Vous êtes sur la page 1sur 1

Abses Epidural Spinal

Duramater tulang belakang terpisah dari arkus vertebra oleh jaringan pengikat
yang longggar. Jaringan tersebut seolah-olah menyediakan ruang untuk kuman yang
dapat membentuk abses. Karena itu, manifestasi abses epidural spinalis yang
mencerminkan efek proses desak ruang dari sisi posterior.
Factor etiologi dan presipitasi yang penting bagi abses epidural yang akut ialah
diabetes mellitus dan infeksi Staphylococcus aureus yang berupa bisul di kulit atau
osteomyelitis pada korpus, lamina atau pedikel tulang belakang. Yang paling sering
terkena adalah bagian torakal. Bagi jenis yang kronik, spondilitis tuberkulosa merupakan
penyakit primernya.
Tergantung pada lokasi abses epidural, maka paraplegi dengan deficit sensorik
akan berkembang secara berangsur-angsur. Kompresi medula spinalis mulai dengan nyeri
tulang belakang, kemudian nyeri radikuler, dan paraplegia akan tibul sedikit demi sedikit
dengan gangguan perasaan getar, gerak, dan posisi sebagai gejala dininya.
Pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosis yang penting meliputi kultur
darah dan MRI medulla spinalis. Bila MRI tidak memungkinkan maka bisa dilakukan CT
myelography. Lumbal punksi dikontraindikasikan pada pasien dengan kecurigaan abses
epidiral spinal ini karena dikhawatirkan dapat menyebarkan materi purulen kedalam
ruang subarachnoid.
Penatalaksanaan penyakit ini meliputi pengobatan medis dan pengobatan bedah.
Terapi medis meliputi pemberian antibiotic yang adekuat dan harus diberikan sedini
mungkin. Durasi dari pengobatan ini biasanya mencapai 3-4 minggu. Karena agen yang
biasa menginfeksi ialah S.aureus, maka terapi yang diberikan ialah dari golongan
penicillin, cephalosporin, atau vancomycin. Contoh-contoh preparat yang digunakan
ialah Ceftriaxone (Rocephin), Nafcillin (Unipen), Cefazolin (Ancef, Kefzol, Zolicef),
Vancomycin (Vancocin).
Terapi bedah yang biasa digunakan ialah dekompresi pada tulang belakang dan
drainase abses, indikasi terapi pembedahan ini ialah adanya peningkatan deficit
neurologik, rasa sakit menjadi-jadi dan demam yang menetap, serta leukositosis.
Keberhasilan terapi dilaporkan dengan menggunakan kombinasi antara aspirasi abses dan
terapi antibiotic yang adekuat.
Komplikasi yang biasa terjadi pada cedera spinal meliputi disfungsi kandung
kemih, decubiti, supine hypertension, sepsis berulang, dan lain sebagainya. Prognosis
pada pasien dengan penyakit ini bervariasi, bergantung pada onset dan derajat penyakit
pada saat pertama kali ditemukan.

Vous aimerez peut-être aussi