Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan air sebagai air bersih dan air minum tidak dapat
dilakukan secara langsung, akan tetapi membutuhkan proses pengolahan
terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan agar air tersebut dapat memenuhi
standar sebagai air bersih maupun air minum. Untuk melakukan proses
pengolahan air tersebut dibutuhkan suatu instalasi yang sesuai dengan
kuantitas dan kualitas yang diinginkan.

Air PDAM adalah salah satu sumber air bersih bagi masyarakat.
Namun sebelum didistribusikan ke konsumen dilakukan beberapa proses
pengolahan untuk menghasilkan air bersih yang berkualitas. Salah satu
cara pengolahan air adalah desinfeksi dengan klorinasi, yang
memperhatikan standart sisa klor yang diperbolehkan dalam air bersih.

Kadar sisa klor yang melebihi batas tersebut dapat berdampak negatif
pada kesehatan apabila dikonsumsi secara terus menerus. Kadar sisa klor
berlebih dapat menyebabkan beberapa penyakit, apabila klor di dalam
tubuh tersebut bersenyawa dengan zat organik, seperti air seni atau
keringat

Oleh karena itu pada praktikum ini dilakukan analisa sisa klor untuk
mengetahui kandungan sisa klor yang terdapat dalam sampel air.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui besarnya klor aktif yang diperlukan sampel untuk
proses desinfeksi.
1.3 Ruang Lingkup
 Praktikum analisa sisa klor menggunakan metode iodometri

 Praktikum analisa sisa klor dilakukan di Laboratorium Kimia


Lingkungan Fakultas Teknik, UPN “Veteran” Jawa Timur, Hari Rabu
jam 10.00 WIB

 Sampel air PDAM diambil di daerah Ngagel, Surabaya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Residu klorin disebut juga dengan klorin bebas atau aktif, dapat
diartikan jumlah klorin yang tersedia sebagai desinfektan setelah waktu
kontak tertentu. Residu klorin ini terdapat dalam dua bentuk antara lain
residu klorin terikat dan residu klorin bebas. Residu klorin ini
diketegorikan sebagai zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Selain
itu sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sanitasi dan hygiene yang
baik, maka perlu dilakukan analisa tentang residu klorin ini (Schoefer et
al, 2008).

Pengolahan air minum merupakan cara untuk mendapatkan air bersih


dan sehat sesuai dengan standar mutu air untuk kesehatan. Cara
pembersihan air yang dialirkan melalui pipa-pipa air minum biasanya
dengan cara klorinasi, yaitu dengan menambahkan kaporit (CaOCl2).
Berbagai jenis senyawa organik yang berada di dalam air yang bereaksi
dengan klorin akan dapat menginaktifkan klorin. Karena itu, selama
masih banyak terkandung senyawa-senyawa tersebut, klorin yang
ditambahkan tidak dapat berdaya sebagai desinfektan terhadap jasad -
jasad renik. Hanya setelah kebutuhan klorin telah cukup banyak untuk
menghilangkan senyawa-senyawa tersebut di atas, baru penambahan
klorin selebihnya dapat berfungsi dalam membunuh dan menghambat
pertumbuhan mikroba (Winarno, 1986).

Kadar sisa klor pada sampel masih bisa untuk membunuh


mikroorganisme (MPN Coliform) yang mengontaminasi pada saat
penyimpanan dan pendistribusian air. Dosis klorin yang tepat dipakai
untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan
organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/L
dalam air (Sumantri, 2010).

Pada metode Iodometri, khlor aktif akan membebaskan iodin (I2) dari
larutan kalium iodida (KI). pH yang sesuai untuk reaksi ini adalah < 3
atau 4, namun jika pH tinggi digunakan asam asetik (CH3COOH) untuk
menurunkan pH. Dalam 37 metode ini kanji digunakan untuk merubah
warna suatu larutan yang mengandung iodin menjadi biru. Penentuan
jumlah khlor aktif dilakukan dengan melihat iodin yang telah dibebaskan
oleh khlor aktif yang kemudian dititrasikan dengan larutan standard
natrium tiosulfat. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna
biru dari larutan (G.Alaerts, 1987:110).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asryadin (2012)
menerangkan bahwa penurunan kadar sisa klor bebas akan berkurang
selama perjalanan air sampai ke konsumen. Hal itu disebabkan oleh daya
kerja klor aktif selama perjalanan, kontak dengan mikroorganisme
penyebab kontaminasi air dan jaringan pipa yang tidak efisien karena
terjadi kehilangan air yang disebabkan oleh kebocoran.

Residu klorin dapat membahayakan kesehatan jika terjadi


kontaminasi, dari kontaminasi ini, antara lain menyebabkan iritasi kulit,
telinga, gangguan paru, kerusakan pada gigi, maupun infeksi pada saluran
pernapasan atas, serta dalam jangka waktu yang lama juga dapat
menyebabkan kanker (Effendi, 2004).

Rumus yang dipakai untuk menghitung kadar sisa klor, yaitu:

a
Sisa klor (mg/lt) =  N 1000  35,45
vol.sampel

Ket: a = volume titrasi larutan natrium thiosulfat

N = normalitas larutan natrium thiosulfat


BAB III

PERALATAN DAN BAHAN


3.1 Alat

1. Erlenmeyer 250 mL

2. Pipet ukur 2 mL, 10 mL, 25 mL

3. Pipet tetes

4. Filler

5. Buret

6. Statif

3.2 Bahan

1. Kristal KI cair

2. Larutan Asam Asetik Glacial

3. Larutan Na2S2O3

4. Indikator amilum

5. Air sampel
BAB IV

PROSEDUR KERJA DAN GAMBAR KERJA ALAT

1. Memasukkan 25 mL sampel ke dalam erlenmeyer.

2. Menambahkan 2 mL larutan asam asetik glacial ke dalam erlenmeyer.

3. Menambahkan 10 mL kristal KI cair ke dalam erlenmeyer.

4. Meneteskan 2 tetes indikator amilum ke dalam erlenmeyer. Setelah


ditambahkan indikator amilum larutan yang diuji tidak berwarna biru,
maka larutan sampel yang diuji tidak mengandung sisa klor. Sehingga
tidak dilakukan titrasi.
BAB V

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENGAMATAN

SAMPEL AIR PDAM DAERAH NGAGEL

AIR PDAM Volume Titrasi


Na2S2O3 (mL)
PERCOBAAN 1 0

PERCOBAAN 2 0

Perhitungan :

0
-Percobaan 1 =  0,025 1000  35,45
25

= 0 mg/lt

0
-Percobaan 2 =  0,025 1000  35,45
25

= 0 mg/lt

0
RPD = 100%  0%
0

5.2 PEMBAHASAN

Analisa yang dilakukan pada praktikum ini adalah analisa tentang sisa
klor dalam air dengan menggunakan metoda iodometri secara duplo.
Sampel air yang digunakan pada analisa ini yaitu air PDAM yang diambil
di daerah Ngagel, Surabaya. Karakteristik fisik air sampel yang diuji kali
ini memiliki warna yang jernih dan tidak berbau. Pada saat melakukan
penambahan indikator amilum pada larutan percobaan 1 dan 2 yang akan
diuji sebelum dititrasi dengan natrium thiosulfat ke dalam kedua sampel
larutan yang dititrasi tidak terjadi perubahan warna menjadi biru (warna
tetap). Hal tersebut menandakan bahwa pada .sampel air PDAM yang
diambil di daerah Ngagel tidak mengandung sisa klor, sehingga tidak
perlu dilakukan titrasi larutan natrium thiosulfat atau dapat dikatakan
volume titrasi natrium thiosulfatnya 0 mL dan sisa klornya 0 mg/lt. Tidak
adanya kandungan sisa klor yang sampai di kran konsumen dapat terjadi
karena selama proses pendistribusian sisa klor yang masih terkandung
untuk membunuh mikroorganisme akan berkurang hingga sampai ke
konsumen. Hasil penetapan kadar sisa klor tersebut sudah sesuai dengan
standar sisa klor yang diperbolehkan menurut PERMENKES RI Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu
untuk kadar maksimal klor yang diperbolehkan adalah 5 mg/lt.. Dengan
tidak adanya kandungan sisa klor pada saat tiba di kran konsumen
tentunya sangat berdampak baik bagi kesehatan manusia. Karena jika
masih terkandung sisa klor pada saat tiba di kran konsumen akan
berdampak buruk bagi kesehatan, seperti iritasi kulit, telinga, gangguan
paru, kerusakan pada gigi, maupun infeksi pada saluran pernapasan atas,
serta dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan kanker.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

 Berdasarkan hasil praktikum untuk sampel air di daerah PDAM pada


percobaan 1 dan 2 mengandung sisa klor 0 mg/lt atau tidak
mengandung sisa klor.

 Dari hasil yang didapat telah memenuhi standar menurut


PERMENKES RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu untuk kadar maksimal klor
yang diperbolehkan adalah 5 mg/lt.

 Tidak adanya kandungan sisa klor karena mengalami penurunan


kadar sisa klor selama pendistribusian air hingga sampai ke
konsumen.

 Pada sampel air PDAM daerah Ngagel tidak berdampak buruk bagi
kesehatan manusia.

6.2 Saran
 Sebaiknya berhati-hati saat menggunakan alat dan bahan saat
praktikum berlangsung.

 Sebaiknya melakukan praktikum dengan teliti dan sesuai dengan


prosedur kerja.

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

 Schaefer, H. dan Redelmeier, T.E. 2008. Skin Barrier - Principles of


Percutaneous Absorption. S Karger AG. P.O. Box, CH-4009 Basel
(Switzerland). ISBN 3-8055-6326-4.

 Winarno, F.G. 1986. Air untuk Industri Pangan. PT. Gramedia:


Jakarta

 Sumantri 2010. Kesehatan Lingkungan. Kencana Prenada Media


Group. Jakarta

 Alaerts, G, 1987, Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya

 Asryadin, Christiyaningsih J. Pengaruh Jarak Tempuh Air dari Unit


Pengolahan Air Terhadap pH, Suhu, Kadar Sisa Klor dan Angka
Lempeng Total Bakteri (ALTB) pada PDAM Kota Bima Nusa
Tengga Barat. J.Analisis Kesehatan Sains. 2012;1(02)

 Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi