Vous êtes sur la page 1sur 27

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

Bronkiolitis Derajat Sedang + Gizi Baik

Oleh :

Prisela Zharaswati (1702612033)


Putu Bagus Dimas Olfactory (1702612076)
Faiz Afano (1702612127)
Karmelia Kumala (1702612139)
I Dw Ayu Ari Ritmawati (1702612166)
Gst Ayu Amalindasari P. Masta (1702612228)

Pembimbing :
dr. I Gusti Agung Sugitha Adnyana, Sp.A

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI DEPT/KSM ILMU KESEHATAN ANAK
FK UNUD-RSUP SANGLAH
DENPASAR 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pengalaman belajar lapangan
dengan judul “Bronkiolitis Derajat Sedang + Gizi Baik” ini dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu
Kesehatan Anak

Semua tahapan laporan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya berkat


dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. dr. I Gusti Agung Sugitha Adnyana, Sp.A selaku pembimbing dan penguji
pada laporan kami
2. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya penulis
mengharapkan semoga laporan pengalaman belajar lapangan ini dapat bermanfaat
di bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran.

Denpasar, Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Definisi Bronkiolitis ............................................................................. 2
2.2 Etiologi ................................................................................................. 2
2.3 Epidemiologi .........................................................................................3
2.4 Patofisiologi Bronkiolitis ..................................................................... 3
2.5 Diagnosis .............................................................................................. 4
2.6 Tatalaksana.............................................................................................5
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................6
3.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit ................................................................ 6
BAB IV KUNJUNGAN RUMAH .......................................................................11
4.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit ...............................................................11
4.2 Analisis Kasus ......................................................................................17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21


LAMPIRAN ..........................................................................................................23

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronkiolitis merupakan salah satu penyakit yang sering pada anak yang
menyerang saluran napas kecil atau bronkiolus yang disebabkan oleh virus,
biasanya dialami lebih berat pada bayi dan ditandai dengan obstruksi saluran
napas dan mengi. Penyebab paling sering adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV). Episode mengi dapat terjadi beberapa bulan setelah serangan
bronkiolitis.1,2,3 Kejadian bronkiolitis dapat terjadi pada bulan pertama kehidupan
dan episode berulang akan terjadi di tahun kedua kehidupan oleh virus yang
sama.4 Umumnya, bronkiolotis mengenai bayi dengan insidens puncak pada usia 2
sampai 6 bulan; lebih dari 80% kasus terjadi pada tahun pertama kehidupan.2,4

Di AS, kejadian bronkiolitis lebih sering terjadi pada anak laki-laki, pada
anak yang tidak diberi ASI, dan anak yang tinggal di lingkungan padat penduduk.
Risiko lebih tinggi pada anak dari ibu usia muda atau ibu yang merokok selama
kehamilan. Etiologi utama epidemi bronkiolitis adalah RSV. Sekitar 75,000 –
125,000 anak di bawah 1 tahun dirawat di Amerika Serikat akibat infeksi RSV
setiap tahun. Infeksi saluran napas bawah disebabkan oleh RSV pada 22,4 dari
100 anak pada tahun pertama kehidupan. Dari semua infeksi RSV pada anak di
bawah 12 bulan, sepertiga kasus diikuti penyakit saluran napas bawah. Meskipun
tingkat serangan RSV menurun seiring dengan bertambahnya usia, frekuensi
infeksi saluran napas bawah pada anak terinfeksi RSV tidak berkurang hingga
usia 4 tahun.1,3,4 Bronkiolitis merupakan masalah kesehatan yang utama di
Indonesia karena masih tingginya angka kejadian pada anak anak balita . Di
negara berkembang, bronkiolitis mencapai 25% - 50%. Angka kejadian ini lebih
tinggi lagi pada musim dingin. Setiap tahun, diperkirakan 4 juta anak balita
meninggal karena ISPA ,terutama pneumonia dan bronkiolitis.5
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang


biasanya menyerang anak-anak, dengan karakteristik klinis berupa batuk,
takipnea, wheezing, dan / atau rhonki.Walaupun kata bronkiolitis berarti inflamasi
bronkioles, hal ini jarang ditemukan secara langsung, tapi diduga pada anak
kecil dengan distres pernafasan yang memiliki tanda-tanda infeksi virus.6

Pedoman APP (American Academy of Pediatrics) mendefinisikan


bronkiolitis sebagai kumpulan gejala-gejala dan tanda-tanda klinis termasuk
prodromal virus pernafasan atas, diikuti peningkatan wheezing dan usaha bernafas
dari anak- anak kurang dari 2 tahun. Perbedaan ini penting, karena wheezing
berulang pada anak-anak yang lebih besar sering dicetuskan oleh virus-virus yang
khas untuk saluran pernafasan bagian atas, seperti rhinovirus.7

Di United Kingdom, kata ini digunakan secara lebih spesifik.


Penulis penelitian dari Universitas Nottingham mengambil definisi konsensus dari
“penyakit virus musiman dengan karakteristik demam, nasal discharge, dan batuk
kering dan berbunyi menciut. Pada pemeriksaan ada crackles inspirasi halus dan
atau wheezing ekspirasi nyaring. Di Amerika Utara, bronkiolitis biasanya
digunakan secara lebih luas, tapi berhubungan dengan penemuan spesifik berupa
wheezing.7

2.2 Etiologi Bronkiolitis

Bronkiolitis terutama disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV),


60–90% dari kasus, dan sisanya disebabkan oleh virus Parainfluenzae tipe 1,2,
dan 3, Influenzae B, Adenovirus tipe 1,2, dan 5, atau Mycoplasma.8

Sejumlah virus dikenal sebagai penyebab bronkiolitis telah secara


nyata diperluas dengan keberadaan tes diagnosis yang sensitif dengan
menggunakan teknik molecular tambahan. RSV tetap menjadi penyebab 50 % –
3

80 % kasus. Penyebab lain termasuk virus parainfluenza, terutama parainfluenza


tipe 3, influenza, dan human metapneumovirus (HMPV). HMPV ditaksir
menyebabkan 3 % – 19 % kasus bronkiolitis. Kebanyakan anak anak terinfeksi
selama epidemik luas musim dingin tahunan.7

2.3 Epidemiologi Bronkiolitis

RSV adalah penyebab utama bronkiolitis dan merupakan satu-


satunya penyebab yang dapat menimbulkan epidemi. Hayden dkk (2004)
mendapatkan bahwa infeksi RSV menyebabkan bronkiolitis sebanyak 45%-90%
dan menyebabkan pneumonia sebanyak 40%.Bronkiolitis sering mengenai anak
usia dibawah 2 tahun dengan insiden tertinggi pada bayi usia 6 bulan. Pada daerah
yang penduduknya padat insiden bronkiolitis oleh karena RSV terbanyak pada
usia 2 bulan. Makin muda umur bayi menderita bronkiolitis biasanya akan makin
berat penyakitnya. Bayi yang menderita bronkiolitis berat mungkin oleh
karena kadar antibodi maternal (maternal neutralizing antibody) yang
rendah. Selain usia, bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan,
bronchopulmonary dysplasia, prematuritas, kelainan neurologis dan
immunocompromized mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya
penyakit yang lebih berat. Insiden infeksi RSV sama pada laki- laki dan
wanita, namun bronkiolitis berat lebih sering terjadi pada laki-Iaki.7

2.4 Patofisiologi Bronkiolitis

Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respon inflamasi


akut, ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mucous ,
timbunan debris seluler/ sel-sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti dengan
infiltrasi limfosit peribronkial dan edema submucosa. Karena tahanan aliran udara
berbanding terballik dengan diameter penampang saluran respirasi, maka sedikit
saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar,
terutama pada bayi yang memiliki penampang saluran respiratori yang kecil.
Resistensi pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi
karena radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi maka akan
menyebabkan air trapping dan hiperinflasi. Atelektasis dapat terjadi pada saat
obstruksi total dan udara yang terjebak diarbsorbsi.6
4

Proses patologis ini akan menganggu pertukaran gas normal di paru-paru.


Penurunan kerja ventilasi paru akan menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (ventilation-perfusion mismatching, yang berikutnya akan menyebabkan
terjadinya hipokksemia dan kemudian terjadi hipoksia ringan. Semakin tinggi laju
respiratori makan semakin rendah tekanan oksigen arteri. Kerja pernafasan akan
meningkat selama end-expiratory lung volume meningkat dan compliance paru
menurun. Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi mencapai
60x/menit.Pemulihan sel epitel baru tampak setelah 3-4 hari, tetapi silia akan
diganti setelah dua minggu. Jaringan mati (debris) akan dibersihkan oleh
makrofag.9

2.5 Diagnosis
Bronkiolitis dapat didiagnosis melalui temuan klinis yang didapatkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Gejala awal dari
bronkiolitis berupa gejala awal dari infeksi virus seperti pilek ringan, hidung
tersumbat, batuk, dan demam yang jarang sekali tinggi, biasanya subfebris.
Setelah satu sampai empat hari setelah gejala awal muncul batuk yang disertai
sesak napas, takipnu, mengi pada auskultasi dan sering juga fine inspiratory
crackles, merintih (grunting), keadaan umum yang rewel, penurunan nafsu
makan, bahkan pasien bisa apnu dan sianosis. Ada usaha napas berlebih seperti
napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, retraksi dinding dada,
hiperinflasi dada, expiratory effort, ekspirasi memanjang.1,2, 10,11
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi
diagnosis:
a. Pemantauan saturasi oksigen dengan pulseoxymetry dan untuk
menentukan derajat hipoksia dan respon terhadap terapi O2.
b. Biakan RSV dari apusan nasofaring merupakan baku emas untuk
menegakkan diagnosis bronkiolitis
c. Rapid RSV Test dengan ELISA, fluorescent antbody staining
dengan sensitivitas dan spesifisitas 90%
d. Foto thoraks dapat ditemukan adanya hiperinflasi seperti pelebaran
sela iga, diafragma yang tampak lebih datar, hiperaerasi atau
radiolusen, penebalan pada peribronkial, infiltrate pada interstisial,
5

dan atelectasis. Namun tidak semua foto thoraks pada pasien


bronkilitis menunjukkan tanda-tanda yang khas, sehingga foto
thoraks tidak menjadi acuan dalam penegakkan diagnosis
bronkiolitis.2,10

2.6 Tatalaksana

Tatalaksana pada pasien bronkiolitis lebih mengarah ke terapi suportif


seperti pemberian terapi oksigen dengan nasal prong 1-2 L/menit atau facemask
untuk mengurangi hipoksemia.(2,3) Pemberian β2 adrenergik, kortikosteroid,
antiviral masih menjadi kontroversi. Beberapa pusat kesehatan memberikan
nebulisasi β2 adrenergik dengan dosis 0,05-0,1 mg/kgBB/kali yang dilarutkan
dalam NaCl 3% sebanyak 4 ml dan dilakukan setiap 6 jam. Pemberian
glukokortikoid diharapkan mengurangi inflamasi, deksametason dengan dosis
bolus 1 mg/kgBB kemudian diikuti 0,5-1 mg /kgBB/hari setiap 8 jam.9
6

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kondisi Saat di Rumah Sakit
3.1.1 Identitas
Nama : NPWCP
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tukad Banyu Poh Gang Mawar II
MRS : 22 Juli 2018
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juli 2018
Nomor Rekam Medis : 18014637
3.1.2 Anamnesis (Heteroanamnesis-Ibu Pasien)
Keluhan Utama
Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Triage Anak RSUP Sanglah Denpasar diantar oleh orang
tuanya pada tanggal 22 Juli 2018 pukul 01.30 WITA mengeluh sesak sejak 1,5
jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak dikatakan memberat disertai
dengan suara ngik-ngik, tanpa disertai grok-grok. Sebelumnya, pasien dikatakan
batuk dan pilek 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk dikatakan berdahak
dengan warna dahak berwarna putih, kental, dan tanpa disertai dengan darah dan
pilek dengan sekret bening dan encer. Sebelumnya, pasien sempat berobat ke
bidan pada tanggal 21 Juli 2018 pagi dan diberikan obat batuk sirup (Coparcetin)
dan diminum satu kali pada malam harinya. Keluhan dikatakan belum membaik
dan beberapa jam kemudian mengalami sesak napas. Riwayat demam dan
kebiruan disangkal oleh ibu pasien.
Pasien dikatakan muntah pada saat di triage anak sekitar satu kali dan
berisi air susu sekitar 1/3 gelas air aqua dan juga mengeluarkan lendir. Muntah
didahului sebelum batuk. Sejak sakit, pasien dikatakan nafsu makannya menurun.
Buang air kecil dikatakan normal seperti hari biasa berwarna putih kekuningan
dengan volume ¼ gelas aqua dengan frekuensi 6 kali sehari. Buang air besar
dikatakan normal seperti biasa dengan warna kuning kecokelatan, konsistensi
7

lembek, dengan frekuensi 2 kali sehari. Sejak sakit, pasien dikatakan lebih rewel
dari biasanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikatakan pernah mengalami keluhan yang sama dan dirawat di RS
pada bulan April sebanyak 1 kali dan bulan Juni sebanyak 2 kali.
Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat riwayat penyakit asma pada nenek pasien. Riwayat
alergi,penyakit jantung, tuberculosis, penyakit ginjal, diabetes, disangkal ada pada
keluarga.
Riwayat Pengobatan
Ceparcetin 1 kali, keluhan tidak membaik (21 juli 2018)
Riwayat Sosial, Pribadi, dan Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama (tunggal), dan tinggal pada daerah yang
pemukiman padat, denganventilasi yang cukup, dan sinar matahari yang bebas
masuk. Pasien tinggal dengan 8 orang di rumah dan sepupu pasien mengalami
batuk pilek namun pasien yang pertama kali mengalaminya.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir secara spontan dengan ditolong oleh dokter kandungan.
Persalinan dikatakan maju duan minggu dari taksiran dengan riwayat ketuban
pecah 2 hari sebelum persalinan. Saat lahir, pasien dikatakan segera menangis
dengan berat badan lahir 2100 gram dengan panjang badan 48 cm. Lingkar kepala
dikatakan lupa.
Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 kali
 Hepatitis B : 4 kali
 DPT : 3 kali
 Polio : 4 kali
 Campak : 1 kali
Riwayat Nutrisi:
 ASI : 0 - 6 bulan frekuensi on demand
 Susu formula : 6 bulan-sekarang frekuensi on demand
 Bubur susu : 6 bulan frekuensi 2-3 kali/hari
8

 Nasi tim : 10 bulan frekuensi 3 kali/hari


 Makanan dewasa : 12 bulan – sekarang frekuensi 3 kali/hari
Riwayat Tumbuh Kembang
 Menegakkan kepala : 3 bulan
 Membalikkan badan : 5 bulan
 Duduk : 7 bulan
 Merangkak : 10 bulan
 Berdiri : 12 bulan
 Berjalan : 13 bulan
 Bicara : 15 bulan

3.1.3 Pemeriksaan Fisik (24/07/2018)


Status Present:
Kesan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 116 x/menit, regular, isi cukup
Respirasi : 48 x/menit
Suhu Aksila : 36,6°C
TD :-
Status Antropometri:
Berat badan lahir : 2100 gram

Panjang badan lahir : 48 cm

Berat badan sekarang : 10 kg

Tinggi badan : 81 cm

Lingkar kepala : 43 cm

Lingkar lengan atas : 13 cm

Berat badan/umur : z-score -2 s/d 0

Tinggi badan/umur : z-score -2 s/d 0


9

Berat badan/tinggi badan : z-score -1 s/d 0

Berat Badan Ideal : 10,5 kg

Waterlow : 95% (Gizi Baik)

Status General:
- Kepala : normocephali.
- Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor,
- THT : nafas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Mulut : lidah kotor (-), sianosis (-), bibir kering (-)

Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)

- Thoraks
Cor
Inspeksi : precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill (-)
Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis,
retraksi (-)
Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan
(-)
Perkusi : suara sonor +/+
Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-
- Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit
kembali cepat
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-).
10

- Extremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-), CRT < 2
detik.
- Genitalia Eksterna :perempuan
- Kulit : kutis marmorata (-).
3.1.5 Diagnosis Kerja
Bronkiolitis derajat sedang + gizi baik
3.1.6 Penatalaksanaan
- Oksigen nasal kanul 2 lpm
- Salbutamol inhalasi 0,1 mg/kg/kali (1 ml ditambahkan NaCl 3% sd 4 ml tiap 6
jam)
- Dexamethason bolus IV 1 mg/kg/kali (10 mg, dilanjutkan 6 jam kemudian
dengan 3,5 mg tiap 8 jam (IV) selama 5 hari
- Ambroxol 0,5 mg/kg/kali (5 mg tiap 8 jam, oral)
3.1.7 Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam.
Ad fungsionam : dubius ad bonam.
Ad sanationam : dubius ad bonam.
11

BAB IV
KUNJUNGAN RUMAH
4.1 Kondisi Saat Kunjungan Rumah
4.1.1 Identitas
Nama : NPWCP
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Tukad Banyu Poh Gang Mawar II
Tanggal Kunjungan : 5 Agustus 2018

4.1.2 Anamnesis (Heteroanamnesis – Ibu Pasien)


Riwayat Penyakit Saat ini
Pada saat kunjungan, kondisi pasien baik. Keluhan batuk dan sesak sudah tidak
ada. Gerak pasien aktif dan minum dikatakan baik. Keluhan lain seperti demam
dan batuk tidak ada.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien dirawat di RSUP Sangah karena bronkiolitis. Riwayat penyakit lain seperti
batuk-batuk, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, dan penyakit sistemik lainnya
disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien. Riwayat demam,
batuk-batuk, dan penyakit menular lain disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat Pribadi / Sosial / Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama. Sehari-hari pasien diasuh oleh ayah dan ibu
kandung pasien di rumah. Pasien mendapatkan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
saja, kemudian dilanjutkan dengan pemberian susu formula setelah usia 2 tahun
dan makanan tambahan lainnya. Saat ini, pasien sehari-harinya mengonsumsi
makanan padat berupa nasi, lauk, dan sayur – sayuran yang dimasak oleh ibunya
di rumah. Dikatakan orang tua pasien, makanan yang dikonsumsi sehari-hari
biasanya dimasak sendiri, dan kadang membeli di warung makan yang ada di
sekitar tempat tinggalnya. Tempat tinggal pasien berupa rumah yang terletak di
sebuah gang kecil di daerah Panjer, Denpasar. Pasien tinggal dalam satu kamar
12

dengan ibu, ayah, dan saudaranya. Keluarga pasien termasuk dalam kategori
keluarga menengah ke bawah. Ayah pasien bekerja sebagai cleaning service dan
gojek, sedangkan ibu pasien tidak bekerja. Selain itu pasien juga tinggal bersama
paman dan istrinya. Riwayat bronkiolitis pada tetangga lain tidak diketahui ibu
pasien. Jarak tempat tinggal pasien dengan lingkungan tetangganya hanya
dipisahkan oleh tembok pemisah antar rumah pada tempat tinggalnya. Di depan
rumah pasien terdapat sebuah jalan kecil yang di depanya terdapat beberapa
tumbuhan liar serta barang- barang bekas yang kurang tertata rapi. Pada tempat
tinggal pasien terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Pasien tidur
bersama ayah dan ibu di kamar utama. Sumber air rumah dikatakan adalah air
PAM, sumber air minum dari air minum dalam kemasan yang dibeli di distributor
air minum langganan pasien, dan penerangan dari listrik PLN. Ibu pasien
mengaku membersihkan rumah tiap hari dan terlihat suasana rumah pasien cukup
rapi. Barang-barang rumah tangga terlihat cukup tertata dengan rapi. Kebersihan
kamar mandi juga cukup terjaga dan tidak berbau. Ibu juga rajin membersihkan
dapur sehingga terlihat bersih dan tidak berbau sampah sisa makanan. Ventilasi
dan pencahayaan matahari terlihat kurang karena jendela hanya berada di bagian
depan rumah pasien. Dalam satu rumah juga terdapat saudara sepupu pasien yang
berasal dari Nusa Penida. Salah satu anggota keluarga yaitu saudara dari ibu
pasien adalah seorang perokok aktif, hampir setiap hari dia merokok 1 bungkus.
Asap rokok secara pasif terhirup oleh pasien karena tinggal dalam satu rumah.
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan dengan persalinan normal pada usia kehamilan cukup bulan.
Berat badan lahir 2100 gram, panjang badan dan lingkar kepala pasien saat lahir
dikatakan lupa. Saat lahir pasien dikatakan segera menangis dan tanpa kelainan
bawaan.
13

Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 kali
 Hepatitis B : 4 kali
 DPT : 3 kali
 Polio : 4 kali
 Campak : 1 kali

Riwayat Nutrisi
 ASI : 0 - 6 bulan frekuensi on demand
 Susu formula : sejak usia 6 bulan-sekarang frekuensi on demand
 Bubur susu : sejak usia 6 bulan frekuensi 2-3 kali/hari
 Nasi tim : sejak usia 10 bulan frekuensi 3 kali/hari
 Makanan dewasa : sejak usia 12 bulan – sekarang frekuensi 3 kali/hari

Food Recall 24 Jam


 Susu formula 5 x 100cc
 Nasi putih 3 x 100 gram
 Daging ayam 3 x 30 gram
 Sayur – sayuran 3 x 25 gram
 Air mineral 600 cc.
Riwayat Tumbuh Kembang
 Aspek personal sosial : kesan normal
- Menatap wajah : 1 bulan
- Membalas senyuman : 1,5 bulan
- Tersenyum spontan : 1,5 bulan
- Mengamati tangannya : 3 bulan
 Aspek motorik halus-adaptif : kesan normal
- Mengikuti gerakan benang ke garis tengah : 1 bulan
- Mengikuti gerakan benang lewat garis tengah : 2 bulan
- Memegang kericikan : 3 bulan
- Mengikuti gerakan benang sampai 180º : 3 bulan
- Mengamati manik-manik : 4 bulan
14

 Aspek bahasa : kesan normal


- Bereaksi terhadap bel : 1 bulan
- Bersuara : 1 bulan
- Bersuara ooo/aah : 2 bulan
- Tertawa : 3 bulan
- Berteriak : 4 bulan
- Menoleh ke bunyi kericikan : 4 bulan
 Aspek motorik kasar : kesan normal
- Kepala terangkat 45º : 1 bulan
- Kepala terangkat 90º : 2 bulan
- Duduk kepala tegak : 3 bulan
- Berdiri menumpu badan pada kaki : 3 bulan
- Dada terangkat bertumpu pada lengan : 4 bulan
- Membalikkan badan : 4 bulan
- Bangkit duduk kepala tegak : 4 bulan

Ibu pasien selalu menstimulasi pasien dan saudara kembarnya dengan cara
mengajak berbicara dan bermain dengan pasien. Perkembangan pasien dikatakan
normal. Tidak ada keterlambatan pada perkembangan pasien.

4.1.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present:
Kesan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 113 x/menit, regular, isi cukup
Respirasi : 38 x/menit
Suhu Aksila : 36,7°C
TD :-
Status Antropometri:
Berat badan lahir : 2100 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Berat badan sekarang : 10 kg
15

Tinggi badan : 81 cm
Lingkar kepala : 43 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Berat badan/umur : z-score -2 s/d 0
Tinggi badan/umur : z-score -2 s/d 0
Berat badan/tinggi badan : z-score -1 s/d 0
Berat Badan Ideal : 10,5 kg
Waterlow : 95% (Gizi Baik)

Status General:
- Kepala : normocephali.
- Mata : anemia -/-, ikterus -/-, Refleks Pupil +/+ isokor,
- THT : nafas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
Mulut : lidah kotor (-), sianosis (-), bibir kering (-)

Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)

- Thoraks
Cor
Inspeksi : precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill (-)
Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis,
retraksi (-)
Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan
(-)
Perkusi : suara sonor +/+
Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/-
- Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
16

Auskultasi : bising usus (+)


Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit
kembali cepat
Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-).
- Extremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-), CRT < 2
detik.
- Genitalia Eksterna :perempuan
- Kulit : kutis marmorata (-).

4.1.4 Daftar Masalah (Problem List)

Bronkiolitis yang terjadi pada pasien ini kemungkinan disebabkan oleh


adanya faktor risiko lingkungan paparan asap rokok dari salah satu anggota
keluarga, asap rokok dari lingkungan dalam rumah pasien terhirup secara pasif
oleh pasien yang akan mengganggu sistem pernapasan pasien sehingga bisa
memperburuk penyakit pasien. Selain itu kepadatan penghuni rumah dimana
dalam satu rumah tinggal 2 anggota keluarga, hal ini akan menyebabkan
mudahnya penularan penyakit pernapasan atau infeksi yang bisa menyebabkan
bronkiolitis.

4.2 Analisis Kasus

4.2.1 Kebutuhan Dasar Anak


a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

-Kebutuhan pangan/gizi

Pasien mendapat ASI namun tidak sampai usia 2 tahun dan dilanjutkan dengan
pemberian susu formula dan makanan tambahan lainnya. Pasien mengalami
peningkatan berat badan yang sesuai dengan umur dan jenis kelamin dan
didapatkan status gizi baik menurut Waterlow pada pasien.

-Sandang

Keperluan sandang cukup diperhatikan oleh keluarga. Mereka membeli pakaian


baru saat ada uang lebih. Dari pengamatan, kebersihan dari pakaian penderita dan
17

keluarganya cukup diperhatikan, karena ibu mencuci pakaian anak dan anggota
keluarga lainnya setiap 2 hari.

-Papan

Penderita tinggal Jl. Tukad Banyu Poh Gang Mawar no 2, Panjer, Denpasar. Di
sekitar rumah terdapat halaman kecil berisi kendaraan penghuni kos, tanaman-
tanaman liar, galon-galon untuk diisi ulang karena saudara pasien mempunyai
warung kecil di depan rumah. Pasien sehari-hari tidur bersama di kamar kos
berukuran 5x10 meter dengan dinding semen yang dilapisi cat, lantai dari keramik
dengan ventilasi dan pencahayaan matahari yang kurang karena hanya terdapat 1
jendela kecil di bagian depan kamar pasien. Kamar kos tersebut terdiri dari 2
tempat tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Sumber air adalah air PAM, sumber air
minum dari air minum isi ulang yang dibeli dari distributor air minum langganan
pasien, dan sumber penerangan dari listrik PLN. Kamar mandi dan dapur terkesan
bersih.

-Perawatan kesehatan dasar


Perawatan kesehatan dasar cukup diperhatikan. Anak mendapat ASI namun tidak
sampai 2 tahun pemberian. Anak sejauh ini mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.
Orangtua biasanya membawa pasien berobat ke puskesmas dekat rumah jika
pasien sakit.

-Keluarga
Pasien tinggal bersama ibu, ayah dan saudaranya di sebuah kamar kos dengan
kebersihan rumah yang cukup namun kebersihan lingkungan sekitar yang tidak
terlalu bersih. Pasien tidur di kamar berukuran 3m x 4m dengan kondisi kamar
yang cukup rapi dengan lantai yang rutin dibersihkan.

-Lingkungan rumah
Di depan rumah pasien terdapat halaman kecil tempat memarkir motor dan
menjemur pakaian yang langsung berbatasan dengan jalan kecil di depan
rumahnya. Di sekitar rumah pasien juga tidak ditemukan adanya selokan yang
tergenang yang agak kotor airnya. Secara umum kondisi lingkungan sekitar rumah
18

pasien tampak kurang bersih. Hal ini dibuktikan dengan adanya halaman kecil
yang dipenuhi tumbuh-tumbuhan liar dan selokan yang tergenang.

-Waktu bersama keluarga


Pasien tinggal bersama ibu, ayah dan saudaranya. Ayah pasien bekerja sebagai
cleaning service dan gojek, sedangkan ibu pasien tidak bekerja. Orang tua masih
punya banyak waktu untuk menemani pasien. Saat ayah pasien bekerja, ibu pasien
biasanya hanya tinggal di rumah dan mengasuh anaknya.

b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)


 Hubungan emosi dengan orang tua
Orang tua tampak menyayangi pasien dan sangat memperhatikan anak-
anaknya yang masih kecil.
 Hubungan kasih sayang dengan orang tua
Hubungan orang tua dan pasien tampak baik. Kedua orang tua pasien
selalu menyempatkan diri untuk memberikan perhatian kepada anak-
anaknya.

c. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)


Ibu dan ayah membantu anak dalam proses perkembangan anak. Sejak
kecil orang tua memberikan stimulasi kepada anak di rumah yang masih kecil.
Anak kadang-kadang dibelikan mainan dan juga diajak untuk belajar berbicara
dan bermain. Ibu pasien juga mengajak anaknya berbicara untuk menstimulasi
anak agar dapat berbicara.

4.2.2 Analisis Bio-Psiko-Sosial

-Biologis

Secara fisik pasien tampak sehat, namun status gizi pasien tergolong baik. Status
gizi menurut Waterlow 95%. Pada saat kunjungan didapatkan hasil dalam kriteria
gizi baik. Pasien tidak mendapat ASI eksklusif hingga usia 2 tahun, selain itu
asupan minum tercukupi oleh susu formula dan makanan tambahan lainnya.

-Psikologis
19

Pasien mendapat cukup perhatian dari kedua orang tuanya terutama masalah
kesehatannya. Orang tua terutama ibunya tetap menjaga dan memperhatikan
kesehatan pasien, serta segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat jika
anak mengalami sakit

-Sosial
Penyakit yang diderita pasien mempengaruhi aktivitas pasien pada saat sakit.
Pasien saat ini dikatakan kembali aktif seperti sebelum sakit. Pasien dikatakan
anak yang aktif dan sering bermain sendiri ataupun bersama anak-anak
seumurannya di depan kos.

-Lingkungan Rumah
Dalam satu kamar kos pasien tinggal bersama ibu, ayah dan saudaranya. Pasien
tidur bersama ayah dan ibu di kamar utama. Sumber air rumah dikatakan adalah
air PAM, sumber air minum dari air minum isi ulang, dan penerangan dari listrik
PLN. Kebersihan rumah tampak baik karena ibu membersihkan rumah hampir
setiap hari. Toilet dan dapur cukup bersih dan tidak berbau. Barang-barang rumah
tangga terlihat cukup tertata dengan rapi. Ventilasi dan pencahayaan matahari
terlihat kurang karena jendela hanya terdapat 1 buah berukuran kecil di bagian
depan kamar pasien. Lingkungan sekitar rumah pasien terlihat kurang bersih
karena terdapat halaman kecil yang dipenuhi kendaraan penghuni kos, genangan
selokan, dan tumpukan galon yang tidak tertata rapi.

4.2.3 Faktor risiko

Salah satu penyebab dan faktor risiko terjadinya bronkiolitis adalah


kemungkinan disebabkan oleh lingkungan paparan asap rokok dari salah satu
anggota keluarga, asap rokok dari lingkungan dalam rumah pasien terhirup secara
pasif oleh pasien yang akan mengganggu sistem pernapasan pasien sehingga bisa
memperburuk penyakit pasien. Selain itu kepadatan penghuni rumah dimana
dalam satu rumah tinggal 2 anggota keluarga, hal ini akan menyebabkan
mudahnya penularan penyakit pernapasan atau infeksi yang bisa menyebabkan
bronkiolitis.
20

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Pasien dalam kondisi baik setelah keluar dari rumah sakit dimana keluhan saat
berobat ke rumah sakit sudah tidak ada. Saat ini pasien mampu beraktivitas seperti
saat sebelum pasien masuk Rumah Sakit.
2. Lingkungan sekitar rumah pasien terlihat kurang bersih karena terdapat
halaman kecil yang dipenuhi kendaraan penghuni kos, genangan selokan, dan
tumpukan galon yang tidak tertata rapi.
3. Salah satu penyebab dan faktor risiko terjadinya bronkiolitis adalah lingkungan
yaitu paparan asap rokok dari salah satu anggota keluarga Selain itu kepadatan
penghuni menyebabkan mudahnya penularan penyakit pernapasan atau infeksi
yang bisa menyebabkan bronkiolitis.
4. Telah diberikan edukasi kepada orang tua mengenai penyakitnya, bahwa salah
satu faktor risiko terjadinya bronkiolitis adalah faktor lingkungan. Pentingnya
untuk menjaga agar lingkungan bersih dan selalu menjauhkan anak dari penderita
penyakit saluran pernapasan.

5.2 Saran
ASUH
 Meningkatkan kebersihan dan sanitasi rumah.
 Memastikan lingkungan yang bebas asap rokok dan penderita infeksi saluran
pernapasan dapat mengurangi kejadian bronkiolitis pada anak.

ASIH
 Meningkatkan kekompakan dalam memberikan kasih sayang kepada anak.
 Meningkatkan kewaspadaan dalam pertumbuhan dan perkembangan pasien.

ASAH
21

 Membelikan anak mainan dan juga diajak untuk belajar berbicara dan bermain
untuk membantu perkembangan anak.
 Mengajari anak sedini mungkin untuk membiasakan diri hidup sehat.
22

DAFTAR PUSTAKA

1. Watts KD, Goodman DM. Wheezing in infants: Bronchiolitis. In:


Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, editors. Nelson textbook of
pediatrics. 19th ed. WB Saunders.2011: 1456-9.
2. American Academy of Pediatric. Diagnosis and Management of
Bronchiolitis. Pediatrics. 2006;118 (4).
3. World Health Organization. Pocket book of hospital care for children:
Guidelines for the management of common childhood illnesses. 2nd ed.
2013.
4. Welliver RC. Bronchiolitis and infectious asthma. In: Feigin RD, et al.
Feigin Textbook of Pediatric Infectious Disease. 6th ed. WB
Saunders.2009: 277-85.
5. Said, M. Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalan Rangka Pencapaian
MDG4. Kemenkes RI: Buletin Jendela Epidemiologi. 2010; 3: 2087-1546.
6. MS, Sidhartani M, Wastoro D. Pulmonologi anak. Dalam : Hartantyo I,
Susanto R, Tamam M dkk. Pedoman pelayanan medik anak edisi kedua.
Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 1997: 83 – 85.
7. Mansjoer, Suprohaita, dkk. Bronkiolitis akut. Dalam : Kapita selekta
kedokteran jilid 2. Jakarta. Media Ausculapius FK UI. 2000: 468 – 469.
8. Sidhartani M. Bronkiolitis. Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi
pertama. Jakarta. UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2008: 333-347.
9. Zorc JJ, Hall CB. Bronchiolitis: Recent Evidence on Diagnosis And
Management. Paediatrics. 2010; 125: 342-49.
10. Friedman JN, Rieder MJ, Walton JM, Canadian Paediatric Society, Acute
Care Committee, Drug Therapy and Hazardous Substances Committee CP,
Committee AC, Committee DT and HS. Bronchiolitis: Recommendations
for diagnosis, monitoring and management of children one to 24 months of
age. Paediatric Child Health. 2014;19(9):485–98.
11. (UK) NCC for W and CH. Bronchiolitis: Diagnosis and Management of
Bronchiolitis in Children. Bronchiolitis: Diagnosis and Management of
23

Bronchiolitis in Children. National Institute for Health and Care


Excellence (UK). 2015.
24

LAMPIRAN
Kondisi Rumah Pasien

Gambar 1. Kondisi Lingkungan rumah Gambar 2. Kondisi Rumah Pasien


pasien

Gambar 3. Kondisi Kamar Pasien Gambar 4. Kondisi Kamar Mandi


Pasien

Gambar 5. Proses Kunjungan Lapangan

Vous aimerez peut-être aussi