Vous êtes sur la page 1sur 20

1.

Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Sistem Reproduksi wanita mencakup Ovarium, tuba uterin, uterus, vagina, vulva,
dan payudara. Kesemua Organ-organ ini menghasilkan gamet wanita (ovum) dan
hormone. Struktur tersebut merupakan gudang bagi semen pria. Merupakan sarang
tempat bagi ovum yang dibuahi untuk tumbuh menjadi infan, dan ASI untuk bayi yang
baru lahir
1.1. Vagina

Vagina adalah suatu kanal muscular membranosa dengan panjang sekitar 7,62 cm
yang menghubungkan uterus dan vulva. bagina menerima penis dan semen pada pada saat
koitus, mengeluarkan aliran menstruasi, dan membentuk saluran tempat terjadinya
kelahiran. Serviks menjorok ke bawah ke dalam vagina bagian atas sehingga terbentuk
ruang di antara serviks dan dinding vagina.. Ruang ini disebut fornikus, dan merupakan
yang terdalam. Fornikis Posterior, ditemukan di belakang serviks. Dinding vagina
memiliki banyak lipatan, atau tugae, yang memungkinkan terjadinya peregangan selama
koitus dan kelahiran anak.

1.2. Vulva
Genetalia eksterna wanita di sebut vulva termasuk mon pubis, labia majora,
labia minora, klitoris, vestibula, dan perineum. Saling berhubungan dan terletak
dekat dengan meatus urinarius ostium vagina,rectum, dan kelenjar Bartholin’s
dan Skene’s.
a. Mons pubis, juga di sebut mons veneris adalah kulit yang di seliputi oleh
lemak membantali ospubikum. Setelah pubertas, rambut halus tumbuh di
atas mons dan bawah di atas labia mayora.
b. Labia mayora, atau bibir besar, adalah lipatan kulit yang besar dan jaringan
lemak yang memanjangan ke arah belakang dan ke bawah mons sampai
sekitar 1 inci dari rectum. Rambut dan kelenjar sebasea terletak pada kulit
ini kadang-kadang terjai infeksi yang menenai kelenjar ini sangat sakit dan
sukar sembuh membutuhkan pengobatan medis yang intensif

1
c. Labia minora, atau bibir kecil, terletak di antara labia mayora. Kedua lipatan
kulit kecil memanjang ke belakang dari klitoris. Bibir ini tidak memiliki
rambut tetapi memiliki banyak kelenjar.
d. Klitoris, adalah korpus panjang kecil dari jaringan erectile terletak tepat di
atas sudut anterior labia monira merupakan organ yang serupa penis pada
pria. Klitoris memberikan respons terhadap rangsangan seksual dan sekresi
dan kemungkinan besar merupakan area yang paling erotis dari tubuh
wanita
e. Vestibula adalah ruang segitiga di antara blabia utera, vagina, dan kelenjar
barthilon’s terbuka ke dalam vestibula
f. Duktus dari kedua kelenjar skene’s mengalirkan sekresinpelumas melalui
ostium pada masing masing meatus urinarius.

1.3. Uterus
Uterus adalah suatu kubah, yang berbentuk buah pear, Organ Muskular
berukuran hampir segenggaman. Uterus umumnya menjorok kedepan atau
antefleksi, dan terletak di dalam pelvis di antara kandung kemih dan rectum.
Uterus tertahan di tempatnya oleh ligamentum
a. Ligamentum latum melekat pada kedua sisi uterus pembuluh darah uterin dan
persarafan melewati ligamentum tersebut
b. Ligamentum uterosakralis menghubungkan uterus ke sacrum pada kedua sisi
rectum.
c. Ligamentum Kardinale memanjang di bawah dasar ligamentum mayor dan
menahan uterus sehingga tidak jatuh ke dalam vagina
d. Ligamentum teres memanjang dari uterus dekat tuba uterin melewati kanalis
inguinalis sampai labia mayora.
Uterus dibagi menjadi tiga area :
a. bawah, bagian terkecil yang disebut leher atau serviks
b. bagian sentral yang disebut badan atau korpus
c. Bagian atas, bagian yang membulat yang disebut fundus, merupakan bagian
atas tempat tuba uterin memasuki uterus.

2
Dua buah perpanjangan uterus ke dalam mana tuba uterin terbuka disebut
sebagai tanduk atau kornus. Serviks dibagi menjadi tiga bagian :
a. Ostium internus, yang terbuka ke dalam uterus
b. Ostium eksternus, yang terbuka ke dalam vagina
c. Kanalis serviksalis merupakan bagian di antara ostium.
Bagian luar uterus di tutupi oleh jaringan ikat yang disebut perimetrium.
Permukaan dalamnya, yang di sebur endometrium, dibentuk dari jaringan
sekretorius yang mengandunf pembuluh darah dan kelenjar. Endometrium
merupakan lapisan yang rontok setiap bulan pada saat menstruasi. Dinding uterus
yang disebut myometrium, merupan bagian terbesar dari tiga lapisan lainnya.
Dinding tebal dari myometrium terbentuk dari jalinan serat-serat otor yang
tumbuh dan meregang karena perubahan uterus selama kehamilan. Serat dari
lapisan dalam menjalar dengan arah sirkuler, bagian dari lapisan tengahnya
menjalar dalam pila angka delapan, dan lapisan bagian terluar menjalar dalam
arah melebar. Karena pembuluh darah dari uterus melalui pola jalinan ini.
Kontraksikan serat-serat setelah melahirkan menyebabkan kontekasi pembuluh
darah dan mengendalikan pendarah uterus.

1.4. Ovarium
Kelenjar seks primer wanita adalah dua buah ovarium. Besar keduanya
adalah sebesar buah almond dan terletak pada masing-masing sisi dari uterus, di
bawah dan belakang tuba uteri. Ovarium di pertahankan pada tempatnya oleh
ligament, melalui ligament tersebut ovarium mendapatkan persarafan dan suplai
darah. Ovarium mengandung kantung sekretorius kecil, atau folikel, terbenam
dalam jaringan penunjang. Masing-masing folikel mengandung ovum yang
matang dan ovum tersebut di keluarkan dari ovarium kedalam rongga pelvis
melalui suatu proses yang disebut ovulasi.Ovarium juga menghasilkan dua
hormone utama wanita progesterone dan estrogen.
1.5. Tuba Uterin
Kedua tuba uterin (juga disebut fallopi atau oviduk) adalah struktur
muscular dengan panjang hampIr mencapai 5 inci yang dilekatkan pada salah

3
satu sisi korpus atas uterus. Tuba ini membawa ovum ke uterus melalui
perpaduan dari gerakan peristaltik dan silia yang terdspat pada tuba. Tidak
terdapat hubungan langsung antara ovarium dan tuba uterin, tetapi tonjolan-
tonjolan yang menyerupai jari jari yang disebut fimbrae memanjang dari ujung
tuba. Gerakan fimbrae menyebabkan arus dalam cairan peritoneal yang menyapu
ovum ke dalam tuba, yang membutuhkan waktu sekitar 5 hari untuk sampai ke
uterus.
Bila sperma yang berenang bebas menjalar samoai ke tuba dan ovum
bergerak kearah tuba, mungkin terjadi pembuahan di mana saja keduanya
bertemu . Biasanya ovum yang telah di buahi melanjutkan perjalanan sampai ke
dalam rongga uterus sebelum membenamkan diri ke dalam dinding uterus, ini di
sebut kehamilan tuba. Jarang terjadi , ovum yang telah dibuahi gagal untuk
menemukan jalan masuk ke dalam tuba dapat melekatkan dirinya pada rongga
peritoneum hal ini menyebabkan kehamilan abdominal. Kehamilan di luar tuba
uterus dikenal sebagai kehamilan ektopik atau kehamilan ekstrauterin.
1.6. Dasar pelvik
Dasar velvik dibentuk oleh beberapa lapisan otot, termasuk kelompok
spinter dan elevator ani. Secara relative spinter lemak, otot seperti lingkaran yang
berdekatan dengan ostium bagina luar, rectum dan meatus urinarius. Sebgai
catatan adalah m.bulbokavernosus, yang mengelilingi vagina bersama dengan
spinker eksternal, otot ini memberikan bentuk lingkar delapan dari vagina dan
rectum. Kelopok levelator ani yang kuat termasuk otot pubokoksigeal,
iliokoksigeal, dan puborektal. Otot-otot ini disebut dengan diafragma pelvik
membentuk gantungan di atas tempat uterus vagina, rectum dan kandung kemih
di tahan oleh ligamentum dan fasia.
1.7. Kelenjar Mama
Kelenjar mama atau payudara (buah dada) adalah pelengkapan pada organ
reproduksi wanita dan mengeluarkan air susu. (pada laki-laki kelenjar ini
rudimenter). Buah dada terlrtak dalam fasia superfifialis di daerah pectoral antara
sternum dan aksila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga
ke enam atau ke tujuh. Berat dan ukuran buah dada berlain-lainan pada

4
masapubertas membesar dan bertambah besar selama hamil dan sesudah
melahirkan dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
Bentuk buah dada cembung ke depan dengan puting ditengahnya yang
terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Putting ini dilingkari
daerah berwarna coklat yang di sebut areola. Dekat dasar putting terdapat
kelenjar sebaseus yaitu kelenjar Montgomery, yang mengeluarkan zat lemak
supaya putting tetap lemas. Putting berlubang lubang 15 sampai 20 buah, yang
merupakan saluran dari kelenjar susu
Struktur buah dada terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan alveolar
tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan
lemak. Setiap lobules terdiri atas sekelompo alveolus yang bermuara ke dalam
ductus laktiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan ductus-duktus lainnya
yang membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran sekretorik.
Krtika saluran-saluran ini mendekat putting, membesar untuk membentuk wadah
penampungan air susu yang disebut sinus laktiferus kemudian saluran-saluran itu
menyempit lagi dan menembus putting dan bermuara di atas permukaannya
2. Definisi Partus Normal ( Intranatal )

Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Mitayani, 2009).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan (37-
47 minggu) atau janin telah mencapai viabilitas dengan presentasi belakang kepala lahir
spontan dengan kekuatan ibu sendiri tanpa intervensi penolong yang berlangsung selama
18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun bayinya (Sarwono,1991).

Persalinan normal yaitu suatu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan
yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan persentasi
kepala (posisi belakang kepala),dari rahim ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir
lunak maupun jalan lahir kasar ),dengan tenaga ibu itu sendiri.

5
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dahulu) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Manuaba, 2001).

3. Etiologi Partus Normal

Apa yang menyebabkan partus belum di ketahui benar benar yang ada hanyalah
merupakan teori-teori yang komplek antara lain :

a. Penurunan kadar progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan


kerentangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi paada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga menimbulkan HIS.

b. Teori oxytosin

Pada akhir kehamilan keadaan okxytocin bertambah, sehingga menimbulkan kontraksi


otot-otot rahim

c. Keregangan otot
Dengan majunya kehamilan menyebabkan makin teregangnya otot-otot dan otot-otot
rahim makin rentan.

d. Pengaruh janin

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin memegang peranan oleh karena pada
anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.

e.Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.

6
4. Patofisiologis Partus Normal
Kehamilan ( 37 – 42 Minggu )

Tanda-tanda inpartu

Proses Persalinan

Kala 1 Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta Post

Nyeri Kerja Jantung Resiko Pendarahan Resiko Pendarahan

Kelelahan Devisit Volume Cairan Resiko Infeksi

Gangguan Respirasi

Proses Persalinan

A. Kala 1 : dimulai dengan pembukaan persalinan dan memiliki tiga fase

a. Fase Pasif
a) Pembukaan serviks 0 cm awal sapai 5 cm akhir
b) Kontraksi tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi ringan ke sedang
durasi 5 sampai 30 menit terpisah, 30 sampai 45 detik
c) Pembukaan dan penipisan serviks sebagian
d) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan atau buatan

7
e) Ibu banyak berbicara dan bersemangat
b. Fase aktif : Tahap 1 berakhir 8 sampai 20 jam primigravida atau 2 sampai 14
jam multigravida setelah mencapai fase ini
a) Pembukaan serviks 4 cm ( awal ) sampai 7 cm (akhir)
b) Kontraksi tidak teratur
c) Serviks membuka 7 cm
d) Dimulai penurunan janin
e) Ibu menjadi cemas dan gelisah

c. Fase transisi : berakhir saat pembukaan lengkap pada 10 cm

a) Pembukaan serviks 8 sampai 10 cm


b) Kontraksi teratur
c) Ibu lelah, marah dan gelisah dan merasa tidak berdaya
d) Mual muntah
e) Desakan untuk mengejan terjadi
f) Blood show

B. Kala II Durasi 30 menit sampai 3 jam untuk primigravida dan 5 sampai 30 menit untuk
multigravida dimulai dengan pembukaan penuh dan di akhiri dengan pelepasan plasenta.

a. Mengejan berhenti saat kelahiran janin. Pada kelahiran normal posisi kepala
janin bergerak melalui lengkungan, rotasi internal, perpanjangan, restitusi,
dan rotasi eksternal, kemudian pengeluaran dengan paksa dari tubuh
b. Fleksi kepala
c. Rotasi Internal
d. Ekstensi
e. Restitusi dan rotasi eksternal
f. Ekspulsi/pengeluaran

C. Kala III Durasi 3 sampai 30 menit primigravida di mulai dengan lahirnya sendiri dan
di akhiri dengan pelepasan plasenta

8
a. Plasenta terpisah dan di keluarkan salah satu dari dua permukaan muncul
lebih dahulu
a) Schulze sisi plasenta janin yang licin muncul lebih dulu
b) Duncan : Sisi plasenta janin yang lembab muncul lebih dulu

D. Kala IV Dimulai 1 sampai 4 jam primigravida dimulai dengan pelepasan plasenta dan
di akhiri dengan pertanda stabilisasi organ vital ibu

a. Tanda vital stabil


b. Lochia scant mengalami kemajuan menjadi sedang ke lochia rubra.

5. Manifestasi Klinis Partus Normal

1. Gejala awal

a) Lightening/dapping yaitu proses terjadinya penurunan bagian kepala janin


memasuki pintu bawah panggul. Lightening terjadi beberapa minggu atau
beberpa jam sebelum persalinan.penurunan kepala janin biasanya
bervariasi waktunya pada primigravida maupun multigravida.
b) Perubahan bentuk perut
c) Perubahan pola berkemih
d) Braxton hicks yaitu adanya penekanan kepala janin didaerah lumbal da
thorakal pada saaat kepala janin memasuki rongga panggul.
e) Pengeluaran mucus vagina

2. Gejala inpartu

a) Kontraksi uterus yaitu kontaksi berlangsung teratur, intensitas semakin kuat,


durasinya semakin lama dan semakin sering. Kondisi ini membuat
miometrium meregang sehingga membuat ibu merasa tidak nyaman.
Munculnya kontraksi dalam 10 menit pada awalnya 2x dalam 5 menit.
b) Pengeluaran yaitu mucus serviks yang keluar semakin sering konsistensi
encer dan bercampur darah kadang disertai adanya ketuban pecah dini.

9
c) Pada saat pemeriksaan dalam serviks mengalami effecement (pendattaran)
dan dilatasi (pembukaan).
6. Pemeriksaan Diagnostik

1.Ultrasonografi

Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda,, anomali janin, atau


melokalisasi kantong amnion pada amniosintesis

2.Amniosintesis

Cairan amnion dapat dikirim kelaboratorium untuk evaluasi kematangan paru


janin.

3.Pemantauan janin

Pemerikasaan ini dilakukan untuk membantu dalam mengevakuasi janin.

4.Protein c-reaktif

Peningkatan protein c-reaktif serum menunjukan peningkatankorioanionitis

5..Hispatologi

6. Pemeriksaan darah lengkap


a.Hb
b.Golongan darah
c.Faktor Rh +/-
d.Waktu pembekuan
7. Protein urine
8. Urine reduksi

7.Penatalaksanaan Medis

1. Anamnesis
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses

10
membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
Tanyakan pada ibu
a. Nama, umur dan alamat
b. Gravida dan para
c. Hari pertama haid terakhir
d. Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
e. Riwayat alergi obat-obatan tertentu
f. Riwayat kehamilan yang sekarang
g. Riwayat kehamilan sebelumnya
h. Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung,
berkemih dll)
i. Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri
epigastrium bagian atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan protein
dalam urin ibu.
j. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk
kekhawatiran lainnya.
k. Dokumentasikan semua temuan.
l. Setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah untuk membuat keputusan klinik,
menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan
yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
dalam persalinan adalah :
 Pemeriksaan fisik secara umum
 Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan abdomen bertujuan untuk: - Menentukan
tinggi fundus - Memantau kontraksi uterus - Memantau denyut jantung janin -
Menentukan letak dan presentasi - Menentukan penurunan bagian terbawah janin

11
 Pemeriksaan dalam Periksa dalam memegang peranan penting dalam penanganan
persalinan. Hal yang harus dinilai adalah :  Genitalia eksterna.  Cairan vagina
dan tentukan apakah ada lendir darah, perdarahan per vaginam atau mekonium.
Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam, jika ketuban
sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban.  Nilai vagina. Luka parut di vagina
mengindikasikan adanya riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomi
sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting untuk menentukan tindakan
pada saat kelahiran bayi.  Nilai pelunakan serviks, arah, pembukaan dan
penipisan serviks  Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau
kaki) tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam.  Nilai penurunan bagian
terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah masuk ke dalam rongga
panggul, serta keseimbangan kepala panggul.  Jika bagian terbawah adalah
kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar atau fontanela
magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau
tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan
ukuran jalan lahir. Sebelum melakukan pertolongan persalinan, dilakukan
persiapan peralatan, bahan dan obat- obatan serta persiapan untuk bayi dan ibu
yang harus disediakan keluarga.

3. Peralatan (partus set) : - 2 buah klem Kelly atau kocher - Lidokain 1% - Klem ½
kocher atau Kelly - Needle holder - Gunting tali pusat - Pinset & jarum - Pengikat tali
pusat steril - Kateter penghisap lendir DeLee - Kateter Nelaton - Benang catgut 3.0 -
Gunting episiotomi - Sarung tangan steril - Kassa dan kapas steril - Spuit injeksi 2.5
mL dan 5 mL 2. Peralatan penunjang lainnya : - Partograf - Apron (celemek plastik) -
Tensimeter - Perlak plastik untuk alas ibu - Stetoskop - Kantong plastik - Termometer
- Surat rujukan - Sabun, deterjen & sikat kuku - Larutan desinfektan klorin 0.5% 3.
Obat-obatan emergency : - Larutan Ringer Laktat 500 mL - Ergometrin maleat 0.2 mg
2 ampul - Set infus - Oksitosin 10 U 3 ampul - Kateter intravena ukuran 16-18 G -
Magnesium sulfat 40% (10 g dalam 25 mL) 2 vial

12
4. Kala I

Selama kala I, harus dilakukan pemantauan terhadap : 1. Kemajuan persalinan : -


Kontraksi uterus atau his (frekuensi, kekuatan dan durasi). - Dilatasi serviks 2.
Kondisi ibu : - Periksa tensi dan nadi setiap 30 menit. - Status hidrasi. - Perubahan
sikap/ perilaku ibu. 3. Kondisi janin : - Periksa DJJ tiap 15 menit (lebih sering
dengan makin dekatnya kelahiran). - Penurunan presentasi dan perubahan posisi. -
Warna cairan tertentu.
5. Kala II
Selama kala II, harus dilakukan pemantauan terhadap : 4. Kemajuan persalinan : -
Kontraksi uterus atau his (frekuensi, kekuatan dan durasi). - Kekuatan hejan ibu 5.
Kondisi ibu : - Periksa tensi dan nadi setiap 30 menit. - Status hidrasi. - Perubahan
sikap/ perilaku ibu. 6. Kondisi janin : - Periksa DJJ tiap 5 menit (lebih sering
dengan makin dekatnya kelahiran). - Penurunan presentasi dan perubahan posisi. -
Warna cairan tertentu.
6. Kala III
Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama: 1. Pemberian suntikan
oksitosin IM dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir. 23 2. Melakukan
penegangan tali pusat terkendali, agar segera terjadi separasi plasenta. 3. Masase
fundus uteri setelah plasenta lahir.
Prosedur Manajemen Aktif Kala III 1. Letakkan kain bersih di atas perut ibu,
letakkan bayi di perut ibu,pemberian oksitosin, klem tali pusat, Penegangan Tali
Pusat Terkendali.

7.Kala IV

Pemantauan kala IV : 1. Ganti baju ibu dengan baju bersih dan kering. Pasang
pispot datar dan lebar pada bagian bokong untuk memantau darah yang keluar. 2.
Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut. 3. Pantau tanda vital, kontraksi
uterus, tinggi fundus, status kandung kemih dan perdarahan tiap 15 menit hingga
2 jam pasca kala III. Lakukan estimasi jumlah perdarahan. 4. Masase uterus untuk
membuat kontraksi uterus tetap baik tiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap

13
30 menit selama jam kedua kala IV. 5. Beri obat-obatan yang diperlukan dan
minum secukupnya. 6. Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada
komplikasi, pasangkan pembalut dan celana dalam. Pakaikan kain dan selimuti
ibu. Pindahkan ibu ke ruang perawatan dan lakukan rawat gabung dengan bayinya
sesegera mungkin.

8. Diagnosa Keperawatan Partus Normal

a. Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2) Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan, hiperkapnea
3) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
4) Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai
darah
5) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran
darah
b. Kala II
1) Nyeri berhubungan dengan penegangan jaringan
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan pemasukan,
perdarahan
c. Kala III
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake, muntah dan diaphoresis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis melahirkan
d. Kala IV
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan,
kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan
3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi
4) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan
perkembangan anggota keluarga

14
9. Intervensi Keperawatan Partus Normal

1). Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/


pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi

Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi


ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.

Intervensi :

Mandiri

a.Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan
catatan kelahiran.

b.Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema,ekimosis, nyeri tekan


local, eksudat purulent atau kehilangan pelekatan jaringan.

c.Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah


kelahiran.

d.Berikan kompres panas lembab (missal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o dan
105 oF (38o sampai 43,2oC) selama 20 menit,3-4 kali sehari,setelah 24 jam.

e.Kaji nyeri tekan uterus ; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpains.

f.Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan melakukan
teknik visualisasi atau aktivitas pengalihan.

g.Kaji adanya distensi kandung kemih.

Kolaborasi

1.Berikan Bromokriptin Mesilat ( Parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2-3
minggu. Kaji hipotensi pada klien ; tetap dengan klien selama abulasi pertama.

15
2.Berikan analgesic 30-60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui,
berikan analgesic setiap 3-4 jam selama pembesaran payudara dan afterpaint.

3.Berikan anestesi spray,salep topical dan kompres witch hazel untuk perineum bila
dibutuhkan.

2). Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan aktifitas


tubuh.

Tujuan : Pemenuhan ADL terpenuhi

Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi,makan dan minum)

Intervensi

Mandiri

.Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya

1. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhanya

2. Dekatkan alat yang dibutuhkan klien

3. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya

3). Risiko tinggi gangguan menyusui/Potensial menyusui berhubungan dengan tingkat


pengetahuan,pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur
karakteristik fisik payudara ibu.

Tujuan : Setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan tingkat


pengetahuan ibu bertambah.

Kriteria hasil :Mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,


mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui menunjukan kepuasan regimen
menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.

16
Intervensi

Mandiri

a. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.

b. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan atau
keluarga.

c. Berikan informasi verbal dan tertulis mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus dan factor-fektor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.

d. Demonstrasikan dan tinjauan ulang teknik-teknik menyusui . perhatikan posisi bayi


selama menyusui dan lama menyusui.

e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20-30 menit setelah
menyusui.

Kolaborasi

1. Rujuk klien pada kelompok pendukung ; misal posyandu

2. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi

4). Risiko tinggi cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (missal
hipotensi ortostatik, terjadinya HDK atau eklamsia) ; efek anestesia ; tromboembolisme
; profil darah abnormal ( anemia, sensivitas rubella, inkompabilitas Rh).

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera teratasi.

Kriteria hasil : Mendokumentasikan perilaku untuk menurunkan factor-faktor


risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.

Intervensi

Mandiri

17
a. Tinjau ulang kadar haemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu
melahirkan . Catat tada-tanda anemia.

b. Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan anestesi
subaraknoid, yang mungkin tetap berbaring selama 6-8 jam, tanpa penggunaan bantal
atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan ambulasi awal.

c. Catat efek-efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon patella dan
pantau status pernapasan.

d. Inspeksi ekstermitas bawah terhadap tanda-tanda tromboflebitis, perhatikan ada atau


tidaknya tanda human.

e. Berikan kompres panas local ; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai
yang sakit.

f. Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien terhadap alergi telur atau bulu

Kolaborasi

1. Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi

2. Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko-risiko atau
gejala-gejala flebitis terjadi.

3. Berikan antikoaguasi ; evaluasi factor-faktor koagulasi dan perhatikan tanda-tanda


kegagalan pembekuan.

4. Berikan Rh (D) imun globulin (RhlgG) dalam 72 jampascapartum, sesuai indikasi.

18
Daftar Pustaka

Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan Perawatan Maternal Bayi. Jakarta: EGC


Johnson Joyce Y.2014.Keperawatan Maternitas. Ed 1. Yogyakarta : Rapha Publishing

ManuaMba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Manurung, Ns. Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan
INTRANATAL. Jakarta : TIM.

Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta

Ns. Wagiyo dan Putrono.2016. Asuhan Keperawatan Antenatal,Intranatal dan Bayi Baru
Lahir, Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.

Nugroho Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Badah, Penyakit


Dalam. Ed 1. Yogyakarta : Nuha Medika

Pearce Evelyn C.2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Ed 39. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama

19
BANJARMASIN, 30 JANUARI 2019

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

............................................... .................................................

M Anwari.,Ns.M.Kep Leny Triana,Amd.Keb

20

Vous aimerez peut-être aussi