Vous êtes sur la page 1sur 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kapang penyebab Aspergilosis

Pemeriksaan Hasil

Makroskopis

Mikroskopis
Aspergilosis merupakan penyakit saluran pernapasan dan kantong hawa unggas segala umur yang
telah tersebar di seluruh dunia, terutama negara-negara tropis yang bercuaca panas dan lembab.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies Aspergillus yang merupakan jamur yang umum ditemukan
di materi organik. Penyakit ini menyerang secara sistemik, yang berarti menyerang di dalam tubuh
ternak dan dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Aspergillus merupakan mikroorganisme
eukariot, saat ini diakui sebagai salah satu diantara beberapa makhluk hidup yang memiliki daerah
penyebaran paling luas serta berlimpah di alam, selain itu jenis kapang ini juga merupakan
kontaminan umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun subtropis. Unggas yang
terserang menunjukkan tanda-tanda sulit bernapas, gasping. kecepatan pernapasan meningkat.
Gejala lain yang sering muncul, antara lain : mencret, napsu makan menurun, pucat, kurus dan
pertumbuhan lambat. Mata membenkak sebelah atau keduanya, jika infeksi terjadi di mata. Jamur
juga bisa menyerang otak sehingga terlihat gejala-gejala syaraf, seperti kekakuan, tremor
(gemetaran), kepala diletakkan pada punggung dan lumpuh. Selain itu gejala dapat berkembang
lebih parah jika infeksi menyebar atau berkembang diluar paru-paru (Davey, 2006).

Pada praktikum ini untuk membuktikan sample hewan yang ada terjangkit aspergilosis atau tidak
dilakukan pemeriksaan postmortem. Pemeriksaan itu meliputi melihat bentuk dan warna dari
organ dalam hewan. Biasanya organ yang telah terserang aspergilosis akan menunjukkan
perubahan PA seperti adanya benjolan-benjolan atau sarang perkejuan berwarna kuning sampai
abu-abu dalam Trakhea, paru-paru, kantong hawa dan tenggorokan (Depkes RI 1989). Sering juga
ditemukan dalam perut, hati dan bagian tubuh yang lain. Pada praktikum in terlihat ada perubahan
pada kantung hawa, hati, peritonium, perikardium dan paru-paru.

Setelah dilakukan pembiakan, diamati keadaan makroskopis dari sediaan tersebut. Yang terlihat
adalah koloni berwarna hijau kecoklatan dan memiliki filamen yang jelas. Aspergillus fumigatus
diidentifikasi secara makroskopis dengan ciri-ciri warna hijau muda hingga hijau tua, bentuk
seperti pasir yang menggerombol. Kemudian dilihat struktur mikroskopiknya dengan melakukan
pewarnaan menggunakan LPCB. Pada pengamatan tersebut terlihat biakan tersebut mengandung
Aspergillus sp. Pemeriksaan selanjutnya diteruskan dengan uji Riddle. Pada uji ini setelah diberi
pewarna LPCB terlihat bahwa biakan tersebut murni terjangkit aspergillosis. Pada pemeriksaan
mikroskopis memiliki konidiospora panjang, tidak bersepta.
Metode pemeriksaan selanjutnya yakni metode slide culture. Pengamatan slide culture meliputi
bentuk hifa, bentuk spesies fungi, dan ukuran spora (Balai karantina Ikan, 2011). Dari hasil
pemeriksaan didapatkan aspergillus fumigatus.

Balai Karantina Ikan. 2011c. Teknik Identifikasi Jamur Metode Slide Culture.
Semarang(ID): Tanjung Emas.

Davey P. 2006. At a Glance Medicine. Jakarta (ID: Erlangga

Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta (ID): Departemen

Kesehatan RI.

Vous aimerez peut-être aussi