Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB III

LAPORAN KASUS

A. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


I. PENGKAJIAN

1. Data Klinis
 Inisial Nama : Ny.P
 No. MR : 974874
 Usia : 60 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Petani
 Alamat : Malagam batu gadang, pariaman
 Diagnosa medis : Post op laparatomi eksplorasi ec perforasi gaster
 Penanggung jawab : Anis
 Hubungan dg pasien : Anak
 Tanggal kedatangan : 04-04-17 (22:05 WIB)
 Tanggal Operasi : 05-04-17
 Tanggal pengkajian : 06-04-17

2. Riwayat Keperawatan
 Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien wanita (60 th) Masuk Rsup Dr.M.jamil pada tanggal 04-04-2017 melalui
IGD dengan keluhan nyeri hebat di seluruh bagian perut, terasa melilit dan
terkoyak awal mula nyeri di rasakan sejak 2 hari sebelum masuk RS, nyeri
bertambah hebat dan dirasakan terus menerus sejak 4jam SMRS, nyeri tidak
hilang dengan istirahat, mual (+), muntah 4x. BAB (-) Flatus (-) BAK (normal).
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06-04-17, pasien post op
laparatomi eksplorasi atas indikasi peritonitis hari ke-1. Pasien baru dipindahkan
dari ruang RR ke ruang rawat CW. Pasien mengeluhkan nyeri di area perut lokasi
luka operasi, nyeri yang dirasakan skala 6. tampak lemah, panjang luka _+15cm,
pasien mengatakan susah untuk merubah posisi tidur. terpasang drain : volume
25cc warna merah, terpasang infus (cairan clinimix 28tts/m), terpasang kateter :
volume urine 300cc, terpasang NGT Diit MC/ oral 6x30cc. BAB post op (1x :
3jam yang lalu), konsistensi lembek pasien menggunakan diapers.

 Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit dan belum pernah
penjalani operasi sebelumnya, pasien mengatakan menderita penyakit maag sejak
kurang lebih 15 tahun terakhir, minum obat maag hanya jika perut terasa perih
(promaag tablet) tidak ada makanan pantangan, pasien suka makan pedas, jadwal
makan tak teratur. Selain itu, pasien juga mengatakan 3 bulan yang lalu pernah
berobat kepuskesmas dengan keluhan sakit pada kaki dan sendi dan diagnosis
rematik, sejak saat itu klien pun mengkonsumsi obat rematik (pasien tidak ingat
nama obat).
Riwayat hipertensi (tidak ada).
Riwayat DM (-)

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan anggota keluarga rata-rata menderita sakit
maag.Namun tidak ada yang menjalani operasi seperti pasien saat ini.
Ket :
: pasien
: anggota keluarga yang menderita Maag
: tinggal serumah dengan pasien
: meniggal

3. Pengkajian fungsional gordon


1) Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : pasien mengatakan awalnya sakit yang dirasakan
hanya biasa saja, karna biasanya dengan minum obat maag beberapa saat nyerinya
bisa berkurang. Pasien mengatakan tidak menyangka bahwa penyakitnya separah
ini.
Penanganan kesehatan : pasien mengatakan jika sakit penanganan awal adalah
dengan minum obat yang biasa ia beli diwarung (promaag) Namun setelah 2 hari
SMRS nyeri makin terasa berat, tidak ada perubahan, muntah-muntah : 4kali,
kemudian dibawa berobat ke RSUD pariaman kemudian lansung dirujuk ke
RSUP.
2) Pola Nutrisi/ Metabolisme
Sebelum sakit : pasien mempunyai riwayat makan tidak teraur. beberapa hari
sebelum masuk RS, pasien mengatakan nafsu makan berkurang, mual (+) muntah
(+), penurunan BB dalam 6 bulan terakhir tidak diketahui.
Saat ini : pasien tampak lemah, mual (+) muntah (-), mendapatkan terapi cairan
clinimix 28 tetes/m. Diit MC 6x30Kkal.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB normal 1x perhari, kadang per 2 hari, diare (-), darah (-) .
Konstipasi (-). BAK normal, volume 4-5 x/hari.
Setelah sakit : terpasang kateter urine volume 300cc/ 6jam. Warna kuning jernih.
BAB post op 1 x , konsistensi lembek. Darah (-).
4) Pola Aktifitas/ Istirahat
Sebelum sakit : tidak ada masalah dalam aktivitas. Pasien sehari-hari berkebun.
Setelah sakit : pasien hanya berbaring ditempat tidur. Badan terasa lemah dan
susah berganti posisi akibat nyeri pada luka operasinya. Pasien dalam melakukan
aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar
pasien.
5) Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : istirahat tidur tidak ada masalah, tidur malam -+ 7 jam. Tidur
siang -+2jam
Setelah sakit : tidur kurang nyenyak, akibat nyeri pada area luka operasi, tidur
malam -+6jam. Tidur siang -+2jam. Kualitas tidur sebentar-bentar terbangun.
6) Pola Kognitif – Persepsi
Pola kognitif : Pasien dalam keadaan sadar, bicara normal, pasien menggunakan
bahasa daerah dalam kumonikasi sehari-hari, Pemahaman baik. Tidak ada
masalah gangguan pendengaran
Persepsi : Pasien mengatakan terasa nyeri dibagian luka operasi, meningkat saat
bergerak, terasa berdenyut-denyut, skala 6. Nyeri hilang-timbul.
7) Pola Persepsi – Konsep Diri
Persepsi : Pasien mengatakan cemas dengan kondisi kesehatan nya saat ini, dan
takut jika tidak bisa pulih seperti semula.
Konsep diri : pasien mengatakan sakitnya adalah cobaan dan berharap ALLAH
menyembuhkan sakitnya.
8) Pola Peran Hubungan
Pasien adalah seorang janda, pasien tinggal serumah dengan ke tiga cucunya,
selama dirawat pasien ditemani oleh cucunya. Hubungan pasien dan keluarga
baik.
9) Pola Seksualitas/ Reproduksi
Klien mempunyai 3 orang anak, masalah seksualitas (-).
10) Pola Koping – Toleransi Stres
Pasien menyatakan bahwa kondisinya saat ini membuatnya merasa cemas,
pasien khawatir tentang kondisi kesehatannya, takut bagaimana bisa beraktivitas
normal seperti semula.
Pasien mengatakan bersyukur selama sakit kelurga nya bergantian menemani
dirumah sakit, sehingga pasien merasa banyak yang sayang padanya. Pasien juga
megatakan mencemaskan bagaimana untuk perawatan selanjutnya.
11) Pola Keyakinan – Nilai
Pasien beragama islam, tidak ada pantangan dalam ibadah. Pasien juga
meyakini bahwa kesembuhan milik allah, dan pasien berharap allah memberikan
ia kesembuhan dari sakitnya.

4. Pemeriksaan Fisik
a) Vital Signs
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 98x /Menit, nadi teraba keras, irama teratur.
Suhu : 37.0
RR : 20 x / m
b) Head to Toe
Tabel 3.1
Status Pemeriksaan Fisik
Kepala Ins: rambut beruban, rontok dlm kewajaran, distribusi merata. Kulit
kepala bersih
Pal : tidak ada nyeri, luka/massa (-)
Mata Ins : simetris ka-kiri. Konjungtiva an anemis, sklera tidak ikterik, uk
pupil 3mm/3mm isokor, reflek cahaya +/+ lensa mata keruh.
Pal : tidak ada udema palpebra
Hidung Ins : simetris kanan-kiri, lobang hidung bersih. Terpasang NGT
Pal : tidak ada sumbatan jalan nafas, benjolan (-)/masssa/polip (-)
Telinga Ins : telinga simetris kanan-kiri, serumen (-). Lesi (-)
Pal : tidak ada pembengkakan pada telinga
Per : fungsi pendengaran baik
Mulut Ins : mukosa bibir kering, mengelupas (-), pucat, stomatiitis (-) gigi
tidak lengkap (tak tampak 2 gigi geraham kanan bawah ) , gigi
palsu (-), karies (+)
Leher Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening
Gangguan menelan (-)
Paru Ins : pergerakan dinding dada simetris kanan - kiri
Pal : premitus kanan – kiri
Per : resonan
Aus : vesikuler, frek nafas 18x/m. Teratur. Ronchi -/- wheezing -/-
INs : payudara simetris
payudara Pal : tidak ada teraba massa ataupun benjolan abnormal
Jantung Ins : ictus tidak terlihat
Pal : ic teraba pada LMCS IC V , tidak ada pembesaran jantung
Per: pekak
Aus : reguler. BJ 1 BJ2. Mur2 (-) gallop (-)
Abdomen Ins : tampak luka laparatomi eksplorasi panjang -+15cm. Tampak
terpasang drain (kiri) .
Pal : nyeri tekan diarea luka. Hepar-lien tdk teraba
Perkusi : tympani
Aus : BU (+) 5x/m
Ekstremit Tangan kiri terpasang infus, cairan aminofluid 28 tts/m
as luka di ekstremitas (-).
Kekuatan otot 555 555
444 444
Akral hangat
Vaskuler CRT < 2 detik
perifer sianosis (-)
Genitalia Terpasang kateter urine : volume 350cc/6j. Warna kuning jernih.

5. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium :
Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan Hematologi (tanggal : 06-04-2017)
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Ket
1 Hb 11.9 12-16
2 Leukosit 13.120 5000-10000 N
3 HT 37 37-43 N
4 Trombosit 195.000 150000-400000 N
Tabel 3.3
Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik (06-04-2017)
No Pemeriksaan Hasil Normal Ket
1 GDS 145 <200 N
2 Albumin 2.6 3.8-5.0
3 Globulin 2.6 1.3-2.7 N
4 Natrium 137 136-145 N
5 Kalium 3.4 3.5-5.1
6 Ureum/kreat 42/0.8

5. Terapi obat
Tabel 3.4
Terapi Obat Post Operasi
No Nama Obat Dosis Rute Keterangan
1 Ketorolac 2x1 Iv Analgetik
2 Omeprazole 1x1 Iv PPI
3 Ceftriaxone 3x1 Iv Antibiotik
4 Metro Inf 3x500 Iv Antibiotik
5 Aminofluid 28tts/m iv Cairan asam amino,
elektrolit dan air

Tabel 3.5
Terapi Obat Pulang
No Nama obat Dosis Rute Keterangan
1 Pct 3x1 oral Analgetik +
antipiretik
2 Metronidazole 3x1 oral antibiotik
3 Ciprofloksasin 2x1 oral antibiotik
6. Diagnosa medis
Post laparatomi atas indikasi Peritonitis Ec Perforasi Gaster

II. Analisa Data


Data yang diperoleh dari hasil pengkajian dianalisa utnk menentukan masalah
keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6 analisa data


NO DATA DIAGNOSA
1 Ds : Pasien mengatakan nyeri di area luka Nyeri akut b/d agen cidera
post op, badan terasa lemas, sulit
mengganti posisi karna nyeri,
meningkat saat bergerak, terasa
seperti tersayat-sayat dan berdenyut,
di area luka post op (abdomen), skala
7 waktu nyeri datang tak menentu.
Do : - Perilaku ekspresif; gelisah, merintih,
meringis, dan menghela napas
panjang
- Nadi cepat dan reguler
- HR 98x/m TD 130/90
- Tampak bergerak hati-hati dan
melokalisir nyeri
- Perubahan tonus otot dengan
rentang lemas
- Perubaan selera makan
- Gangguan tidur, mata terlihat
layu, gerakan tidak teratur atau
tidak menentu dan menyeringai.

2 Ds : - Pasien mengatakan semenjak sakit Nutrisi kurang dari


makan kurang, badan lemas, mual (+), kebutuhan tubuh b/d
muntah saat ini tidak ada (-) , air liur Ketidak mampuan untuk
terasa pahit. mencerna makanan atau
Do : - Pasien tampak lemah menyerap nutrient akibat
- Hb 11.9 gr/dl. Kalium 3.2 factor biologis, psikologis
- Alb: 2.6 g/dl atau ekonomi
- TB : 155cm / BB : 48kg
- BMI : 18.3 (Kategori kurus)
- Terpasang Ivfd aminofluid 28t/m
- Terpasang NGT
- Kurang pengetahuan tentang
kebutuhan nutrisi

3 Faktor resiko : ketidakadekuatan pertahanan Resiko infeksi bd


sekunder. ketidakadequatan
- usia pasien 63 tahun pertahanan primer dan
- Leokosit 13.120 sekunder
- Adanya prosedur invasif luka
laparatomi ec perforasi gaster (P : -+
15cm)
- BB underweight
- Terpasang drain (25cc) warna merah.
- Adanya penyakit kronis
- Takut mobilisasi dan berganti posisi
4. DS : - Pasien mengatakan cemas dengan Kecemasan b/d kurang
kondisi kesehatannya saat ini pengetahuan
- Pasien mengatakan cemas apakah ia
bisa sembuh seperti sedia kala.
Pasien tidak tau tentang perawatan
pasca operasi
Do : - pasien tempak cemas dan gelisah
- Pasien banyak bertanya tentang
kondisinya.
- Fokus kepada diri sendiri
- Score HARS : 21 (ansietas sedang)
skor tinggi pada poin perasaan
ansietas, g.tidur, fokus berkurang,
gejala somatik kelemahan, dan
tingkah laku saat wawancara.

III. Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, maka rumusan diagnosa keperawatan

berdasarkan NANDA (2014) adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut b/d agen cidera mekanik post insisi bedah

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidak mampuan untuk mencerna

makanan atau menyerap nutrient akibat factor biologis, psikologis atau

ekonomi.

c. Resiko infeksi bd ketidakadequatan pertahanan primer dan sekunder

d. Kecemasan b/d kurang pengetahuan


IV. Implementasi keperawatan

Merupakan tahap untuk melaksanakan intervensi yang telah direncanakan

sesuai diagnosa keperawatan yang ditegakan dan evaluasi Merupakan tahap

unntuk mengevaluasi atau memberi penilaian terhadap implementasi yang telah

dilakukan. Sehingga nantinya dapat ditentukan intervensi apa yang akan

dilanjutkan atau dihentikan.

Implementasi keperawatan dilakukan selama 6 hari yang dimulai pada hari

Kamis tanggal 06 April- 11 april 2017 sampai (Implementasi dapat dilihat pada

lampiran 2).

V. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan selama 6 hari yang dimulai pada hari

Kamis tanggal 06 April- 11 april 2017 sampai (Implementasi dapat dilihat pada

lampiran 2).
B. Evidence Based Nursing : Pemberian Terapi Zikir dan Doa Untuk

Mengurangi Nyeri Post Operasi lapataromi

1. Persiapan

Persiapan penerepan EBN dilakukan dengan melakukan diskusi

pemberian EBN yaitu terapi zikir untuk mengatasi nyeri post operasi kepada

kepala ruangan dan ketua tim di Ruangan Bedah Wanita RSUP Dr. M.

Djamil Padang. Pasien dipersiapkan dengan memilih pasien yang selesai

melakukan operasi.

2. Pelaksanaan

Penerapan EBN dilakukan selama lima hari pada tanggal 06-11 April

2017, Namun yang dinilai adalah selama post op hari pertama dan hari

kedua setelah 6 jam diberikan ketorolac, kemudian dilakukan evaluasi dan

selanjutnya menganjurkan pasien untuk melanjutkan terapi zikir sebagai

terapi untuk mengatasi nyeri pasca operasi pada hari-hari berikutnya.

Penerapan terapi zikir dilakukan dengan cara mengatur posisi pasien

senyaman mungkin, memberikan pasien arahan sebelum dilakukan terapi

lalu pasien diminta untuk menutup mata, menarik nafas dalam, setelah itu

pasien diminta untuk membacakan zikir menggunakan media tasbih yang

sudah disiapkan. Zikir yang diucapkan adalah kalimat berupa Tasbih

(Subhanallah), Tahmid (Alhamdulillah), Takbir (Allahuakbar), Tahlil

(Laa illaha ilallah), Alhauqalah (La haula walaquawwata illa billah)


sebanyak 33 kali untuk masing-masing kalimat. Kemudian diakhiri

dengan do’a

3. Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi selama lima hari kepada pasien

didapatkan bahwa skala nyeri menurun dari skala 6 menjadi skala 2.

Pasien mengatakan merasa rileks, nyaman, dan merasa sangat dekat

dengan Allah SWT ketika melaksanakan terapi zikir dan berdoa. Pasien

mengatakan nyeri pada bekas post opersi laparatomy sudah berkurang,

walaupun nyeri masih timbul terutama jika berjalan. Akan tetapi pasien

mengatakan nyeri bisa dikontrol. Pasien mengatakan setelah dilakukan

terapi zikir, intensitas nyeri yang dirasakan pada skala ringan.

Tabel 3.5 Perubahan Skala Nyeri Pre & Post Intervensi

HARI KE PRE POST OBAT-OBATAN


Kamis, 06 April 2017 Ketorolac
6 4
Jum’at Ketorolac
07 April 2017 5 4

Sabtu, 08 April 2017 Ketorolac


5 3

Senin, 10 April 2017


4 3
Selasa 11 April 2017
3 2
Diagram 3.1

Perubahan skala nyeri pre dan post intervensi

7
6
5
4

3
2

0
H1 H2 H3 H4 H5

: Pre Test : Post Test

C. Manajemen layanan keperawatan

1. Gambaran masalah manajemen layanan

a. Winshield Survey

Ruang rawat bedah wanita (CW) memiliki 6 ruang rawat yang terdiri

dari 4 ruang rawat biasa dan 2 ruang isolasi dengan 40 kapasitas tempat tidur.

Rawat inap bedah wanita RSUP.DR.M.Djamil padang dipimpin oleh satu

orang karu dengan background pendidikan NERS/ S1 dibantu oleh 1 orang

katim dan 10 perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan D3/

Diploma.
Ruang rawat bedah wanita (CW) adalah ruang rawat IRNA Bedah

RSUP DR. M. Djamil yang merawat pasien dengan masalah gastrointestinal,

urologi, onkolosi dan bedah vaskuler. Hasil studi dokumentasi status pasien

yang dilakukan pada tanggal 03-05 April 2017 pasien yang dirawat di Bedah

Wanita (CW) didapatkan beberapa diagnosa medis terbanyak diantaranya

kasus onkologi, gastrointestinal dan Urologi. Dari diagnosa medis tersebut

kasus onkologi mendidiki urutan tertinggi dan urutan kedua tertinggi diikuti

oleh kasus bedah GI (gastrointesinal) (Rekam medis CW, 2017).

Berdasarkan winshield survey pada tanggal 05-07 April 2017 didapatkan

bahwa perencanaan pasien pulang (discharge planning) sudah dilaksanakan

namun belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan

keluarga pasien didapatkan data bahwa pasien atau keluarga tidak ada

mendapatkan pendidikan kesehatan untuk perawatan pasien di rumah secara

khusus dari perawat. Saat kepulangan pasien, pasien hanya diminta untuk

melengkapi syarat-syarat administrasi tanpa adanya edukasi langsung dari

perawat di ruangan tentang hal-hal apa saja yang harus diketahui pasien dan

keluarga saat pasien pulang dari rumah sakit.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Karu dan ketua tim pagi pada

tanggal 07 April 2017 di Ruang Rawat Bedah Wanita RSUP. Dr. M. Djamil

Padang terkait discharge planning, mengatakan discharge planning diberikan

pada saat pasien akan pulang. Dari hasil wawancara juga didapatkan data

bahwa pemberian discharge planing belum bisa dilakukan dengan optimal


karena tugas perawat pelaksana yang banyak dan jumlah pasien pulang setiap

harinya.

Sehingga discharge planning yang diberikan secara umum saja, seperti

jadwal kontrol ulang dan obat pulang. Sehingga pasien dengan rencana pulang

mengalami kurang pengetahuan terhadap penyakit yang dialaminya dan

bagaimana perawatannya. Selanjutnya berdasarkan studi dokumentasi pada

rekam medis pasien yang dilakukan pada tanggal 07 April 2017 didiapatkan

bahwa form discharge planning pada semua status pasien sudah terisi dengan

lengkap.

b. Identifikasi Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan Discharge Planning pada pasien
diruangan Bedah wanita (CW).

c. Validasi Data
Tabel 3.6 Validasi Data

Masalah Instrumen Sumber

SD O K W Karu Katim PP Pasien/


Klg

Belum optimalnya √ √ - √ √ √ √ √
pelaksanaan Discharge
Planning pada pasien
diruangan CW.
Keterangan : SD (studi dokumentasi), O (observasi),
K (kuesioner), W (wawancara).

d. Hasil Validasi Data

Validasi data dilakukan dengan menggunakan observasi dan

wawancara kepada kepala ruangan dan katim yang biasa memberikan

discharge planning pada pasien yang akan pulang. Pada observasi discharge

planning pasien post op laparatomi didapatkan penjelasan tentang jadwal

kontrol ulang dan diit makanan yang diberikan oleh ahli gizi. Namun jarang

menjelaskan tentang aktivitas, tanda infeksi, bagaimana perawatan luka

dirumah dan penongtrolan nyeri pada pasien.

Saat dilakukan wawancara dengan kepala ruangan dan katim

menyatakan bahwa discharge planning pada pasien hampir sama dengan

semua pasien yang lainnya yaitu tentang kapan jadwal kontrol ulang dan

menjaga kesehatan secara umum

e. Rumusan Masalah

Rumah masalah digunakan sebagai acuan untuk langkah - langkah

selanjutnya. Susunan rumusan masalah yang baik memiliki isi yang padat

dan jelas serta dapat memberikan petunjuk tentang kemungkinan masalah

yang terjadi melalui pengumpulan data (santoso, 2007).

Oleh karena itu, berdasarkan pengkajian, didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut:
Tabel 3.7
Rumusan Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan

Data Masalah
A Tiga dari lima pasien post laparatomy tidak mendapatkan Belum optimalnya
discharge planning tentang tanda infeksi pada luka pelaksanaan discharge
planning pada pasien post
laparatomy di ruang bedah
B Tiga dari lima pasien post laparatomy tidak mendapatkan wanita RSUP.
discharge planning tentang pentingnya konsumsi obat Dr.M.Djamil Padang
C Tiga dari lima pasien post laparatomy tidak mendapatkan
discharge planning tentang perawatan luka dirumah
D Tiga dari lima pasien post laparatomy tidak mendapatkan
discharge planning tentang pengontrolan nyeri dan
aktifitas yang dibatasi.
E Discharge planning oleh perawat lebih berfokus pada
jadwal kontrol ulang saja
F Pasien diberikan Discharge planning hanya sebagai
pendokumentasian saat pulang
G Tidak adanya media edukasi yang bisa digunakan
perawat sebagai informasi perawatan pasien saat sudah
pulang sesuai dengan komponen yang terdapat dalam
discharge planning

.
f. Fish Bone

MAN MONEY MATERIAL

 Kurangnya inovasi dalam


penyampaian discharge
planning. Belum tersedianya Tidak adanya format
 kurangnya pengetahuan anggaran untuk khusus discharge
perawat ruangan terkait pelatihan manajemen planning untuk masing -
discharge planning. pelayanan discharege masing kasus penyakit
 Beban kerja yang cukup planning berbeda pada pasien.
tinggi. Belum Optimalnya
Pelaksanaan Discharge
Planning pada pasien post
laparatomi ec peritonitis.

 Tuntutan dari masyarakat akan Tidak adanya media


pelayanan yang maksimal untuk penyampaian
Kurang
 Adanya daya saing dari rumah discharge planning
sosialisasi
sakit lainnya yang untuk pasien (seperti
memberikan pelayanan leaflet dan lembar balik)
kesehatan yang berkualitas.

MARKET MACHINE METHOD


2. Gambaran Perencanaan Manajemen Layanan

a. Analisa SWOT

Kinerja suatu organisasi ditentukan oleh faktor internal dan eksternal.

Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal : peluang (O /

opportunity) dan ancaman (T/Treat) dengan faktor internal : kekuatan

(S/Streng) dan kelemahan (W/Weaknes). Berikut analisa SWOT pada

manajemen pelayanan keperawatan :

S (Kekuatan) W (Kelemahan)
- Perawat memiliki pengetahuan - perawat kurang maksimal dalam
dan pengalaman yang baik melakukan discharge planning
- perawat untuk menerapkan sesuai SOP
discharge planning pada pasien - Sarana dan prasarana yang belum
- Adanya format discharge memadai
planning pada status pasien
- Kebijakan yang mendukung
penerapan discharge planning

O (peluang) T (ancaman)
- Misi RSUP Dr.M.Djamil padang - Adanya tuntutan yang lebih tinggi
menyelenggarakan pelayanan dari masyarakat terhadap
prima, berdaya saing, namun pelayanan keperawatan yang
masih terjangkau oleh semua profesional
lapisan masyarakat - Adanya RS swasta yang
- Adanya mahasiswa praktik profesi memberikan pelayanan yang
keperawatan yang mumpuni di lebih optimal.
RSUP Dr.M.Djamil padang.
PLAN OF ACTION (POA)

No Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu/Tgl Tempat Penanggung


Kegiatan Jawab

1 Belum Optimalnya Penyamaan Menyamakan Katim dan 26 April Irna Bedah Mahasiswa
Pelaksanaan Persepsi terkait persepsi perawat Perawat 2017 wanita (CW)
discharge planning konsep dan mahasiswa pelaksana
pada pasien post .discharge tentang
laparatomi di Ruang planning penatalaksanaan
bedah wanita (CW)
discharge
RSUP Dr. M.
Djamil Padang. planning.

Mengevaluasi Setelah melakukan Katim dan 26 April Irna Bedah Mahasiswa


penerapan evaluasi pemberian Perawat 2017 wanita (CW)
discharge discharge planning, pelaksana
planning diharapkan perawat
mampu
memperbaiki
kesalahan dan
menerapkan
pemberian discharge
planning dengan
optimal.
3, Gambaran Implementasi Manajemen Layanan

a. Tahap persiapan sosialisasi

Tahap persiapan awal yaitu sosialisasi dengan menyampaikan rencana kegiatan yang

akan dilakukan dan menyamakan persepsi tentang discharge planning sesuai SOP

yang disampaikan pada perawat. Dalam sosialisasi juga disampaikan pada masalah

yang ditemukan di ruangan terkait discharge planning dan diajukan solusi berupa

pedoman ringkas discharge planning terkait post laparatomi, bagi perawat di

ruangan.

b. Tahap pelaksanaan sosialisasi

Tahap pelaksanaan sosialisasi discharge planning dilakukan pada tanggal 26 April

2017 di ruangan perawat ruang bedah wanita RSUP DR. M. Djamil Padang.

Pelaksanaannya dimulai pada pukul 11.00 – 11.40 WIB. Metode dalam

pelaksanaannya yaitu dengan small group discussion dengan perawat yang dinas

pada hari tersebut yaitu didahului dengan penyamaan persepsi terkait konsep

discharge planning. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi discharge planning

untuk pasien post laparatomi dengan media lembar balik, leaflet dan print out

pedoman ringkas discharge planning untuk pasien post laparatomi.

c. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi menggunakan lembar observasi yang dilakukan dengan

mengobservasi kembali perawat ruangan dalam memberikan discharge planning

pada pasien. Dari hasil observasi, akan dievaluasi untuk mengetahui pelaksanaan

discharge planning oleh perawat di ruangan Bedah Wanita yaitu dengan

membandingkan data sebelum dan sesudah intervensi.


1) Evaluasi Struktur

 Waktu pelaksanaan sosialisasi secara keseluruh sesuai dengan waktu yang

direncanakan.

 Ketua tim dan perawat di Bedah Wanita(CW) hadir dalam sosialisasi.

Sedangkan kepala ruangan berhalangan hadir.

2) Evaluasi Proses

 Pelaksanaan diskusi penerapan discharge planning post laparatomi dimulai

jam 11.00 – 11.40 WIB.

 Ketua tim dan perawat di Bedah wanita (CW) mengikuti kegiatan sampai

selesai.

 Sosialisasi dilakukan juga dengan memberikan print out konsep discharge

planning, dan penyampaian pedoman ringkas discharge planning post

laparatomi dengan media leaflet.

3) Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil dilakukan selama 2 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 27 dan 28

April 2017. Setelah pelaksanaan sosialisasi, perawat ruangan mampu memahami

penerapan discharge planning post laparatomi dengan ketentuan yang ada.

4. Gambaran Evaluasi Manajemen Layanan

Setelah dilakukan implementasi tentang optimalisasi discharge planning

post laparatomi oleh mahasiswa peminatan profesi Ners maka dilakukan

evaluasi pada tanggal 2-28 april 2017 dan didapatkan perbandingan

penerapan discharge planning pre dan post sosialisasi.


1) Pre Sosialisasi

Sebelum dilakukan sosialisasi, penerapan discharge planning di ruang

bedah wanita masih belum optimal dikarenakan beberapa poin

discharge planning yang jarang diterapkan yaitu tanda infeksi pada luka,

pentingnya konsumsi obat, perawatan luka dirumah, pengontrolan nyeri

dan aktifitas yang dibatasi. Hal ini terlihat pada hasil observasi

pelaksanaan discharge planning hanya sebagai pendokumentasian saat

pulang.

2) Post Sosialisasi

Setelah dilakukan sosialisasi, pelaksanaan discharge planning post

laparatomi pada pasien/ keluarga pasien sudah optimal. Hal ini terlihat

pada hasil observasi pelaksanaan discharge planning dimana Pada

evaluasi dari tanggal 27-28 April Katim dan perawat memberikan

Discharge Planning pada pasien sebelum dan saat hari kepulangan

pasien.

5. Rekomendasi

Setelah implementasi dan evaluasi dilakukan oleh mahasiswa disarankan

agar petugas ruangan termotivasi untuk selalu melakukan discharge planning

dengan optimal pada pasien yang dirawat di ruangan Bedah Wanita (CW) untuk

mempercepat proses penyembuhan pasien dan mengurangi hari rawatan serta

menekan angka kunjungan berulang dengan masalah yang sama.

Vous aimerez peut-être aussi