Vous êtes sur la page 1sur 19

1.1.

Latar Belakang
Diare adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja.

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta
anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak
yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi (sazawal
dkk, 1996).

Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus
(enteritis), kolon (kolitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya
diklasifikasikan sebagai diare akut atau kronis (wong, 2000).

Diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang menyebabkan kematian. Banyak faktor resiko yang
diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia.
Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi
sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL),
kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah.

1.2.Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari diare?
2.Apa etiologi dari diare?
3.Bagaimana patofisiologi dari diare?
4.Apa klasifikasi dari diare?
5.Bagaimana tanda dan gejala dari diare?
6.Bagaimana penatalaksanaan dari diare?
7.Bagaimana asuhan keperawatan dari diare?

1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada anak dengan
diare dan dapat mengaplikasikannya ke kehidupan nyata.

1.3.2 Tujuan khusus


1.Mahasiswa mampu memahami definisi diare
2.Mahasiswa mengetahui etiologi dari diare
3.Mahasiswa mengetahui klasifikasi dari diare
4.Mahasiswa memahami patofisiologi diare
5.Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari diare
6.Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari diare
7.Mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan diare

BAB II
KONSEP DASAR

2.1.Definisi
Diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam. Definisi ini tidak menunjuk pada berapa frekuensi
diarenya, tetapi definisi lain tetap memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar encer atau air ini dapat/tanpa disertai
lendir dan darah (Sudoyo, 2009).
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan konsistensi feses menjadi
cair. Secara praktis dikatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali
sehari dengan konsistensi cair (Sudoyo, 2009. Hal. 443-444).

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi (wong, 2000).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat.

Diare terbagi menjadi dua berdasrkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare
kronis (Mansjoer.A, 1999, 501).

Penyebab utama diare adalah virus (Adenovirus enterik dan Robavirus) serta parasit
(biardia lambiacrhistopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin dan kristotoksin yang melekat pada
dinding usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami diare
akut adalah usus halus (Corwin, 2000 : 520).

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi
buang air besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi feses encer dengan atau tanpa lendir dan darah.

2.2.Etiologi
2.2.1.Faktor infeksi
a.Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi enteral meliputi : infeksi bakteri, seperti Vibrio, E.coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan lain sebagainya.
Infeksi virus yaitu Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adeno-virus,
Rotavirus, dan lain-lain). Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides, protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis) dan jamur (Candida albicans).

b.Infeksi parenteral adalah infeksi diluar saluran pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.

2.2.2.Faktor non-infeksi
a.Faktor malabsorbsi, malabsorbsi karbohidrat, misalnya disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa); Malabsorbsi lemak dan Malabsorbsi protein.
b.Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
c.Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar).

2.3.Patofisiologi
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat terjadi akibat
adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut diare osmotik,
atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau
bakteri di usus halus distal atau usus halus besar.

Diare dapat ditularkan melalui rektal oral dari orang ke orang beberapa fasilitas
keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat
rangsangtoksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal.

Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan
motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia
untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare
berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera
yang ditularkan melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat
merangsang motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi cairan dan
elektrolit kedalam usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang
dalam jumlah yang besar.

Gangguan absorbsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan


menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsosbsi cairan dan elektrolit. Hal ini
terjadi karena sindrom malabsorbsi meningkatkan motilitas usus intestinal.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
gangguan absorbsi dan sekresi dari cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan
sodium potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra selular ke dalam tinja
sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat menyebabkan asidosis
metabolik.

Diare akut di tandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan kesieimbangan cairan dan elektrolit.
Penyebab utama diare adalah virus (Adenovirus enterik dan robavirus) serta parasit
(biardia lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada
dinding usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami diare
akut adalah usus halus (Corwin, 2000 : 520).

2.4.Nursing pathway

2.5.Manifestasi klinis
•Cengeng
•Gelisah
•Suhu tubuh meningkat
•Nafsu makan berkurang
•Nyeri perut atau kejang perut
•Tinja cair atau mungkin disertai lendir atau lendir dan darah
•Merasa haus
•Berat badan berkurang
•Mata menjadi cekung
•Ubun-ubun besar cekung
•Lidah kering
•Turgor kulit keelastisannya berkurang
•Frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul)
•Denyut nadi yang cepat
•Tekanan darah menurun
•Muka pucat
•Malaise
•Ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis

2.6.Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1.Lama waktu diare : akut atau kronis.
a.Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang lebih 14 hari.
b.Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Diare persisten
merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang
berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut.

2.Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik.


a.Diare osmotik adalah dimana terjadi peningkatan osmotik isi lumen usus
b.Diare sekretorik adalah dimana terjadi peningkatan sekresi cairan usus

3.Infektif atau non-infektif.


a.Diare infeksi adalah bila penyebabnya infeksi
b.Diare non-infeksi bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus
tersebut

4.Organik atau fungsional.


a.Diare organik adalah diare yang jelas ditemukan adanya kelainan histologi atau
biokimia usus
b.Diare fungsional adalah diare karena kelainan idiopatik, diet dan gangguan
motilitas

2.7.Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan diare meliputi :
1.Pemberian cairan (rehidrasi)
Tindakan pertama yang harus dilakukan pada bayi dan anak-anak yang menderita
diare akut dan dehidrasi adalah terapi rehidrasi oral (oral rehydration therapy, ORT)
atau pemberian oralit. Larutan oralit meningkatkan dan mempermudah reabsorbsi
natrium serta air, dan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa larutan ini sangat
mengurangi gejala muntah, kehilangan cairan akibat diare serta lamanya sakit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rehidrasi adalah jenis cairan, dan jumlah
pemberian. Setelah rehidrasi, larutan oralit dapat digunakan dalam terapi rumatan
cairan lewat pemberian oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti
air, air susu ibu, formula susu bebas-laktosa atau yang kandungan laktosanya rendah
(low lactose milk). Pada anak-anak yang lebih besar, dapat diberikan larutan oralit,
sedangkan makanan yang biasa dikonsumsi diteruskan (wong, 2000).

2.Dietetic (cara pemberian makanan)


Tujuan diit pada pasien diare adalah memberikan makanan secukupnya untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan kerja usus, mencegah dan
mengurangi dehidrasi, mengupayakan agar anak segera mendapat makanan sesuai
umur dan berat badannya. Syarat diit pada pasien diare adalah pasien tidak
dipuasakan setelah terjadi rehidrasi, diberi makanan peroral dalam 24 jam pertama,
pemberian ASI diutamakan, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak
merangsang saluran pencernaan yaitu tidak mengandung bumbu tajam, tidak
menimbulkan gas, makanan diberikan bertahap dari makanan ringan (mudah dicerna)
dalam bentuk yang sesuai menurut umur dan keadaan penyakit, makanan diberikan
dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.

3.Obat-obatan
Obat anti sekresi, Asetosal, dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
klorpomazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari. Umumnya antibiotik tidak diberikan bila
tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50
mg/kg BB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti :
OMA, faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia (Ngastiyah, 2005 : 230).
2.8. Komplikasi
Salah satu komplikasi dari diare adalah dehidrasi. Klasifikasi dehidrasi menurut
Hidayat (2006) adalah:
1.Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok.

2.Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak penderita jatuh syok, nadi cepat dan
dalam.

3.Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 ml/kg BB, pada
dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi ranjatan hipovolemik dengan
gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun,
pasien sangat lelah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai
soporokomatius).
2.9.Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan feses
•Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis.
•Biakan kuman untuk mengetahui kuman penyebab
•Bentuk tinja, air/cair.
•Terdapat darah dan lendir
•Warna tinja

2.Pemeriksaan darah
•Darah perifer lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit)
•Analisa gas darah dan kadar elektrolit serum
•Peningkatan sel-sel darah putih
•Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

3.Pemeriksaan elektrolit tubuh


•Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium, Bikarbonat.

4.Duodenal intubation
•Untuk mengetahui penyebab kuman terutama pada diare kronik.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Pengkajian
3.1.1.Identitas pasien
Meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama
dan orang tua.

3.1.2.Riwayat penyakit sekarang


Keluhan utama biasanya mengeluh berak encer dengan disertai atau tanpa lendir dan
disertai darah lebih dari tiga kali sehari. Anak menjadi rewel dan gelisah, badan
menjadi lemah dan aktivitas berkurang.

3.1.3.Riwayat penyakit dahulu


Yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anak maupun
keluarga dalam hal ini orang tua.

3.1.4.Riwayat kehamilan dan kelahiran


Meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilan dan obat-obatan. Mencakup
kesehatan anak sebelum lahir, saat lahir, dan keadaan sesudah lahir.

3.1.5.Riwayat tumbuh kembang


Pertumbuhan dan perkembangan meliputi motorik kasar, motorik halus,
perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial dan kemandirian.

3.1.6.Pemeriksaan fisik
3.1.6.1.Keadaan umum klien
•Tanda-tanda dehidrasi
•Mata cekung
•Ubun-ubun besar cekung
•Mukosa bibir kering
•Turgor kulit berkurang keelastisannya
•Frekuensi BAB
•Nyeri atau disentri abdomen
•Demam
•Penurunan BB

3.1.6.2.Pola fungsional kesehatan


a)Pola persepsi manajemen kesehatan
•Menggambarkan persepsi
•Pemeliharaan kesehatan
•Penanganan kesehatan

b)Pola nutrisi dan metabolik


•Intake nutrisi
•Balance cairan dan elektrolit
c)Pola eliminasi
•Pola input cairan
•Kebiasaan defekasi
•Karakteristik urin dan feses

d)Pola latihan-aktivitas
•Kemampuan dalam menata diri
•Mandiri
•Dengan alat bantu
•Dibantu orang lain

e)Pola istirahat dan tidur


•Pola tidur
•Jam tidur
•Penggunan obat
•Insomnia atau mimpi buruk

f)Pola konsep diri


•Gambaran diri
•Harga diri
•Peran
•Identitas
•Ide diri sendiri.

g)Pola kognitif perseptual


•Fungsi penglihatan
•Pendengaran
•Perasaan
•Pembau
•Kompensasinya terhadap tubuh.

h)Pola peran dan hubungan


•Hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan tempat tinggal klien.
•Pekerjaan
•Tempat tinggal
•Tingkah laku
•Masalah keuangan

i)Pola pertahanan diri


•Kemampuan untuk menangani stress
•Penggunaan sistem pendukung
•Penggunaan obat untuk menangani stress
•Interaksi dengan orang terdekat
•Menangis

j)Pola keyakinan dan nilai


•Nilai
•Keyakinan termasuk spiritual
•Kegiatan keagamaan
•Budaya
•Mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit

3.2. Diagnosa keperawatan


1.Gangguan keseimbangan volume cairan
2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3.Intoleransi aktivitas
4.Gangguan keseimbangan suhu tubuh
5.Pola napas tidak efektif
6.Gangguan eliminasi
7.Gangguan pertukaran gas
8.Resiko syok hipovolemik
9.Gangguan perfusi jaringan
10.Resiko cedera
11.Gangguan keseimbangan asam basa
12.Gangguan integritas kulit
13.Nyeri

3.3.Intervensi keperawatan
1.Gangguan keseimbangan volume cairan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
volume cairan kembali seimbang atau tidak terjadi dehidrasi.

NOC: Hydration
Indikator :
•Elastisitas turgor kulit baik (4)
•Membran mukosa lembab (4)
•Intake cairan optimal (4)
•Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB (4)
•Tanda-tanda vital dalam batas normal (4)
•Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (5)
•Tidak ada rasa haus yang berlebihan (4)

NIC: Fluid manajement


•Kaji adanya perubahan membran mukosa
•Kaji perubahan turgor kulit
•Monitor aktifitas berat
•Monitor status hidrasi
•Monitor status nutrisi
•Monitor tanda-tanda vital
•Pantau respon pasien untuk menentukan terapi cairan elektrolit
•Berikan terapi cairan IV
•Konsultasikan bila terjadi kelainan pada volume cairan

2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapakan
nutrisi dapat terpenuhi atau teratasi.

NOC: Status nutrisi


Indikator:
•Intake nutrisi (5)
•Intake makanan (5)
•Intake cairan (5)
•Perbandingan BB/TB (4)

NIC: Menejemen nutrisi


•Kaji adanya alergi makanan
•Monitor adanya penurunan BB
•Monitor turgor kulit
•Monitor mual muntahajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
•Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, serta sediakan lingkungan yang optimal
untuk konsumsi makan
•Anjurkan banyak minum
•Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
•Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3.Intolerasi aktifitas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
aktifitas kembali normal

NOC: Activity tolerance


Indikator :
•Kegiatan aktivitas sehari-hari kembali normal (5)
•Penyebab kelelahan dapat diatasi (4)
•Saturasi oksigen kembali normal (5)
•Warna kulit kembali normal (5)
•Kekuatan tubuh kembali meningkat (5)

NIC: Activity therapy


•Tentukan kebiasaan pasien untuk melakukan aktifitas tertentu
•Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana melakukan aktifitas yang diinginkan
•Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi adanya kelemahan pada aktifitas
•Bantu pasien untuk memilih aktifitas yang diperlukan
•Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk melatih pergerakan otot, bila diperlukan
•Kolaborasi dengan occupational, physical, atau terapi untuk merencanakan dan
memantau program aktifitas, bila diperlukan

4.Gangguan keseimbangan suhu tubuh


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan suhu
tubuh kembali normal.
NOC: Thermoregulasi
Indikator :
•Tanda-tanda vital batas normal (5)
•Suhu tubuh dalam batas normal (5)
•Warna kulit kembali normal (5)
•Suhu kulit dapat meningkat (5)

NIC: Temperature regulation


•Kaji adanya perubahan warna dan suhu pada kulit
•Observasi keadaan umum pasien
•Monitor perubahan warna dan suhu pada kulit
•Monitor penurunan tingkat kesadaran
•Monitor tanda-tanda vital, RR, TD, nadi dan suhu
•Berikan kompres hangat pada lipat paha dan axila
•Jelaskan kepada pasien dan keluarga tanda-tanda hipertermi
•Kolaborasi dengan petugas kesehatan dalam pemberian terapi

5.Pola napas tidak efektif


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pasien
menunjukkan keefektifan pola nafas.

NOC: Ventilation
Indikator :
•Pasien mampu melakukan batuk efektif (4)
•Tidak ada sianosis (5)
•Tidak ada dipsnea (4)
•Irama dan frekuensi pernapasan dalam rentan normal (4)
•Tanda-tanda vital dalam rentan normal (TD, nadi, suhu, RR) (4)

NIC: Airway Patency


•Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
•Monitor pola napas
•Monitor respirasi dan status O2
•Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
•Monitor tanda-tanda vital
•Informasikan pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki
pola napas
•Ajarkan bagaimana batuk efektif
•Kolaborasi pemberian bronkodilator
•Laporkan kepada petugas kesehatan jika terjadi komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Bulecchek, Gloria. M. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth


edition. St. Louis: Mosby, Inc.
Lalani, Amina. MD. 2009. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. St.
Louis : Mosby, Inc.
Sudoyo, Aru. W. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing.
Wong, Donna. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Nurlaila, 31-03-2015. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gastroenteritis.
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia-213-1-
askepga-s.pdf

Vous aimerez peut-être aussi