Vous êtes sur la page 1sur 14

ASESMEN PSIKOLOGI

Page |1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
Rahmat-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “pelaksanaan tes,
laporan pemeriksaan psikologis, norma tes psikologis’’dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi mau pikiran.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Karen keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin msih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun pembca demi
kesempurnaan makalah ini .

Bandar Lampung, 1 Oktober 2018

Kelompok 7
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I.................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.............................................................................................................3

I.I. Latar Belakang.........................................................................................................3

I.II. Rumusan Masalah...................................................................................................3

I.III. Tujuan....................................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN................................................................................................................4

II.I. PELAKSANAAN TES PSIKOLOGIS (ADMINISTRASI TES)............................4

A. Persiapan Skill Tester dalam Asesmen..................................................................4

B. Menentukan Sasaran dan Tujuan...........................................................................5

C. Pemilihan Alat Tes.................................................................................................5

D. Pengondisian Ruangan (Umum, Klasikal).............................................................6

E. Mengenali Prinsip Dasar Psikodiagnostik......................................................7

F. Tahapan Pemeriksaan Psikologi (Sundberg dan Tyler)..........................................9

II.II. SYARAT-SYARAT PEMBUATAN LAPORAN PSIKOLOGIS............................9

II.III. NORMA TES PSIKOLOGIS.............................................................................10

BAB III............................................................................................................................13

PENUTUP.......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |3

BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Tes (test) adalah alat atau teknik pengukuran yang digunakan untuk
mengukur perilaku atau membantu memahami dan memprediksi perilaku.
Hal tersebut terjadi karena tes hanya mengukur sebuah sampel perilaku
dan kesalahan selalu berkaitan denga proses pengambilan sampel.
Psikolog menggunakan skala (scale) yang menghubungkan antara skor
mentah dengan distribusi yang telah didefinisikan secara teoritis atau
empiris. Skor dalam tes mungkin berhubungan dengan trait atau sifat yang
merupakan katakteristik yang bertahan atau kecenderungan cara
berespons.
Pada makalh ini akan dibahas mengenai administrasi tes dalam
pelaksanaan tes psikologi, syarat-syarat pembuatan laporan psikologis,
serta arti, fungsi dan pembentukan norma.

I.II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana dminitrasi tes dalam pelaksanaan tes psikologi?
2. Apa saja sayar-syarat pembuatan laporan psikologis?
3. Bagaimanakah arti, fungsi, dan pembentukan norma?

I.III. Tujuan
1. Untuk mengetahui administrasi tes dalam pelaksanaan tes
psikologi.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat pembuatan laporan psikologis.
3. Untuk mengetahui arti, fungsi, dan pembentukan norma.

BAB II
PEMBAHASAN
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |4

II.I. PELAKSANAAN TES PSIKOLOGIS (ADMINISTRASI TES)


A. Persiapan Skill Tester dalam Asesmen
Mempertimbangkan seluruh proses pemeriksaan psikologi yang ada, maka
integrasi keterampilan yang harus dipersiapkan untuk dapat melaksanakan
pemeriksaan psikologi yang tepat adalah :

1. Process Skill

2. Content Skill

3. Cognitif Skill

Penjelasan lebih jelas lagi tentang integrasi keterampilan yang harus


dipersiapkan ialah sebagai berikut:

a. Process skill
Keterampilan dalam mengadministrasikan pemeriksaan dan
kemahiran untuk menjalin relasi dan berkomunikasi dengan subjek ketika
mengadministrasikan pemeriksaan psikologi melalui keurutan prosedur
yang baku dan teratur, Kemahiran dalamProcess Skill memberikan hasil
pemeriksaan yang dapat dipercaya, sahih dan reliabel, sehingga dapat
ditarik kesimpulan yang benar dari data dan informasi subjek yang
diperiksa. 4
b. Content skill
Keterampilan mengkaji aspek kepribadian yang diukur.Kemahiran
untuk memahami isi informasi yang ingin diperoleh pada setiap
pemeriksaan psikologi, ditinjau dari segi aspek psikologis yang diperiksa.
Pemeriksa harus memiliki agenda, yang meliputi aspek apa yang akan
digali dari subjek pada setiap pertemuan sehingga berdasarkan agenda itu
dapat pula ditetapkan alat diagnostik apa yang akan digunakan.

c. Cognitive skill
Ketrampilan menganalisis data pemeriksaan.Kemahiran pemeriksa
untuk mengolah, menganalisis,menalar, mengintegrasikan dan
mengabstraksikan hasil integrasi pemeriksaan psikologi yang beragam itu
menjadi satu gambaran kepribadian tentang subjek.
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |5

Bahwa untuk dapat membentuk suatu kemahiran yang andal dalam


proses Psikodiagnostik dibutuhkan pembiasaanyang terus menerus dan
tidak terputus sehingga semakin lama semakin memperoleh ketajaman
penghayatan dan pengkajian atas kepribadian individu.

B. Menentukan Sasaran dan Tujuan


Sasaran dari Psikodiagnostik adalah individu atau subyek (kepribadian).
Secara umum dalam sasaran Psikodiagnostik adalah:

1. Kecerdasan atau inteligensi


2. Bakat atau kemampuan khusus yg istimewa
3. Minat dan perhatian
4. Sikap-sikapnya
5. Motif-motifnya
6. Keterampilan berbuatnya
7. Emosi-emosinya
8. Cita-cita dan Fantasinya
9. Kesosialannya atau hubungan interpersonal
10. Kelakuannya
11. Inisiatif dan kreativitasnya
12. Daya tahannya
13. Daya analisanya
14. Pengembilan keputusan
15. Rasa tanggungjawabnya
16. Kerjasamanya
17. Ketelitian kerja
18. Sistematika kerja
19. Seksuslitasnya

Tujuan dari pemeriksaan psikologis adalah untuk memperoleh gambaran ataupun


pemahaman mengenai diri subjek, yang hasilnya dapat digunakan untuk
mengambil suatu keputusan.

C. Pemilihan Alat Tes


Ada 3 poin yang harus diperhatikan ketika dalam pemilihan alat tes, yaitu:
1. Tujuan.
2. Kelemahan dan kekuatan alat tes.
3. Tidak bias budaya.
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |6

Berbagai macam tes tersebut ada yang relatif mudah dalam


administrasinya, tetapi ada pula yang sukar. Oleh karena itu para pelaksananya
diperlukan kualifikasi yang berbeda sesuai dengan tuntutan, agar hasil
pemerikasaan dapat dipertanggungjawabkan.

D. Pengondisian Ruangan (Umum, Klasikal)


1. Ruang Pemeriksaan
Ruang pemeriksaan harus bebas dari bunyi keras yang mengganggu.
Sejauh mungkin ruangan harus tenang. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan di
ruangan yang sibuk dengan kerja, sehingga suatu percakapan, mesin tik, dsb akan
mengganggu konsentrasi orang yang diperiksa.

2. Instruksi (Petunjuk) Pemeriksaan


Instruksi atau petunjuk pemeriksaan yang diucapkan Pemeriksa harus
dapat didengar jelas oleh semua orang yang diperiksa (OP). Jika menggunakan
pengeras suara, penempatan loudspeaker dan microphone harus diperhatikan.
Idealnya pemeriksaan psikologi klasikal dalam satu ruangan tidak melebihi
jumlah 30 orang OP.

3. Cahaya Ruangan

Cahaya dalam ruangan itu harus cukup dan tempat kerjanya (meja yang
digunakan OP) memperoleh cahaya yang merata. Sebaiknya dihindarkan
bayangan gelap atau cahaya menyilaukan pada meja kerjanya. Cahaya matahari
langsung atau sorot lampu yang menyilaukan harus dihindarkan.

4. Ventilasi, Suhu, dan Kelembaban Ruangan


Ventilasi, suhu, dan kelembaban sulit dikendalikan, tetapi sebaiknya
ditempuh langkah-langkah praktis agar orang-orang yang diperiksa merasa
nyaman. Tiada seorang pun yang dapat berprestasi optimal dalam ruangan yang
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |7

pengap, sangat panas, atau sangat dingin. Jika ada mesin pendingin (air-
conditioner) sebaiknya diatur agar suhu dan kelembaban dapat tetap dijaga.

5. Suasana Ruangan
Sebaiknya ruangan itu dilengkapi dengan sebuah panggung kecil, sehingga
Pemeriksa dapat dilihat oleh orang-orang yang diperiksa. Adakalanya diperlukan
semacam podium jika Pemeriksa harus membaca petunjuknya.

6. Permukaan Tempat Kerja


Meja atau tempat kerja OP harus rata, halus, dan bebas dari
tonjolan/lekukan. Luasnya harus cukup untuk buku test dan lembar jawabannya,
apalagi untuk mengerjakan Tes Pauli.

E. Mengenali Prinsip Dasar Psikodiagnostik


Dalam prinsip dasar Psikodiagnostik I yaitu memberikan perlakuan yang
sama pada semua individu yang hendak diperiksa.Tahap awalnya dimulai dengan
Rapport, Ego involvement, dan Motivation. Prosedur praktikum (pengetesan)
psikologi memiliki 3 fase yang merupakan suatu hal yang penting dalam
Psikodiagnostik, yaitu sebagai berikut:

1. Fase persiapan
Persiapan yang berhubungan dengan testee adalah:

a. Membangun raport, menciptakan interaksi yang akrab, saling dapat menerima,


tanpa prasangka dan tekanan antar tester dan testee.

b. Ego involvement, situasi yang melibatkan kepentingan individu yang hendak di


tes (testee). Dalam hal ini tester hendaknya menumbuhkan ego involvementpada
testee untuk mendapatkan kerjasama yang baik saat pengetesan.

c. Motivation, dorongan untuk berbuat atau menjalankan suatu tugas sebagai satu
tujuan. Maksud pemberian motivasi ini adalah agar testee dapat bekerja secara
maksimal dan sesuai dengan keadaan dirinya.
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |8

Persiapan yang berhubungan dengan tester adalah:


a. Kesiapan diri, meliputi aspek emosi dan kondisi psikis tester.
b. Kompetensi sebagai tester dapat dimulai dengan penguasaan materi tes yang
akan digunakan, meliputi dasar teori, instruksi, alat, dll.
c. Penampilan tester pun akan menjadi perhatian seorang testee, oleh karena itu
tester hendaknya menggunakan pakaian yang tidak memberikan stimulus baru
(khususnya ini akan berpengaruh pada tes proyektif). Pakaian tester diharapkan
menggunakan warna teduh, polos (tanpa motif).

Persiapan bahan dan ruangan , meliputi:

a. Persiapan untuk menata dan memeriksa kembali kelengkapan alat yang akan
digunakan dalam pengetesan (misalnya: stopwatch, lembar jawaban, lembar
riwayat hidup, dll)

b. Persiapan ruangan meliputi pencahayaan ruang, suasana ruang yang jauh dari
keramaian, serta penempatan tempat duduk antara tester dengan testee

2. Fase Pengetesan

Dalam fase pengetesan diawali dengan prolog dari tester, kemudian


menyampaikan beberapa hal yang harus diinformasikan pada testee (misalnya:
hasil tes tidak dapat diberikan, manfaat tes bagi testee, tidak diperkenankan keluar
ruangan saat tes berlangsung dst.) kemudian dapat dilanjutkan dengan perkenalan
terhadap testee, hal ini dapat dilakukan dengan panduan lembar riwayat hidup.

Pelaksanaan tes dimulai dengan instruksi oleh tester, dimana dalam proses
ini ditekankan akan tugas-tugas testee dalam mengerjakan tes yang akan
dilaksanakan. Pemberian kesempatan untuk bertanya oleh testee pada tester
terbuka disini sebelum memulai bekerja.Selama pengetesan berlangsung dapat
dilakukan observasi terhadap testee.

3. Fase Penutup
ASESMEN PSIKOLOGI
Page |9

Ketika akhir dari pengetesan, secara umum kita mengucapkan terimakasih


atas kerjasama yang dilakukan oleh testee.Kemudian mengantar testee keluar
ruangan praktikum, diakhiri dengan tugas tester berikutnya adalah skoring dan
interpretasi hasil tes

F. Tahapan Pemeriksaan Psikologi (Sundberg dan Tyler)


1. Persiapan (preperation) atau perencanaan prosedur pengumpulan data yaitu
bagaimana psikolog mempelajari problem atau masalah, merencanakan prosedur
dan teknik yg akan digunakan utk mengumpulkan data.

2. Masukan (input) atau pengumpulan data hasil pemeriksaan yaitu proses yang
digunakan untuk mencari data-data mengenai diri subjek.

3. Pengolahan data (processing) dan memformulasi hipotesis tentang individu


yaitu proses menginterpretasi data-data yang diperoleh, mengorganisasikan
kemudian menganalisisnya.

4. Penyampaian hasil (output) atau mengkomunikasikan hasil pemeriksaan yaitu


proses yang dilakukan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil dari
analisa data tentang diri subjek.

II.II. SYARAT-SYARAT PEMBUATAN LAPORAN PSIKOLOGIS

Dalam membuat atau menulis laporan pemeriksaan psikologi, tentu saja


ada beberapa persyarat yang harus dipenuhi seperti:

1. Kejelasan Laporan. Sebuah laporan pemeriksaam psikologi yang jelas,


harus memperhatikan dua hal, yaitu:
a) Menghindari pemakaian bahasa atau istilah yang membingungkan
pembaca. Misalnya, penggunaan istilah asing untuk masyarakat
non perkotaan, menggunakan istilah yang terlalu psikologi untuk
kaum awam, atau penggunaan bahsa gaul yang tidak mengikuti
kaidah penulisan dengan baik dan benar.
ASESMEN PSIKOLOGI
P a g e | 10

b) Membuat sebuah laporan dengan uraian yang jelas, tidak terlalu


panjang dan tidak bertele-tele ataupun terlalu pendek dan tidak
dipahami pembaca.
2. Relevasi dengan Tujuan. Sebuah laporan pemeriksaan psikologis harus
dibuat sesuai dengan tujuannya. Misalnya, jika tujuannya adalah mencari
calon karyawan untuk posisi akunting, maka kriteria akunting dan
karakteristik pribadi calon karyawan perlu dipaparkan dalam laporan
tersebut. Atau jika tujuannya adalah membuat klasifikasi gangguan yang
diderita klien, maka ciri-ciri gangguan dan kondisi klien harus dipaparkan
dalam laporan tersebut.
3. Manfaat Laporan. Sebuah laporan pemeriksaan psikologis harus
memiliki manfaat, tidak hanya bagi klien, namun untuk hal yang lebih luas
lagi. Misalnya, kita akan membuat laporan psikologis untuk
menggambarkan kemampuan intelektual siswa-siswi di sebuah Sekolah
Menengah Atas. Hasil laporan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi siswa-
siswi, namun juga bermanfaat bagi sekolah. Pihak sekolah dapat membuat
pemetaan kemampuan siswa dan menempatkan siswa dalam kelas tertentu.

II.III. NORMA TES PSIKOLOGIS


Norma dalam tes psikologis merupakan suatu standar, acuan atau refrensi
untuk menginterpretasikan suatu skor. Fungsinya adalah untuk menentukan
kedudukan seorang subyek dibandingkan dengan subyek lain atau dibandingkan
dengan kelompok subyek yang sepadan. Dalam buku Robert J. Gregory,
sedikitnya ada 3 bentuk norma dalam tes psikologis, ysitu:

a. Menyeleksi Kelompok Norma

Ketika memilih Norma Kelompok, para pengembang tes berusaha keras


memperoleh representatif lintas bagian dari populasi yang menjadi sasaran
(Petersen, Kolen, & Hoover, 1989). Secara teori, memperoleh kelompok norma
yang refresentatif adalah hal yang mudah dan sederhana. Dengan menggunakan
samping acak (random samping), setiap orang akan memiliki peluang yang sama
untuk terpilih mengikuti sebuah tes..
ASESMEN PSIKOLOGI
P a g e | 11

b. Norma Umur dan Kelas

Seiring tumbuh dewasa, kita berubah dengan cara yang bisa diukur, untuk
menjadi lebih baik atau leboh buruk. Ini berlaku dimasa kanak-kanak, ketika
keterampilan intelektual meningkat secara nyata dari bulan ke bulan. Di masa
dewasa, perubahan diri pribadi menjadi lebih lambat namun masih dapat terlihat.
Sebagi contoh, kita mengharapkan bahwa orang-orang dewasa akan menunjukkan
tingkat kosakata yang lebih matang seiring mereka melalui dekade demi dekade
(Gregory & Gernert,1990).

Norma umur menggambarkan tingkat kinerja tes untuk setiap kelompok


umur yang berbeda dalam sampel normatif. Tujuan norma umur adalah
memudahkan perbandingan dengan sesama umur. Dalam norma umur, kinerja
peserta tes diinterprestasikan dalam kaitannya dengan subjek-subjek standardisasi
yang berumur sama. Rentang umur untuk suatu kelompok normatif dapat
bervariasi dari satu bulan hingga satu dekade atau lebih, bergantung pada tingkat
kinerja tes mana yang bergantung pada umur. Untuk karakteristik yang berubah
dengan cepat seiring usia seperti kemampuan intelektual di masa kanak-kanak
para pengembang tes dapat melaporkan norma-norma tes yang berbeda untuk
kelompok umur yang diterapkan dengan rentang sempit, seperti interval empat
bulan.

Norma kelas secara konseptual sama dengan norma umur. Norma kelas
menggambarkan tingkat kinerja tes untuk setiap kelas yang berbeda dalam sampel
normatif. Norma kelas jarang digunakan dalam tes-tes kemampuan. Namun,
norma ini terutama bermanfaat di sekolah ketika melaporkan tingkat prestasi
anak-anak sekolah.

c. Norma Lokal dan Subkelompok

Norma lokal atau subkelompok diperlukan untuk menyesuaikan dengan


tujuan spesifik tes. Norma lokal diturunkan dari para peserta lokal yang
representatif, bukan dari sampel nasional. Demikian juga norma subkelompok
terdiri dari skor-skor yang diperoleh dari suatu sebkelompok yang telah
diidentifikasi (Afrika Amerika, Hispanik, perempuan).
ASESMEN PSIKOLOGI
P a g e | 12

Manfaat norma lokal atau subkelompok bergantung pada tujuan pengujian.


Sebagai contoh, norma etnis untuk tes inteligensi terstandardisasi dapat lebih
unggul dari norma bebasis nasional dalam memprediksi kompetensi di lingkungan
nonsekolah anak. Namun, norma etnis mungkin tidak dapat memprediksi seberapa
berhasil seorang anak dalam program-program pengajaran seolah umum arus
utama (Mercer & Lewis, 1978). Karena itu, norma lokal dan subkelompok harus
digunakan secara hati-hati.
ASESMEN PSIKOLOGI
P a g e | 13

BAB III
PENUTUP

III.I. KESIMPULAN

Bahwa untuk dapat membentuk suatu kemahiran yang andal dalam proses
Psikodiagnostik dibutuhkan pembiasaan yang terus menerus dan tidak terputus
sehingga semakin lama semakin memperoleh ketajaman penghayatan dan
pengkajian atas kepribadian individu. Tujuan dari pemeriksaan psikologis adalah
untuk memperoleh gambaran ataupun pemahaman mengenai diri subjek, yang
hasilnya dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan.
ASESMEN PSIKOLOGI
P a g e | 14

DAFTAR PUSTAKA

Gregory, Robert. 2011. Tes Psikologi. Jakarta, Penerbit Erlangga

Psikologi FISIP Universitas Mulawarman. Modul Administrasi Tes. Samarinda,


UNMUL. Diambil dari http://psikologi.fisip-unmul.ac.id (September
2018)

Radikun, T.B.S. (2002). 25 Kiat Penulisan Efektif Pemeriksaan Psikologis.


DEPOK: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Vous aimerez peut-être aussi