Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Pembimbing :
dr. I Gusti Agung Sugitha Adnyana, Sp.A
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pengalaman belajar lapangan
dengan judul “Bronkiolitis Derajat Sedang + Gizi Baik” ini dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu
Kesehatan Anak
1. dr. I Gusti Agung Sugitha Adnyana, Sp.A selaku pembimbing dan penguji
pada laporan kami
2. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya penulis
mengharapkan semoga laporan pengalaman belajar lapangan ini dapat bermanfaat
di bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronkiolitis merupakan salah satu penyakit yang sering pada anak yang
menyerang saluran napas kecil atau bronkiolus yang disebabkan oleh virus,
biasanya dialami lebih berat pada bayi dan ditandai dengan obstruksi saluran
napas dan mengi. Penyebab paling sering adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV). Episode mengi dapat terjadi beberapa bulan setelah serangan
bronkiolitis.1,2,3 Kejadian bronkiolitis dapat terjadi pada bulan pertama kehidupan
dan episode berulang akan terjadi di tahun kedua kehidupan oleh virus yang
sama.4 Umumnya, bronkiolotis mengenai bayi dengan insidens puncak pada usia 2
sampai 6 bulan; lebih dari 80% kasus terjadi pada tahun pertama kehidupan.2,4
Di AS, kejadian bronkiolitis lebih sering terjadi pada anak laki-laki, pada
anak yang tidak diberi ASI, dan anak yang tinggal di lingkungan padat penduduk.
Risiko lebih tinggi pada anak dari ibu usia muda atau ibu yang merokok selama
kehamilan. Etiologi utama epidemi bronkiolitis adalah RSV. Sekitar 75,000 –
125,000 anak di bawah 1 tahun dirawat di Amerika Serikat akibat infeksi RSV
setiap tahun. Infeksi saluran napas bawah disebabkan oleh RSV pada 22,4 dari
100 anak pada tahun pertama kehidupan. Dari semua infeksi RSV pada anak di
bawah 12 bulan, sepertiga kasus diikuti penyakit saluran napas bawah. Meskipun
tingkat serangan RSV menurun seiring dengan bertambahnya usia, frekuensi
infeksi saluran napas bawah pada anak terinfeksi RSV tidak berkurang hingga
usia 4 tahun.1,3,4 Bronkiolitis merupakan masalah kesehatan yang utama di
Indonesia karena masih tingginya angka kejadian pada anak anak balita . Di
negara berkembang, bronkiolitis mencapai 25% - 50%. Angka kejadian ini lebih
tinggi lagi pada musim dingin. Setiap tahun, diperkirakan 4 juta anak balita
meninggal karena ISPA ,terutama pneumonia dan bronkiolitis.5
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Diagnosis
Bronkiolitis dapat didiagnosis melalui temuan klinis yang didapatkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Gejala awal dari
bronkiolitis berupa gejala awal dari infeksi virus seperti pilek ringan, hidung
tersumbat, batuk, dan demam yang jarang sekali tinggi, biasanya subfebris.
Setelah satu sampai empat hari setelah gejala awal muncul batuk yang disertai
sesak napas, takipnu, mengi pada auskultasi dan sering juga fine inspiratory
crackles, merintih (grunting), keadaan umum yang rewel, penurunan nafsu
makan, bahkan pasien bisa apnu dan sianosis. Ada usaha napas berlebih seperti
napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, retraksi dinding dada,
hiperinflasi dada, expiratory effort, ekspirasi memanjang.1,2, 10,11
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi
diagnosis:
a. Pemantauan saturasi oksigen dengan pulseoxymetry dan untuk
menentukan derajat hipoksia dan respon terhadap terapi O2.
b. Biakan RSV dari apusan nasofaring merupakan baku emas untuk
menegakkan diagnosis bronkiolitis
c. Rapid RSV Test dengan ELISA, fluorescent antbody staining
dengan sensitivitas dan spesifisitas 90%
d. Foto thoraks dapat ditemukan adanya hiperinflasi seperti pelebaran
sela iga, diafragma yang tampak lebih datar, hiperaerasi atau
radiolusen, penebalan pada peribronkial, infiltrate pada interstisial,
5
2.6 Tatalaksana
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit
3.1.1 Identitas
Nama : NPWCP
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tukad Banyu Poh Gang Mawar II
MRS : 22 Juli 2018
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juli 2018
Nomor Rekam Medis : 18014637
3.1.2 Anamnesis (Heteroanamnesis-Ibu Pasien)
Keluhan Utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Triage Anak RSUP Sanglah Denpasar diantar oleh orang
tuanya pada tanggal 22 Juli 2018 pukul 01.30 WITA mengeluh sesak sejak 1,5
jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak dikatakan memberat disertai
dengan suara ngik-ngik, tanpa disertai grok-grok. Sebelumnya, pasien dikatakan
batuk dan pilek 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk dikatakan berdahak
dengan warna dahak berwarna putih, kental, dan tanpa disertai dengan darah dan
pilek dengan sekret bening dan encer. Sebelumnya, pasien sempat berobat ke
bidan pada tanggal 21 Juli 2018 pagi dan diberikan obat batuk sirup (Coparcetin)
dan diminum satu kali pada malam harinya. Keluhan dikatakan belum membaik
dan beberapa jam kemudian mengalami sesak napas. Riwayat demam dan
kebiruan disangkal oleh ibu pasien.
Pasien dikatakan muntah pada saat di triage anak sekitar satu kali dan
berisi air susu sekitar 1/3 gelas air aqua dan juga mengeluarkan lendir. Muntah
didahului sebelum batuk. Sejak sakit, pasien dikatakan nafsu makannya menurun.
Buang air kecil dikatakan normal seperti hari biasa berwarna putih kekuningan
dengan volume ¼ gelas aqua dengan frekuensi 6 kali sehari. Buang air besar
dikatakan normal seperti biasa dengan warna kuning kecokelatan, konsistensi
7
lembek, dengan frekuensi 2 kali sehari. Sejak sakit, pasien dikatakan lebih rewel
dari biasanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikatakan pernah mengalami keluhan yang sama dan dirawat di RS
pada bulan April sebanyak 1 kali dan bulan Juni sebanyak 2 kali.
Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat riwayat penyakit asma pada nenek pasien. Riwayat
alergi,penyakit jantung, tuberculosis, penyakit ginjal, diabetes, disangkal ada pada
keluarga.
Riwayat Pengobatan
Ceparcetin 1 kali, keluhan tidak membaik (21 juli 2018)
Riwayat Sosial, Pribadi, dan Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama (tunggal), dan tinggal pada daerah yang
pemukiman padat, denganventilasi yang cukup, dan sinar matahari yang bebas
masuk. Pasien tinggal dengan 8 orang di rumah dan sepupu pasien mengalami
batuk pilek namun pasien yang pertama kali mengalaminya.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir secara spontan dengan ditolong oleh dokter kandungan.
Persalinan dikatakan maju duan minggu dari taksiran dengan riwayat ketuban
pecah 2 hari sebelum persalinan. Saat lahir, pasien dikatakan segera menangis
dengan berat badan lahir 2100 gram dengan panjang badan 48 cm. Lingkar kepala
dikatakan lupa.
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali
Hepatitis B : 4 kali
DPT : 3 kali
Polio : 4 kali
Campak : 1 kali
Riwayat Nutrisi:
ASI : 0 - 6 bulan frekuensi on demand
Susu formula : 6 bulan-sekarang frekuensi on demand
Bubur susu : 6 bulan frekuensi 2-3 kali/hari
8
Tinggi badan : 81 cm
Lingkar kepala : 43 cm
Status General:
- Kepala : normocephali.
- Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor,
- THT : nafas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Mulut : lidah kotor (-), sianosis (-), bibir kering (-)
- Thoraks
Cor
Inspeksi : precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill (-)
Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis,
retraksi (-)
Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan
(-)
Perkusi : suara sonor +/+
Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-
- Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit
kembali cepat
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-).
10
- Extremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-), CRT < 2
detik.
- Genitalia Eksterna :perempuan
- Kulit : kutis marmorata (-).
3.1.5 Diagnosis Kerja
Bronkiolitis derajat sedang + gizi baik
3.1.6 Penatalaksanaan
- Oksigen nasal kanul 2 lpm
- Salbutamol inhalasi 0,1 mg/kg/kali (1 ml ditambahkan NaCl 3% sd 4 ml tiap 6
jam)
- Dexamethason bolus IV 1 mg/kg/kali (10 mg, dilanjutkan 6 jam kemudian
dengan 3,5 mg tiap 8 jam (IV) selama 5 hari
- Ambroxol 0,5 mg/kg/kali (5 mg tiap 8 jam, oral)
3.1.7 Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam.
Ad fungsionam : dubius ad bonam.
Ad sanationam : dubius ad bonam.
11
BAB IV
KUNJUNGAN RUMAH
4.1 Kondisi Saat Kunjungan Rumah
4.1.1 Identitas
Nama : NPWCP
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tukad Banyu Poh Gang Mawar II
Tanggal Kunjungan : 5 Agustus 2018
dengan ibu, ayah, dan saudaranya. Keluarga pasien termasuk dalam kategori
keluarga menengah ke bawah. Ayah pasien bekerja sebagai cleaning service dan
gojek, sedangkan ibu pasien tidak bekerja. Selain itu pasien juga tinggal bersama
paman dan istrinya. Riwayat bronkiolitis pada tetangga lain tidak diketahui ibu
pasien. Jarak tempat tinggal pasien dengan lingkungan tetangganya hanya
dipisahkan oleh tembok pemisah antar rumah pada tempat tinggalnya. Di depan
rumah pasien terdapat sebuah jalan kecil yang di depanya terdapat beberapa
tumbuhan liar serta barang- barang bekas yang kurang tertata rapi. Pada tempat
tinggal pasien terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Pasien tidur
bersama ayah dan ibu di kamar utama. Sumber air rumah dikatakan adalah air
PAM, sumber air minum dari air minum dalam kemasan yang dibeli di distributor
air minum langganan pasien, dan penerangan dari listrik PLN. Ibu pasien
mengaku membersihkan rumah tiap hari dan terlihat suasana rumah pasien cukup
rapi. Barang-barang rumah tangga terlihat cukup tertata dengan rapi. Kebersihan
kamar mandi juga cukup terjaga dan tidak berbau. Ibu juga rajin membersihkan
dapur sehingga terlihat bersih dan tidak berbau sampah sisa makanan. Ventilasi
dan pencahayaan matahari terlihat kurang karena jendela hanya berada di bagian
depan rumah pasien. Dalam satu rumah juga terdapat saudara sepupu pasien yang
berasal dari Nusa Penida. Salah satu anggota keluarga yaitu saudara dari ibu
pasien adalah seorang perokok aktif, hampir setiap hari dia merokok 1 bungkus.
Asap rokok secara pasif terhirup oleh pasien karena tinggal dalam satu rumah.
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan dengan persalinan normal pada usia kehamilan cukup bulan.
Berat badan lahir 2100 gram, panjang badan dan lingkar kepala pasien saat lahir
dikatakan lupa. Saat lahir pasien dikatakan segera menangis dan tanpa kelainan
bawaan.
13
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali
Hepatitis B : 4 kali
DPT : 3 kali
Polio : 4 kali
Campak : 1 kali
Riwayat Nutrisi
ASI : 0 - 6 bulan frekuensi on demand
Susu formula : sejak usia 6 bulan-sekarang frekuensi on demand
Bubur susu : sejak usia 6 bulan frekuensi 2-3 kali/hari
Nasi tim : sejak usia 10 bulan frekuensi 3 kali/hari
Makanan dewasa : sejak usia 12 bulan – sekarang frekuensi 3 kali/hari
Ibu pasien selalu menstimulasi pasien dan saudara kembarnya dengan cara
mengajak berbicara dan bermain dengan pasien. Perkembangan pasien dikatakan
normal. Tidak ada keterlambatan pada perkembangan pasien.
Tinggi badan : 81 cm
Lingkar kepala : 43 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Berat badan/umur : z-score -2 s/d 0
Tinggi badan/umur : z-score -2 s/d 0
Berat badan/tinggi badan : z-score -1 s/d 0
Berat Badan Ideal : 10,5 kg
Waterlow : 95% (Gizi Baik)
Status General:
- Kepala : normocephali.
- Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor,
- THT : nafas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Mulut : lidah kotor (-), sianosis (-), bibir kering (-)
- Thoraks
Cor
Inspeksi : precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill (-)
Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis,
retraksi (-)
Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan
(-)
Perkusi : suara sonor +/+
Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-
- Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
16
-Kebutuhan pangan/gizi
Pasien mendapat ASI namun tidak sampai usia 2 tahun dan dilanjutkan dengan
pemberian susu formula dan makanan tambahan lainnya. Pasien mengalami
peningkatan berat badan yang sesuai dengan umur dan jenis kelamin dan
didapatkan status gizi baik menurut Waterlow pada pasien.
-Sandang
keluarganya cukup diperhatikan, karena ibu mencuci pakaian anak dan anggota
keluarga lainnya setiap 2 hari.
-Papan
Penderita tinggal Jl. Tukad Banyu Poh Gang Mawar no 2, Panjer, Denpasar. Di
sekitar rumah terdapat halaman kecil berisi kendaraan penghuni kos, tanaman-
tanaman liar, galon-galon untuk diisi ulang karena saudara pasien mempunyai
warung kecil di depan rumah. Pasien sehari-hari tidur bersama di kamar kos
berukuran 5x10 meter dengan dinding semen yang dilapisi cat, lantai dari keramik
dengan ventilasi dan pencahayaan matahari yang kurang karena hanya terdapat 1
jendela kecil di bagian depan kamar pasien. Kamar kos tersebut terdiri dari 2
tempat tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Sumber air adalah air PAM, sumber air
minum dari air minum isi ulang yang dibeli dari distributor air minum langganan
pasien, dan sumber penerangan dari listrik PLN. Kamar mandi dan dapur terkesan
bersih.
-Keluarga
Pasien tinggal bersama ibu, ayah dan saudaranya di sebuah kamar kos dengan
kebersihan rumah yang cukup namun kebersihan lingkungan sekitar yang tidak
terlalu bersih. Pasien tidur di kamar berukuran 3m x 4m dengan kondisi kamar
yang cukup rapi dengan lantai yang rutin dibersihkan.
-Lingkungan rumah
Di depan rumah pasien terdapat halaman kecil tempat memarkir motor dan
menjemur pakaian yang langsung berbatasan dengan jalan kecil di depan
rumahnya. Di sekitar rumah pasien juga tidak ditemukan adanya selokan yang
tergenang yang agak kotor airnya. Secara umum kondisi lingkungan sekitar rumah
18
pasien tampak kurang bersih. Hal ini dibuktikan dengan adanya halaman kecil
yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan liar dan selokan yang tergenang.
-Biologis
Secara fisik pasien tampak sehat, namun status gizi pasien tergolong baik. Status
gizi menurut Waterlow 95%. Pada saat kunjungan didapatkan hasil dalam kriteria
gizi baik. Pasien tidak mendapat ASI eksklusif hingga usia 2 tahun, selain itu
asupan minum tercukupi oleh susu formula dan makanan tambahan lainnya.
-Psikologis
19
Pasien mendapat cukup perhatian dari kedua orang tuanya terutama masalah
kesehatannya. Orang tua terutama ibunya tetap menjaga dan memperhatikan
kesehatan pasien, serta segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat jika
anak mengalami sakit
-Sosial
Penyakit yang diderita pasien mempengaruhi aktivitas pasien pada saat sakit.
Pasien saat ini dikatakan kembali aktif seperti sebelum sakit. Pasien dikatakan
anak yang aktif dan sering bermain sendiri ataupun bersama anak-anak
seumurannya di depan kos.
-Lingkungan Rumah
Dalam satu kamar kos pasien tinggal bersama ibu, ayah dan saudaranya. Pasien
tidur bersama ayah dan ibu di kamar utama. Sumber air rumah dikatakan adalah
air PAM, sumber air minum dari air minum isi ulang, dan penerangan dari listrik
PLN. Kebersihan rumah tampak baik karena ibu membersihkan rumah hampir
setiap hari. Toilet dan dapur cukup bersih dan tidak berbau. Barang-barang rumah
tangga terlihat cukup tertata dengan rapi. Ventilasi dan pencahayaan matahari
terlihat kurang karena jendela hanya terdapat 1 buah berukuran kecil di bagian
depan kamar pasien. Lingkungan sekitar rumah pasien terlihat kurang bersih
karena terdapat halaman kecil yang dipenuhi kendaraan penghuni kos, genangan
selokan, dan tumpukan galon yang tidak tertata rapi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Pasien dalam kondisi baik setelah keluar dari rumah sakit dimana keluhan saat
berobat ke rumah sakit sudah tidak ada. Saat ini pasien mampu beraktivitas seperti
saat sebelum pasien masuk Rumah Sakit.
2. Lingkungan sekitar rumah pasien terlihat kurang bersih karena terdapat
halaman kecil yang dipenuhi kendaraan penghuni kos, genangan selokan, dan
tumpukan galon yang tidak tertata rapi.
3. Salah satu penyebab dan faktor risiko terjadinya bronkiolitis adalah lingkungan
yaitu paparan asap rokok dari salah satu anggota keluarga Selain itu kepadatan
penghuni menyebabkan mudahnya penularan penyakit pernapasan atau infeksi
yang bisa menyebabkan bronkiolitis.
4. Telah diberikan edukasi kepada orang tua mengenai penyakitnya, bahwa salah
satu faktor risiko terjadinya bronkiolitis adalah faktor lingkungan. Pentingnya
untuk menjaga agar lingkungan bersih dan selalu menjauhkan anak dari penderita
penyakit saluran pernapasan.
5.2 Saran
ASUH
Meningkatkan kebersihan dan sanitasi rumah.
Memastikan lingkungan yang bebas asap rokok dan penderita infeksi saluran
pernapasan dapat mengurangi kejadian bronkiolitis pada anak.
ASIH
Meningkatkan kekompakan dalam memberikan kasih sayang kepada anak.
Meningkatkan kewaspadaan dalam pertumbuhan dan perkembangan pasien.
ASAH
21
Membelikan anak mainan dan juga diajak untuk belajar berbicara dan bermain
untuk membantu perkembangan anak.
Mengajari anak sedini mungkin untuk membiasakan diri hidup sehat.
22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kondisi Rumah Pasien