Vous êtes sur la page 1sur 11

SIFAT FISIKA KIMIA TANAH ORDO VERTISOL

PADA PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN

Novita Anis Sholihah1, Dwiyono Hari Utomo2, dan Juarti3

E-mail: novitaanissholihah@ymail.com, dwiyono.hari.fis@um.ac.id,


juarti.fis@um.ac.id

Abstract: This research aims to know the physical and chemical properties of
Ordo Vertisol soil in agriculture land used (paddy fields, dry fields, and farms).
This research uses survey method that is implemented in the field and laborato-
ry. Samples were obtained by overlaying two maps using Arc-GIS 10.1 software
to produce the Land Unit Map, then the sample was taken by using purposive
sampling method which consider the land was planted and has decreased of har-
vested area, or in productivity or the amount of crop production. Descriptive
analysis is used to explain the results of the research and the discussion. The re-
sults showed that each land unit has high value of COLE and has properties that
are supportive and unsupportive for the cultivation of plants, but each land unit
has its differences. Land Unit 1A has the highest/fastest permeability because
management is done more intensively, by constantly adding organic matter con-
tent that makes the soil density low. Land Unit 1B has higher organic matter be-
cause when taking the sample, there is still a part of crop residues and grasses on
the surface than any other land units. The land management and irrigation also
affect the content of organic matter in terms of its preservation. The lowest CEC
contained in Land Unit 2 is caused by the content of the clay fraction is lower
than other land units. Low organic matter content in Land Unit 2 also affect the
low value of CEC, and the density becomes higher. The permeability in Land
Unit 2 is also slower because of no management activities in this land. Land
Unit 3A has the lowest pH due to the given of ZA which produces Acid Sulphur
on the land. Land Unit 3B have the highest CEC values for the content of the
clay fraction is higher and the Montmorillonite mineral on this land has a per-
manent charge. Organic materials in Land Unit 3B is also the lowest since the
land is left empty before planted with soybeans.

Keywords: ordo vertisol soil, land usage, land units

PENDAHULUAN

Tanah Ordo Vertisol merupakan salah sa- tisol sangat erat kaitannya dengan sifat
tu tanah yang bermasalah dalam pengel- kembang kerut tanah yang tinggi.
olaannya. Tanah ini membutuhkan Pengelolaan tanah bermasalah ada enam
pengelolaan dengan teknik-teknik tertentu jenis yaitu: tanah rawan erosi, vertisol,
agar tetap produktif dimanfaatkan dalam oxisol, psamments, histosols, dan tanah
bidang pertanian. Permasalahan dalam bergaram (Sartohadi, dkk, 2012:170).
memanfaatkan satuan tanah Ordo Ver- Permasalahan kembang kerut pada tanah
1
Guru MTs Wahid Hasyim Bangil 1
2
Dosen Jurusan Geografi UM
3
Dosen Jurusan Geografi UM
2
Novita Anis Sholihah, Dwiyono Hari Utomo, Juarti. Sifat Fisika Kimia Tanah Ordo Vertisol
Pada Penggunaan Lahan Pertanian

Ordo Vertisol diakibatkan oleh kan- Kabupaten Pasuruan, tepatnya pada tanah
dungan mineral liat montmorilonit. Ciri Ordo Vertisol pada penggunaan lahan bi-
khas Vertisol termasuk kaya kandungan dang pertanian (sawah, tegal, dan kebun).
liat yang tersebar merata pada setiap hori- Tanah yang diambil sampel penelitian
zon khususnya mineral liat Montmorilonit hanya sebatas pada epipedon (tidak lebih
(Suryatna, 1985:64). dari 30 cm dari permukaan tanah).
Kabupaten Pasuruan memiliki tanah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Ordo Vertisol seluas 5.882,00 ha (Team sifat fisika dan kimia Tanah Ordo Ver-
e-Gov, 2011). Kecamatan Kraton memi- tisol pada penggunaan lahan pertanian
liki tanah Ordo Vertisol seluas 2.025 Ha (sawah, tegal, dan kebun) di Kecamatan
(BPS, 2013:16-17). Berdasarkan Peta Kraton Kabupaten Pasuruan. Sifat fisika
Penggunaan Lahan Kabupaten Pasuruan yang diteliti yaitu tekstur tanah, struktur
skala 1:250.000, Kecamatan Kraton me- tanah, berat isi, berat jenis, porositas,
miliki jenis penggunaan lahan antara lain permeabilitas, dan nilai COLE. Sifat fisi-
sawah, tegal, tanah terbuka yang di- ka yang diteliti yaitu KTK tanah, nilai
tumbuhi rerumputan, perkebunan, per- pH, dan kandungan bahan organik.
mukiman, empang/tambak, bangunan
(pabrik), rawa, dan hutan rawa. Lahan METODE
sawah yang ada di Kecamatan Kraton
hanya terdapat sawah irigasi teknis seluas Desain penelitian menggunakan
2625 Ha (BPS, 2013:246-251). metode survey yang dilakukan di Keca-
Jenis tanaman pangan yang ada di matan Kraton Kabupaten Pasuruan. Ob-
Kecamatan Kraton antara lain padi, ja- jek penelitian diperoleh dengan cara over-
gung, kedelai, kacang tanah, buah mang- lay Peta Jenis Tanah dan Peta
ga, kelapa, tebu, kapuk randu, dan jambu Penggunaan Lahan Kecamatan Kraton
mete (BPS, 2013:247-268). Berdasarkan menggunakan software Arc-gis 10.1.
data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hasil overlay yang dijadikan sampel
Kabupaten Pasuruan, terdapat permasala- penelitian adalah Tanah Ordo Vertisol,
han pada jenis tanaman padi, jagung, ke- pada penggunaan lahan dikhususkan han-
delai, mangga, dan tebu kaitannya dengan ya pada bidang pertanian yaitu sawah,
penurunan luas panen atau jumlah kebun, dan tegal. Hasil overlay di-
produksi, dan atau produktivitasnya. Ke- namakan Peta Satuan Lahan. Pe-
ba-nyakan penggunaan lahan pada tanah ngambilan sampel juga dilakukan secara
sawah, tegal, dan kebun di wilayah jenis purposive sampling yang memperhatikan
Tanah Ordo Vertisol membutuhkan pe- lahan tersebut ditanami dan mengalami
ngelolaan tinggi terutama dalam penge- penurunan baik luas panen, atau
lolaan kesuburan tanahnya. Pemanfaatan penurunan produktivitas atau penurunan
lahan pertanian yang ada di Kecamatan jumlah produksi panen. Data primer di-
Kraton memerlukan informasi yang peroleh dari teknik pengumpulan data di
berhubungan dengan ilmu tanah. lapang-an, uji laboratorium, dan wa-
Penelitian ini dilakukan pada bulan wancara tak terstruktur, sedangkan data
Desember 2014 di Kecamatan Kraton sekunder diperoleh dengan teknik doku-
3
JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 21, No.1, Jan 2016

mentasi. Penelitian ini menggunakan ana- dengan tanaman kedelai diambil ketika
lisis des-kriptif dimana hasil penelitian petani mulai menanaminya. Lahan tegal
yang telah diperoleh, baik hasil observasi, dengan tanaman tebu diambil sampelnya
uji laboratorium, maupun hasil analisis pada saat masih banyak sisa panennya,
diuraikan dan dijabarkan secara jelas dan lahan dalam kondisi sudah lama sejak
detail. dipanen, sehingga banyak rumput yang
tumbuh di samping sisa tanamannya. La-
HASIL DAN PEMBAHASAN han kebun tetap ditanami mangga sepa-
njang tahun. Kondisi lahan pada saat
Satuan Lahan Daerah Penelitian pengambilan sampel dapat dilihat pada
Berdasarkan Peta Satuan Lahan dan lampiran.
purposive sampling, titik pengambilan Sifat Fisika dan Kimia Tanah
sampel dilakukan di lima titik satuan la-
han (SL), yaitu SL1A, SL1B, SL2, SL3A, Berdasarkan hasil uji laboratorium,
dan SL3B. sifat-sifat tanah pada setiap satuan lahan
SL1A merupakan lahan sawah (iri- dapat dilihat pada Tabel 1:
gasi teknis) dengan jenis tanaman padi
tepatnya pada koordinat UTM WGS 1984
Zone 49 S 704615 9158490. SL1B meru-
pakan lahan sawah (irigasi teknis) dengan
jenis tanaman jagung, tepatnya pada
Koordinat UTM WGS 1984 Zone 49 S
704621 9158370. SL2 merupakan lahan
perkebunan yang ditanami mangga, te-
patnya pada koordinat UTM WGS 1984
Zone 49 S 704291 9157814. Lahan
perkebunan tersebut merupakan lahan
Kebun Percobaan Mangga Kraton yang
terletak di Desa Gerongan. SL3A meru-
pakan lahan tegal dengan jenis tanaman
tebu, tepatnya pada koordinat UTM WGS
1984 Zone 49 S 703890 9157752. SL3B
meru-pakan lahan tegal dengan tanaman
kedelai pada koordinat UTM WGS 1984
Zone 49 S 704326 9157246.
Sampel tanah pada lahan sawah de-
ngan tanaman padi diambil pada lahan
yang sudah dipanen dan masih ada sisa
panennya. Lahan sawah dengan tanaman
jagung diambil pada saat sawah masih
ditanami jagung, disela-sela tanamannya
banyak ditumbuhi rumput. Lahan tegal
4
Novita Anis Sholihah, Dwiyono Hari Utomo, Juarti. Sifat Fisika Kimia Tanah Ordo Vertisol
Pada Penggunaan Lahan Pertanian

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Tanah pada Tiap Satuan Lahan Tahun 2014
No Parameter SL1A* SL1B* SL2* SL3A* SL3B*
1 Klas Tekstur Liat Liat Liat Liat Liat
Pasir (%) 12 16 17 3 2
Debu (%) 31 28 31 23 21
Liat (%) 57 56 52 74 77
2 Struktur Gumpal Ber- Gumpal Ber- Gumpal Ber- Gumpal Ber- Gumpal Ber-
sudut sudut sudut sudut sudut
3 BI (g/cm3) 0,91 0,96 1,06 0,94 0,93
4 BJ(g/cm3) 2,39 2,56 2,49 2,19 2,19
5 Porositas (%) 62,0 62,6 57,4 56,9 57,7
6 Permeabilitas 0,75 0,66 0,45 0,59 0,51
(cm/jam) Agak lambat Agak lambat Lambat Agak lambat Agak lambat
Kriteria
7 Nilai COLE 0,19 0,18 0,17 0,20 0,19
Kriteria Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
8 KTK (me/100g) 80,48 82,78 50,84 91,30 94,07
Kriteria Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
9 pH 6,8 6,8 6,9 6,4 6,9
Kriteria Normal – Normal – Normal – Agak masam Normal –
sedikit sedikit sedikit sedikit
masam masam masam masam
10 C organik (%) 2,09 2,18 1,29 1,86 0,69
Bahan Organik 3,61 3,78 2,23 3,21 1,19
(%) Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
Kriteria
Sumber: Analisis Tanah Desember 2014

Struktur yang sama pada ketiga la- golahan sehingga sudah lama tidak ada
han tersebut juga dipengaruhi oleh karena kegiatan pelumpuran. Kondisi pengairan
waktu pengambilan sampelnya sama dan yang ada pada SL1 kurang intensif atau
tanahnya sama-sama belum terjadi pe- kurang cukup mengalir seperti tanah
ngolahan pada lahan sawah, dan tidak ter- sawah irigasi pada umumnya. Jadi pem-
jadi pengolahan atau pengairan yang bentukan struktur tanah harus ada pen-
dapat menyebabkan pelumpuran pada la- campuran oleh air, meskipun tanahnya
han kebun dan tegal. Pengolahan tanah diolah tetapi jika tidak ada pe-ngairan
dapat menyebabkan struktur menjadi tid- yang cukup tidak akan ada pengaruhnya
ak padat, tetapi karena tidak ada pen- pada struktur tanah. Hal ini sejalan
golahan praktis pada masing-masing dengan pendapat Sholah (2014) bahwa
satuan lahan-nya maka tidak ada struktur lapisan olah dipengaruhi oleh
pengaruh pada struktur lapisan. Pada pengolahan praktis, dimana aerasi dan
tanah sawah meskipun yang paling sering drainase membatasi pertumbuhan tana-
mengalami pengolahan, tetapi pada saat man. Rahayu juga mengatakan (2014:79)
pengambilan sampel tidak terjadi pen- bahwa struktur tanah, baru terbentuk
5
JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 21, No.1, Jan 2016

setelah satu sampai tiga bulan tidak sehingga perlu perhatian lebih terhadap
disawahkan dan tidak diirigasi. ketersediaan airnya.
Masing-masing satuan lahan memi- Berkaitan dengan sifat yang kurang
liki sifat tanah yang sama yang men- mendukung ini maka faktor pembatasnya
dukung dan kurang mendukung budidaya apabila produktivitas menurun hanya keterse-
tanaman. Sifat tanah yang mendukung diaan air di lahan kebun dan tegal atau kondi-
si irigasi di lahan sawah. Pertumbuhan tanam-
budidaya tanaman pada masing-masing
an dapat meningkat secara proporsional
satuan lahannya yaitu yang berat isinya
dengan jumlah air, tetapi pertumbuhan ta-
rendah atau tidak terlalu mampat, sehing- naman juga akan terhambat jika jumlah air
ga memudahkan sistem perakaran dan pe- sangat sedikit atau sangat banyak, apalagi jika
nyerapan hara, permeabilitasnya yang ba- tanah pada masing-masing satuan lahannya
ik karena unsur hara yang diberikan ti- memiliki nilai COLE yang tinggi. Hal ini se-
dak mudah diloloskan, KTK tinggi se- jalan dengan pendapat Winarso (2001:23),
hingga kemampuannya dalam menyim- bahwa air yang ada pada tanah yang
pan unsur hara relatif baik, nilai pH nor- bertekstur sangat halus (liat) tidak semuanya
mal sehingga unsur hara di dalam tanah dapat diambil oleh tanaman. Hanafiah
dalam keadaan tersedia, serta bahan or- (2004:80) juga mengatakan bahwa pada tanah
liat meskipun ketersediaan air dan nutrisi
ganiknya tinggi sehingga dapat menen-
baik, namun ketersediaan udara yang menjadi
tukan status kesuburan tanah. Hal ini se-
faktor pembatas pertumbuhan tanaman dan
jalan dengan pendapat Soepardi mikrobia tanah.
(1983:12) bahwa faktor dalam tanah yang Sifat yang mendukung dan kurang men-
dapat memengaruhi pertumbuhan ta- dukung budidaya tanaman pada masing-
naman selain ketersediaan air dan udara masing satuan lahannya secara umum sama,
adalah cahaya, tunjangan mekanik atau tetapi masing-masing satuan lahannya me-
pengelolaannya, suhu dan unsur hara. miliki sifat yang paling menonjol dibanding-
Menurut Rachman dkk (2008:7) kan dengan satuan lahan yang lain.
kesuburan tanah adalah suatu keadaan Satuan Lahan 1 (A)
dimana tata air, udara, dan unsur hara da-
lam keadaan cukup, seimbang, dan terse- Sifat yang membedakan SL1 (A)
dia bagi tanaman. dengan satuan lahan lainnya yaitu pada
Sifat tanah yang kurang mendukung lahan ini memiliki nilai permeabilitas
untuk dilakukan budidaya tanaman ber- yang paling tinggi atau relatif lebih cepat
dasarkan analisis tanah pada 5.2.1, yaitu diantara semua satuan lahan. Hal ini
tekstur tanah yang tidak ideal, strukturnya dikarenakan pada lahan ini, pengolahan
yang tidak granuler, pori-pori mikronya yang dilakukan lebih intensif daripada
yang membuat air di dalam tanah tidak satuan lahan yang lain. Pengolahan tanah
semua tersedia bagi tanaman, dan perge- senantiasa menambahkan bahan organik,
rakan udara di dalam tanah kurang. sehingga bahan organiknya terlapuk dan
Adanya nilai COLE yang tinggi me- menjadi humus kemudian membentuk
nyebabkan daya dukung tanah rendah koloid. Koloid humus inilah yang ber-
apabila terlalu basah atau terlalu kering, peran dalam peningkatan permeabilitas.
Terbukti dengan bahan organiknya yang
6
Novita Anis Sholihah, Dwiyono Hari Utomo, Juarti. Sifat Fisika Kimia Tanah Ordo Vertisol
Pada Penggunaan Lahan Pertanian

lebih banyak di lahan sawah. Hal ini se- Sifat tanah yang membedakan SL1
jalan dengan pendapat Rohmat dan Soe- (B) dengan satuan lahan yang lain adalah
karno (2006:5) bahwa terdapat 12 sifat bahwa pada lahan ini memiliki kan-
fisik tanah yang diduga berpengaruh ter- dungan bahan organik yang lebih tinggi.
hadap permeabilitas, salah satunya yaitu Hal ini dikarenakan pada saat pengam-
kandungan bahan organik. bilan sampel tanah pada bagian per-
Pengolahan tanah dapat menyebab- mukaannya masih terdapat sisa-sisa
kan tanah yang padat menjadi berkurang tanaman sebelumnya, padahal kondisi la-
atau sedikit lebih remah, yang berarti han pada saat pengambilan sampel, ta-
akan menyebabkan pori makro ber- naman jagung masih belum dipanen dan
tambah. Sesuai dengan hasil uji laborato- di sela-sela tanaman lebih banyak di-
rium yang menunjukkan bahwa berat isi tumbuhi rumput daripada satuan lahan
pada SL1(A) paling rendah diantara satu- lain. Kegiatan pengolahan dan pengairan
an lahan lain karena bahan organiknya pada tanah ini juga berpengaruh terhadap
yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pen- kandungan bahan organik dalam hal
dapat Foth (1984:63) bahwa kandungan pengawetannya. Hal ini sejalan dengan
fraksi halus memiliki berat isi yang ren- Rahayu (2014:81) bahwa penambahan C
dah dan bahan organik yang tinggi. organik yang tinggi disebabkan oleh
Sesuai dengan nilai permeabilitas adanya penambahan bahan organik yang
pada lahan ini yang paling tinggi daripada berasal dari sisa-sisa tanaman, semakin
yang lainnya. Semakin cepat atau tinggi sering tanah disawahkan dan terbenam,
nilai permeabilitas tanah, maka berat isi- cenderung akan lebih mengawetkan ba-
nya akan semakin lebih remah atau ren- han organik.
dah dan pori makro akan bertambah. Be- Kandunggan bahan organik yang
rat isi yang lebih remah atau rendah be- paling tinggi dibandingkan dengan satuan
rarti pada tanah SL1 (A) ini tanahnya tid- lahan lain seharusnya nilai berat jenisnya
ak lebih padat daripada satuan lahan lain. termasuk yang paling rendah, tetapi yang
Penambahan pori tentunya juga dapat terjadi justru nilai berat jenis juga meru-
menyebabkan permeabilitas yang sa-ngat pakan yang paling tinggi. Dimungkinkan
lambat menjadi berkurang. Hal ini sejalan lahan sawah ini mendapat efek pemada-
dengan Sartohadi (2012:47) yang menya- tan dari petani yang menginjak-injak la-
takan bahwa Permeabilitas dapat di- hannya, atau pada saat menyemprotkan
pengaruhi oleh keadaan atau keterse- pestisida karena pada saat pengambilan
diaan pori tanah. Sudaryono (2001:111) sampel, tanaman jagung belum dipanen.
juga mengatakan bahwa penurunan per- Hal ini juga dapat terjadi karena kan-
meabilitas tanah disebabkan oleh pem- dungan pasir yang menentukan berat
adatan tanah yang ditandai dengan pe- jenis. Terbukti dengan nilai kandungan
ningkatan berat volume dan penurunan fraksi pasirnya lebih tinggi daripada lahan
porositas tanah. sawah dengan tanaman padi dan dengan
lahan tegal. Semakin tinggi fraksi pasir,
Satuan Lahan 1(B)
berat jenis juga tinggi. Sejalan dengan
pendapat Sartohadi, dkk (2012:46) bahwa
7
JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 21, No.1, Jan 2016

kandungan pasir yang tinggi memiliki be- rarti tanah ini memiliki muatan permanen.
rat jenis yang rendah. Menurut Munir (1996:268) muatan
permanen pada mineral liat Montmorilo-
Satuan Lahan 2
nit memiliki KTK antara 80-150 me/100g
Sifat tanah yang membedakan SL2 atau cmol/1Kg.
daripada satuan lahan yang lainnya yaitu Berat isi yang dimiliki SL2 juga
KTK pada lahan kebun ini merupakan membedakan dengan satuan lahan yang
yang paling rendah karena kandungan lain. Berat isi pada tanah ini paling tinggi
fraksi liat pada SL2 juga lebih rendah dari yang dipengaruhi oleh kandungan bahan
pada satuan lahan lain. Fraksi yang lebih organik tanah yang rendah. Bahan or-
kecil dari liat yaitu koloidnya kurang bisa ganik tanah pada lahan kebun ini lebih
membentuk KTK yang tinggi. Hal ini se- rendah daripada di lahan sawah dan tegal
jalan dengan pernyataan Nursyamsi, dan dengan tanaman tebu, sehingga berat
Suprihati (2005:40) bahwa KTK di- isinya tinggi. Selain karena bahan or-
pengaruhi oleh sumber muatan koloid ganik, tekstur tanah juga berpengaruh ter-
tanah. hadap tingginya berat isi. Fraksi pasir pa-
Bahan organik tanah juga me- da SL2 memiliki nilai yang paling tinggi
nyumbangkan pengaruh terhadap ren- daripada satuan lahan lainnya yang dapat
dahnya KTK pada SL2. Bahan organik menyebabkan berat isinya paling tinggi
pada SL2 lahan kebun termasuk lebih diantara semua satuan lahan. Hal ini se-
rendah daripada lahan sawah dan tegal jalan dengan Foth (1984:63) yang menya-
dengan tanaman tebu. Bahan organik takan bahwa kandungan fraksi halus
yang rendah mengakibatkan KTK pada memiliki berat isi yang rendah dan bahan
SL2 juga rendah. Hal ini sejalan dengan organik yang tinggi. Soepardi (1983:38)
Leiwakabessy dalam Rachman, dkk juga menyatakan liat biasanya memiliki
(2008:7) yang menyatakan bahwa bahan berat isi yang lebih rendah daripada pasir.
organik dapat memperbesar kapasitas tu- Selain KTK dan berat isi, permea-
kar kation. bilitas pada SL2 juga membedakan
KTK tinggi pada SL2 dapat menan- dengan satuan lahan lainnya. Permeabili-
dakan bahwa mineral liat pada tanah ini tas pada tanah ini lebih lambat dari satuan
memiliki muatan yang bergantung lahan lainnya karena di lahan kebun ini
dengan pH, tetapi karena pH pada tanah tidak ada kegiatan pengolahan. Apalagi
ini termasuk normal maka SL2 tidak jenis tanamannya adalah pohon mangga,
memiliki muatan yang bergantung berbeda dengan lahan sawah dan tegal
dengan pH. Tetapi juga tidak bisa yang mendapat perlakuan pengolahan.
dikatakan bahwa SL2 memiliki muatan Pemberian pupuk juga hanya diberikan
permanen karena kandungan KTK tidak pada tanah yang melingkari batang pohon
lebih dari 80 me/100g atau cmol/1Kg yai- saja, sedangkan pengambilan sampel
tu hanya 50,84 me/100g atau cmol/1Kg. tanah dilakukan relatif jauh dari batang
Meskipun jenis tanah objek penelitian pohon. Sehingga menyebabkan bahan or-
termasuk tanah Ordo Vertisol yang mem- ganik pada SL2 lebih sedikit daripada la-
iliki mineral liat Montmorilonit, tidak be- han sawah dan tegal dengan tanaman te-
8
Novita Anis Sholihah, Dwiyono Hari Utomo, Juarti. Sifat Fisika Kimia Tanah Ordo Vertisol
Pada Penggunaan Lahan Pertanian

bu. Hal ini sejalan dengan pernyataan hujan, sehingga ketika tanah permukaan
Rohmat dan Soekarno (2006) bahwa ter- diambil sampelnya, kandungan liatnya
dapat 12 sifat fisik tanah yang diduga berkurang. Hal ini me-nyebabkan pada
berpengaruh terhadap permeabilitas, salah saat perhitungan permea-bilitas, terjadi
satunya yaitu kandungan bahan organik. percampuran fraksi atau material tanah
Pengolahan tanah yang hampir tidak yang tidak merata. Proses eluviasi tidak
ada menyebabkan tanah pada lahan ini akan terjadi jika tidak ada proses hi-
lebih padat, yang berarti pori makro tidak drolisis. Pada lahan ini mendukung ter-
bertambah. Sesuai dengan hasil uji labor- jadinya eluviasi karena kandungan pH
atorium yang menunjukkan bahwa berat termasuk normal sedikit masam.
isi pada SL2 paling tinggi diantara satuan Menurut Syekhfani (2013) berpindahnya
lahan lain. Sesuai dengan nilai permeabil- fraksi liat dari lapisan atas ke lapisan
itas pada lahan ini yang paling rendah da- bawah melalui proses eluviasi.
ripada satuan lahan lainnya. Semakin
Satuan Lahan 3 (A)
lambat nilai permeabilitas tanah, maka
berat isinya akan semakin lebih pa- Sifat tanah yang membedakan SL3
dat/tinggi dan pori makro akan berkurang. (A) dengan satuan lahan lainnya yaitu
Pori makro yang berkurang tentunya nilai pH tanah yang paling rendah karena
dapat menyebabkan permeabilitas men- pada lahan tegal dengan tanaman tebu ini
jadi lambat. Hal ini sejalan dengan pen- pupuk yang diberikan adalah pupuk ZA
dapat Sartohadi (2012:47) yang menya- (ZETA). Petani disana biasa membeli
takan bahwa Permeabilitas dapat di- pupuk tersebut pada PT. Chiel Jedang
pengaruhi oleh keadaan atau ketersediaan Pasuruan di Kecamatan Rejoso. Pupuk
pori tanah. Sudaryono (2001:111) juga ZA mengandung amonium sulfat yang
mengatakan bahwa penurunan permeabil- merupakan sumber Nitrogen dan Sulfur
itas tanah disebabkan oleh pemadatan bagi tanaman. Sulfur merupakan salah sa-
tanah yang ditandai dengan peningkatan tu zat yang dapat membuat tanah menjadi
berat volume dan penurunan porositas masam. Hal ini sejalan dengan Hanafiah
tanah. (2004:159) penurunan pH dapat dil-
Permeabilitas yang paling rendah akukan dengan penambahan sulfur atau
pada SL2 seharusnya memiliki kan- bahan bersulfur agar sulfur yang dilepas-
dungan fraksi liat yang paling tinggi da- kan membentuk asam sulfur pemasam
ripada satuan lahan lain, tetapi yang ter- tanah.
jadi pada SL2 justru kandungan fraksi Nilai pH yang paling rendah diantara
liatnya adalah paling rendah. Hal ini semua satuan lahan ini menandakan nilai
dapat terjadi karena peristiwa eluviasi pH pada tanah ini dibawah pH normal ka-
melewati celah tanah yang dibentuk akar rena kurang dari 6,5. Hal ini yang berarti
tanaman membuat kandungan liat di tanah SL3 (A) relatif kurang baik bagi
permukaan lebih rendah. Peristiwa eluvi- kesuburan tanah. Nilai pH tanah tersebut
asi ini mengangkut bahan-bahan tanah berdasarkan klasifikasi keasaman tanah
dari permukaan ke dalam, dan di lahan termasuk tanah dengan pH agak masam.
kebun proses eluviasi ini dibantu oleh air Perlakuan pada tanah ini dapat dilakukan
9
JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 21, No.1, Jan 2016

pengapuran yang akan menghasilkan ion pada tanah ini rendah. Selain itu tidak ada
hidroksil penaik pH dan kation Ca pe- tambahan bahan organik seperti pupuk
ningkat kejenuhan basa, namun dis- pada tanah SL3 (B). Hal ini sejalan
esuaikan juga dengan nilai pH yang co- dengan Rahayu (2014:81) bahwa penam-
cok untuk jenis tanaman tebu. Menurut bahan C organik yang tinggi disebabkan
Hanafiah (2004:157) pH normal memiliki oleh adanya penambahan bahan organik
rentang nilai 6,5-7,5 yang menyebabkan yang berasal dari sisa-sisa tanaman, dan
semua unsur hara dalam larutan tanah da- semakin sering tanah disawahkan dan
lam keadaan tersedia. terbenam, cenderung akan lebih
mengawetkan bahan organik.
Satuan Lahan 3 (B)
Kandungan bahan organik yang pa-
Sifat tanah yang membedakan SL3 ling rendah pada tanah ini seharusnya
(B) dengan satuan lahan yang lain yaitu mampu membuat nilai KTK juga rendah,
nilai KTK pada SL3 (B) merupakan yang tetapi kandungan KTK pada tanah ini
paling tinggi daripada semua satuan la- justru yang paling tinggi. Hal ini berarti
han. Hal ini dikarenakan kandungan bahan organik tidak mampu mengubah
fraksi liat pada SL3 (B) juga lebih tinggi nilai KTK tanahnya. KTK tinggi pada
daripada satuan lahan lain. Fraksi yang SL3 (B) diakibatkan oleh kandungan
lebih kecil dari liat yaitu koloidnya mam- mineral Montmorilonitnya. Mineral liat
pu membentuk KTK yang tinggi. Hal ini pada tanah ini memiliki muatan permanen
sejalan dengan pendapat Nursyamsi dan karena kandungan KTK lebih dari 80
Suprihati (2005:40) bahwa KTK di- me/100g atau cmol/1Kg. Menurut Munir
pengaruhi oleh sumber muatan koloid (1996:268) muatan permanen pada mi-
tanah. neral liat Montmorilonit memiliki KTK
Kandungan fraksi liat yang paling antara 80 – 150 me/100g atau cmol/1Kg.
tinggi pada SL3 (B) seharusnya kan- Hal ini sejalan dengan Nursyamsi dan
dungan bahan organiknya juga tinggi. Suprihati (2005:40) bahwa sumber
Tetapi nilai bahan organik pada SL3 (B) muatan pada mineral liat tipe 2:1
merupakan paling rendah diantara semua didominasi oleh muatan permanen.
satuan lahan. Berdasarkan hasil wa-
wancara dan pengamatan di lapangan, PENUTUP
perbedaan bahan organik yang terjadi pa-
da lahan tegal dengan tanaman kedelai Kesimpulan
adalah dikarenakan pada lahan tegal ini Masing-masing sifat pada satuan la-
tidak ditanami tanaman apapun sebelum hannya mendapat pengaruh dari penutup
ditanami kedelai. Tidak ada sisa-sisa lahan atau pengelolaan tanahnya. SL1A
tanaman yang terlihat di tanahnya karena memiliki sifat tanah paling berbeda dian-
selama musim kemarau tanah dibiarkan tara semua satuan lahan yaitu nilai per-
kosong. Penanaman kedelai menunggu meabilitas paling tinggi dan berat isi
musim hujan turun dan tidak ada kegiatan tanah paling rendah. SL1B memiliki sifat
pengolahan tanah selama musim kema- yang paling berbeda yaitu kandungan ba-
rau. Sehingga kandungan bahan organik han organik lebih tingg dari semua satuan
10
Novita Anis Sholihah, Dwiyono Hari Utomo, Juarti. Sifat Fisika Kimia Tanah Ordo Vertisol
Pada Penggunaan Lahan Pertanian

lahan. SL2 memiliki sifat yang paling yang potensial tetapi dibatasi oleh sifat
berbeda yaitu nilai KTK yang paling ren- kembang kerut yang tinggi, jika tidak ada
dah, berat isi paling tinggi, dan permea- air yang cukup atau terlalu banyak air
bilitas lebih lambat dari semua satuan la- maka tanaman yang tumbuh diatasnya
han. SL3A memiliki sifat yang paling bisa mati. KTK yang tinggi terkenal pelit
berbeda diantara satuan lahan lainnya dalam hal memberi hara-hara yang dibu-
yaitu nilai pH tanah yang paling rendah. tuhkan tanaman. Apabila air yang tersedia
SL3B memiliki sifat yang membedakan kurang, justru unsur haranya akan diserap
dengan satuan lahan lain yaitu nilai KTK oleh tanah, bukan oleh tanaman.
paling tinggi, dan bahan organik paling
rendah. DAFTAR RUJUKAN
Sifat tanah yang mendukung budi-
daya tanaman pada masing-masing satuan BPS (Badan Pusat Statistik). 2013. Kabu-
paten Pasuruan dalam Angka
lahannya yaitu berat isinya yang rendah
2013. Pasuruan: katalog BPS
atau tidak terlalu mampat sehingga 1102001.3514
memudahkan sistem perakaran dan Foth, Henry D. 1984. Dasar-dasar Ilmu
penyerapan hara, permeabilitasnya yang Tanah Edisi Ke Tujuh. Terjemahan
baik karena hara-hara yang diberikan tid- Endang Dwi Purbayanti, dkk. 1991.
ak mudah diloloskan, KTK tinggi sehing- Yogyakarta: Gadjah Madha Uni-
ga kemampuannya dalam menyimpan versity Press.
unsur hara relatif baik, nilai pH normal Hanafiah, Kemas Ali. 2004. Dasar-Dasar
sehingga unsur hara di dalam tanah dalam Ilmu Tanah. Jakarta: Rajagrafindo
Persada
keadaan tersedia kecuali pada SL3 (A),
Munir, Moch. 1996. Geologi dan Miner-
serta bahan organiknya tinggi sehingga alogi Tanah Liat. Jakarat: PT Dunia
dapat menentukan status kesuburan tanah. Pustaka Jaya
Sifat tanah yang kurang mendukung Nursyamsi, Dedi, dan Suprihati. 2005. Si-
untuk dilakukan budidaya tanaman yaitu fat-sifat Kimia dan Mineralogi
tekstur tanah yang tidak ideal, strukturnya Tanah serta Kaitannya dengan
yang tidak granuler, pori mikronya yang Kebutuhan Pupuk untuk Padi, Ja-
membuat air di dalam tanah tidak semua gung, dan Kedelai. Jurnal
Bul.Agron, (online), Vol. 33
tersedia bagi tanaman dan pergerakan
No.3:40-47,
udara di dalam tanah menjadi berkurang. (http://repository.ipb.ac.id/handle/1
Nilai COLE yang tinggi membuat daya 23456789/35531), diakses tanggal
dukungnya rendah apabila terlalu basah 20 Maret 2015
atau terlalu kering sehingga perlu per- Rahayu, Ayyu, dkk. 2014. Karakteristik
hatian lebih terhadap ketersediaan airnya. dan Klasifikasi Tanah pada Lahan
Kering dan Lahan yang disawahkan
Saran di Kecamatan Perak Kabupaten
Jombang. Jurnal Tanah dan Sum-
Petani di daerah penelitian harus
berdaya Lahan, (online), Vol 1
lebih jeli dalam mengolah lahannya teru- No.2:77-87,
tama pada lahan sawah, karena jenis (http://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/art
tanah Ordo Vertisol merupakan tanah
11
JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 21, No.1, Jan 2016

icle/view/115/126) diakses tanggal (http://www.caragampang.com),


25 Februari 2015. diakses tanggal 20 Februari 2015.
Rachman, Idris Abd, dkk. 2008. Pengaruh Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri
Bahan Organik dan Pupuk NPK Tanah. Bogor: IPB.
terhadap Serapan Hara dan Sudaryono. 2001. Pengaruh Pemberian
Produksi Jagung di Inceptisol Ter- Bahan Pengkondisi Tanah terhadap
nate. Jurnal Tanah dan Ling- Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada
kungan, (online), Vol 10 No 1:7-13, Lahan Marginal Berpasir. Jurnal
(http:// Teknologi Lingkungan, (online),
soil.ipb.ac.id/jtl/images/art/ART_JT Vol.2 No.1:106-112,
L_10_1_2.pdf) diakses tanggal 25 (http://ejurnal.bppt.go.id/index.php
Januari 2015. /JTL/article/download/220/166),
Rohmat, Dede, dan Soekarno, Indratmo. diakses tanggal 20 Maret 2015.
2006. Formulasi Efek Sifat Fisik Suryatna, Rafi’i, 1985. Ilmu Tanah. Ban-
Tanah terhadap Permeabilitas dan dung: Penerbit Angkasa.
Suction Head Tanah. Jurnal Biona- Syekhfani. 2013. Horizon Agrilik,
tura, (online), Vol.8 No.1, (online),
(http://file.upi.edu…./), diakses (http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.i
tanggal 20 Maret 2015. d/tag/eluviasi-iluviasi/), diakses
Sartohadi, Junun, dkk. 2012. Pengantar tanggal 20 Maret 2015.
Geografi Tanah. Yogyakarta: Team e-Gov. 2011. Gambaran Umum,
Pustaka Belajar. (online),
Sholah. 2014. Ilmu Pertanian- Tanah - (http://bpbd.pasuruankab.go.id), di-
Pengaruh Pengolahan Tanah ter- akses tanggal 9 Juni 2014.
hadap Struktur Tanah, (online), Winarso, Sugeng. 2001. Kesuburan
Tanah. Yogyakarta: Gava Media.

Vous aimerez peut-être aussi