Vous êtes sur la page 1sur 25

DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT

OLEH : KELOMPOK 2

DIV KEPERAWATAN TINGKAT 1.A

DESAK MADE ARI WAHYUNI (P07120216011)

PUTU WAWAN NARENDRA PUTRA (P07120216012)

KOMANG AGUS WIRANATA (P07120216013)

MADE AYU RYAS PRIHATINI (P07120216014)

NI LUH ADE SERIASIH (P07120216015)

NI MADE RASITA PUSPITASWARI (P07120216016)

NI LUH PUTU ARY APRILIYANTI (P07120216017)

NI MADE TARIANI (P07120216018)

PUTU INDAH PERMATA SARI (P07120216 019)

NI PUTU NOVIA HARDIYANTI (P07120216 020)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, atas karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Dilema Etik Dalam Keperawatan Gawat Daruratdengan baik
dan lancar.

Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan


makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, dan bermanfaat di masyarakat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh


karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Denpasar, 25 oktober 2017

Penulis,

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung
untukkesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada
individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup
sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien
adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.
Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri
termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain
tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi
tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat
dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang
kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam
peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan
dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional,
nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan
prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan
dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat
klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat
memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah
dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya
kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang

1
etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan
keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah
tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa yang
nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.

B. Rumusan Masalah
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan
runtutan sesuai dengan ketentuan yang ada.Maka dari itu perlu penyusunan
suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijak untuk pembahasan makalah
ini. Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Konsep Etik?
2. Apa Saja Tipe-Tipe Etika?
3. Apa Saja Teori Etik?
4. Apa Saja Prinsip – Prinsip Legal Dan Etik?
5. Apa Yang Dimaksud Keperawatan Gawat Darurat?
6. Bagaimanakah Dilema Etik Dalam Keperawatan Gawat Darurat?
7. Apa Saja Tindakan Keperawatan Gawat Darurat?
8. Bagimanakah Contoh Kasus Dilema Etik Dan Pembahasan Kasus?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik
khususnya dibidang keperawatan
2. Tujuan Khusus
 Untuk Mengetahui Dan Memahami PengertianKonsep Etik
 Untuk Mengetahui Dan Memahami Tipe-Tipe Etika
 Untuk Mengetahui Dan Memahami Teori Etik
 Untuk Mengetahui Dan Memahami Prinsip-Prinsip Legal Dan Etik
 Untuk Mengetahui Dan Memahami Keperawatan Gawat Darurat
 Untukmengetahui Dan Memahami Tindakan Keperawatan Gawat
Darurat

2
 Untuk Mengetahui Dan Memahami Contoh Kasus Dilema Etik Dan
Penyelesainnya
A. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah
wawasan Dilema Etik Dalam Keperawatan Gawat Darurat
2. Manfaat praktis
Dapat dijadiakan sebagai bahan pertimbangan atau
dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang
sejenisnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianKonsep Etik
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Kata
etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos”, atau ”Taetha” yang berarti tempat
tinggal, padang rumput, karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan
filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral,
perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakann yaitu salah atau
benar, buruk atau baik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang
disebut dengan "selfcontrol", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri.
Seseorang dikatakan baik atau buruk bukanlah dilandaskan atas satu
tindakannya saja, melainkan atas dasar pola tindakannya secara umum. Etika
juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang
tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia didalam mencapai
kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan didalam etika adalah tindakan
manusia, yaitu tentang kualitas baik (yang seyogyanya dilakukan) atau buruk
(yang seyogyanya dihindari) atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai
kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.

B. Tipe-Tipe Etika
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang
kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul
tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan,
politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik

4
merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi,
dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang
lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang
mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang
berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara
lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih
memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana
seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat
(sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik
dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai
filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak
dan martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat
manusia yang unik (k2-nurse, 2009)

C. Teori Etik
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk
menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut
pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai
berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan
bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan
pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang

5
manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada
banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah
memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya
kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu
perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok
pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan
terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)

D. Prinsip – Prinsip Legal Dan Etik


Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang
batasan legal yang ada dalampraktik perawat. Sama dengan semua aspek
keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukumdapat mendukung
pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungihak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihathukum sebagai dasar pemahaman terhadap
apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan
yang profesional.
Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis adalah :
1. Autonomi (Otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.

6
2. Beneficience (Berbuat Baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
3. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
5. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
6. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji
serta menyimpan rahasia pasien.
7. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
8. Accountability ( Akuntabilitas )

7
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

E. Keperawatan Gawat Darurat


Suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Gawat
darurat (Emergensi) adalah keadaan yang membutuhkan tindakan segera yang
untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan yang timbul
secara tiba-tiba. Keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien,
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan. Penderita
gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu penyebab (penyakit,
trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan
mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal. Pada Keperawatan
Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan yang merupakan suatu proses
atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan
kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan
keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan masalah
melalui pendekatan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang
serta tanggung jawabnya. Dalam hal ini aspek etik sangat diperlukan dalam
penerapan praktek keperawatan dimana tindakan mandiri perawat professional
melalui kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga, kelompok atau
komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.
Adapun tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat, yaitu:

8
1. Mencegah kematian dan kecacatan (tosavelifeandlimb) pada penderita
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui system rujukan untuk
memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.

F. Dilema Etik Dalam Keperawatan Gawat Darurat


Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991:
77). Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema
etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang
menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilemma
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma
5. Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi
atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang
melakukannya, (2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3)
kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah
dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa
timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi
kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut
Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.

9
a) Informed Consent menyatakan, dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta
tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medic berada dalam
keadaan gawat darurat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medic
segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.
(Per.Menkes,1989). Tetapi yang menjadi tuntutan hukum dalam praktek
Keperawatan Gawat Darurat biasanya berasal dari:
 Kegagalan komunikasi
 Ketidakmampuan mengatasi dilema dalam profesi
Permasalahan etik lainnya yang muncul dalam hukum Keperawatan Gawat
Darurat merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam
kegawat daruratan medik yaitu:
 Diagnosis keadaan gawat darurat
 Standar Operating Procedure
 Kualifikasi tenaga medis
 Hak otonomi pasien :informed consent (dewasa,anak)
 Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
 Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit,
menyelamatkan).
 Kewajiban untuk merahasiakan (etika><hukum)
 Prinsip keadilan dan fairness
 Kelalaian
 Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan
terapi: salahobat, salah dosis
 Diagnosis kematian
 Surat Keterangan Kematian
 Penyidikan medico legal untuk forensic klinik: kejahatan susila, child
abuse, aborsi dan kerahasiaan informasi pasien
b) Permasalahan etik dalam keperawatan gawat darurat dapat dicegah
dengan:
a. Mematuhi standar operating procedure (SOP)
b. Melakukan pencatatan dengan benar meliputi mencatat segala
tindakan, mencatat segala instruksi dan mencatat serah terima

10
G. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat
Prinsip Utama PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)
adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat.
Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam
artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat
haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien
dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2
sampai dengan 3 menit dapat mengakibatkan kematian).Langkah - langkah
dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway–Breathing–
Circulation–Disability). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat
darurat. Keperawatan Gawat Darurat merupakan suatu tindakan segera yang
harus diberikan untuk menanggulangi suatu ancaman, apabila tidak langsung
ditangani maka akan mengancam jiwa. Penderita gawat darurat sangat erat
kaitan dengan kematian. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami
kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ yaitu:

Susunan saraf pusat; pernapasan; kardiovaskuler; hati; ginjal; pancreas.


Kerusakan system atau organ tersebut bias disebabkan oleh beberapa factor
diantaranya: trauma/cedera; infeksi; keracunan (poisoning); degenerasi
(failure); asfiksi; kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar
(excessive loss of waferand electrolit) dan lain sebagainya. Hal-hal seperti
inilah yang harus diperhatikan oleh perawat gawat darurat yang memang
tugasnya sangat berat dan juga akan mengalami banyak dilemma etika yang
terjadi apabila tidak hati-hati. Dalam keperawatan gawat darurat ini peran
perawat sangat diutamakan yang diantaranya:
a. Fungsi Independen merupakan Fungsi mandiri berkaitan dengan
pemberian asuhan (Care);
b. Fungsi Dependen merupakan Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya
atau sebagian dari profesilain

11
c. Fungsi Kolaboratif merupakan Kerja sama saling membantu dalam
program kesehatan (Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan).

Dalam hal peran ini perawat harus benar-benar menjalankan perannya karena
apabila hal ini diabaikan maka perawat akan banyak menghadapi dilema-
dilema etik yang sulit dipertanggungjawabkan secara hukum.

H. Contoh Kasus Dilema Etik

Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah


satu Rumah Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang
lebih selama 6 hari. Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita
sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat badannya turun
secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir
ini badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini
merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan
kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan
sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang
penyakit dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan
harinya dokter yang menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan
memberikan advice kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu
sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi
tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul
16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah
dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit
penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A
untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin
dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya.
Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter
terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A.
Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan
dikucilkan dari masyarakat.

12
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus
memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus
memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak
pasien untuk mendapatkan informasi.

I. Pembahasan Kasus
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik
itu didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih )
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan
moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam
konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson
& Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan
yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang
dibuat oleh pasien dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan
kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya
adalah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang
kondisi dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam
pelayanan kesehatan menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of
Rights. Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk
interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting
karena merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan.
Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut
maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-
masing alternatif tindakan.

13
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar
mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep
kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika
perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam
pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab
(responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan
pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga
pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah
komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas
akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan
pelayanan keperawatan. Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier
dan Erb, model Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model
Curtin, model Purtilo danCassel, dan model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang
merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat
ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut :
a) Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui
penyakit yang dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat
tersebut memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan
kepadanya.
b) Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat
keluarganya berniat menyembunyikan informasi tentang hasil
pemeriksaan tersebut dan meminta perawat untuk tidak
menginformasikannya kepada Tn. A dengan pertimbangan keluarga

14
takut jika Tn. A akan frustasi tidak bisa menerima kondisinya
sekarang
c) Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan
dimana dia harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia
juga harus memenuhi haknya pasien untuk memperoleh informasi
tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya.
2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa
menimbulkan permasalahan etik moral jika perawat tersebut tidak
memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan penyakitnya karena
itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien termasuk penyakitnya.
3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan direncanakan
oleh perawat bersama tim medis yang lain dalam mengatasi permasalahan
dilema etik seperti ini. Adapun alternatif rencana yang bisa dilakukan
antara lain :
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan
informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu
juga, tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan
situasinya mendukung.Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic
yang berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti itu karena
sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat.
Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk
motivasi/support sistem yang kuat dari keluarga. Keluarga harus
tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari keluarga
yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A.
Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa
nyaman dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis
akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya. Ketika jalannya
proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang
kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka

15
perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya
masih dalam proses tim medis. Alternatif ini tetap memiliki
kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan informasi yang
dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya
perawat tersebut akan menginformasikan yang sebenarnya jika
situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu bentuk
pelanggaran kode etik keperawatan.
b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati
haknya sebagai pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika
keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada psikologisnya dan
proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun
mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang
membocorkan informasi, maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim
medis terutama perawat dan keluarganya sendiri berbohong
kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau
berpikiran bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang dapat
mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa
memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga pemberian informasi secara
langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk menghindari
hal tersebut. Kendala-kendala yang mungkin timbul :
 Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi
tersebut kepada Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena
tidak ingin Tn. A frustasi dengan kondisinya. Tetapi seperti
yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn. A tahu dengan

16
sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan
anggapan-anggapan yang bersifat emosional dari Tn. A tersebut
sehingga bisa memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus
mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan tentang dampak-
dampaknya jika tidak menginformasikan hal tersebut. Jika
keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat dan tim
medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan
bertanggung jawab atas dampak yang terjadi nantinya. Selain itu
sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa
perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan
permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan profesi
keperawatan.
 Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan
informasi yang diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika
seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang membuat dia
tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-
pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat juga
meminta keluarga untuk tetap memberikan support sistemnya
dan tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut.
Hal ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A
diharapkan dapat menerima kondisinya dan mempunyai
semangat untuk sembuh.
4. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan
didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode
etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan
diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik
harus berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat
secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan
dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang meliputi :
a. Autonomy / Otonomi

17
prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan
pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan
keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak Tn.
A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.

b. Benefesience / Kemurahan Hati


Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat
bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan
tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien.
Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang
lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi
tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan
konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan
kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis
nantinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A
sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat
bersdia akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika
hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap
dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang

18
diharapkan karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A
terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan
yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan
menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien
kepadanya kecuali seijin pasien.
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut
keputusan yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih
mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung memberikan
informasi tentang kondisi pasien setelah hasil pemeriksaan selesai
dan didiskusikan dengan semua yang terlibat. Mengingat alternatif
ini akan membuat pasien lebih dihargai dan dipenuhi haknya sebagai
pasien walaupun kedua alternatif tersebut memiliki kelemahan
masing-masing. Hasil keputusan tersebut kemudian dilaksanakan
sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan caringserta
komunikasi terapeutik.
5. Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan
dievaluasi sejauh mana Tn. A beradaptasi tentang informasi yang sudah
diberikan. Jika Tn. A masih denial maka pendekatan-pendekatan tetap
terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang pada
intinya membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa
ada rasa dikucilkan.

19
BAB
IIIPENUTUP

A. Simpulan
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat
harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan
moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya.
Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi,
keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu
pihak.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang
garap pada kesejahtraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada
individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi
hidup sehari-harinya. Salah satu aturan yang mengatur hubungan antara
perawat dan pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan
secara bergantian. Etik atau Ethnics berasal dari bahasa Yunani, yaitu etos
yang artinya adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Etika adalah Ilmu yang
membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia. Etika dan Moral merupakan sumber dalam

20
merumuskan standard dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam
berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.
Gawat darurat (Emergency) adalah keadaan yang membutuhkan
tindakan segera yang untuk menanggulangi ancaman terhadap jiwa atau
anggota badan yang timbul secara tiba-tiba.Pasien gawat darurat adalah
pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaangawat. Langkah-langkah dasar
dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D(Airway–Breathing–
Circulation–Disability).
Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi
dapat diperkuat, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa
kepentingannya akan terjamin.

B. Saran
Penulis mengharapkan kritik apabila didalam penulisan makalah ini ada
kekurangan, supaya kedepan dapat lebih baik. Dengan adanya penulisan makalah
tentang Dilema Etik Dalam Keperawatan Gawat Darurat dapat menambah
pengetahuan mahasiswa akan pentingnya aspek etik dalam penerapan dilapangan
atau Rumah Sakit.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bahtyar, Lutfi .2014.Konsep Legal Etik dan Kasus Keperawtan. [Online],


[http://www.slideshare.net/nslutfi90/tugas-legal-etik-kelompok-4-sp-ikd-
1], Diakses Tanggal 16 Oktober 2017.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concepts,Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education
Line
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta
: EGC
Lusy, 2015, Laporan Analisis Masalah Legal Dan Etik Pada Keperawatan Gawat
Darurat, [Online], [Https://Www.Scribd.Com/Doc/270087739/Baru-
Laporan-Analisis-Masalah-Legal-Dan-Etik-Pada-Keperawatan-Gawat-
Darurat], Diakses Tanggal 16 Oktober 2017.
PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.
Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC

22

Vous aimerez peut-être aussi