Vous êtes sur la page 1sur 36

MATA KULIAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
Ns. Rian Agus Setiawan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN

Disusun oleh

Kelompok 5 :

Ade Mawar (11161001)

Amelia Rizky Damayanti (11161004)

Destria Ramadhanty N (11161010)

Hana Fauzy Yahya (11161017)

Hilda Nurfitria (11161018)

Pega Hardiana W (11161029)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat serta karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Komunitas Anak Jalanan”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi satu tugas kelompok dalam mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Selain itu, pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk dapat menambah informasi
serta wawasan kepada pembaca.
Dalam menyusun tugas kelompok ini, Kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini :
1. Ns. Rian Agus Setiawan selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Komunitas II
2. Orang tua yang telah memberikan doa restu dan dukungan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Teman - teman yang telah banyak membantu menyusun dalam
meyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan,


oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran demi
kesempurnaan makalah

Jakarta, 12 April 2019

Kelompok 5

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada masa sekarang ini tidak susah untuk mengetahui banyaknya
anak yang turun ke jalanan dan hidup di jalanan di Indonesia. Alasannya
tidak lain dan tidak bukan karena semakin hari biaya hidup di negara ini
semakin mahal, terjadi ketimpangan sosial dimana-mana. Hal ini
menyebabkan keluarga miskin menjadi semakin sulit dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Orang tua mereka dengan terang-terangan
menggunakan mereka sebagai belas kasihan, hal ini dilakukan karena
mereka tidak tahu lagi seperti apa mencari uang.
Pemerintah nampaknya harus bekerja lebih keras, mengingat dalam
UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara oleh negara”. Artinya sesungguhnya mereka yang hidup
terlantar (termasuk anak jalanan) juga harus menjadi perhatian negara.
Ironisnya pemerintah seolah angkat tangan dalam menangani anak jalanan.
Malah terkadang pemerintah melakukan razia baik untuk gepeng
(gelandangan dan pengemis) ataupun anak jalanan. Padahal sebenarnya hal
itu bukanlah solusi, karena akar dari permasalahan anak jalanan itu sendiri
adalah kemiskinan.
Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar kemungkinan bagi anak
untuk terjerumus kejalanan. Perekonomian yang kacau akibat krisis
moneter menyebabkan anak - anak pun sampai diperkerjakan oleh orang
tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka yang
seharusnya bermain dan belajar telah ikut menanggung beban keluarga.
Pada akhirnya mereka menjadi penghuni tetap jalanan yang menghabiskan
waktunya untuk bekerja dan menggantungkan hidup di jalanan sehingga
mereka menjadi anak jalanan.
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara
fisik danphsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan
dengan melakukankegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna
mempertahankan hidupnya yangterkadang mendapat tekanan fisik atau

1
mental dari lingkunganya. Umumnyamereka berasal dari keluarga yang
ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh danberkembang dengan latar
kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan,penganiayaan, dan
hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa danmembuatnya
berperilaku negatif.Ketika mereka dewasa, besar kemungkinan mereka
akan menjadi salah satupelaku kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun,
maka kita telah berperan sertamenjadikan anak-anak sebagai korban tak
berkesudahan. Menghapus stigmatisasi diatas menjadi sangat penting.
Sebenarnya anak-anak jalanan hanyalah korban darikonflik keluarga,
komunitas jalanan, dan korban kebijakan ekonomi permerintahyang
memberatkan rakyat. Untuk itu kampanye perlindungan terhadap anak
jalananperlu dilakukan secara terus menerus setidaknya untuk mendorong
pihak-pihak diluar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi kekerasan
terhadap anak jalanan.
Sesuai konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB
(Convention on the Rightsof the Child), sebagaimana telah diratifikasi
dengan Keppres nomor 36 tahun 1990,menyatakan bahwa karena belum
matangnya fisik dan mental anak-anak, makamereka memerlukan
perhatian dan perlindungan. Fenomena merebaknya anak jalanan di
Indonesia merupakan persoalansosial yang komplek. Hidup menjadi anak
jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena
merekaberada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan
keberadaan mereka tidak
jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan
negara.
Namun, perhatian terhadap nasibanak jalanan tampaknya belum
begitu besar dansolutif. Padahal mereka adalahsaudara kita. Mereka adalah
amanah Allah yangharus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga
tumbuh-kembang menjadi manusiadewasa yang bermanfaat, beradab dan
bermasa depan cerah.Begitu pula kiranya anak jalanan yang memerlukan
perhatian dan perlindunganterhadap hak-haknya sebagai anak bangsa
untuk memperoleh pendidikan sesuaidengan pasal 31 ayat 1 UUD 1945

2
yang mengamanatkan bahwa setiap warga negaraberhak mendapat
pengajaran.Melihat isi dari pasal 31 ayat 1 tersebut sangat bertolak
belakang dengan yang dialami anak jalanan. Mereka hampir tidak
mendapatkanhaknya untuk mendapatkan pengajaran. Ironisnya di tengah
pendidikan bagi anak jalanan yang terabaikan, DPR justru berencana
mendirikan gedung baru yang megah dengan alasan “kinerja”. Sepertinya
akan lebih bijak apabila dana tersebut digunakan untuk mendirikan
sekolah untuk anak jalanan, memberikan honor bagipengajar, dan
penyediaan sarana belajar mengajar untuk mereka. Akan tetapi dibalik hal
tersebut kita patut bangga karena kepedulian masyarakat
Indonesiaterhadap pendidikan justru semakin tinggi. Hal ini dibuktikan
dari banyaknyamasyarakat yang mengabdikan diri sebagai pengajar di
sanggar yang telah didirikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Anak Jalanan ?
2. Apakah latar belakang menjadi Anak Jalanan ?
3. Bagaimana karakteristik dan perkembangan sosial emosional Anak
Jalanan?
4. Apa saja pengelompokkan pada Anak Jalanan ?
5. Bagaimana model penanganan pada Anak Jalanan ?
6. Apa peran perawat dalam menghadapi Anak Jalanan ?
7. Apa kasus Anak Jalanan yang ada di Indonesia?
8. Bagaimana pengkajian khusus komunitas ?
9. Bagaimana pengkajian sub system komunitas ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Anak Jalanan
2. Untuk mengetahui latar belakang menjadi Anak Jalanan
3. Untuk mengetahui karakteristik dan perkembangan sosial emosional
Anak Jalanan
4. Untuk mengetahui pengelompokkan pada Anak Jalanan
5. Untuk mengetahui bagaimana model penanganan pada Anak Jalanan
6. Untuk mengetahui peran perawat dalam menghadapi Anak Jalanan
7. Untuk mengetahui kasus Anak Jalanan yang ada di Indonesia
8. Untuk mengetahui pengkajian khusus
9. Untuk mengetahui pengkajian sub system
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas Anak Jalanan.

4
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi Anak Jalanan


Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi
dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif
dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan
bahkan tidak bersahabat. (Suyanto, Masakah Sosial Anak (Jakarta:2016),
hlm. 199.
Anak jalanan merupakan anak yang berusia 5–18 tahun baik laki-laki
maupun perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan,
memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah
berkomunikasi dengan keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan
dan bimbingan sehingga rawan terkena gangguan kesehatan dan psikologi.
UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai those who have
abandoned their home, school, and immediate communities before they
are sixteen yeas of age have drifted into a nomadic street life (anak-anak
berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga,
sekolah dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang
berpindah-pindah). Anak jalanan merupakan anak yang sebagian besar
menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan
atau tempat-tempat umum lainnya. (Departemen Sosial RI, Petunjuk
Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan, hlm. 20.)

B. Latar Belakang Menjadi Anak Jalanan


Banyak hal yang melatar belakangi penyebab tumbuhnya anak
jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan
di kota bukanlah semata - mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi

5
justru karena tekanan - tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian
warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga
dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di
kota. (Parsudi Suparlan, hlm.36).

Menurut kalangan LSM peduli anak, beberapa penyebab anak turun ke


jalanan ialah :
1. Kondisi ekonomi
Kehidupan keluarga yang serba kekurangan mendorong
anak turun ke jalan untuk bekerja dan mencari uang, baik untuk
diri sendiri maupun untuk kebutuhan orang tua dan keluarga.
2. Kekerasan dalam keluarga
Kekerasan yang terjadi dalam keluarga menjadi faktor
penting yang mendorong anak untuk turun ke jalan. Hal ini bisa
terjadi ketika keluarga mengalami berbagai masalah akibat beban
ekonomi tidak tertahankan. Sebagian atau seluruh masalah
keluarga itu kemudian terpaksa dibebankan kepada anak - anak
mereka.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terbukti juga menjadi penyebab anak
turun ke jalanan. Tidak sedikit anak dipaksa lingkungan untuk
turun ke jalan. Ada kalanya sebelum terpengaruh faktor
lingkungan, seorang anak memang berasal dari keluarga miskin
sehingga faktor lingkungan seperti diajak teman atau bermasalah di
sekolah, menjadi penguat alasan untuk turun ke jalan.
4. Ingin bebas dan tidak biasa disiplin
5. Biasa hidup dengan keinginannya sendiri

C. Karakteristik dan Perkembangan Sosial Emosional Anak Jalanan


Karakteristik anak jalanan terbagi dua yaitu:

6
1. Ciri fisik
e) Warna kulit kusam
f) Rambut kemerahan
g) Kebanyakan berbadan kurus
h) Pakaian tidak terurus
2. Ciri psikis
a) Mobilitas tinggi
b) Acuh tak uacuh
c) Penuh curiga
d) Sangat sensistif berwatak keras
e) Kreative
f) Semangat hidup tinggi
g) Berani tanggung resiko
h) Mandiri

Psikososial anak jalanan : Keadaan saat ini sangat memprihatinkan


karena anak yang rentan turun ke jalan lebih dari 20 kali lipat jumlah nya
dibandingkan dengan anak jalanan itu sendiri. Anak jalanan perempuan
jauh lebih buruk posisinya karena pasti akan menerima berbagai kekerasan
atau bahkan pelecehan seksual. Karena anak jalanan lebih banyak
berinteraksi dengan kerasnya hidup dijalan dan mencari uang, itu
berdampak pada perkembangan psikososial nya dan tumbuh menjadi anak
yang keras, liar, dan terkenal tidak bisa diatur. Usia anak jalanan biasanya
masih dalam usia sekolah dimana usia sekolah termasuk ke dalam tahapan
psikososial yang mampu menghasilkan karya, dapat dan melatih interaksi
yang baik, dapat berprestasi dalam sekolah, serta dapat menggali ilmu
dengan kemauan sendiri. Tahap ini merupakan tahap anak membuat
konsep diri mereka sendiri. Jika tahap ini terlewatkan terjadi Masalah
Psikososial. Masalah Psikososial adalah masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai Pengaruh timbal balik, sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa.

7
D. Pengelompokkan Pada Anak Jalanan
Pembagian anak jalanan menurut UNICEF dibagi menjadi tiga kelompok
antara lain :
1. Street Living Children
Anak - anak yang pergi dari rumah dan meninggalkan orang
tuanya. Anak tersebut hidup sendirian dan memutuskan untuk
tidak berhubungan lagi dengan keluarganya. Biasanya anak - anak
ini sering disebut dengan gelandangan ataupun gembel. Mereka
biasanya tidak mempunyai tempat tinggal maupun pekerjaan tetap.
2. Street Working Children
Disebut juga sebagai pekerja anak di jalan. Mereka menghabiskan
sebagian besar waktu mereka di jalanan untuk bekerja baik di jalan
atau pun di tempat - tempat umum untuk membantu keluarganya.
Sehingga anak - anak ini masih memiliki rumah dan tinggal dengan
orang tua mereka.
3. Children from Street Families
Anak - anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.
Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang
cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan segala resikonya.
Menurut penelitian Departemen Sosial, anak jalanan di
kelompokkan dalam empat kategori, yaitu :
1. Anak jalanan yang hidup di jalanan
Anak ini merupakan anak yang kesehariannya dihabiskan
dijalanan bahkan anak dalam kategori ini tidak mempunyai tempat
tinggal untuk dijadikan tempat pulang dan istirahat sehingga
mereka tidur dan istirahat di semua tempat yang menurut mereka

8
layak. Anak dalam kategori ini mempunyai beberapa kriteria antara
lain :
a) Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya.
b) 8 - 10 jam berada di jalanan untuk “bekerja” (mengamen,
mengemis, memulung ), dan sisanya menggelandang/tidur.
c) Tidak lagi sekolah.
d) Rata-rata di bawah umur 14 tahun.
2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan
Anak ini adalah anak yang kesehariannya berada dijalanan
untuk mencari nafkah demi bertahan hidup akan tetapi anak ini
bisa dikatakan lebih kreatif dari kategori yang pertama karana anak
ini cenderung lebih mandiri. Anak dalam kategori ini juga
mempunyai beberapa kriteria antara lain sebagai berikut:
a) Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya.
b) 8 - 16 jam barada di jalanan.
c) Mengontrak kamar mandi sendiri, bersama teman, ikut orang
tua / saudara, umumnya di daerah kumuh.
d) Tidak lagi sekolah.
e) Pekerjaan: penjual Koran, pedagang asongan, pencuci bus,
pemulung, penyemir sepatu, dll.
f) Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan
Anak ini adalah anak yang sering bergaul dengan temannya
yang hidup dijalanan sehingga anak ini rentan untuk hidup
dijalanan juga. Anak dalam ketegori ini kriterianya adalah sebagai
berikut:
a) Bertemu teratur setiap hari/tinggal dan tidur dengan
keluarganya.
b) 4 - 5 jam kerja di jalanan.
c) Masih bersekolah.
d) Pekerjaan: penjual koran, penyemir, pengamen, dll.
e) Usia rata-rata di bawah 14 tahun.

9
4. Anak jalanan berusia di atas 16 Tahun
Anak jalanan ini adalah anak yang sudah beranjak dewasa yang
kebanyakan mereka sudah menemukan jati dirinya apakah itu
positif atau negatif dan criteria anak ini antara lain sebagai
beriukut:
a) Tidak lagi berhubungan / berhubungan tidak teratur dengan
orang tuanya.
b) 8-24 jam berada di jalanan.
c) Tidur di jalan atau rumah orang tua.
d) Sudah tamat SD atau SLTP, namun tidak bersekolah lagi.
e) Pekerjaan: calo, pencuci bus, menyemir dll.

E. Model Penanganan pada Anak Jalanan


Departemen Sosial menjelaskan bahwa penanganan anak jalanan
dilakukan dengan metode dan teknik pemberian pelayanan yang meliputi :
1. Street based
Street based merupakan pendekatan di jalanan untuk menjangkau
dan mendampingi anak di jalanan. Tujuannya yaitu mengenal,
mendampingi anak, mempertahankan relasi dan komunikasi, dari
melakukan kegiatan seperti: konseling, diskusi, permainan, literacy
dan lain-lain. Pendampingan di jalanan terus dilakukan untuk
memantau anak binaan dan mengenal anak jalanan yang baru. Street
based berorientasi pada menangkal pengaruh-pengaruh negatif dan
membekali mereka nilai- nilai dan wawasan positif.

2. Community based
Community based adalah pendekatan yang melibatkan keluarga
dan masyarakat tempat tinggal anak jalanan. Pemberdayaan keluarga
dan sosialisasi masyarakat, dilaksanakan dengan pendekatan ini yang
bertujuan mencegah anak turun ke jalanan dan mendorong penyediaan
sarana pemenuhan kebutuhan anak. Community based mengarah

10
padaupaya membangkitkan kesadaran, tanggung jawab dan partisipasi
anggota keluarga dan masyarakat dalam mengatasi anak jalanan.
3. Bimbingan social
Metode bimbingan sosial untuk membentuk kembali sikap dan
perilaku anak jalanan sesuai dengan norma, melalui penjelasan dan
pembentukan kembali nilai bagi anak, melalui bimbingan sikap dan
perilaku sehari-hari dan bimbingan kasus untuk mengatasi masalah
kritis.
4. Pemberdayaan
Metode pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas
anak jalanan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Kegiatannya
berupa pendidikan, keterampilan, pemberian modal, alih kerja dan
sebagainya.
Selain itu ada cara lain yang mampu dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah anak jalanan, yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan pembatasan terhadap arus urbanisasi (termasuk arus
masuknya anak-anak) ke Jakarta, dengan cara operasi yustisi,
memperkuat koordinasi dengan daerah asal, pemulangan anak jalanan
ke daerah asal dll.
2. Melakukan identifikasi terhadap akar permasalahan guna
menyelesaikan masalah anak jalanan tersebut dengan menyentuh pada
sumber permasalahannya. Sebagai contoh : banyak diantara anak
jalanan yang menjadi tulang punggung keluarganya. Jika ini yang
terjadi, maka pemerintah tidak bisa hanya melatih, membina atau
mengembalikan si anak ke sekolah. Tapi lebih dari itu, pemerintah
harus melakukan pendekatan dan pemberdayaan ekonomi keluarganya.
3. Mengembalikan anak jalanan ke bangku sekolah.
4. Memberikan perlindungan kepada anak jalanan tanpa terkecuali. UU
nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa
perlindungan anak perlu dilakukan dengan tujuan untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

11
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia dan sejahtera.
5. Menciptakan program-program yang responsif terhadap perkembangan
anak, termasuk anak jalanan.
6. Melakukan penegakan hukum terhadap siapa saja yang memanfaatkan
keberadaan anak-anak jalanan.
7. Membangun kesadaran bersama bahwa masalah anak jalanan
sesungguhnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua.

F. Peran Perawat dalam Menghadapi Anak Jalanan


1. Mengadakan konseling pada keluarga anak jalanan.
Dalam konseling tersebut perawat dapat memberikan
pemahaman dan pengertian pada keluarga tentang vitalnya peran
keluarga dalam proses pertumbuhan mental seorang anak. Hasil
akhirnya diharapkan agar keluarga lebih optimal dalam menjalankan
fungsinya memberikan perhatian secara emosional dan fisik terhadap
anak dan meningkatkan penghargaan mereka terhadap anak-anak
jalanan tersebut
2. Melakukan pendekatan individu (individual approach)
Pendekatan individu dapat dilakukan perawat agar anak jalanan
termotivasi untuk merubah lingkungan sosial dalam pergaulannya,
atau dengan merubah secara perlahan dengan pendekatan yang
menyeluruh agar paradigma kelompok yang tadi sebagai sumber
perilaku negatif menjadi sumber terciptanya perilaku yang positif
bagi perkembangan remaja.

12
G. Pengkajian khusus
a. DEMOGRAFI
1) Di rumah singgah terdapat 60% berjenis kelamin laki – laki dan
40% berjenis kelamin perempuan
2) Tingkat pendidikan rata – rata adalah SLTP .
3) Pekerjaan warga singgah 80% adalah pengamen
4) Tingkat penghasilannya bervariasi mulai per hari 100.000
5) Status ekonomi menengah ke bawah

b. STATIK VITAL
Masalah kesehatan yang terjadi di rumah singgah adalah penyakit
kulit ( scabies ), penyakit system pernapasan ( ISPA).

H. Pengkajian sub system


a. Lingkungan Fisik
1) Inspeksi
a) Di rumah singgah terdapat peta rawan masalah
b) Dekat dengan pasar
c) Dekat dengan terminal

2) Tanda Vital
a) Kondisi iklim tropis dan saat ini musim hujan
b) Kondisi lingkungan kumuh. Lokasi berdekatan dengan pasar
dan terminal banyak genangan air

3) System Review
Di rumah singgah tidak ada kegiatan kerja bakti rutin pada
warganya namun kerjabakti akan diadakan saat lingkungan terlihat
kotor atau ada keluhan dari masyarakat.

4) Pendidikan

13
a) Ada 2% warga yang buta huruf. Warga yang buta huruf
kebanyakan anak jalanan yang tidak sekolah.
b) Mayoritas berpendidikan sampai SLTP.
c) Tidak terdapat fasilitas pendidikan di rumah singgah

I. Asuhan keperawatan komunitas anak jalanan


Pengkajian
1. IDENTITAS
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan
Usia :
Agama :
Tempat Tinggal :
No. HP :

2. Pertanyaan Mengenai Persepsi

1) Sejak kapan anda menjadi anak jalanan?

a) < 1th b) > 1th

2) Apa penyebab anda menjadi anak jalanan?

a) Kabur dari rumah

b) Diajak teman

c) Lainnya…………………………….. …………………..

3) Apakah di lingkungan anak jalanan anda memiliki kelompok?

a) Ya b) Tidak

4) Bagaimana hubungan anda dengan anak jalanan yang lain?

a) Baik b) Cukup baik c) Tidak baik

5) Pernahkah mendapatkan kekerasan fisik dari sesama teman anak


jalanan?

14
a) Pernah b) Tidak pernah

Jika pernah dalam bentuk apa? ……………. …………..


Dan karena apa? ……………… …………………………

6) Apakah keluarga anda masih utuh?

a) Ya. b) Tidak

7) Bagaimana hubungan anda dengan keluarga?

a) Baik b) Cukup baik c) Tidak baik

8) Apakah anda pernah mendapatkan kekerasan dari orangtua?

a) Ya b) Tidak pernah

Jika pernah dalam bentuk apa kekerasan yang didapat? ………


Dan karena apa? …………………………………………………

9) Apakah tempat tinggal orangtua anda masih satu kota


dengan anda?
a) Ya b) Tidak

Jika tidak berada dimana? .................................................

10) Anak keberapakah anda? ................................................

11) Ada berapa jumlah saudara anda? ………………. ……

12) Apakah ada saudara atau keluarga anda yang juga menjadi anak
jalanan?

a) Ada b) Tidak ada


13) Apa pendidikan terakhir ayah anda?

a) Tidak sekolah
b) Sekolah Dasar (SD)
c) Lainnya …..…..………. ……………………………….

15
14) Apa pendidikan terakhir ibu anda?

a) Tidak sekolah

b) Sekolah Dasar (SD)

c) Lainnya ……..…………. ………………………………

15) Apa pendidikan anda?

a) Tidak sekolah

b) Sekolah Dasar (SD)

c) Lainnya ……..…………. …………………………………

16) Bagaimana kondisi ekonomi keluarga anda?

a) Baik b) Cukup baik c) Tidak baik

17) Apakah pekerjaan dari ayah anda?

a) Kuli

b) Pengamen

c) Lainnya ……………….
18) Apakah pekerjaan dari ibu anda?

a) Ibu rumahtangga

b) Tukang cuci

c) Lainnya ………………. …………………………………….

19) Apa pekerjaan anda saat ini?

a) Pengamen

b) Semir sepatu

c) Lainnya ………………………………………………… ….

16
20) Apa yang memotivasi anda dalam melakukan pekerjaan tersebut?

a) Mendapatkan uang untuk makan

b) Membantu keluarga

c) Lainnya ……………….. …………………………………

21) Apa pekerjaan anda sebelumnya? ……………….. ……………

22) Berapa lama waktu anda bekerja dalam sehari? ……………… .

23) Berapa penghasilan dalam sehari dari pekerjaan yang anda jalani?
…………………………………………………

24) Apakah uang hasil dari bekerja itu utuh untuk diri sendiri, atau
masih harus di bagi/disetor?
a) Untuk diri sendiri b) Dibagi/setor

Jika dibagi/setor, dengan siapa anda membagi/setor uang tersebut?


..................…………………………………………………………

25) Sebagian besar digunakan untuk apa uang penghasilan anda


tersebut?

a) Makan

b) Ditabung

c) Lainnya ……………… ……………………………………

26) Seberapa sering anda bertandang ke rumah singgah?

a) 3-4 kali/bulan

b) 1-2 kali/bulan

c) 1 kali/bulan

d) Tidak pernah.

27) Apakah anda menggunakan obat terlarang atau zat lainnya?

a) Ya, sebutkan jenisnya ……….. b) Tidak

17
28) Apakah anda tau tentang seks bebas?

a) Sangat tau b) Cukup tau c) Tidak tau

29) Bagaimana pendapat anda tentang seks bebas?

a) Setuju b) Tidak setuju c) Ragu-ragu

30) Apakah anda mengetahui sebab dari seks bebas?

a) Ya b) Tidak

Jika tau, apa saja penyebabnya?


1. ………………………………………………………………….
2. ………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………….

31) Taukah anda efek dari seks bebas?

a) Tau b) Tidak tau

Jika tau, sebutkan apa saja efeknya?


1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
32) Apakah anda tau kalau seks bebas di Indonesia dilarang?
a) Ya b) Tidak tau

3. Pertanyaan Mengenai Seks Bebas


33) Mendapatkan pengetahuan tentang seks dari mana?

a) Teman

b) Menonton VCD porno

c) Pengetahuan Lainnya ………………...

18
34) Dalam bentuk apa seks yang anda lakukan pertamakali?

a) Berciuman d) Sodomi

b) Meraba-raba e) Lainnya ……………

c) Berhubungan badan

35) Dengan siapa anda melakukan seks bebas pertamakali?

a) Teman/Pacar
b) Saudara
c) Lainnya ………………….

36) Apa perasaan anda saat melakukan seks bebas pertamakali?

a) Takut c) Bingung

b) Senang d) Lainnya …………..

37) Seks seperti apa yang anda jalani saat ini?

a) Hanya sebatas berciuman

b) Hanya sebatas meraba-raba

c) Berhubungan badan dengan lawan jenis

d) Berhubungan dengan sesama jenis (sodomi)

e) Lainnya ………………….

38) Berapa kali biasanya anda melakukan dalam satu bulan?

a) 1 kali b) 2 kali c) > 2 kali

39) Apakah dalam melakukan hubungan seks anda sering berganti


pasangan?

a) Ya b) Tidak

40) Apakah tiap kali berhubungan seks anda merasa puas?

19
a) Ya b) Tidak

41) Apakah saat berhubungan seks pasangan anda meminta bayaran?

a) Ya b) Kadang-kadang c)Tidak pernah

42) Apakah saat berhubungan seks anda dibayar oleh pasangan anda?

a) Ya b) Kadang-kadang c) Tidak pernah

43) Dengan siapa biasanya anda melakukan seks bebas?

a) Teman/Pacar

b) Paedofil

c) Lainnya ……………………

44) Apakah dalam melakukan seks bebas anda menggunakan


pengaman?

a) Ya b) Tidak

Jika tidak apa alasannya?


…………………………………………………..
45) Pernahkan mendapatkan kekerasan seksual?

a) Pernah b) Tidak pernah

Jika pernah seperti apa contoh kekerasan yang didapat?


…………………………....….…………………………..…………
46) Pernahkah anda didatangi oleh kaum peadofil?

a) Pernah b) Tidak pernah

4. Pertanyaan Mengenai Faktor-faktor Penyebab Perilaku Seks


Bebas
47) Apa yang memotivasi anda melakukan seks bebas?

a) Karena faktor ekonomi

b) Pengaruh teman

20
c) Perlindungan

d) Refresing/kesenangan

e) Yang lainnya ……………….

48) Apakah seks bebas juga dijadikan sebagai pekerjaan anda?

a) Ya b) Tidak

49) Dimana tempat biasanya anda melakukan seks bebas?

a) Sebuah rumah

b) Di gang sepi

c) Lainnya …….……………..

50) Pernahkah anda melakukan seks dengan PSK?

a) Ya b) Tidak

51) Pernahkah anda mengalami penyakit kelamin?

a) Pernah b) Tidak pernah

Jika pernah, penyakit kelamin apa? ………………..

52) Orangtua mengetahui atau tidak jika anda melakukan seks bebas?

a) Ya b) Tidak

Jika tau, bagaimana tanggapan mereka?


a. Marah

b. Mendukung

c. Biasa saja

d. Lainnya …………………………..

53) Pernahkah dalam melakukan seks bebas anda dipaksa pasangan?

a) Pernah b) Tidak pernah

21
54) Pernahakah dalam hubungan seks bebas anda memaksa pasangan?

a) Pernah b) Tidak pernah

55) Pernahkah anda hamil atau menghamili teman kencan anda karena
seks bebas?

a) Pernah b) Tidak pernah

Jika pernah, lalu apa yang anda lakukan? …………….

56) Adakah anda berkeinginan untuk berhenti melakukan seks bebas?

a) Ada b) Ragu-ragu c) Tidak

22
ANALISIS DATA KOMUNITAS

Kategori Data Pernyataan Kesimpulan


Geografi :  Di rumah singgah terdapat  Kelembaban lingkungan
Lingkungan fisik peta rawan masalah tinggi
 Dekat dengan pasar  Lingkungan kurang sehat
 Dekat dengan terminal

Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan


apakah data geografi menjadi factor predisposisi bagi peningkatan
scabies
Demografi :  60% penduduk di rumah  Jumlah penduduk yang
Usia singgah laki-laki berusia 14 tahun
 40% penduduk di rumah
singgah adalah perempuan
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan
data demografi tersebut konsisten atau berubah

23
Statistik Vital  20% warga rumah singgah  Prevalensi kejadian
terkena skabies scabies tinggi
 Wabah skabies selalu
datang saat musim hujan
maupun pergantian musim
Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan
apakah data statistic vital meningkatkan terjadinya scabies di rumah
singgah
System Review  Tidak ada kegiatan kerja  PHBS rendah
bakti rutin oleh warga
rumah singgah

Kesenjangan data : diperlukan data sebelumnya untuk menentukan


apakah data system review berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
warga tentang kebersihan lingkungan di rumah singgah

Pendidikan  Ada 2% warga yang buta huruf. Warga yang buta huruf
kebanyakan anak jalanan yang tidak sekolah.
 Mayoritas berpendidikan sampai SLTP.
 Tidak terdapat fasilitas pendidikan di rumah singgah

24
RUMUSAN DIAGNOSA

Masalah Etiologi Tanda dan gejala


( Aktual / potensial ) Berhubungan dengan Dimanifestasikan oleh
Tingginya angka kejadian Skabies di wilayah  Prevalensi kejadian scabies tinggi  Wabah skabies selalu datang saat musim
rumah singgah  Kelembaban lingkungan tinggi hujan maupun pergantian musim
 Lingkungan kurang sehat  Wabah skabies selalu datang saat musim
hujan maupun pergantian musim,
 Di rumah singgah terdapat peta rawan
masalah
 Dekat dengan pasar
 Dekat dengan terminal

DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Tingginya angka kejadian skabies di wilayah rumah singgah, berhubungan dengan prevalensi kejadian scabies tinggi, ada media,
kelembaban lingkungan tinggi, dan lingkungan kurang sehat dimanifestasikan oleh 50% warga terkena skabies, wabah skabies selalu
datang saat musim hujan maupun pergantian musim, lingkungan perumahan dekat dengan pasar, banyak terdapat genangan air di
sekitar rumah, lingkungan sekitar rumah warga basah dan lembab saat musim penghujan.

25
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Diagnosa Keperawatan Komunitas A B C D E F G H I J K Total Prioritas


.
1. Tingginya angka kejadian skabies di wilayah
rumah singgah, berhubungan dengan prevalensi
kejadian scabies tinggi, ada media, kelembaban
lingkungan tinggi, dan lingkungan kurang sehat
dimanifestasikan oleh 50% warga terkena
skabies, wabah skabies selalu datang saat musim
5 3 5 4 5 4 4 3 1 4 2 40 1
hujan maupun pergantian musim, lingkungan
perumahan dekat dengan pasar, banyak terdapat
genangan air di sekitar rumah, lingkungan
sekitar rumah warga basah dan lembab saat
musim penghujan.

Ket :
A : ResikoTerjadi C : Potensial untuk pendkes E : Kemungkinan diatasi G : Tempat I : Dana K : Sumber daya
B : Resiko Keparahan D : Minat Masyarakat F : Sesuai dengan program pemerintah H : Waktu J : Fasilitas kesehatan

26
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

N Dx. Kep Tujuan Tujuan Strategi Rencana Evaluasi


Sumber Tempat PJ
o. Kom Umum Khusus Intervensi Kegiatan Kriteria Standar
1 Tingginya angka Setelah Setelah  Pemberday Pendidikan 100 %  70 % Mahasis  Wilayah  Bapak RT
kejadian skabies
dilakukan dilakukan aan kesehatan Masyarakat Masyaraka wa dan rumah 06
di wilayah rumah
singgah, tindakan tindakan masyarakat tentang RT 06 RW t anak masyarak singgah Dan Amel
berhubungan
keperawata keperawata dan tentang - Pengertia 04 Desa jalanan di at dan Aula
dengan prevalensi
kejadian scabies n komunitas n pencegaha n skabies Bantulan, rumah rumah
tinggi, ada media,
dalam 3 komunitas n dan cara - Penyebab Kecamatan singgah singgah
kelembaban
lingkungan tinggi, hari, angka dalam 3 mengatasi skabie Sidoarum, mengerti
dan lingkungan
skabies di hari scabies - Cara mengerti tentang
kurang sehat
dimanifestasikan rumah penularan tentang - Pengerti
oleh 50% warga  Pendidikan
terkena skabies,
singgah .  Prevalens skabies - Pengerti an
kesehatan
wabah skabies i skabies - Tanda an skabies
selalu datang saat anak
menurun. dan skabies - Penyeba
musim hujan jalanan.
maupun gejala - Penyeba b
pergantian musim,
lingkungan
skabies b skabies  Hilda
perumahan dekat - Pencegah skabies - Cara
dengan pasar,
an - Cara penulara
banyak terdapat
genangan air di scabies penulara n
sekitar rumah,
n skabies
lingkungan sekitar

27
rumah warga skabies - Tanda
basah dan lembab
- Tanda dan
saat musim
penghujan. dan gejala
gejala skabies
skabies - Pencega
- Pencega han
han skabies
skabies

28
DOKUMENTASI IMPLENTASI DAN EVALUASI

NO HARI, IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI


TANGGAL, PERAWA
JAM T
1 Jumat ,  Penyuluhan S :
10 April 2019 kesehatan skabies  Masyarakat mengatakan
15.30 WIB sudah paham tentang
pengertian, penyebab,
penularan, tanda dan
gejala, serta pencegahan
skabies.

O:
 Masyarakat terlihat antusias
mengikuti penyuluhan
tentang skabies
 Masyarakat dapat
mengetahui tentang
pengertian, penyebab,
penularan, tanda dan
gejala, serta pencegahan
skabies

A : Kurangnya pengetahuan
tentang skabies teratasi sebagian

P :Lakukan pemantauan
kebersihan lingkungan rumah
simggah.

29
2 13 April Evaluasi S :
10.00 WIB penyuluhan  Masyarakat mengatakan
bahwa hari minggu, tanggal
11 April melakukan kerja
bakti,
 Masyarakat mengatakan
sudah membuat jadwal
kerja bakti 2 minggu sekali,
setiap hari minggu pagi.
 Masyarakat mengatakan
sedang merencanakan
pengasapan pada rumah
singgah

O:
 Tidak ditemukan genangan
air di sekitar pemukiman
penduduk.
 Lingkungan rumah
penduduk terlihat lebih
bersih.

A:
 Tingginya angka kejadian
skabies teratasi sebagian

P:
 Pemantauan kebersihan
lingkungan rumah singgah

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan keperawatan
komunitas anak jalanan dengan skabies adalah tingginya angka kejadian skabies di wilayah
rumah singgah, berhubungan dengan prevalensi kejadian scabies tinggi, ada media,
kelembaban lingkungan tinggi, dan lingkungan kurang sehat dimanifestasikan oleh 50%
warga terkena skabies, wabah skabies selalu datang saat musim hujan maupun pergantian
musim, lingkungan perumahan dekat dengan pasar, banyak terdapat genangan air di sekitar
rumah, lingkungan sekitar rumah warga basah dan lembab saat musim penghujan.

B. Saran

1. Diharapkan setiap kepala keluarga dan masyarakat dapat menjaga kebersihan tubuh dan
lingkungan untuk menghindari penyakit skabies
2. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentang skabies, cara memelihara
lingkungan rumah agar tidak timbul penyakit skabies dan cara mencegah penularan
skabies.

31
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Sosial RI (2005), Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan, Jakarta,
Departemen Sosial Republik Indonesia.
Suyanto, Bagong (2016), Masakah Sosial Anak, Jakarta, Prenadamedia Group.

32

Vous aimerez peut-être aussi