Vous êtes sur la page 1sur 26

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP RESPON NYERI

PERSALINAN PADA PASIEN INPARTU KALA I DI RSUD BITUNG

Oleh :

Lian Deftien Asmita Tuuk, S.ST


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi

seorang ibu. Hampir semua ibu mengalami nyeri saat bersalin karena nyeri merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi jalannya persalinan. Walaupun semua ibu sudah mengetahui

sebelumnya bahwa melahirkan itu pasti disertai nyeri, pada saat persalinan tiba hanya sedikit

yang siap dan mampu menerima respon nyeri dalam proses persalinan. Oleh karena itu, ibu-

ibu sering meminta persalinan dipercepat atau meminta untuk diberikan obat penghilang rasa

sakit (Hermawati, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO, 2003) setiap tahun lebih dari 200 juta

wanita hamil, sebagian besar kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang

sehat, namun pada beberapa kasus kelahiran menjadi suatu masa yang penuh dengan rasa

nyeri, rasa takut dan penderitaan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa sebanyak 7-14%

masyarakat maju tanpa rasa nyeri, tetapi sebagian besar (86%) persalinan disertai rasa nyeri,

Handaya dalam (Vikar, 2009).

Indeks nyeri berdasarkan McGill Pain Indeks (MPI) dengan skala indeks 0-50, pada

primipara 38, multipara 30, amputasi 25 dan kanker 28.Didukung data yang diperoleh dari

RSUD Bitung, pasien inpartu di RSUD Bitung tahun 2013 sebanyak 1031 pasien dan tahun

2014 berjumlah 1125 pasien. Sebagian besar pasien dengan keluhan nyeri sekitar 90 % dan

pasien yang tidak mengeluhkan rasa nyeri sekitar 10 %.Hasil pengamatan saya selama

bertugas di RSUD Bitung, ibu-ibu yang bersalin di RSUD Bitung yang tidak bisa beradaptasi

dengan nyeri saat persalinan dengan menangis, berteriak, gelisah, beresiko mengalami partus

lama, gawat janin dan asfiksia pada bayi saat lahir.


Menurut Arfian (2008), proses menanti kelahiran akan dilalui seorang ibu dengan rasa

nyeri. Saat persalinan nyeri timbul akibat dari kontraksi otot rahim, yakni peregangan segmen

bawah rahim dan leher rahim, membukanya mulut rahim serta peregangan otot-otot serta

jaringan dasar panggul yang membentuk jalan lahir. Nyeri dirasakan sangat berat terutama

oleh ibu-ibu yang baru pertama kali mengalami proses persalinan.

Menurut Arfian dalam Read (2008), intensitas nyeri persalinan berhubungan dengan

tingkat emosional. Beberapa faktor yang berhubungan dengan meningkatnya intensitas nyeri

persalinan dan kelahiran adalah nuliparitas, induksi persalinan, usia ibu yang masih muda,

riwayat low back painyang menyertai menstruasi dan peningkatan berat badan ibu ataupun

janin.

Henderson (2006) menuliskan nyeri pada persalinan dapat dikontrol dengan

menggunakan management nyeri, baik secara farmakologis maupun non farmakologis.

Secara non farmakologis yang merupakan kewenang perawat untuk memberikan terapi yang

cocok untuk mengurangi nyeri pasien. Menurut Varney’midwifery dalam Nurasia (2012)

Bidan sebagai pemberi asuhan pada ibu bersalin harus menguasai berbagai kebutuhan dasar

ibu bersalin, karena persalinan yang aman dan nyaman hanya akan tercipta jika seluruh

kebutuhan dasar ibu bersalin terpenuhi. Kebutuhan pengurangan rasa sakit dapat memberikan

keuntungan : 1) sederhana, 2) efektif, 3) biaya rendah, 4) resiko rendah, 5) membantu

kemajuan persalinan, 6) hasil kelahiran bertambah baik, 7) bersifat sayang ibu.

Ahmadi dalam Kristiarini (2013) menambahkan terapi yang bertujuan untuk mengurangi

nyeri salah satunya adalah teknik relaksasi autogenik/autogenik training. Teknik relaksasi

autogenik memberikan efek menenangkan tubuh dan pikiran dengan mengalihkan perhatian

pasien kepada relaksasi sehingga dapat membuat pasien tidak fokus terhadap nyeri.

Menurut Varvogli dalam Pratiwi (2012), teknik relaksasi autogenik membawa perintah

tubuh melalui autosugesti untuk rileks sehingga pernafasan, tekanan darah, denyut jantung
serta suhu tubuh dapat dikendalikan. Standar latihan relaksasi autogenik bersumber dari

imajinasi visual seperti pasien membayangkan tempat-tempat yang indah yang pernah dilihat

pasien dan mantra-mantra verbal seperti pasien mengatakan pasien merasa damai dan tenang

yang membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai. Sensasi hangat dan berat ini

disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah tubuh yang diinginkan),

yang menyejukkan dan merelaksasi otot-otot disekitarnya sehingga pasien bisa merasa rileks

dan menekan rasa nyeri.

Menurut Gunter dan Von Eye dalam Shinozaki, dkk (2009) autogenik training sudah

sejak lama digunakan sebagai teknik relaksasi dan telah digunakan untuk mengurangi

kecemasan, nyeri akut, nyeri kronis, dan sakit kepala. Teknik relaksasi autogenik ini dalam

kebidanan sama halnya dengan metode terkini yaitu metode hypnobirthing. Sejauh peneliti

ketahui bahwa pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien inpartu belum

pernah diteliti.

Berdasarkan fakta yang sudah disebutkan, maka peneliti merasa perlu mengadakan

penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien

inpartu kala I di RSUD Bitung.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang teknik relaksasi autogenik pada respon nyeri pasien inpartu,

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah teknik relaksasi autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien

inpartu di RSUD Bitung?

2. Apakah teknik relaksasi autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri sebelum (pre-test)

dan sesudah (post test) pada pasien inpartu di RSUD Bitung?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh teknik relaksasi autogenik pada kelompok terapi dan

kelompok kontrol pada pasien inpartu di RSUD Bitung?


4. Apakah teknik relaksasi autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri pasien inpartu bila

dihubungkan dengan variabel-variabel berikut :

a. Usia

b. Paritas

C.Tujuan Penelitian

Ditinjau dari latar belakang masalah dan rumusan masalah penelitian, maka tujuan

dilakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh yang signifikan antara teknik relaksasi

autogenik dan nyeri pada pasien inpartu di RSUD Bitung

2. Untuk mengidentifikasi apakah ada perbedaan nyeri antara nyeri sebelum ( pre-test ) dan

sesudah ( post-test ) pemberian teknik relaksasi autogenik terhadap pasien inpartu di

RSUD Bitung

3. Untuk mengidentifikasi apakah ada perbedaan nyeri antara kelompok terapi dan kelompok

kontrol pada pasien inpartu di RSUD Bitung

4. Untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri

pada pasien inpartu bila dihubungkan dengan variabel-variabel berikut : usia dan paritas

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam pendalaman akan

pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri persalianan.

2. Bagi Pembangunan Bangsa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu ibu-ibu inpartu beradaptasi dengan respon

nyeri persalinan
3. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman serta keterampilan baru dalam penelitian eksperimen sederhana

mengenai teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri persalinnan. Dan sebagai acuan untuk

melakukan penelitian ekperimen yang lebih besar untuk membantu menambah wawasan,

memperkaya ilmu pengetahuan bagi bidan-bidan peneliti.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian Pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap respon nyeri persalinan pada ibu

Inpartu Kala I di RSUD Bitung, sejauh ini belum pernah diteliti namun, beberapa penelitian

lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, adalah :

1.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Relaksasi Autogenik

Teknik relaksasi autogenik merupakan teknik dalam membantu pengurangan rasa sakit pada

persalinan.

Menurut Varney Midwifery ada beberapa pendekatan untuk mengurangi rasa sakit saat

persalinan adalah : a) adanya seseorang yang mendukung dalam persalinan, b) pengaturan

posisi, c) relaksasi dan latihan pernapasan, d) istirahat dan privasi, e) penjelasan mengenai

proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan, f) asuhan diri, g) sentuhan

Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang efektif mengurangi rasa nyeri pada klien yang

mengalami nyeri akut atau kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot,

rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegahmenghebatnya stimulus nyeri. (Kusyati, dkk

2006). Relaksasi autogenik juga dapat membantu individu untuk dapat mengendalikan

beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah.

Luthe dalam (Kang, dkk 2009) menyatakan relaksasi autogenik sebagai teknik atau usaha

yang sengaja diarahkan pada kehidupan individu baik psikologis maupun somatik untuk

menyebabkan perubahan dalam kesadaran melalui autosugesti sehingga tercapailah keadaan

rileks.

Teknik ini sama halnya dengan teknik hypnobirthing yang melibatkan relaksasi yang

mendalam, pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melapaskan endorpin dari dalam tubuh

(relaksasi alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang

aman, lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan (Nurasiah, 2012).


Menurut Widyastuti dalam (Pratiwi 2012), teknik relaksasi autogenik menggunakan konsep

“konsentrasi pasif” pada daerah tertentu di tubuh tiap individu. Praktisi teknik relaksasi

autogenik mengulangi ungkapan kepada diri sendiri seperti ungkapan kehangatan, ungkapan

lamunan maupun ungkapan pengaktifan. Ungkapan kehangatan yang dipakai dalam relaksasi

ini seperti “ aku merasa hening, kedua tanganku, lenganku terasa hangat dan berat”.

Ungkapan lamunan yang digunakan pada teknik relaksasi ini seperti “jauh dalam pikiranku,

aku merasakan kedamaian dan keheningan yang menenangkan”. Ungkapan pengaktifan yang

dapat digunakan dalam relaksasi autogenik seperti “aku merasa kehidupan dan energi

mengalir melalui dada, kedua lengan, dan kedua tanganku”.

Hadibroto (2006) menyatakan latihan-latihan untuk menghadirkan relaksasi pasif diseluruh

bagian tubuh yang dibagi menjadi enam tahap merupakan program teknik relaksasi

autogenik. Enam tahap antogenik terdiri dari merasa berat diseluruh anggota tubuh, merasa

hangat ditangan dan kaki, menenangkan denyut jantung, mengatur pernafasan,

menghangatkan daerah sekitar jantung, serta mendinginkan dahi.

Relaksasi autogenik ini mudah dilakukan dan tidak beresiko. Prinsipnya klien harus mampu

berkonsentrasi dengan ekspirasi udara paru (Asmadi, 2008).

Langka-langka Latihan Relaksasi Autogenik

Asmadi (2008) dalam bukunya berjudul Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep

aplikasi Kebutuhan Dasar klien menulis langkah-langkah pelaksanaan teknik relaksasi

autogenik sebagai berikut.

1) Persiapan sebelum memulai latihan

- Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam

- Atur napas hingga napas menjadi lebih lentur


- Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil katakan dalam

hati “ aku merasa damai dan tenang “

2) Langkah 1 : Merasakan berat

- Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat.

Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan

hingga terasa sangat ringan sekali sambil katakan “ aku merasa damai dan tenang

sepenuhnya”.

- Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki

3) Langkah 2 : Merasakan kehangatan

- Bayangkan darah mengalir ke seluruh tubuh dan rasakan hangatnya aliran darah,

seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri “aku

merasa tenang dan hangat”

4) Langkah 3 : Merasakan denyut jantung

- Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut

- Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang sambil katakan

“jantungku berdenyut dengan teratur dan tenang”

- Ulangi 6 kali

- Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang

5) Langkah 4 : Latihan pernapasan

- Posisi kedua tangan tidak berubah

- Katakan dalam diri “napasku longgar dan tenang”

- Ulangi 6 kali

- Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang”

6) Langkah 5 : Latihan Abdomen

- Posisi kedua tangan tidak berubah


Rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir dengan teatur dan terasa hangat

- Katakan dalam diri “darah yang mengalir dalam perut terasa hangat”

- Ulangi 6 kali

- Katakan dalam hati “aku merasa damai dan tenang”

7) Langkah 6 : Latihan Kepala

- Kedua tangan kembali pada posisi awal

- Katakan dalam hati “kepalaku terasa benar-benar dingin”

8) Langkah 7 : Akhir latihan

Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan lengan

bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.

Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawah perintah melalui

autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan, tekanan darah, denyut

jantung serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang membuat tubuh

merasa hangat, berat dan santai meruapakan standar latihan relaksasi autogenik (Varvogli,

2011).

2. Nyeri Persalinan

Nyeri

Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat yang hanya dapat

dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain,mencakup pola pikir,

aktifitas seseorang secara langsung dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan suatu

kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Stimulus

nyeri dapat bersifat fisik dan/ atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual

atau pada fungsi ego seseorang.


Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang sehingga dapat mengganggu hubungan

personal dan mempengaruhi makna kehidupan.

Ada tujuh faktor yang mempengaruhi respon nyeri yaitu 1) Usia, anak belum bisa

mengungkapkan nyeri sehingga perawaat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang

dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada

lansia cenderung memendam nyeri yang dialami karena takut mengetahui penyakitnya saat

diperiksa nyerinya. 2) Jenis kelamin, Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak

berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi oleh faktor budaya

(contoh: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri). 3)Kultur,

4) Makna nyeri, 5) Perhatian, tingkat seorang klien mengfokuskan perhatiaanya pada nyeri

dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990) perhatian yang meningkat

dihubungankan dengan nyeri yang meningkat. Teknik relaksasi merupakan teknik untuk

mengatasi nyeri. 6) Ansietas, cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas.7) Pengalaman masa lalu, Seseorang yang pernah berhasil

mengatasi nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.

Menurut Setiyono dalam Kristiarini (2013), respon tubuh terhadap nyeri antara lain :

1. Respon prilaku seperti menghindar dari stimulus, meringis atau menangis, diam menahan,

melindungi area yang nyeri

2. Respon fisiologik terbagi atas dua bagian. Pertama simpatetik (pada nyeri akut atau

superfisial) dan merupakan respon homeostatis seperti peningkatan tekanan darah,

peningkatan denyut nadi dan pernafasan, dilatasi pupil, ketegangan otot dan kaku, dingin

pada perifer, sering buang air kecil, kadar gula darah meningkat. Kedua respon

parasimpatik (pada nyeri berat) dan menunjukkan bahwa tidak mampu lagi melakukan

homeostatis seperti mual dan muntah, penurunan kesadaran, penurunan tekanan darah,

penurunan nadi, pernafasan cepat dan tidak teratur, dan lemah.


3. Respon aktif seperti diam tidak berdaya,menolak depresi, marah, takut, tidak punya

harapan, dan tidak punya kekuatan.

Penilaian Klinis nyeri :

1. Numeric Rating Scale (NRS)

NRS digunakan untuk menilai intensitas atau derajat keparahan nyeri dan memberi

kesempatan kepada klien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri yang dirasakan (Potter &

Perry, 2006). Menurut Strong, dkk dalam Datak (2008), NRS merupakan skala nyeri yang

paling sering digunakan dalam kondisi akut. NRS digunakan untuk mengukur intensitas nyeri

sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. NRS mudah digunakan dan didokumentasikan.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

None Mild Moderate Severe

Gambar 2.1Numeric rating scale (NRS)

2. Face Pain Scale (FPS)

FPS merupakan pengukuran nyeri dengan menggunakan 6 macam gambar ekspresi

wajah. Nilai berkisar antara 0 sampai 5. Nilai 0 mengidentifikasikan tidak nyeri, 5

mengidentifikasikan sangat nyeri (nyeri yang buruk). FPS biasa digunakan untuk mengkaji

intensitas nyeri pada anak-anak.

0 1 2 3 4 5

Gambar 2.2 Face pain Scale (FPS)


3. Visual Analogue Scale (VAS)

VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri dan memiliki alat

keterangan verbal pada setiap ujungnnya. Skala ini memberi kebebasan klien untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri. Vas merupakan pengukur intensitas nyeri yang lebih

sensitif, karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka(Potter & Perry, 2006). Skala ini menggunakan angka 0

sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Pengukuran dikatakan sebagai nyeri ringan

pada nilai dibawah 4, nyeri sedang bila nilai antara 4-7 dikatakan sebagai nyeri hebat apabila

nilai diatas 7(Sudoyo, dkk 2009).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No Moderate worst pain


Pain pain imaginable

Gambar 2.3 Visual analogue scale (VAS)

Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup

bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,

1998:157).

Persalinan dibagai 4 tahapan yaitu a) Kala I persalinan : dimulai sejak adanya his yang teratur

dan meningkat frekuensi dan kekuatannya yang menyebabkan pembukaan serviks sampai 10

cm. Yang pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan multipara 8 jam. Kecepatan

pembukaan serviks 1cm/jam (primipara) dann 1-2 cm (multipara), b) Kala II persalinan :

dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan berkahir dengan lahirnya bayi.

Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. c) Kala III

persalinan : dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta
selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Prawirohardjo, 1999:185). D)

Kala IV persalinan : dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.

Ibu-ibu yang akan melahirkan umumnya merasakan nyeri yang hebat yang diakibatkan

adanya tekanan pada saraf dan juga robeknya jaringan disekitar jalan lahir. Nyeri persalinnan

ditransmisikan oleh neuron sensori eferan atau viseral, nyeri viseral ini disebabkan oleh

regangan atau iritasi viseral.Neuron eferan akan menyampaikan ke saraf simpatik dan

parasimpatik otonom. Serat nyeri dari kulit dan viseral berjalan saling berdekatan di dalam

traktus spinotalamik. Oleh karena itu, nyeri dari organ internal, seperti uterus dapat dirasakan

seperti se akan-akan dari area kulit yang disuplai oleh bagian medulla spinalis yang sama.

Nyeri dari uterus dirasakan dipunggung atau didaerah labia (Fraser, 2009).

Umumnya, rasa sakit kontraksi mulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke

bagian bawah perut, mungkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit mulai seperti sedikit

tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian menghilang seluruhnya. Sebagian besar ibu

merasakan seperti kram haid parah. Ada juga merasakan seperti gangguan saluran

penceranaan atau mules diare.

Sakit kontraksi dalam persalinan merupakan nyeri primer. Daerah yang mengalami nyeri

primer, antara lain pinggang, punggung, perut, dan pangkal paha. Sebagian efek kontraksi,

timbul juga nyeri sekunder, seperti mual, pusing, sakit kepala, muntah, tubuh gemetar, panas

dingin, kram, pegal-pegal dan nyeri otot.

Selain sakit akibat kontraksi, sakit lain terjadi saat kepala bayi mulai muncul divagina.

Jaringan antara vagina dengan anus (perineum) teregang sangat kencang akibat perobekan

jaringan. Sebagian besar ibu merasakan seolah-olah bagian bawah akan meledak. Ada juga

yang menggambarkan seperti membuang kotoran setelah sembelit satu bulan. Secara medis,

sakit tenggorokan bersifat tajam dan panas yang disebut somatic-sharp and burning (Bonny
& Mila, 2004:3). Perasaan nyeri juga tergantung pada ambang nyeri dari penderita yang

ditentukan oleh keadaan jiwanya.

Pada persalinan kala I menurut Simkin (2007), nyeri timbul akibat dilatasi serviks dan

segmen uterus bagian bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot

dan ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah : a) berkurangnya pasokan oksigen ke

otot rahim (nyeri semakin hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan

oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih), b) meregangnya leher rahim (affacement dan

pelebaran), c) tekanan bayi pada saraf dekat leher rahim dan vagina, d) ketegangan dan

meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan

turunnya bayi, e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus, f) Meregangnya

otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina, g) ketakutan dan kecemasan yang dapat

menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan

lain-lain) yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat.

3.Usia

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan), Usia merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada ibu. Dengan bertambah usia, cara

merespon nyeripun akan berbeda dan komplikasi dalam kehamilan akan berbeda sehingga

tingkat nyeri yang akan dirasakan setiap ibu akan berbeda. (Poter dan Perry, 2006). Menurut

Walsh (2007), bahwa usia yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri

persalinan lebih tinggi.

Usia yang ideal untuk menjalani kehamilan adalah usia 20 sampai 35 tahun. Usia kurang dari

20 tahun memiliki resiko untuk melahirkan karena organ-organ reproduksi yang belum

matang untuk kehamilan, demikian juga ibu hamil di usia tua lebih dari 35 tahun beresiko

untuk melahirkan karena semakin tua usia seseorang semakin mennurun pula fungsi organ-

organ dalam tubuh.


4.Paritas

Paritas merupakan istilah untuk menunjukan jumlah kehamilan bagi seorang wanita yang

melahirkan bayi yang hidup pada setiap kehamilan (Oxford Concise Medical Dictionary,

2007).

Primigravida mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan

multigravida mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan

penurunan cepat pada persalinan kala II.

Menurut Kristiarini (2013) setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Ada dua

kemungkinan yang terjadi ketika individu mengalami nyeri di masa mendatang, yaitu

individu akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk

menghilangkan nyeri dan individu akan lebih mudah menginterpretasikan nyeri atau individu

akan mengalami ansietas bahkan rasa takut ketika mengalami nyeri di masa mendatang.

Dalam beberapa penelitian memdukung, Oleh Durotun, dkk (2011) dengan judul perbedaan

tingkat nyeri persalinan kala I pada ibu bersalin normal primigravida dan multigravida di RB

Nur Hikmah desa Kuaron Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2011, menghasilkan nyeri

persalinan pada ibu primigravida sebagian besar mengalami nyeri berat sebanyak 10 orang

(66,7%). Responden yang mengalami nyeri sedang sebanyak 4 orang (26,7%) dan nyeri yang

sangat berat sebanyak 1 orang (6,7%). Nyeri persalinan pada multigravida sebagian besar

mengalami nyeri ringan sebanyak 9 orang (60%). Responden yang mengalami nyeri sedang

sebanyak 6 orang (40%). Kesimpulan didapat ada perbedaan tingkat nyeri persalinan kala I

pada ibu bersalin normal primigravida dan multigravida di RB Nur Hikmah Desa Kuwaron

Gubug Kabupaten Grobogan (p value = 0,000 < 0,005).


B. Kerangka Pemikiran

Variabel yang Mempengaruhi Variabel yang Dipengaruhi

Teknik Relaksasi Nyeri pada Ibu Inpartu


Autogenik kala I

Variabel Mediator
a. Usia
b. Paritas

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

1. H01 : Tidak ada pegaruh antara teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien

inpartu kala I di RSUD Bitung

2. H02 : Tidak ada perbedaan nyeri sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pemberian

teknik relaksasi autogenik terhadap pasien inpartu kala I di RSUD Bitung

3. H03 :Tidak ada perbedaan antara nyeri kelompok terapi dan kelompok kontrol pada pasien

inpartu kala I di RSUD Bitung

4. H04 : Tidak ada pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien inpartu

kala I bila dihubungkan dengan variabel-variabel berikut :

a. Usia

b. Paritas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment). Menurut

Rajab (2009) quasi experimen semu adalah eksperimen yang dalam mengontrol situasi

penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu atau menunjukkan subjek

penelitian secara tidak acak untuk mendapat salah satu dari berbagai tingkat faktor

penelitian.Met

Adapun quasi experiment yang akan digunakan yaitu non equivalent kontrol group design.

Metode non equivalent kontrol group design adalah metode dimana seluruh grup dibagi

menjadi dua grup yaitu grup terapi dan grup kontrol (Notoamodjo, 2002). Grup terapi yang

menjadi sampel penelitian akan diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan,

kemudian sampel tersebut akan diobservasi kembali setelah diberi perlakuan (Hidayat, 2009).

Bentuk rancangan dapat digambarkan sebagai berikut :

𝑂1𝑎 T 𝑂2𝑎 (Kelompok terapi)

𝑂1𝑏 K 𝑂2𝑏 (Kelompok kontrol)

Dimana :

𝑂1 = Pengukuran pertama (pre test) dengan mengobservasi yang dilakukan kepada ke dua

kelompok pasien inpartu

𝑂2 = Pengkuran terakhir (post test) dengan mengobservasi yang dilakukan kepada kedua

kelompok pasien inpartu

T = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok terapi ibu inpartu kala I

K = Kelompok yang tidak mendapat perlakuan dan hanya merupakan kelompok kontrol
B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Seluruh ibu inpartu kala I di RSUD Bitung dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016.

2. Sampel

Teknik sampling dalam penilitian ini adalah tipe metode nonprobability sampling yaitu

purposive / judgemental sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kehendak peneliti,

sehingga sampel tesebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2008)

Jumlah sampel yang akan diambil untuk penelitian sebanyak 60 responden yang terbagi 30

responden untuk kelompok kontrol dan 30 responden untuk kelompok terapi.

Ke-60 responden ini meliputi kriteria :

a. Kriteria inklusi yaitu :

1) Ibu yang melakukan partus normal di RSUD Bitung

2) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani surat

persetujuan (informed consent)

b. Kriteria Eksklusi yaitu :

1) Ibu Inpartu Kala II,III dan IV

2) Tidak bersedia menjadi responden ( tidak bersedia menandatangani informed

consent)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakandi Ruang Vrou Kamer (VK) RSUD BITUNG, Jl.S.H Sarundajang

No.5 Manembo-nembo tengah Kota Bitung, tanggal 01-31 Maret 2016.


D. Variabel Penelitian

Variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini terdiri atas :

1.Variabel bebas/Independent yaitu : Relaksasi autogenik

2.Variabel terikat/ dependent yaitu : Respon nyeri persalinan Ibu Inpartu Kala I di RSUD

Bitung

3.Variabel mediator : Usia dan Paritas

E. Definisi Operasional

1.Relaksasi autogenik

Suatu teknik yang diajarkan Bidan kepada ibu inpartu untuk menghadirkan relaksasi pasif di

seluruh bagian tubuh dengan menggunakan teknik relaksasi autogenik. Teknik ini diberikan

selama 10 – 20 menit dengan posisi ibu berbaring atau bisa juga posisi duduk tergantung

pada kenyamanan ibu.

Cara pengukuran dengan mengkaji nyeri dengan menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)

dan VAS (Visual Analogue scale).

2.Inpartu

Dalam hal ini Inpartu kala I adalah proses dimulainnya persalinan atau ibu masuk dalam

proses persalinan dengan ditandai keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) dan

adanya nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan belakang (His) yang datangnya

lebih kuat, sering dan teratur. Pada pemeriksaan dalam didapat serviks mulai mendatar dan

terbuka.

Kala I ini dibagi 2 fase :

1). Fase laten : dilatasi serviks hingga serviks membuka kurang 4 cm, yang umumnya

berlangsung 8 jam. Pada tahap ini peneliti akan mengajarkan bagaimana cara melakukan
teknik relaksasi autogenik karena pada fase ini ibu masih bisa menerima masukkan dan

mau bekerjasama dengan baik.

2). Fase aktif

Pada fase aktif periode akselerasi dan dilatasi maksimal (pembukaan serviks 4 sampai 9

cm) ini ibu akan mempraktekkan teknik relaksasi autogenik yang telah diajarkan oleh

peneliti dengan arahan peneliti. Dan juga peneliti akan mengambil data untuk pre test

pada tahap ini.

Dan pada tahap deselerasi (pembukaan serviks 9 sampai 10 cm), teknik relaksasi

autogenik bisa diterapkan hanya untuk mengontrol intensitas nyeri.

3.Usia

Usia merupakan umur ibu dari lahir sampai saat ini umur ibu dalam proses persalinan di

RSUD Bitung. Tidak ada batasan umur, berlaku bagi semua ibu yang akan melahirkan

normal tanpa bantuan alat-alat ataupun obat-obatan.

4.Paritas

Paritas dalam penelitian ini adalah Primiparayakni persalinan pertama kali dan atau multipara

yang persalinan lebih dari 1 kali.

F. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Numeric Rating Scale (NRS) dan Visual Analogue Scale (VAS) yaitu alat untuk mengukur

skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi autogenik

2. Pamflet teknik relaksasi autogenik sebagai bahan ajar untuk membantu mempermudah

peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan.

3. Lembaran isian data partisipan


G. Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara, pengamatan, perlakuan dan

evaluasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari lingkungan penelitian seperti mengutip hasil penelitian

sebelumnya, register persalinan, dan status pasien.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Diawali dengan membuat surat ijin penelitian dari Fakultas kemudian Kepala RSUD Bitung

sebagai tempat pengambilan data. Dilanjutkan dengan bertemu partisipan untuk membrikan

penjelasan maksud dan tujuan penelitian dengan pemberian informed consent pada ibu

inpartu untuk kemudian disetujui dan ditandatangani.Dilakukan pencocokan (matching) lalu

diberikan penjelasan tentang prosedur terapi relaksasi autogenik dengan menggunakan

pamflet. Kemudian pemberian teknik relaksasi autogenik selama 10 – 20 menit. Setelah

pemberian relaksasi autogenik, diukur kembali skala nyeri pasien untuk pengambilan data

post test dan mendokumentasikan hasil penelitian.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Ketika melaksanakan pengolahan data, oleh karena data hasil pengumpulan masih bersifat

data kasar (raw data) peneliti melakukan proses penataan data. Pengolahan data digunakan

agar data kasar yang telah diterima dapat diorganisir, disajikan serta dianalisis sehingga dapat

ditarik suatu kesimpulan. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan peneliti

adalah :
a. Persiapan

Pada tahap ini data dipilih dan disortir, sehingga yang ada tinggal data yang diperlukan.

Caranya adalah dengan mengecek kelengkapan identitas partisipan, pemeriksaan isi

instrumen pengumpulan data, dan pengecekkan macam isian data.

b. Tabulasi Data

Mengubah Jenis data disesuaikan dan di modifikasi sesuai dengan teknik analisis yang

digunakan

c. Penerapan

Setelah data ditabulasi, hasilnya dianalisis secara kuantitatif. Kegiatan pemrosesan data

dilakukan dengan cara-cara mengentri dari data kedalam program komputer. Ada beberapa

macam paket program yang dapat dipergunakan dalam pemrosesan data dengan masing-

masing mempunyai kelebihan serta kekurangannya salah satu paket program yang peneliti

gunakan untuk entri data adalah dengan menggunakan paket program Statistical Product

and Service Solutions (SPSS) for windows versi 17.00.

2.Analisis Data

Pelaksanaan analisis data, peneliti menggunakan perangkat komputer program Statistical

Product and Service Solutions (SPSS) fow Windows versi 17.00 dengan level of significant

yang akan digunakan adalahα = <0,05dan uji statistik dengan menggunakan uji Regresi

Linear, Uji T-test berpasangan, test independent dan Analisis of Variance (Anova).

Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data,yang meliputi :

a. Regresi Linear

Regresi Linear dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan masalah pertama tentang

apakahteknik relaksasi autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien inpartu

di RSUD Bitung, dengan HipotesaH01 : Tidak ada pegaruh antara teknik relaksasi

autogenik terhadap nyeri pada pasien inpartu kala I di RSUD Bitung.


Setelah penggunaan rumus statistik regresi linear kemudian dilakukan uji statistik t.

b. t-test berpasangan

Untuk menjawab masalah ke-dua tentang Apakah teknik relaksasi autogenik mempunyai

pengaruh terhadap nyeri sebelum (pre-test) dan sesudah (post test) pada pasien inpartu di

RSUD Bitung, maka dibuat hipotesa 2 dengan H02 : Tidak ada perbedaan nyeri sebelum

(pre-test) dan sesudah (post-test) pemberian teknik relaksasi autogenik terhadap pasien

inpartu kala I di RSUD Bitung

c. test independent

Analisis ini untuk menjawab masalah ke-tiga apakah ada perbedaan pengaruh teknik

relaksasi autogenik pada kelompok terapi dan kelompok kontrol pada pasien inpartu di

RSUD Bitung, dibuat hipotesa 3 dengan H03 :Tidak ada perbedaan antara nyeri kelompok

terapi dan kelompok kontrol pada pasien inpartu kala I di RSUD Bitung.

d. Analisis of Variance (Anova)

Analisis data ini dilakukan untuk menjawab masalah ke-empat Apakah teknik relaksasi

autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri pasien inpartu bila dihubungkan dengan

Usia dan Paritas. Maka dibuat hipotesa H04 : Tidak ada pengaruh teknik relaksasi

autogenik terhadap nyeri pada pasien inpartu kala I bila dihubungkan dengan usia dan

paritas.

Dasar pengambilan keputusan berdasarkan tingkat kemaknaan: 1) Jika tingkat kemaknaan >

0,05 maka Ho diterima. 2) Jika tingkat kemaknaan ≤ 0,05 maka Ho ditolak. (Riduan, 2010).

I. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebelum penelitian

Diawali dengan studi pendahuluan dan pengambilan data awal untuk menyusun

proposal penelitian. Studi pendahuluan dan penyusunan proposal dilakukan tanggal 01 Maret
2015 sampai dengan tanggal 31 Maret 2015, dilanjutkan dengan seminar proposal, kemudian

dilakukan revisi dan perbaikan proposal.

2. Saat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan membawah surat ijin penelitian dari Fakultas

dan mendapatkan surat ijin penelitian dari Direktur RSUD Bitung. Dilanjutkan perekrutan

partisipan yaitu sebanyak 60 orang ibu inpartu normal yang akan bersalin di RSUD Bitung

mulai tanggal 01 Mei 2015. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian,

selanjutnya dilakukan penanda tanganan informed consent bila ibu bersedia menjadi

partisipan. Para partisipan melalui prosedur pencocokkan (matching), dimana prosedur ini

mencocokkan partisipan penelitian pada variabel yang dipengaruhi kemudian di acak untuk

menentukkan masing-masing partisipan yang akan dikontrol dan diberi terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Arfian, 2008. Persalinan Tanpa Rasa Sakit: Tren Baru Kenyamanan Bagi Ibu Melahirkan,
http://pkusulo.wordpress.com/2008/01/12/persalinan-tanpa-rasa-sakit-tren-baru-
kenyamanan-bagi-ibu=melahirkan. Diakses 12 September 2013

Bonny & Mila, 2004. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit, Puspa Swara: Jakarta

Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan, Refika Aditama: Bandung

Danuatmaja, Bonny., & Mila, 2004. Persalinan Normal tanpa rasa sakit, Puspa swara: Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia (On-line).


Available, http://www.pusatbahasa.diknes.go.id/kbbi/index.php., diakses 25 Maret
2015

Durotun., Budi., & Ninik, 2011. Perbedaan tingkat nyeri persalinan kala I pada ibu bersalin
normal primigravida dan multigravida di RB Nur Hikmah Desa Kuaron Gubug
Kabupaten Grobogan tahun 2011, Skripsi, Universitas Muhamadiyah: Semarang

Hermawati, 2009. Karakteristik nyeri pada ibu inpartu kala I fase aktif antara yang diberi
distraksi musik klasik dengan yang diberi massage saja di Rumah Bersalin Gratis
Kepatihan Kulon Jebres Surakarta. Skripsi, Universitas Muhamadiyah: Surakarta
Kristiarini.,Latifah., & Hidayati, 2009. Pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap skala
nyeri pada ibu post operasi sectio caesaria (SC) di RSUD Banyumas. Jurusan
Keperawatan. Purwokerto
Manuaba, Candranita, dkk, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB,
EGC:Jakarta

Maulidah, 2012. Teknik-Teknik untuk Mengatasi Nyeri Persalinan,


http://meladianmaulidah.blogspot.com ,di akses 15 Oktober 2013

Miltenberger, 2004. Relaksasi (On-line). Available: http://www.eworld-indonesia.com.,


diakses 31 Maret 2013

Nurasiah, Rukmawati dan Badriah, 2012. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan, Refika
Aditama: Bandung

Patree, Walsh, 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas, EGC. Jakarta

Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta

Rosemary, 2003. Nyeri Persalinan, EGC: Jakarta

Saryono, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan,
Nuha Medika: Yogyakarta

Setiyono, 2008. Nyeri, http://mosabinang.co.cc/?p:30., diakses 19 Agustus 2013

Simkin, Penny, 2007. Edisi revisi Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.
Arcan: Jakarta

Suyanto, 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian dan Keperawatan, Nuha medika:
Yogyakarta

Subagio, 2013. Terapi Relaksasi Autogenik, Nuha medika: Yogyakarta

Varney, 2006. Buku ajar Asuhan Kebidanan, EGC: Jakarta

Vikar, 2009. Persepsi Ibu Tentang Metode Massage dalam Upaya Mengurangi Nyeri
Persalinan di RSUD Dr.M. Haulussy Ambin. Universitas Muhamadiyah: Malang

Yuliatun, 2008. Penanganan Nyeri Persalinan dengan Metode Non Farmakologi, Bayumedia
Publishing: Malang

Vous aimerez peut-être aussi