Vous êtes sur la page 1sur 7

Makalah Seminar Tugas akhir

Pengenalan Sidik Jari Menggunakan Algoritma Pencocokan Adaptif


Berdasarkan Penjajaran Minutiae

Tri Legawa*, Achmad Hidayatno**, Imam Santoso**


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Abstract

In fingerprint matching contain several method that can used for fingerprint recognition system.One of them is
minutiae based matching. This method utilising number and location of the minutiae that different on every body so that
it could be distinguishing between one person and the other. However, in this method contain two main problem that is
image deformation and inexcact minutiae localisation.
In this final project is made a fingerprint recognition program based on minutiae matching. Program is made in
three main step, that are image enhancement, minutiae extraction, and minutiae matching. Image enhancement consist
of segmentation, normalisation, orientation estimation, ridge frequency estimation, filtering, binerization, and thinning
process. Minutiae extraction consist of minutiae detection, eliminating false minutiae, and unification of ending and
bifurcation. Minutiae matching consist of alignment step and matching step. In minutiae matching process a boundary
with two types that is fixed size and adaptive boundary are used as the reference to determines a pair of minutiae is
match or not. Determining of two fingerprint images is match or not based on percentage of number minutiae match
from those images.Testing is done using 165 fingerprint images from eleven respondents.
Testing result shows average of percentage of recognize program that using fixed size boundary is 67,88% with
the maximum value is 100% and minimum is 40%, whereas the program that using adaptive boundary has average of
percentage of recognize as big as 92,12% with maximum value is 100% and minimum value is 86,67%. Thereby, usage
of adaptive boundary make the system more robust to deformation and inexact localisation problem.

Keywords: minutiae, boundary, alignment, minutiae matching

I. Pendahuluan dengan ukuran yang berubah-ubah menyesuaikan radius


1.1 Latar Belakang minutiae dari minutiae referensi yang ditetapkan.
Dewasa ini sistem verifikasi maupun identifkasi
semakin banyak digunakan untuk berbagai aplikasi 1.2 Tujuan
mengacu pada kebutuhan akan keamanan. Meskipun Tujuan tugas akhir ini adalah:
begitu, metode konvensional masih banyak digunakan 1) Membuat suatu program aplikasi untuk mengenali
secara luas. Umumnya metode konvensional dibagi sidik jari manusia menggunakan algoritma
menjadi dua kategori yaitu sesuatu yang diketahui dan pencocokan minutiae.
sesuatu yang dimiliki. Sesuatu yang diketahui misalnya 2) Meneliti tingkat pengenalan algoritma pencocokan
pin dan password, sedangkan sesuatu yang dimiliki minutiae yang digunakan dalam mengenali citra
misalnya kunci dan kartu. Metode ini memiliki sidik jari yang diujikan.
kelemahan misalkan dengan kehilangan atau lupa yang
dapat terjadi sewaktu-waktu. Oleh karena itu sekarang 1.3 Batasan Masalah
banyak dikembangkan sistem yang mengacu pada Batasan-batasan masalah dalam tugas akhir ini
konsep biometri. antara lain:
Biometri merupakan dasar identifkasi yang 1) Minutiae yang digunakan untuk pengenalan adalah
menggunakan karakteristik alami manusia. Salah satu titik akhir (termination) dan percabangan
karakteristik manusia yang bersifat khas dan dapat (bifurcation).
digunakan untuk membedakan antara orang yang satu 2) Citra sidik jari diambil dari ibu jari tangan kanan
dengan lainnya adalah sidik jari. Sidik jari memiliki tiap responden.
pola-pola yang khas yang disebut sebagai minutiae atau 3) Saat pengakuisisian data, jari dalam keadaan bersih
titik minusi. Jumlah dan letak minutiae pada setiap dan normal.
orang berbeda-beda sehingga dapat dijadikan pembeda 4) Citra yang digunakan sebagai data uji maupun data
antara orang yang satu dengan yang lain. acuan memiliki ukuran yang sama yaitu 144x144
Pada tugas akhir ini dibuat sisem pengenalan piksel dengan tipe skala keabuan.
sidik jari berdasarkan penjajaran pola-pola minutiae. 5) Proses akuisisi data tidak terhubung langsung
Metode ini terdiri dari dua tahap yaitu penjajaran dan dengan sistem.
pencocokan minutiae. Prinsipnya, minutiae antara dua
citra sidik jari disejajarkan untuk kemudian dicocokkan II. Landasan Teori
dengan algoritma pencocokan adaptif. Pencocokan yang 2.1 Klasifikasi Sidik Jari
adaptif merujuk pada penggunaan suatu pembatas Klasifikasi sidik jari adalah membagi data pola
(boundary) pada tiap pencocokan sepasang minutiae garis alur bukit (ridge) sidik jari kedalam kelompok-

* Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro 1


** Dosen Teknik Elektro Universitas Diponegoro
2

kelompok kelas ciri yang menjadi karakteristik sidik jari 𝑦𝜑 = − 𝑥 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝑦 𝑐𝑜𝑠𝜑 ......................(3)
tersebut yaitu untuk mempercepat proses identifikasi. φ adalah orientasi tapis Gabor, f adalah frekuensi
Ada dua jenis kategori sidik jari yaitu kategori bersifat gelombang cosinus, ζx dan ζy adalah standar deviasi
umum (global) dan kategori yang bersifat khusus (lokal) dari nilai Gaussian sepanjang sumbu x dan y, dan xφ
yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, dan yφ menyatakan sumbu x dan y pada kerangka
seperti jumlah minutiae, jumlah dan posisi inti (core),
dan jumlah dan posisi delta. koordinat tapis.
Untuk sistem pengenalan sidik jari, minutiae
dapat digunakan sebagai parameter kesamaan dari dua 2.3 Ekstraksi Minutiae
buah sidik jari. Minutiae didefinisikan sebagai titik-titik Konsep Crossing Number (CN) banyak
akhir (ending) dan titik-titik awal percabangan digunakan untuk ekstraksi minutiae. Pada umumnya,
(bifurcation) dari garis-garis alur yang memberikan untuk masing-masing jendela 3x3, jika piksel sentral
informasi yang unik dari suatu sidik jari. Jumlah titik adalah 1 dan memiliki tiga piksel tetangga yang bernilai
akhir, jumlah percabangan, dan posisinya masing- 1, maka piksel sentral merupakan sebuah percabangan.
masing menjadikan suatu sidik jari memiliki ciri khusus Jika piksel sentral adalah 1 dan hanya memiliki satu
yang membedakan antara sidik jari yang satu dengan piksel tetangga yang bernilai 1, maka piksel sentral
lainnya. Dengan demikian minutiae dapat dijadikan merupakan sebuah titik akhir.
dasar penentuan dua buah sidik jari sama atau berlainan.

Gambar 1 Pola minutiae [1]


(a). Percabangan (b). Titik akhir
Sistem pengenalan sidik jari dapat Gambar 3 Konsep Crossing Number[8]
disederhanakan menjadi tiga bagian utama yaitu sensor Jarak rata-rata antar garis alur (D) juga dihitung
untuk pengambilan data, pengekstraksi minutiae, dan pada tahap ini. Jarak rata-rata antar garis alur adalah
pencocok minutiae. rata-rata jarak antara dua garis alur yang berdekatan
atau bertetangga. Nilai D dihitung dengan persamaan 4
berikut.[8]
𝒎 𝑳𝒊 𝒏 𝑳𝒋
𝒊=𝟏 𝒃 + 𝒋=𝟏 𝒌
Gambar 2 Penyederhanaan sistem pengenalan sidik jari 𝒊 𝒋
𝑫= .............................(4)
berbasis minutiae[8] 𝒎+𝒏

dengan m dan n adalah jumlah baris dan kolom citra


Pengekstraksi minutiae berfungsi untuk yang sudah ditipiskan polanya. Li dan bi adalah panjang
mengekstraksi minutiae dari sidik jari yang baris ke i dan jumlah piksel bernilai 1 pada baris ke i. Lj
bersangkutan sehingga diperoleh jumlah minutiae yang dan kj adalah panjang kolom ke j dan jumlah piksel
terdiri dari dua jenis yaitu titik akhir dan percabangan bernilai 1 pada kolom ke j.
tiga berikut indeks masing-masing minutiae pada bidang Masing-masing minutiae dikarakteristikan
gambar. dengan parameter koordinat x, koordinat y, dan
Pencocok minutiae berfungsi untuk mencocokan orientasi. Penghitungan orientasi untuk percabangan
keseluruhan minutiae dari dua buah sidik jari yang dilakukan secara khusus. Ketiga garis alur yang
dibandingkan. Hasil pencocokan berupa nilai derajat terhubung ke titik percabangan memiliki arah masing-
kesamaan dari dua sidik jari tersebut yang kemudian masing. Percabangan dibagi menjadi tiga titik akhir.
dijadikan dasar penentuan apakah kedua sidik jari Tiga titik akhir yang baru adalah tiga piksel tetangga
tersebut identik atau tidak. dari titik percabangan dan masing-masingnya bagian
dari garis alur yang terhubung ke percabangan sebelum
dipisahkan.
2.2 Tapis Gabor
Suatu bagian dari garis alur ditelusuri mulai dari
Tapis gabor dua dimensi terdiri dari ranah
titik awal yaitu titik akhiran dan panjangya sama dengan
gelombang sinusoidal dari arah dan frekuensi yang
D. Seluruh koordinat x pada titik-titik di bagian garis
dimodulasi dengan sampul Gaussian.Tapis Gabor
alur dijumlahkan. Hasil penjumlahan kemudian dibagi
simetri-genap adalah bagian nyata dari fungsi Gabor,
dengan D untuk mendapatkan sx. Kemudian sy dicari
yang diberikan dengan gelombang cosinus yang
dengan cara yang sama. Arah masing-masing titik akhir
dimodulasi dengan Gaussian. Tapis Gabor simetri genap
diperoleh sebagai berikut:[8]
didefinisikan sebagai berikut:[8]
(𝒔𝒚−𝒕𝒚)
1 x 2φ y 2φ 𝜽 = 𝒕𝒂𝒏−𝟏 ..........................(5)
G x, y; φ, f = exp − + cos 2πfxφ ..........(1) (𝒔𝒙−𝒕𝒙)
2 σ 2x σ 2y

𝑥𝜑 = 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑦 𝑠𝑖𝑛𝜑 ......................(2)


3

III. Perancangan Program 𝝈𝒚 = 𝒌𝒚 𝑭 𝒊, 𝒋 ..............(8)


Secara umum pembuatan program mengikuti alur dengan F adalah frekuensi garis alur citra, kx adalah
sesuai yang ditunjukan dalam gambar 4 berikut: konstanta untuk ζx, dan ky adalah konstanta untuk ζy.
Ukuran tapis dapat dinyatakan sebagai fungsi dari
Mulai Mulai standar deviasi sebagai berikut:[8]
𝒘𝒙 = 𝟔𝝈𝒙 .............(9)
Ambil Citra Ambil Citra 𝒘𝒚 = 𝟔𝝈𝒚 ............(10)
Sidik Jari Masukan dengan wx dan wy adalah lebar dan tinggi penapis
(mask) dari tapis Gabor, dan ζx dan ζy adalah standar
Perbaikan deviasi sampul Gaussian sepanjang sumbu x dan y.
Perbaikan Nilai lebar dan tinggi tapis ditetapkan 6 𝝈 karena
Kualitas Citra
Kualitas Citra
informasi berada diantara daerah [-3𝝈,3𝝈] menjauh
Ekstraksi Ekstraksi
dari poros y.
Minutiae Minutiae Setelah proses penapisan dilakukan binerisasi
dan penipisan pola agar minutiae pada citra dapat
Pencocokan Basis diekstraksi. Penggunaan tapis Gabor menjadikan citra
Tambah Minutiae Data keluaran tapis yaitu E(i,j) memiliki rerata nilai piksel
citra?
sama dengan nol. Jadi binerisasi dapat dilakukan dengan
Menetapkan Citra mengambil nilai ambang sama dengan nol. Kemudian
Simpan
dikenali atau pola alur bukit ditipiskan hingga hanya memiliki
tidak ketebalan satu piksel saja.

Selesai Selesai 3.3 Ekstraksi Minutiae


Setelah citra diperbaiki kualitasnya, maka
(a) Alur Pembentukan (b) Alur Pengenalan
ekstraksi minutiae dapat dilakukan. Proses ekstraksi
Basis Data
Gambar 4 Alur Perancangan Program Pengenalan Sidik Jari
dimulai dengan proses penandaan minutiae.
Penandaan minutiae dilakukan dengan cara
3.1 Citra Masukan membagi citra menjadi blok-blok citra berukuran 3x3
Citra masukan adalah citra sidik jari hasil piksel. Pendeteksian minutiae baik itu titik akhir
pemindaian sidik jari responden yang terlebih dahulu ataupun percabangan dilakukan menggunakan konsep
disimpan. Alat pemindai yang digunakan adalah crossing number.
Billionton Fingerprint Security System yang Setelah minutie dideteksi, titik-titik minutiae
menghasilkan citra sidik jari 144x144 piksel dengan palsu dihilangkan. Nilai rerata jarak antar alur bukit (D)
format bitmap. dihitung terlebih dahulu selanjutnya dihitung jarak
antara titik-akhir dengan percabangan, jarak titik akhir
3.2 Perbaikan Kualitas Citra dengan titik akhir, dan jarak percabangan dengan
Perbaikan kualitas citra dilakukan dengan proses percabangan. Apabila jarak antara dua minutiae kurang
penapisan menggunakan tapis Gabor. Tapis dari nilai D maka kedua minutiae adalah minutiae palsu
Gabor digunakan pada citra sidik jari dengan dan dihilangkan. ROI (Region of Interest) ditambahkan
mengkonvolusikan citra dengan tapis. Konvolusi piksel untuk mengakomodasi daerah yang diperlukan saja
(i,j) pada citra memerlukan nilai orientasi O(i,j) dan untuk diproses pada citra sidik jari sehingga minutiae
nilai frekuensi F(i,j) garis alur dari piksel tersebut. diluar ROI akan dianggap tidak ada.
Dengan demikian, penggunaan tapis Gabor G untuk Langkah terakhir dari ekstraksi minutiae yaitu
mendapatkan citra yang lebih baik dapat didefinisikan penyatuan titik akhir dan percabangan untuk
sebagai berikut:[8] mempermudah proses pencocokan minutiae. Tiap
percabangan diubah menjadi tiga titik akhir dengan titik
wx wy akhirnya adalah masing-masing piksel tetangganya yang
2 2
bernilai 1. Orientasi tiap titik akhir dicari dengan
E i, j = G u, v; O i, j , F i, j N i − u, j − v mencuplik titik-titik pada alur bukit yang berhubungan
w w
u=− x v=− y
2 2
dengan titik akhir tersebut sebanyak D. Orientasinya
..........(6) adalah dihitung sesuai persamaan 5. Dengan demikian
pada proses ekstraksi minutiae ini dihasilkan satu set
dengan O adalah orientasi citra, N adalah citra titik akhir dengan parameter koordinat x, koordinat y
ternormalisasi, F adalah frekuensi alur bukit citra, dan dan orientasi.
wx dan wy adalah lebar dan tinggi penapis dari tapis
Gabor. 3.4 Pencocokan Minutiae
Lebar bidang penapis, yang menentukan interval Pada proses pencocokan ini, minutiae pada citra
frekuensi yang ditanggapi oleh tapis, didefinisikan masukan dicocokkan dengan minutiae pada tiap citra di
dengan standar deviasi ζx dan ζy. Nilai ζx dan ζy dapat data acuan. Proses pencocokan meliputi dua tahap yaitu
dinyatakan dengan:[8] tahap penjajaran dan tahap pencocokan.
𝝈𝒙 = 𝒌𝒙 𝑭 𝒊, 𝒋 ..............(7)
4

berurutan. Faktor skala antara citra masukan dan


3.4.1 Tahap Penjajaran citra template dianggap sama dengan satu.
Pada tahap penjajaran, minutiae pada citra
masukan disejajarkan dengan minutiae pada tiap citra 3) Menyatakan ( xD, yD, θD )T berdasarkan parameter
template (citra di data acuan). transformasi yang telah ditentukan, sebagai minutiae
referensi. Translasikan dan rotasikan keseluruhan N
Y minutiae masukan terhadap minutiae referensi,
sesuai dengan persamaan 15.[2]
d3 alur bukit
d2 d4 template
minutiae d1 xiA cos⁡
(−∆θ) −sin⁡(−∆θ) 0 xi + ∆x − x D
template Pi
yiA = sin⁡
(−∆θ) cos⁡(−∆θ) 0 yi + ∆y − y D
θAi 0 0 1 θi − ∆θ
..............(15)
d2
dengan (xi,yi ,θi)T, ( i = 1,2,...,N ), adalah minutiae
d1
d3

masukan dan (𝑥𝑖𝐴 , 𝑦𝑖𝐴 , θ𝑖𝐴 )T adalah minutiae yang


d4 alur bukit
masukan

minutiae
masukan Qj
telah disejajarkan.
X
Gambar 5 Pengambilan titik-titik pada garis alur bukit 3.4.2 Tahap Pencocokan
minutiae[6] Diberikan P=((𝒙𝑷𝟏 , 𝒚𝑷𝟏 , 𝜽𝑷𝟏 )T,...,( 𝒙𝑷𝑴 , 𝒚𝑷𝑴 , 𝜽𝑷𝑴 )T)
menyatakan minutiae sebanyak M pada citra di data
Lebih jelasnya, anggap Rd dan RD sebagai 𝑸 𝑸 𝑸 𝑸 𝑸 𝑸
kumpulan garis alur bukit (ridge) yang terhubung acuan dan Q=((𝒙𝟏 , 𝒚𝟏 , 𝜽𝟏 )T,...,( 𝒙𝑵 , 𝒚𝑵 , 𝜽𝑵 )T)
dengan minutiae pada citra masukan dan citra template. menyatakan kumpulan minutiae sebanyak N pada citra
Algoritma penjajaran adalah sebagai berikut: masukan yang disejajarkan dengan M menurut minutiae
1) Untuk masing-masing garis alur anggota Rd, referensi yang ditentukan. Algoritma yang digunakan
tampilkan dalam bentuk diskrit satu dimensi dan adalah sebagai berikut:
cocokan dengan masing-masing garis alur anggota 1) Mengubah masing-masing titik minutiae ke sistem
RD menurut rumus sebagai berikut:[6] koordinat polar mengacu pada minutiae referensi
1 𝐿 𝑑 𝐷 yang diperoleh pada proses penjajaran. [4]
Δ𝑑 = 𝑖=0 |𝑑𝑖 − 𝑑𝑖 | .......(11)
𝐿
1 𝐿 𝑑
Δ𝛿 = 𝑖=0 |𝛿𝑖 − 𝛿𝑖𝐷 | .......(12)
𝐿
𝑟𝑖 (𝑥𝑖∗ − 𝑥 𝑟𝑒𝑓 )2 + (𝑦𝑖∗ − 𝑦 𝑟𝑒𝑓 )2
dengan L adalah jumlah titik pada dua garis alur, 𝑑𝑖𝑑 𝑦𝑖∗ −𝑦 𝑟𝑒𝑓
adalah jarak dari titik i pada alur bukit Rd ke 𝑒𝑖 = 𝑡𝑎𝑛−1 .......(16)
𝑥 𝑖∗ −𝑥 𝑟𝑒𝑓
𝜃𝑖
minutiae Qj dan 𝛿𝑖𝑑 adalah sudut antara garis yang 𝜃𝑖∗
menghubungkan titik i dengan minutiae Pi dan
orientasi dari minutiae Pi. 𝑑𝑖𝐷 dan 𝛿𝑖𝐷 memiliki
pengertian yang sama, tetapi untuk minutiae Pi. Jika (𝑥𝑖∗ , 𝑦𝑖∗ , θ𝑖∗ )T adalah koordinat dari minutiae terjajar,
nilai Δ𝑑 dan Δ𝛿 lebih kecil dari nilai ambang yang (𝑥 𝑟𝑒𝑓 , 𝑦 𝑟𝑒𝑓 , θ𝑟𝑒𝑓 )T adalah koordinat dari minutiae
ditentukan, maka kedua minutiae dapat dikatakan referensi, dan (ri, ei, θi)T adalah indeks minutiae pada
identik dan dilanjutkan ke langkah kedua, sebaliknya sistem koordinat polar (ri menyatakan jarak radian, ei
bila melebihi nilai ambang yang ditentukan maka menyatakan sudut radian dan θi menyatakan
kedua minutiae dianggap tidak identik dan orientasi minutiae mengacu pada minutiae
dilanjutkan pencocokan dengan minutiae berikutnya. referensi).
2) Memperkirakan transformasi antara dua garis alur 2) Menyatakan minutiae masukan dan template dalam
bukit. Vektor translasi (∆x, ∆y)T antara dua garis koordinat polar sebagai untai simbolik dengan
alur yang disamakan dihitung dengan:[2] menggabungkan masing-masing minutiae menurut
urutan besar sudut radiannya. [4]
𝛥𝑥 𝑥𝑑 𝑥𝐷 Pp = ((𝑟1𝑃 , 𝑒1𝑃 , 𝜃1𝑃 )T,...,( 𝑟𝑀𝑃 , 𝑒𝑀
𝑃 𝑃 T
, 𝜃𝑀 ) ) .....(17)
= 𝑑 - ...........(13)
𝛥𝑦 𝑦 𝑦𝐷
Qp = ((𝑟1𝑄 , 𝑒1𝑄 , 𝜃1𝑄 )T,...,( 𝑟𝑁𝑄 , 𝑒𝑁𝑄 , 𝜃𝑁𝑄 )T) .....(18)
d d T D D T
(x ,y ) dan (x ,y ) adalah koordinat x dan y dari
dua minutiae, yang terhubung dengan garis alur d dengan (𝑟∗𝑃 , 𝑒∗𝑃 , θ𝑃∗ ) dan (𝑟∗𝑄 , 𝑒∗𝑄 , θ𝑄∗ ) merupakan
dan D secara berurutan. Sudut rotasi ∆θ antara dua radius, sudut radian, dan orientasi minutiae
garis alur dengan persamaan 14 berikut.[2] ternormalisasi mengacu pada minutiae referensi.
3) Mencocokan untai Pp dan QP yang dihasilkan
1 𝐿
Δθ = 𝑖=0( γi − Гi ) ..........(14) dengan algoritma pencocokan untai.
𝐿
4) Memilih jumlah minutiae cocok terbesar untuk
menentukan nilai kecocokan.. Hitung nilai
dengan L adalah panjang minimal dari dua garis alur
kecocokannya.
d dan D, γi dan Гi adalah sudut radian dari titik ke i
pada garis alur terhadap minutiae referensi yang
terhubung dengan dua garis alur d dan D secara
5
𝜷
es = ........................(24)
Beberapa algoritma pencocokan untai sudah 𝒓𝟐

dikembangkan. Biasanya, pencocokan untaian


dengan rb, ra, eb, dan ea adalah nilai minimum dan
dilakukan dengan menempatkan suatu pembatas yang
maksimum Δe dan Δr yang merupakan ukuran sudut
mengitari minutiae. Apabila ada sepasang minutiae
dan radius pembatas, sedangkan r adalah radius
berada di dalam pembatas maka kedua minutiae dapat
minutiae terhadap minutiae referensi. α dan β adalah
dikatakan sama atau cocok. Penggunaan pembatas dapat
tetapan yang ditentukan terlebih dahulu. Dalam
menghasilkan toleransi kesalahan tertentu.
menentukan nilai-nilai parameter pembatas perlu
Pembatas yang berukuran tetap (fixed sized
diperhatikan bahwa jarak terjauh antara minutiae dan
boundary) memiliki ukuran sudut radian dan radius
pembatas yaitu dm seperti terlihat pada gambar 6 tidak
tetap. Ukuran pembatas dinyatakan sebagai berikut:[6]
boleh lebih dari nilai rerata jarak antar alur bukit (D).
Δe = eH – eL ..............(19) Hal ini karena pada saat ekstraksi minutiae, dua
minutiae dengan jarak lebih dari D merupakan minutiae
Δr = rH – rL ..............(20) yang berbeda.
Tujuan digunakannya pembatas adaptif daripada
eH dan eL menyatakan batas atas dan bawah sudut pembatas berukuran tetap adalah untuk mengatasi
radian pembatas, sedangkan rH dan rL menyatakan batas masalah perubahan bentuk citra (deformation). Ketika
atas dan bawah radius pembatas. Ukuran pembatas radius suatu minutiae kecil, sedikit perubahan bentuk
dinyatakan dengan Δe dan Δr, yaitu ukuran sudut radian pada citra akan berakibat perubahan besar terhadap
dan radius. sudut radian sementara perubahan pada radiusnya kecil.
eH
rH Dengan demikian, pada kasus ini Δe pembatas
m i nut i a e
dm sebaiknya lebih besar dan nilai Δr sebaiknya lebih kecil.
Pada keadaan lain, ketika radius dari minutiae besar,
eL sedikit perubahan pada sudut radian akan
m i nut i a e r e f e r e ns i mengakibatkan perubahan besar pada posisi minutiae
rL sementara radiusnya dapat mengalami perubahan besar
r karena akumulasi perubahan dari seluruh daerah antara
e minutiae tersebut dengan minutiae referensi. Dengan
Gambar 6 Pembatas dan parameternya
demikian, pada kasus ini nilai Δe pembatas sebaiknya
lebih kecil dan nilai Δr sebaiknya lebih besar.
Δr Δr Pada proses pencocokan minutiae, penentuan dua
minutiae yang dipasangkan identik atau tidak digunakan
rumus sebagai berikut.[6]

𝑟𝐿 < 𝑟 < 𝑟𝐻
Δe Δe 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑒𝐿 < 𝑒 < 𝑒𝐻
𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 = ∆𝜃𝑚 < 𝜀 ............(25)
r r
e e 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎

(a). Pembatas berukuran tetap (b). Pembatas adaptif dengan r dan e adalah radius dan sudut radian
Gambar 7 Pembatas berukuran tetap dan adaptif [6] minutiae terhadap minutiae referensi, sedangkan Δθm
dan ε adalah beda orientasi antara kedua minutiae dan
Suatu pembatas adaptif (adaptive boundary) nilai ambangnya. Jumlah minutiae cocok terbesar
memiliki ukuran sudut dan radius yang berbeda pada digunakan untuk menentukan nilai kecocokan.. Nilai
setiap minutiae menurut besar radius minutiae tersebut. kecocokan S, dihitung menurut persamaan 26.[3]
Jika radius suatu minutiae lebih besar, maka
pembatasnya akan memiliki ukuran radius yang lebih jumlah pasang 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑖𝑎𝑒 cocok
besar dan ukuran sudut yang lebih kecil. Perbedaan S= x 100%
jumlah pasang 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑖𝑎𝑒 yang dicocokkan
antara pembatas berukuran tetap dan adaptif ..................(26)
diperlihatkan pada gambar 7. Parameter pembatas
adaptif dinyatakan sebagai berikut.[6] Nilai kecocokan atau derajat kecocokan ini
dijadikan sebagai penentu apakah kedua sidik jari sama
𝒓𝒃 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒓𝒔 < 𝒓𝒃 atau tidak dengan mengacu pada nilai ambang yang
∆𝒓 = 𝒓𝒔 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒓𝒃 < 𝒓𝒔 < 𝒓𝒂 ........(21) ditentukan.
𝒓𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒓𝒔 > 𝒓𝒂
IV. Pengujian dan Analisis
𝒓
rs = .........................(22) Dalam pengujian, sidik jari dari ibu jari tangan
𝜶
kanan 11 responden diambil dengan masing-masing
𝒆𝒃 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒆𝒔 < 𝒆𝒃
dilakukan pengambilan sebanyak 23 kali dengan posisi
∆𝒆 = 𝒆𝒔 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒆𝒃 < 𝒆𝒔 < 𝒆𝒂 ........(23) ibu jari yang bervariasi saat pengambilannya. Hasilnya
𝒆𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒆𝒔 > 𝒆𝒂 berupa citra sidik jari digunakan sebagai data acuan dan
data uji. Untuk masing-masing responden, sebanyak 8
buah citra digunakan sebagai data acuan, sedangkan 15
6

buah citra lainnya digunakan sebagai data uji. 3) Penentuan ukuran pembatas
Persentase pengenalan dihitung dengan persamaan 27 Penentuan ukuran pembatas harus tepat agar
berikut. proses pencocokan minutiae dapat berjalan optimal.
jumlah data uji dikenali benar Ukuran pembatas yang terlalu besar dapat
Persentase pengenalan = x 100%
jumlah data uji mengakibatkan sepasang minutiae yang tidak sama
.................(27) dianggap sama dalam proses pencocokannya sehingga
Nilai parameter pembatas berukuran tetap dapat menimbulkan kesalahan dalam pengenalan.
ditetapkan sebesar 5 derajat untuk ukuran sudut dan 10 Sebaliknya, ukuran pembatas yang terlalu kecil tidak
piksel untuk ukuran radiusnya. Untuk pembatas adaptif dapat mengkompensasi masalah lokalisasi minutiae
ukuran sudut ditetapkan berinterval antara 5 sampai 20 yang tidak tepat dan masalah deformasi citra sehingga
derajat, sedangkan ukuran radius ditetapkan berinterval dapat mengakibatkan citra uji tidak dikenali.
antara 2 sampai 10 piksel dengan nilai konstanta β
sebesar 1000 dan α sebesar 7. Nilai ambang Δd , Δδ, ε, V. Penutup
dan S masing-masing ditetapkan 0,05 piksel, 0,2 radian, 5.1 Kesimpulan
0,2 radian, dan 50 %. Hasil pengujian disajikan pada Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
tabel 1 berikut. disimpulkan bahwa :
1) Tingkat pengenalan sistem menggunakan proses
Tabel 1 Hasil pengujian pengenalan program terhadap citra uji
pencocokan minutiae dengan pembatas berukuran
Responden Persentase Pengenalan (%) tetap adalah sebesar 67,88%. Pengenalan terhadap
Program dengan Program dengan sidik jari responden terbesar adalah 100% yaitu pada
Pembatas Pembatas citra Brian, sedangkan yang terkecil sebesar 40%
Berukuran Tetap Adaptif pada citra Puntoz.
ADI 86,67 93,33 2) Tingkat pengenalan sistem menggunakan proses
BRIAN 100 100 pencocokan minutiae dengan pembatas adaptif
FUAD 80 86,67 adalah sebesar 92,12%. Pengenalan terhadap sidik
LEGAWA 73,33 93,33 jari responden terbesar adalah 100% yaitu pada citra
LUKMAN 66,67 93,33 Brian, sedangkan yang terkecil sebesar 86,67 yaitu
PASKAH 66,67 93,33 pada citra Fuad, Reza, dan Valen.
PUNTOZ 40 93,33 3) Penggunaan pembatas adaptif membuat sistem lebih
REZA 53,33 86,67 tahan terhadap masalah akuisisi data yang tidak
TEGAR 60 93,33 baku, terbukti dengan pembatas adaptif tingkat
VALEN 66,67 86,67 pengenalan sistem lebih tinggi bila dibandingkan
ZAINI 53,33 93,33 dengan menggunakan pembatas berukuran tetap.
Rata-Rata 67,88 92,12 4) Ukuran pembatas yang terlalu besar dapat
mengakibatkan sepasang minutiae yang tidak sama
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sisitem dianggap sama dalam proses pencocokannya
pengenalan sidik jari yang menggunakan pembatas sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam
adaptif dalam proses pencocokan minutiae memiliki pengenalan. Sebaliknya, ukuran pembatas yang
tingkat pengenalan yang lebih tinggi daripada sistem terlalu kecil tidak dapat mengkompensasi masalah
pengenalan sidik jari yang menggunakan pembatas lokalisasi minutiae yang tidak tepat dan masalah
berukuran tetap. Hal ini menunjukkan bahwa dengan deformasi citra sehingga dapat mengakibatkan citra
menggunakan pembatas adaptif lebih tahan terhadap uji tidak dikenali.
masalah lokalisasi minutiae yang tidak tepat dan 5) Jumlah minutiae yang sedikit dapat menimbulkan
deformasi citra sidik jari. Terdapat beberapa hal yang kesalahan dalam pengenalan. Misalkan hanya ada
mempengaruhi tingkat pengenalan,yakni: dua minutiae pada salah satu citra yang dicocokkan,
1) Derau maka dengan sepasang minutiae cocok berarti
Derau sangat mempengaruhi hasil pengenalan derajat kecocokan sudah 50%. Dengan demikian
sidik jari. Hal ini berkaitan dengan proses ekstraksi rentan terjadinya kesalahan dalam pengenalan.
minutiae. Derau yang tidak hilang saat proses penapisan
berpotensi merubah struktur alur bukit sidik jari 5.2 Saran
sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam lokalisasi Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan
minutiae. dengan pelaksanaan penelitian ini adalah :
2) Jumlah minutiae 1) Penelitian dapat dilanjutkan dengan membuat sistem
Jumlah minutiae dari citra sidik jari yang pengenalan sidik jari secara secara langsung dengan
diujikan juga berpengaruh pada hasil pengenalan. proses akuisisi yang terhubung langsung dengan
Jumlah minutiae dari citra uji yang terlalu sedikit dapat sistem.
mengakibatkan terjadinya pengenalan yang salah, 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
artinya citra uji tersebut dikenali sebagai sidik jari penggunaan informasi pada alur bukit sidik jari
seseorang padahal orang tersebut bukanlah pemilik sidik untuk sistem pengenalan sidik jari, misalkan dengan
jari yang diujikan. menggabungkan fitur lokal dan global untuk proses
pengenalannya.
7

DAFTAR PUSTAKA Menyetujui,


Dosen Pembimbing I,
[1] Ardisasmita, M. Syamsa. “Pengembangan Model
Matematika Untuk Analisis Sistem Identifikasi
Sidik Jari Otomatis”. Pusat Pengembangan
Teknologi Informatika dan Komputasi, BATAN.
[2] Hong, Lin. Automatic personal Indentification
Using Fingerprints. Department of Computer Achmad Hidayatno, S.T., M.T.
Science, Michigan State University, 1998. NIP. 19691221 199512 1 001
[3] Jain, Anil K. “Fingerprint Recogniton”.
http://biometrics.cse.msu.edu. Diakses Juli 2010. Dosen Pembimbing II,
[4] Jain, Anil K dan Lin Hong. On-Line Fingerprint
Verification. Department of Computer Science,
Michigan State University, 1996.
[5] Kovesi, Peter. "MATLAB and Octave Functions
for Computer Vision and Image Processing".
http://www.csse.uwa.edu.au. Diakses Juli 2010. Imam Santoso, S.T., M.T.
[6] Luo, Xiping, Jie Tian, dan Yan Wu. “A Minutiae NIP. 19701203 199702 1 001
Matching Algorithm in Fingerprint Verification”.
AILAB, Institute of Automation, The Chinese
Academy of Sciences, Beijing, 2000.
[7] Munir, Rinaldi. Pengolahan Citra Digital dengan
pendekatan Algoritmik. Informatika, Bandung,
2004.
[8] Murmu, Neeta. Fingerprint Recognition.
Department of Electrical Engineering, National
Institute of Technology, 2008.
[9] Thay, Raymond. Fingerprint Image
Enhancement and Minutiae Extraction. School of
Computer Science and Software Engineering,
University of Western Australia, 2003.
[10] _____. Image Processing Toolbox™ 7 User’s
Guide. MathWorks Inc, 2010.

BIODATA

Tri Legawa, lahir di kota


Semarang pada tanggal 12
Desember 1987. Telah
menjalani pendidikan di
Taman Kanak-kanak YWKA
Semarang, Sekolah Dasar
Negeri Bendungan 2 Semarang,
Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 3 Semarang, Sekolah Menengah
Umum Negeri 3 Semarang. Dan sekarang tengah
menyelesaikan pendidikan Strata Satu di konsentrasi
Elektronika dan Telekomunikasi, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi