Vous êtes sur la page 1sur 11

TABEL HASIL PERAWATAN

I. Perbandingan Model Studi Sebelum Perawatan dan Setelah Perawatan


Rahang Atas
(Pandangan Oklusal)
Sebelum Perawatan Setelah Perawatan

Malposisi: Malposisi:
Diastema sentral 2,4 mm Diastema sentral 1,6 mm
Gigi 11 distolabioversi Gigi 11 distolabioversi
Gigi 13 mesiolabioversi Gigi 21 distolabioversi
Gigi 21 distolabioversi Gigi 23 mesiolabioversi
Gigi 23 mesiolabioversi

Rahang Bawah
(Pandangan Oklusal)
Sebelum Perawat Setelah Perawatan

Malposisi : Malposisi :
Diastema sentral 0,7 mm Diastema sentral 0,3 mm
Gigi 31 mesiolinguoversi Gigi 31 mesiolinguoversi
Gigi 33 distolabioversi Gigi 41 mesiolinguoversi
Gigi 41 mesiolinguoversi Gigi 33 distolabioversi
Gigi 43 mesiolabioversi Gigi 43 mesiolabioversi
Arah Anterior
(Keadaan Oklusi)
Sebelum Perawatan Setelah Perawatan

 Midline gigi rahang atas segaris dengan


midline wajah  Midline gigi rahang atas segaris dengan
midline wajah
 Midline gigi rahang bawah sejajar terhadap
midline rahang atas  Midline gigi rahang bawah sejajar
terhadap midline rahang atas
Arah Kanan
(Keadaan Oklusi)
Sebelum Perawatan Setelah Perawatan

 Overjet 11 : 2,1 mm
41
 Overjet 11 : 2,6 mm  Overbite 11 : 3,1 mm
41 41
 Overbite 11 : 3,9 mm
41
Arah Kiri
(keadaan oklusi)
Sebelum Perawatan Setelah Perawatan

 Overjet 21 : 2,4 mm  Overjet 21 : 2,15 mm


31 31
 Overbite 21 : 3,5 mm  Overbite 21 : 3,15 mm
31 31
II. Hasil yang Telah Dicapai
a. Perubahanoverjet.
Hasil Pengukuran
Overjet Setelah Perawatan
Sebelum Perawatan (Awal)
(Akhir)
11
2,6 mm 2,1 mm
41
21
2,4 mm 2,15 mm
31
b. Perbaikan overbite
Hasil Pengukuran
Overbite Setelah Perawatan
Sebelum Perawatan (Awal)
(Akhir)
11
3,9 mm 3,1 mm
41
21
3,5 mm 3,15 mm
31
c. Pengurangan jarak 11-21
Hasil Pengukuran
Perhitungan Setelah Perawatan
Sebelum Perawatan (Awal)
(Akhir)
Jarak 11-21 2,4 mm 1,6 mm

PEMBAHASAN
Menurut Angle, oklusi merupakan suatu kondisi di mana gigi-geligi berada pada
posisi interkuspasi maksimum ketika rahang atas berkontak dengan rahang bawah.Terdapat
berbagai penyakit dan kelainan yang mempengaruhi fungsi gigi, salah satunya yaitu
maloklusi. Maloklusi merupakan bentuk oklusi yang menyimpang dari normal. Maloklusi
sebenarnya bukan suatu penyakit, melainkan suatu keadaan abnormal, tetapi jika tidak
dirawat akan mengakibatkan hambatan bagi penderita. Dilihat dari segi fungsi fisik, gigi yang
susunannya tidak teratur merupakan tempat akumulasi sisa makanan sehingga rentan
terhadap terjadinya penyakit karies dan periodontal. Dari segi psikis, maloklusi juga dapat
berpengaruh pada estetika sehingga menyebabkan kurangnya kepercayaan diri serta
kurangnya kepuasaan terhadap penampilan wajah.

Kasus maloklusi pada pasien ini adalah maloklusi Angle Kelas I. Angle
mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi molar satu permanen rahang bawah
terhadap rahang atas karena menurut Angle yang menjadi kunci oklusi adalah molar satu
permanen. Maloklusi AngleKelas I memiliki hubungan molar satu yang sama dengan oklusi
normal, dimana cusp mesiobukal dari molar satu permanen rahang atas beroklusi pada groove
bukal yang terletak di antara cusp mesial dan distal bukal molar satu permanen rahang
bawah.

Gambar 1. Maloklusi AngleKelas I

Dewey mengemukakan suatu modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle yang


membagi Kelas I menjadi lima tipe, yaitu:
1. Tipe 1 : Maloklusi Kelas I dengan crowded pada gigi anterior
2. Tipe 2 : Maloklusi Kelas I dengan protrusif pada gigi insisivus maksila
3. Tipe 3 : Maloklusi Kelas I dengan crossbite anterior
4. Tipe 4 : Relasi molar Kelas I dengan crossbite posterior
5. Tipe 5 : Molar permanen telah terjadi pergeseran ke arah mesial karena pencabutan
dini pada molar satu desidui atau molar dua desidui

Berdasarkan pemeriksaan gigi-geligi pasien, relasi molar kanan dan kiri menunjukkan
relasi molar Kelas I yaitu cusp mesiobukal dari molar satu permanen rahang atas beroklusi
pada groove bukal yang terletak di antara cusp mesial dan distal bukal molar satu permanen
rahang bawah. Relasi kaninus kanan dan kiri menunjukkan relasi kaninus Klas I. Selain itu,
juga ditemukan malposisi individual pada rahang yaitu gigi 11 distolabioversi, gigi 13
mesiolabioversi, gigi 21 distolabioversi, gigi 23 mesiolabioversi, gigi 31 mesiolinguoversi,
gigi 33 distolabioversi, gigi 41 mesiolinguoversi, dan gigi 43 mesiolabioversi. Overjet pada
11 21 11
gigi41sebesar 2,6mm dan overjet pada gigi sebesar 2,4mm. Overbite pada gigi sebesar
31 41
21
3,9 mm dan overbite pada gigi sebesar 3,5 mm.
31

Faktor etiologi yang mungkin pada kasus pasien ini yaitu:


1. Riwayat gigi desidui dan gigi bercampur
Ditemukannya riwayat persistensi pada gigi susu yang dicabut sendiri ketika gigi
permanen telah tumbuh dibelakangnya. Beberapa gigi sulung yang goyang terlepas
dengan sendirinya dan beberapa lagi dicabut oleh orang tua pasien.
2. Ada riwayat keluarga pasien, yaitu ayah dan saudara dengan susunan gigi kurang rapi.
Hal tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda genetik yang berkaitan dengan keluhan
pasien. Anak pasti memiliki materi gen yang sama dengan orang tuanya. Faktor herediter
ini memiliki pengaruh terhadap sistem neuromuskular, tulang, gigi, dan jaringan lunak.
Pengaruh herediter dapat bermanifestasi dalam dua hal, yaitu:
a. Disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa
gigi berdesakan atau multiplediastema.
b. Disproporsi ukuran, posisi, dan bentuk rahang atas dan rahang bawah yang
menghasilkan relasi rahang yang tidak harmonis.

Berdasarkan perhitungan metode Pont, pertumbuhan dan perkembangan lengkung


gigi ke arah lateral pada regio inter P1 mengalami distraksi sebesar 3,43 mm dan pada regio
inter M1 mengalami distraksi sebesar sebesar 2,96 mm
Berdasarkan perhitungan metode Howes, indeks inter P1 sebesar 44,18 % dan indeks
interfossa canina sebesar 51,49 %. Dengan demikian, disimpulkan bahwa lengkung gigi dapat
menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil karena pada indeks inter P1
dibutuhkan minimal 43% ruangan, sedangkan lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke
dalam lengkung ideal karena pada indeks interfossa canina dibutuhkan minimal 44%
ruangan.
Berdasarkan perhitungan metode Korkhaus, pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi ke arah anteroposterior mengalami protraksi sebesar 1,0 mm. Berdasarkan
analisa Bolton rasio keseluruhan sebesar 89,80. Nilai tersebut lebih kecil dari 91,3 berarti
terjadi kelebihan lebar materi gigi pada rahang atas. Rasio keseluruhan anterior adalah 77,18
(overjet dan overbite baik). Jika rasio kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan lebar materi
gigi anterior pada maksila.
Berdasarkan perhitungan determinasi lengkung, rahang atas sebelah kanan terdapat
kekurangan ruang sebesar1,3 mm dan rahang atas sebelah kiri terdapat kekurangan ruang
sebesar 1,2 mm. Rahang bawah sebelah kanan terdapat kekurangan ruang sebesar 1,2 mm
dan rahang bawah sebelah kiri terdapat kekurangan ruang sebesar 0,7 mm.
Perawatan orthodonti pada kasus ini adalah dengan pemakaian alat orthodonti lepasan
(removable orthodonti appliance) berupa plat ekspansi dengan auxillary spring pada rahang
atas dan rahang bawah disertai anterior maxillary sved bite plane pada rahang atas. Tujuan
utama perawatan orthodonti tersebut antara lain:
1. Mengoreksi malposisi gigi individual rahang atas
2. Mengoreksi malposisi gigi individual rahang bawah
3. Mengoreksi deepbite
4. Mengoreksi sentral diastema rahang atas

Perawatan menggunakan alat orthodonti lepasan pada pasien ini dimulai pada tanggal
18 April 2018 sampai dengan tanggal 16 Desember 2018, dengan kontrol sebanyak 13 kali
pertemuan.
Alat orthodonti lepasan yang digunakan pada kasus ini adalah plat aktif pada rahang
atas dan rahang bawah. Plat tersebut dilengkapi dengan pir-pir pembantu (auxiliary spring)
untuk menggerakkan gigi dan anterior maxillary sved biteplane pada rahang atas.

Elemen-elemen plat aktif rahang atas yang digunakan pada pasien ini terdiri dari:
1. Plat dasar akrilik tidak boleh terlalu tebal dan harus dipoles licin supaya enak dipakai dan
mudah dibersihkan.
2. Labial Bow dibuat dari kawat diameter 0,7 mm dengan U loop dari 14-24 untuk
menjaga lengkung gigi.
3. Adam’s klamer dibuat dari kawat diameter 0,7 mm pada gigi14, 24, 16dan 26 sebagai
retensi dan stabilisasi.
4. Finger spring dibuat dari kawat 0,6 mm pada gigi 11,21,13,23 untuk menggerakkan gigi
ke arah mesial.
5. Anterior maxilary sved biteplane pada mengkoreksi deep bite.

Pada rahang bawah, plat ekspansi dilengkapi dengan:


1. Plat dasar akrilik tidak boleh terlalu tebal dan harus dipoles licin supaya enak dipakai dan
mudah dibersihkan.
2. Labial Bow dibuat dari kawat diameter 0,7 mm dengan U loop dari 14-24 untuk
menjaga lengkung gigi.
3. Adam’s klamer dibuat dari kawat diameter 0,7 mm pada gigi 34, 44, 36 dan 46 sebagai
retensi dan stabilisasi.
4. Simple spring pada 31, 41 untuk mendorong gigi ke labial.
Long Labial Bow
Long labial bow meluas dari premolar pertama kiri ke premolar pertama kanan.
Lengan distal dari Uloop diadaptasikan di atas embrasure oklusal di antara kedua premolar
dan berakhir sebagai lengan retentif dan ditanam di dalam plat akrilik. Long labial bow dapat
digunakan sebagai komponen aktif dan retentif dari removable appliance. Indikasinya yaitu
penutupan diastema anterior minor, pengurangan overjet minor, penutupan diastema distal
kaninus, pedoman kaninus selama retraksi kaninus, sebagai retensi pada akhir terapi fixed
orthodontic.Aktivasi dilakukan dengan mengecilkan Uloop sebanyak 1-2 mm.

Gambar4.Long labial bow

Simple Spring
Simple spring berfungsi untuk menggerakkan gigi individual ke arah labial atau bukal,
dibuat dengan mematrikan kawat pada satu titik membentuk sudut 45°, menempel pada gigi
yang akan digerakkan dari arah palatinal/ lingual.

Gambar5.Simple spring

Adam’s Clasp
Adam’s clasp memiliki nama lain berupa universal clasp, modified arrowhead clasp,
liverpool clasp. Adam’s clasp merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan.
Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi premolar atau gigi
anterior. Diameter kawat yang digunakan adalah 0,7 mm untuk gigi molar dan premolar serta
0,6 mm untuk gigi anterior.
Bagian-bagiannya terdiri dari :
1. Cross bar (bridge), merupakan bagian kawat sepanjang 2/3 mesiodistal gigi anchorage
yang akan dipasangi, posisi sejajar permukaan oklusal, terletak 1 mm di sebelah bukal
dari permukaan bukal, membentuk sudut 45° terhadap permukaan gigi jika dilihat dari
samping, dan tidak tergigit ketika gigi beroklusi.
2. U loop (arrowhead), terletak di ujung mesial dan distal cross bar, menempel pada
permukaan gigi di daerah undercut bagian mesiobukal dan distobukal.
3. Pundak, merupakan lanjutan dari Uloop yang melewati daerah interdental di bagian
oklusal sisi mesial dan distal gigi anchorage. Tidak tergigit sewaktu gigi beroklusi.
4. Basis, ujung kawat pada kedua sisi tertanam di dalam plat akrilik, diberi bengkokan
untuk retensi.

Gambar 6. Adam’s clasp (universal clasp, modified arrowhead clasp, liverpool clasp)

 Keuntungan pemakaian Adam’s claspyaitu :


1. Kuat serta pembuatannya sederhana dan mudah.
2. Mempunyai retensi yang sangat tinggi.
3. Pembuatan tidak memerlukan tang khusus, biasanya digunakanYoung’s universal
plieratauAdam’s plier.
4. Kawat yang dibutuhkantidak terlalu banyak.
5. Dapat dikenakan pada semua gigi (gigi desidui atau permanen, gigi yang erupsi
sebagian atau sempurna, gigi insisivus/ premolar/ molar).
6. Nyaman dipakai dan tahan terhadap kerusakan.
7. Kecil dan menempati ruang minimum.
8. Dapat dimodifikasi dalam berbagai bentuk.
 Kerugianpemakaian Adam’s claspyaitu :
1. Pembuatannya lebih sukar daripada pembuatan C-clasp.
2. Jika pembuatnya kurang cermat (sering mengulang-ulang pembengkokan
kawat),claspakan mudah putus.
3. Jika loop terlalu panjang, cross bar akan mudah melukai pipi atau bisa tergigit
jika gigiberoklusi.
4. Jika loop terlalu pendek,cross bar akan menempel pada permukaan bukal gigi,
sisa makanan akan mudah tertahan.

Finger spring
Merupakan bagian aktif dari alat orthodontik lepasan menyerupai jari-jari lingkaran
memanjang dari pusat ke sisi lingkaran.
1. Pir Tunggal, untuk menggerakkan gigi ke arah mesial atau distal.
2. Pir Ganda (double finger spring) menggerakkan dua buah gigi secara bersama-
sama seperti pada kasus diastema sentral.
Bagian-bagiannya terdiri dari :
1. Lengan, bagian yang memeluk mahkota gigi kemudian memanjang kearah
pusat lingkaran berfungsi untuk mendorong gigi ke arah mesial atau distal.
2. Koil, membentuk lingkaran satu atau dua kali putaran dengan diameter 2 mm,
merupakan sumber kelentingan pir yang menghasilkan kekuatan aktif.
3. Basis, lanjutan dari koil yang dipatrikan pada mainwire atau ditanam dalam
plat akrilik.

Gambar 7. Finger spring

Anterior maxillary sved bite plane


Alat ini terdiri dari plat yang dibuat dari plat akrilik membentuk dataran gigitan pada
rahang atas dengan perluasan plat menutupi tepi insisal sampai permukaan labial gigi-gigi
anterior atas setinggi : +2 mm dari tepi insisal.
Guna penutup akrilik:
1. Sebagai retensi plat bila gigi posterior tidak ada, seperti pada akhir perode mix dentition
dimana gigi Molar permanen belum erupsi sempurna untuk dijadikan penjangkar.
2. Sebagai pegangan pada gigi-gigi anterior untuk mencegah spreading gigi anterior atas.
3. Untuk menggantikan fungsi busur labial sebagai alat retentif.
Indikasi pemakaian : untuk mengoreksi deep overbite dengan memberi efek intrusi pada gigi
anterior atas dan bawah.
Keuntungannya : alat ini dapat dipakai pada periode akhir mixed dentition
Kerugiannya : Dapat terjadi perubahan warna pada insisal gigi insisivus yang tertutup terlalu
lama.

Gambar 8. Maxillary Sved Biteplane

Keberhasilan dan Kesulitan selama perawatan :


Pemakaian plat aktif pada rahang atas dan rahang bawah menyebabkan perbaikan
overjet, overbite, serta terdapat sedikit pengurangan diastema. Perubahan hasil pengukuran
pada kasus ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Perubahan overjet.

Hasil Pengukuran
Overjet Setelah Perawatan
Sebelum Perawatan (Awal)
(Akhir)
11
2,6 mm 2,1 mm
41
21
2,4 mm 2,15 mm
31

Perbaikan overbite
Hasil Pengukuran
Overbite Setelah Perawatan
Sebelum Perawatan (Awal)
(Akhir)
11
3,9 mm 3,1 mm
41
21
3,5 mm 3,15 mm
31
Pengurangan jarak 11-21
Hasil Pengukuran
Perhitungan Setelah Perawatan
Sebelum Perawatan (Awal)
(Akhir)
Jarak 11-21 2,4 mm 1,6 mm

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan perawatan Orthodonti


Pemeriksaan, analisa, dan rencana perawatan yang tepat sangat penting dalam
menentukan keberhasilan perawatan. Alat orthodonti yang digunakan pada pasien cukup
efektif karena terjadi perubahan pada perbaikan overbite. Faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhi keberhasilan perawatan orthodonti pada kasus ini yaitu adanya motivasi dan
sikap kooperatif dari pasien. Pasien tidak rutin memakai alat orthodonti lepasan dan jarang
melakukan kontrol perawatan. Perawatan orthodonti pada pasien ini sebaiknya masih
dilanjutkan agar diperoleh hubungan oklusi yang normal.

Vous aimerez peut-être aussi