Rotor yang terdiri dari sejumlah lilitan yang berbentuk Batang tembaga
yang dihubungkan singkat pada setiap ujungnya kemudian disatukan (di cor)
menjadi satu kesatuan sebagaimana gambar 2.4.
13
Motor dengan jenis rotor belitan biasanya diperlukan pada saat pengasutan
atau pengaturan kecepatan dimana dikehendaki torsi asut yang tinggi
Gambar 2. 8 Jenis rotor sangkar dan belitan pada motor induksi 3 fasa
Belitan-belitan yang terpasang pada rotor telah diisolasi sebagaimana
belitan yang terdapat pada stator. Belitan yang ada pada rotor diletakkan juga
pada alur-alur rotor dan pada setiap ujungnya dihubungkan secara langsung
pada cincin (slipring) yang posisinya dibagian depan dari rotor serta menjadi
satu dengan poros. Belitan rotor ini di desain sama dengan kutub yang dimiliki
belitan statornya dan selalu dalam bentuk belitan 3 fasa sekalipun statornya
hanya 2 fasa. Pengaturan belitan/gulungan/kumparan dilakukan untuk masing-
masing fase adalah sama. Sedangkan pada ujung-ujung dari masing
kumparan/fase yang keluar dihubungkan ke 3 buah cincin (slipring)
berdasarkan jumlah fasenya. Konstruksi slip ring terhubung secara langsung
dengan masing-masing sikat. Dengan demikian, maka pada jenis ini dapat
dihungkan secara langsung ke ”Tahanan luar” guna keperluan pengasutan.
Pada gambar 2.8 dan 2.9 di bawah ini menunjukkan detail dari konstruksi
motor induksi dengan rotor sangkar dan rotor belitan termasuk bagian-
bagiannya.
16
Untuk menjalankan motor 3 fasa ada beberapa metode pengasutan yang dapat
dilakukan sesuai dengan daya nominal motor. Dari tabel berikut ini dapat dilihat
metode pengasutan yang digunakan sesuai dengan daya nominal motor.
Tabel 2. 1 Cara Pengasutan Motor 3 Fasa
Daya Nominal Motor Metode Pengasutan
Kurang dari 1,5 - 2,25 kW Dihubungkan langsung dengan jaringan
Sampai 4 - 6 kW Dengan saklar bintang - segitiga
Sampai 8 - 12 kW Dengan saklar bintang-segitiga yang
dilengkapi dengan tahanan - tahanan
Lebih dari 8 - 12 kW Dengan transformator asut, atau motor
angker gelang seret dengan tahanan asut rotor
yang berhubungan dengan jangkar tersebut ikut tertarik. Tegangan yang harus
dipasangkan dapat tegangan bolak balik (AC) maupun tegangan searah (DC),
tergantung dari bagaimana magnet tersebut dirancang. Untuk beberapa keperluan
digunakan juga kumparan arus (bukan tegangan), akan tetapi dari segi produksi
lebih disukai kumparan tegangan karena besarnya tegangan umumnya sudah
dinormalisasi dan tidak tergantung dari keperluan alat pemakai tertentu.
untuk sirkuit pemutus dan penghubung tenaga listrik pada beban. Karena pada
Kontaktor, selain terdapat kontak NO dan NC juga terdapat 3 buah kontak NO
utama yang dapat menghubungkan arus listrik sesuai ukuran yang telah ditetapkan
pada kontaktor tersebut. Misalnya 10 A, 15 A, 20 A, 30 A, 50 A dan seterusnya.
.
Gambar 2. 20 Simbol thermal overload relay
Pada MCB terdapat 2 jenis pengaman yaitu secara thermis dan secara
electromagnetis, pengaman suhu berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih,
sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan dari arus
hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB mempunyai prinsip sama dengan
thermal over load yaitu menggunakan dua buah logam yang di hubungkan dengan
bimetal. Pengaman suhu memiliki kelambatan memproteksi, karena bergantung
pada besarnya arus yang harus diamankan. Sedangkan pengaman elektromagnetik
menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah anker dari besi lunak.
MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa,
sedangkan untuk pengaman 3 fasa biasanya memiliki 3 kutub dengan tuas yang
disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub
yang lain juga akan ikut terputus.
26
2.10 Kabel
Kabel adalah kawar penghantar listrik berisolasi tunggal. Dapat juga dua
atau lebih kawat berisolasi bersama-sama merupakan kesatuan. Kabel kawat
(penghantar arus listrik) berbungkus karet, plastik yang juga digunakan sebagai
bahan penyekat. Kabel merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain.
28
29
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian alat, maka dapat diambil
kesimpulan untuk menunjang penelitian dimasa yang akan datang :
1. Pengendalian starting 2 motor bekerja bergantian pada instalasi ini dapat
dikendalikan otomatis menggunakan TDR.
2. Ketelitian saat pemilihan bahan dan pemasangan harus diperhatikan agar
tidak terjadi kesalahan pada rangkaian dan cara kerja rangkaian tersebut.
3. Dalam pengoperasi motor kerja bergantian otomatis dapat digunakan
menyesuaikan kebutuhan penggunanya.
5.2 Saran
1. Ilmu yang didapat saat perkuliahan sedapat mungkin dikuasai karena
hampir keseluruhannya ada hubungannya dengan dunia kerja baik secara
langsung maupun tidak langsung.
31
DAFTAR PUSTAKA