Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Adesta
Dela
Sekarsari
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat mengikuti perkuliahan di institute sains dan teknologi nasional
Dalam penyusunan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulkan data dan keterangan yang diperoleh dalam penulisan makalah tersebut. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam menyusun
makalah ini, karena ilmu pengetahuan yang penulis dapat belum maksimal.
Demikian akhir kata bukan pujian yang penulis harapkan, melainkan kritik dan saran
yang penulis harapkan guna memperbaiki makalah ini, akhirnya, penulis ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing serta seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis mengharapkan mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fase merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam
komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Gas, atau campuran gas adalah
fase tunggal, Kristal adalah fase tunggal dan dua cairan yang dapat campur secara total
membentuk fase tunggal. Es adalah fase tunggal (P=1), walaupun es itu dapat dipotong-potong
menjadi bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P=2) walaupun sulit
untuk menentukan batas antara fase-fasenya
B. TUJUAN
Di samping untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Prof DR. Amlius Thalib selaku
dosen mata kuliah Farmasi Fisika sebagai syarat memperoleh nilai tugas semester, pembuatan
makalah ini juga bertujuan agar penyusun dan pembaca dapat menambah wawasan dan memiliki
pemahaman yang baik terhadap Aturan Fase Gibbs dan Mamfaatnya diBidang Farmasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
http://keseimbangankimia15a.blogspot.com/2017/06/perubahan-keadaan-aturan-fasa.html
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Fasa
Fasa adalah sejumlah zat yang homogen, baik secara kimia maupun fisika. Dapat juga
dikatakan bahwa suatu system yang homogen adalah suatu bentuk dari fasa, yang dapat
dipisahkan secara mekanik. Sifat suatu fasa dinyatakan dengan properti-properti intensif, seperti
temperature, tekanan, dan konsentrasi. Banyaknya properti intensif yang harus ditetapkan agar
keadaan setimbang telah diperkenalkan oleh J. Willard Gibbs pada tahun 1875, namun baru
2. Pembagian fasa
Secara umun dikenal tiga kelompok fasa, yaitu : fasa , fasa cair, dan padat. Dimisalkan.
dalam fasa uap, kerapatannya serbasama di semua bagian uap tersebut. Dalam fasa cair,
kerapatannya serbasama dengandi semua bagian pada cairan tersebut, namun nilai kerapatannya
berbeda dengan di fasa uap. Misalkan, es adalah satu fasa walaupun terdiri dari beberapa balok.
Suatu larutan yang dibentuk dari 2 komponen atau lebih dapat merupakan satu fasa, walau jika
diteliti secara mikroskopis sebetulnya larutan tersebut tidak homogen. Namun, jika larutan
tersebut merupakan campuran dari larutan yang tidak saling bercampur, maka larutan tersebut
terdiri lebih dari satu fasa. Pada fasa gas, system hanya akan memiliki satu fasa, karena semua
gas dapat saling bercampur.
Untuk memahami tentang kesetimbangan fasa, maka perlu juga mengenal istilah jumlah
fasa, jumlah komponen, dan derajat kebebasan.
Jumlah fasa
Banyaknya fase dalam system diberi notasi P. gas atau campuran gas adalah fasatunggal;
Kristal adalah fasa tunggal; dan dua cairan yang dapat campur secara total membentuk fase
tunggal. Campuran dua logam adalah system dua fasa(P = 2) jika logam-logam itu tak dapat
campur, tetapi merupakan system satu fasa (P = 1) jika logam-logamnya dapat tercampur.
Contoh ini menunjukkan bahwa memutuskan apakah suatu sistem terdiri dari satu atau dua fase
(atkins, 1996).
Disperse adalah seragam pada skala makroskopik, namun tidak pada skala mikroskopik,
karena disperse terdiri dari atas butiran-butiran atau tetesan-tetesan komponen didalam matriks
komponen lain (Atkins, 1996).
Jumlah komponen
Banyaknya komponen dalam system C adalah jumlah minimum spesies bebas yang
diperlukan untuk menentukan komposisi semua fasa yang ada dalam system. Definisi ini mudah
diberlakukan jika spesies yang ada dalam system tidak bereaksi, sehingga kita hanya menghitung
banyaknya. Misalkan, air murni merupakan system satu komponen (C=1) dan campuran etanol
dan air adalah sisem dua-komponen (C=2) (Atkins, 1996).
Jika spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan kita harus memperhitungkan arti
kalimat “semua fasa” dalam definisi tersebut. Jadi, untuk ammonium klorida yang dalam
kesetimbangan dengan uapnya (Atkins, 1996),
NH4Cl(s) ↔ NH3(g) + HCl(g)
Kedua fasa mempunyai komposisi formal ”NH4Cl” dan system mempunyai satu
komponen. Jika HCl(g) berlebihan ditambahkan, system mempunyai dua komponen karena
sekarang jumlah relatif HCl dan NH3berubah-ubah.
Derajat kebebasan
Derajat kebebasan merupakan jumlah minimum variable intensif yang diperlukan untuk
menentukan keadaan suatu system. Terdapat dua variabel yang diketahui, yaitu variable intensif
dan variable ekstensif. Variable intensif adalah variable yang tidak bergantung pada banyaknya
partikel, misalkan : tekanan, kerapatan, kapasitas panas molar, dan indeks refraktif. Sedangkan
variable ekstensif adalah variable yang besarnya tergantung pada banyaknya partikel. Misalnya :
berat dan volume.
3. Aturan Fasa
Dalam system komponen tunggal (C = 1), tekanan dan temperature dapat diubah secara
bebas jika hanya ada satu fasa (P = 1). Jika kita mendefinisikan varian F system sebagai
banyaknya variable intensif yang dapat diubah dengan bebas tanpa mengganggu banyaknya fasa
yang berada dalam kesetimbangan, maka F = 2. Jadi, system itu bivarian dan mempunyai dua
derajat kebebasan. Didalam satu perhitungan yang paling indah dalam keseluruhan
termodinamika kimia, J.W. Gibbs menarik kesimpulan tentang aturan fasa, yang merupakan
hubungan umum antara varian F, jumlah komponen C, dan jumlah fasa pada
kesetimbangan P untuk suatu system dengan komposisi sembarang (Atkins, 1996):
F=C–P+2
Akan diketahui bahwa aturan ini akan mewakili apa yang telah diketahui tentang system
satu komponen, menjelaskan bagaimana aturan ini diturunkan dan kemudian menerapkannya
pada kasus yang lebih rumit.
System satu-komponen
Untuk system satu komponen, seperti air murni,
F=3-P
Jika hanya ada satu fase, F=2 dan P dan T dapat diubah-ubah dngan bebas. Dengan kata
lain, fasa tunggal digambarkan dengan daerah pada diagram fasa. Jika dua fasa ada dalam
kesetimbangan, F=1, yang berarti tekanan bukanlah variable bebas jika kita sudah menentukan
temperaturnya. Jadi, kesetimbangan dua dengan garis di dalam diagram fasa. Daripada memilih
temperature, kita dapatmemilih tekanan, tetapi dengan pemilihan itu, kedua fasa mencapai
kesetimbangan pada temperature tertentu. Oleh karena itu, pembekuan (atau transisi fasa yang
lain) pada temperature tertentu pada tekanan tertentu (Atkins, 1996).
Jika ketiga fasa ada dalam kesetimbangan, F = 0. Kondisi invariant yang khusus ini
hanya dapat terjadi pada temperature dan tekanan tertentu. Oleh karena itu, kesetimbangan tiga
fasa itu digambarkan dengan satu titik, yaitu titi tripel, pada diagram fasa. Empat fasa tidak dapat
berada pada kesetimbangan dalam system satu-komponen karena F tidak dapat menjadi negative
(Atkins, 1996).