Vous êtes sur la page 1sur 16

ASUHAN KEPERAWATAN

ENCEPHALITIS

Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan sistem persyarafan

OLEH :

I Made Suartha Putra 175139031

Joko Santoso 175139024

Tri agung Wicaksono 175139025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA 2018

1
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam
mikroorganisme (Ilmu Kesehatan Anak, 2006).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus
atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+).
(Pedoman diagnosis dan terapi, 2002).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri
cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus
(Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Ensefalitis menurut Mansjoer dkk,(2000) adalah radang jaringan otak yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa.

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:
a. Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang
biakan virus ekstraneural yang hebat
b. Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak
lambat dan kerusakan otak ringan
c. Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hampir tidak adanya viremia,
sangat terbatasnya replikasi ekstraneural

2
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi
untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan
koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap
suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot.
a. Sel sel pada sistem syaraf
1) Neuron
Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu
bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan
lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls
menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel
neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka,
Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan
schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel
schwann.Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan
mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit
adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek
yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.
2) Neuroglial
Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi
sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.
3) Sistam komunikasi sel
Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan
dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima
rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di
sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.
b. Sistem Syaraf Pusat
1) Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari
sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran
otak awal,yaitu:

3
a) Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus,
serta hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan
informasi mengenai kesadaran dan emosi.
b) Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubunga
dengan penglihatan dan pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum,
krus serebrium, korpus kuadriigeminus.
c) Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan
tersusun dari lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang
terlibat dalam pengontrolan pernafasan.
c. Susunan Syaraf Perifer
Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf
pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.
Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur
aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem
pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
2) Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi
pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke
otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut
fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:
a) Susunan syaraf simpatis
b) Susunan syaraf para simpatis (Setiadi,2007).

4. ETIOLOGI
a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam Encephalitis virus :
1) Infeksi virus yang bersifat epidermik :
a) Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO
b) Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis
encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.
encephalitis, Murray valley encephalitis.

4
b. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes
zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella,
pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
5. PATOFISIOLOGI
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah
masuk kedalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa
cara:
a. Setempat virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan
atau organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah Kemudian
menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal
berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan
kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa
Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak

5
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala klinis Encephalitis tidak spesifik, tergantung dari penyebab dan luas
dari daerah yang terkena infeksi. Umumnya didapatkan suhu yang
mendadak naik, sebelum kesadaran menurun, sering mengeluh nyeri
kepala, muntah sering ditemukan, lethargi, photofobi, kadang- kadang
desertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
Gejala klinis lainnya adalah :
1) Terjadi peningkatan tekanan intarakraniaum,berupa nyeri kepala,
penurunan kesadaran, dan muntah
2) Terjadi demam akibat infeksi
3) Fotofobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf –
saraf kranial

6
4) Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa
delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan
gerakan- gerakan abnormal (Corwin, 2001).

7. KOMPLIKASI
a. Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 2004)
b. Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik
pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
c. Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjd diare
akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri
Susilanigsih, 2004).
d. Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau
mengalami hospitalisasi yang lama, kemungkinan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social anak. Tahun-
tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas” untuk kehidupannya.
Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya. Pengkajian pertumbuhna
dan perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal
penanganan dan antisipasi

7
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal.
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan
dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam
batas normal.
b. Pemeriksaan EEG.
Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “bilateral” dengan aktivitas
rendah.
c. Pemeriksaan virus.
Ditemukan virus pada CNS didapatkan kenaikan titer antibody yang
spesifik terhadap virus penyebab.

9. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan penyebab :
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine
arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari.
b. Pengobatan suportif.
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik
yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Pengobatan tersebut antara lain :
1) ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.
2) Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral
dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan
elektrolit dan vitamin.
3) Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita
tidak bertambah jelek.

10. PEMERIKSAAN FISIK


Pada klien ensepalitis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pada pemeriksaan
neurologis. Ruang lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum
meliputi :
a. Keadaan umum
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena mengalami
peruibahan atau penurunan tingkat kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran

8
dapat disebabkan oleh gangguan metablisme dan difusi serebral yang
berkaitan dengan kegagalan neural akibat proses peradangan otak.
b. Gangguan sistem pernafasan
Perubahanperubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabkan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan
tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan
terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
c. Gangguan sistem kardiovaskuler
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pad
adaerah tersebut. Hal ini akan merangsang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor
menyebabkan meningkatnya transmiter rangsang parasimpatis ke jantung.
d. Gangguan sistem gastrointestinal
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus
sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare
akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri
Susilaningsih, 1994).

11. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)


Pada penderita ensepatilitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari
antara lain : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial.
Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi
penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena
penderita lemah atau tidka sadar dan cenderung tergantung pada orang lain,
perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat
hospitalisasi fisik.

9
ADL Sehat Sakit

Nutrisi Diet makan dirumah, apakah Perlu dikaji keadaan makan dan
klien pernah mengalami masalah minum pasien meliputi : porsi
dalam makan, ada tidaknya nyeri yang dihabiskan susunan menu,
ulu hati, ada tidaknya alergi keluhan mual dan muntah, serta
terhadap makanan, apakah ada kemandirian dalam melakukan
keluhan dalam mengunyah, dan makan dan minum.
berat badan
Istirahat Kebiasaan tidur siang dan malam, Bagaimana perubahannya setelah
tidur berapa jam sehari dan apakan ada sakit, pasien angina pectoris
kesulitan waktu tidur sering terbangun dan susah tidur
karena nyeri dada dan sesak nafas
Aktifitas Meliputi pekerjaan klien, jenis Aktivitas selama di rumah sakit
pekerjaan berat atau tidak. apakah ada kesenjangan yang
berarti misalnya pembatasan
aktifitas, pada klien ini biasanya
terjadi perubahan aktifitas karena
sesak nafas saat aktifitas

Eliminasi Pola BAB di rumah, apakah klien Mengkaji kebiasaan eliminasi alvi
menggunakan laksatif, dan uri meliputi jumlah, warna,
karakter feses, apakah mengalami apakah ada gangguan
konstipasi, apakah ada riwayat
hemoroid.
Pola BAK apakah lancar dalam
mengeluarkan urine, apakah ada
masalah dengan perkemihan
Personal Meliputi penampilan, kondisi Mengkaji kebersihan personal
Hygiene kulit kepala klien, kebersihan Hygiene meliputi mandi,
kuku, mulut, frekuensi mandai kebersihan badan, gigi dan mulut,
dalam 1 hari. rambut, kuku, pakaian dan
kemampuan serta kemandirian
dalam melakukan kebersihan diri

10
12. ANALISA DATA YANG MUNGKIN MUNCUL
Analisa Masalah Masalah
Data
(Pohon Masalah) Keperawatan

Data Subjektif : Virus,bakteri,jamur dll Nyeri


klein melaporkan sakit ↓
Masuk kedalam tubuh
kepala, nyeri otot, prilaku

distraksi, perilaku Merasngsang sistem pertahanan tubuh
berlindung, tegangan ↓
muskuler, perubahan Reaksi antigen dan antibody

TTV.
inflamasi
Data Objektif : ↓
Pelepasan Mediator kimia

Merangsang sel saraf nyeri

Nyeri
Data Subjektif : Virus,bakteri,jamur dll Resiko gangguan
Data Objektif : ↓ pemenuhan
Masuk kedalam tubuh kebutuhan nutrisi

Merasngsang sistem pertahanan tubuh

Reaksi antigen dan antibody

ENCEPHALITIS

TIK

Mual dan muntah

Intake nutrisi ↓

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Data Subjektif : ENCEPHALITIS Gangguan mobilitas
Data Objektif : ↓ fisik
TIK

Mual dan muntah

Intake nutrisi ↓

11

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ↓
Suplai O2 ke jaringan ↓

Metabolisme ↓

Produksi energi ↓

ATP ↓

Kelemahan

Gangguan mobilitas fisik

13. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya intake
c. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan/ketahanan dan energi.

14. ASUHAN KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi/inflamasi
Tujuan: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol ditandai dengan :
menunjukkan postur rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepat

Rencana intervensi Rasional


Berikan lingkungan yang tenang, ruangan Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari
agak gelap sesuai dengan indikasi luar atau sensitifitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/rileksasi

Letakkan kantung es pada kepala, pakaian Meningkat kan vasokonstriksi, menumpulkan


dingin diatas mata resepsi sensorik yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri

Tingkat tirah baring, bantulah kebutuhan Menurunkan gerakan yang dapat

12
perawatan diri yang penting meningkatkan nyeri

Dukung untuk menemukan posisi yang .Menurunkan iritasi meningeal, resultan


nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit ketidaknyamanan lebih lanjut
pada meningitis

Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif Dapat membatu merelsasikan ketegangan


secara tepat dan masase otot daerah leher dan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
bahu. rasa tidak nyaman tersebut.

Berikan analgetik seperti asetaminofen, Mungkin diperlukan untuk menghilangkan


kodein nyeri yang berat, catatan : narkotik mungkin
merupakan kotra indikasi sehingga
menimbulkan ketidakakuratan dalam
pemeriksaaan neurologis

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya intake


Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat dengan
criteria : BB dalam batas normal, nafsu makan baik/meningkat, tidak
ditemukan defisiensi nutrisi

Rencana intervensi Rasional


Kaji riwayat nutrisi, makanan yang disukai Mengidentifikasi defisiensi serta pemberian
intervensi

Perubahan antropometri mengindikasikan


Kaji antropometri setiap hari perubahan status nutrisi

Berikan intake makanan TKTP, mineral atau Diet TKTP mineral dan vitamin dapat
vitamin memenuhi kebutuhan gizi bagi klien

13
Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe
halus, rendah serat. Hindari makan makanan yang dapat ditoleransi klien
pedas/terlalu asam

Berikan anti jamur/pencuci mulut, anestetik Stomatitis biasanya ada pada PEM, untuk
jika diperlukan meningkatkan penyembuhan jaringan mulut
dan memudahkan masukan diet

Berikan suplemen nutrisi, misalnya ensure Meningkatkan masukan protein dan kalori
bila diindikasikan

c. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler, penurunan


kekuatan/ketahanan.
Tujuan : mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional
optimal yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.
Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.

Rencana intervensi Rasional


Kaji derajat imobilisasi pasien dengan Pasien mampu mandiri(nilai 0), atau
menggunakan skala ketergantungan (0-4) memerlukan bantuan peralatan yang
minimal(nilai 1); memerlukan bantuan
sedang/dengan pengawasan/diajarkan(nilai
2); memerlukan bantuan/peralatan yang
terus-menerus dan alat khusus(nilai 3);
tergantung secara total pada pemberi
asuhan(nilai 4).
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk
menghindari kerusakan karena tekanan. Ubah Perubahan posisi yang teratur menyebabkan
posisi pasien secara teratur dan buat sedikit penyebaran terhadap berat badan dan
perubahan posisi antara waktu perubahan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian
posisi tersebut. tubuh. Jika ada paralysis atau keterbatasan
kognitif, pasien harus diubah posisinya

14
secara teratur dan posisi dari daerah yang
sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat
terbatas.
Berikan/Bantu untuk melakukan rentang
gerak Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal ekstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis.
Berikan matras udara/air, terapi kinetic sesuai
dengan kebutuhan. Menyeinbangkan tekanan jaringan,
meningkatkan sirkulasi, dan membantu
meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan risiko terjadinya trauma
jaringan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC


Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu
Nursalam, et al.(2007). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak .Jakarta: EGC.
Wong, D.(2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC
http://askepyoelisyam.blogspot.com/2013/01/laporan-pendahuluan-ensefalitis.html
http://askep-askep-motivasi.blogspot.com/2010/06/askep-encephalitis.html

16

Vous aimerez peut-être aussi