Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi
seorang ibu. Hampir semua ibu mengalami nyeri saat bersalin karena nyeri merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi jalannya persalinan. Walaupun semua ibu sudah mengetahui
sebelumnya bahwa melahirkan itu pasti disertai nyeri, pada saat persalinan tiba hanya sedikit
yang siap dan mampu menerima respon nyeri dalam proses persalinan. Oleh karena itu, ibu-
ibu sering meminta persalinan dipercepat atau meminta untuk diberikan obat penghilang rasa
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) setiap tahun lebih dari 200 juta
wanita hamil, sebagian besar kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang
sehat, namun pada beberapa kasus kelahiran menjadi suatu masa yang penuh dengan rasa
nyeri, rasa takut dan penderitaan. Beberapa penelitian mengatakan bahwa sebanyak 7-14%
masyarakat maju tanpa rasa nyeri, tetapi sebagian besar (86%) persalinan disertai rasa nyeri,
Indeks nyeri berdasarkan McGill Pain Indeks (MPI) dengan skala indeks 0-50, pada
primipara 38, multipara 30, amputasi 25 dan kanker 28.Didukung data yang diperoleh dari
RSUD Bitung, pasien inpartu di RSUD Bitung tahun 2013 sebanyak 1031 pasien dan tahun
2014 berjumlah 1125 pasien. Sebagian besar pasien dengan keluhan nyeri sekitar 90 % dan
pasien yang tidak mengeluhkan rasa nyeri sekitar 10 %.Hasil pengamatan saya selama
bertugas di RSUD Bitung, ibu-ibu yang bersalin di RSUD Bitung yang tidak bisa beradaptasi
dengan nyeri saat persalinan dengan menangis, berteriak, gelisah, beresiko mengalami partus
nyeri. Saat persalinan nyeri timbul akibat dari kontraksi otot rahim, yakni peregangan segmen
bawah rahim dan leher rahim, membukanya mulut rahim serta peregangan otot-otot serta
jaringan dasar panggul yang membentuk jalan lahir. Nyeri dirasakan sangat berat terutama
Menurut Arfian dalam Read (2008), intensitas nyeri persalinan berhubungan dengan
tingkat emosional. Beberapa faktor yang berhubungan dengan meningkatnya intensitas nyeri
persalinan dan kelahiran adalah nuliparitas, induksi persalinan, usia ibu yang masih muda,
riwayat low back painyang menyertai menstruasi dan peningkatan berat badan ibu ataupun
janin.
Secara non farmakologis yang merupakan kewenang perawat untuk memberikan terapi yang
cocok untuk mengurangi nyeri pasien. Menurut Varney’midwifery dalam Nurasia (2012)
Bidan sebagai pemberi asuhan pada ibu bersalin harus menguasai berbagai kebutuhan dasar
ibu bersalin, karena persalinan yang aman dan nyaman hanya akan tercipta jika seluruh
kebutuhan dasar ibu bersalin terpenuhi. Kebutuhan pengurangan rasa sakit dapat memberikan
Ahmadi dalam Kristiarini (2013) menambahkan terapi yang bertujuan untuk mengurangi
nyeri salah satunya adalah teknik relaksasi autogenik/autogenik training. Teknik relaksasi
autogenik memberikan efek menenangkan tubuh dan pikiran dengan mengalihkan perhatian
pasien kepada relaksasi sehingga dapat membuat pasien tidak fokus terhadap nyeri.
Menurut Varvogli dalam Pratiwi (2012), teknik relaksasi autogenik membawa perintah
tubuh melalui autosugesti untuk rileks sehingga pernafasan, tekanan darah, denyut jantung
serta suhu tubuh dapat dikendalikan. Standar latihan relaksasi autogenik bersumber dari
imajinasi visual seperti pasien membayangkan tempat-tempat yang indah yang pernah dilihat
pasien dan mantra-mantra verbal seperti pasien mengatakan pasien merasa damai dan tenang
yang membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai. Sensasi hangat dan berat ini
disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah tubuh yang diinginkan),
yang menyejukkan dan merelaksasi otot-otot disekitarnya sehingga pasien bisa merasa rileks
Menurut Gunter dan Von Eye dalam Shinozaki, dkk (2009) autogenik training sudah
sejak lama digunakan sebagai teknik relaksasi dan telah digunakan untuk mengurangi
kecemasan, nyeri akut, nyeri kronis, dan sakit kepala. Teknik relaksasi autogenik ini dalam
kebidanan sama halnya dengan metode terkini yaitu metode hypnobirthing. Sejauh peneliti
ketahui bahwa pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien inpartu belum
pernah diteliti.
Berdasarkan fakta yang sudah disebutkan, maka peneliti merasa perlu mengadakan
penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang teknik relaksasi autogenik pada respon nyeri pasien inpartu,
1. Apakah teknik relaksasi autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien
2. Apakah teknik relaksasi autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri sebelum (pre-test)
3. Apakah ada perbedaan pengaruh teknik relaksasi autogenik pada kelompok terapi dan
a. Usia
b. Paritas
C.Tujuan Penelitian
Ditinjau dari latar belakang masalah dan rumusan masalah penelitian, maka tujuan
1. Untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh yang signifikan antara teknik relaksasi
2. Untuk mengidentifikasi apakah ada perbedaan nyeri antara nyeri sebelum ( pre-test ) dan
RSUD Bitung
3. Untuk mengidentifikasi apakah ada perbedaan nyeri antara kelompok terapi dan kelompok
4. Untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri
pada pasien inpartu bila dihubungkan dengan variabel-variabel berikut : usia dan paritas
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam pendalaman akan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu ibu-ibu inpartu beradaptasi dengan respon
nyeri persalinan
3. Bagi Peneliti
mengenai teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri persalinnan. Dan sebagai acuan untuk
melakukan penelitian ekperimen yang lebih besar untuk membantu menambah wawasan,
E. Keaslian Penelitian
Penelitian Pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap respon nyeri persalinan pada ibu
Inpartu Kala I di RSUD Bitung, sejauh ini belum pernah diteliti namun, beberapa penelitian
1.
BAB II
A. Kajian Pustaka
1. Relaksasi Autogenik
Teknik relaksasi autogenik merupakan teknik dalam membantu pengurangan rasa sakit pada
persalinan.
Menurut Varney Midwifery ada beberapa pendekatan untuk mengurangi rasa sakit saat
posisi, c) relaksasi dan latihan pernapasan, d) istirahat dan privasi, e) penjelasan mengenai
Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang efektif mengurangi rasa nyeri pada klien yang
mengalami nyeri akut atau kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot,
rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegahmenghebatnya stimulus nyeri. (Kusyati, dkk
2006). Relaksasi autogenik juga dapat membantu individu untuk dapat mengendalikan
beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah.
Luthe dalam (Kang, dkk 2009) menyatakan relaksasi autogenik sebagai teknik atau usaha
yang sengaja diarahkan pada kehidupan individu baik psikologis maupun somatik untuk
rileks.
Teknik ini sama halnya dengan teknik hypnobirthing yang melibatkan relaksasi yang
mendalam, pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melapaskan endorpin dari dalam tubuh
(relaksasi alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang
“konsentrasi pasif” pada daerah tertentu di tubuh tiap individu. Praktisi teknik relaksasi
autogenik mengulangi ungkapan kepada diri sendiri seperti ungkapan kehangatan, ungkapan
lamunan maupun ungkapan pengaktifan. Ungkapan kehangatan yang dipakai dalam relaksasi
ini seperti “ aku merasa hening, kedua tanganku, lenganku terasa hangat dan berat”.
Ungkapan lamunan yang digunakan pada teknik relaksasi ini seperti “jauh dalam pikiranku,
aku merasakan kedamaian dan keheningan yang menenangkan”. Ungkapan pengaktifan yang
dapat digunakan dalam relaksasi autogenik seperti “aku merasa kehidupan dan energi
bagian tubuh yang dibagi menjadi enam tahap merupakan program teknik relaksasi
autogenik. Enam tahap antogenik terdiri dari merasa berat diseluruh anggota tubuh, merasa
Relaksasi autogenik ini mudah dilakukan dan tidak beresiko. Prinsipnya klien harus mampu
- Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat.
hingga terasa sangat ringan sekali sambil katakan “ aku merasa damai dan tenang
sepenuhnya”.
- Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki
- Bayangkan darah mengalir ke seluruh tubuh dan rasakan hangatnya aliran darah,
seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri “aku
- Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut
- Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang sambil katakan
- Ulangi 6 kali
- Ulangi 6 kali
- Katakan dalam diri “darah yang mengalir dalam perut terasa hangat”
- Ulangi 6 kali
bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.
autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan, tekanan darah, denyut
jantung serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang membuat tubuh
merasa hangat, berat dan santai meruapakan standar latihan relaksasi autogenik (Varvogli,
2011).
2. Nyeri Persalinan
Nyeri
Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat yang hanya dapat
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain,mencakup pola pikir,
aktifitas seseorang secara langsung dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan suatu
kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Stimulus
nyeri dapat bersifat fisik dan/ atau mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual
Ada tujuh faktor yang mempengaruhi respon nyeri yaitu 1) Usia, anak belum bisa
mengungkapkan nyeri sehingga perawaat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang
dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada
lansia cenderung memendam nyeri yang dialami karena takut mengetahui penyakitnya saat
diperiksa nyerinya. 2) Jenis kelamin, Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak
berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi oleh faktor budaya
(contoh: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri). 3)Kultur,
4) Makna nyeri, 5) Perhatian, tingkat seorang klien mengfokuskan perhatiaanya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990) perhatian yang meningkat
dihubungankan dengan nyeri yang meningkat. Teknik relaksasi merupakan teknik untuk
mengatasi nyeri. 6) Ansietas, cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas.7) Pengalaman masa lalu, Seseorang yang pernah berhasil
mengatasi nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Menurut Setiyono dalam Kristiarini (2013), respon tubuh terhadap nyeri antara lain :
1. Respon prilaku seperti menghindar dari stimulus, meringis atau menangis, diam menahan,
2. Respon fisiologik terbagi atas dua bagian. Pertama simpatetik (pada nyeri akut atau
peningkatan denyut nadi dan pernafasan, dilatasi pupil, ketegangan otot dan kaku, dingin
pada perifer, sering buang air kecil, kadar gula darah meningkat. Kedua respon
parasimpatik (pada nyeri berat) dan menunjukkan bahwa tidak mampu lagi melakukan
homeostatis seperti mual dan muntah, penurunan kesadaran, penurunan tekanan darah,
NRS digunakan untuk menilai intensitas atau derajat keparahan nyeri dan memberi
kesempatan kepada klien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri yang dirasakan (Potter &
Perry, 2006). Menurut Strong, dkk dalam Datak (2008), NRS merupakan skala nyeri yang
paling sering digunakan dalam kondisi akut. NRS digunakan untuk mengukur intensitas nyeri
sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. NRS mudah digunakan dan didokumentasikan.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
mengidentifikasikan sangat nyeri (nyeri yang buruk). FPS biasa digunakan untuk mengkaji
0 1 2 3 4 5
VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri dan memiliki alat
keterangan verbal pada setiap ujungnnya. Skala ini memberi kebebasan klien untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri. Vas merupakan pengukur intensitas nyeri yang lebih
sensitif, karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa
memilih satu kata atau satu angka(Potter & Perry, 2006). Skala ini menggunakan angka 0
sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Pengukuran dikatakan sebagai nyeri ringan
pada nilai dibawah 4, nyeri sedang bila nilai antara 4-7 dikatakan sebagai nyeri hebat apabila
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,
1998:157).
Persalinan dibagai 4 tahapan yaitu a) Kala I persalinan : dimulai sejak adanya his yang teratur
dan meningkat frekuensi dan kekuatannya yang menyebabkan pembukaan serviks sampai 10
cm. Yang pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan multipara 8 jam. Kecepatan
dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan berkahir dengan lahirnya bayi.
Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. c) Kala III
persalinan : dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta
selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Prawirohardjo, 1999:185). D)
Kala IV persalinan : dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
Ibu-ibu yang akan melahirkan umumnya merasakan nyeri yang hebat yang diakibatkan
adanya tekanan pada saraf dan juga robeknya jaringan disekitar jalan lahir. Nyeri persalinnan
ditransmisikan oleh neuron sensori eferan atau viseral, nyeri viseral ini disebabkan oleh
regangan atau iritasi viseral.Neuron eferan akan menyampaikan ke saraf simpatik dan
parasimpatik otonom. Serat nyeri dari kulit dan viseral berjalan saling berdekatan di dalam
traktus spinotalamik. Oleh karena itu, nyeri dari organ internal, seperti uterus dapat dirasakan
seperti se akan-akan dari area kulit yang disuplai oleh bagian medulla spinalis yang sama.
Nyeri dari uterus dirasakan dipunggung atau didaerah labia (Fraser, 2009).
Umumnya, rasa sakit kontraksi mulai dari bagian bawah punggung, kemudian menyebar ke
bagian bawah perut, mungkin juga menyebar ke kaki. Rasa sakit mulai seperti sedikit
tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian menghilang seluruhnya. Sebagian besar ibu
merasakan seperti kram haid parah. Ada juga merasakan seperti gangguan saluran
Sakit kontraksi dalam persalinan merupakan nyeri primer. Daerah yang mengalami nyeri
primer, antara lain pinggang, punggung, perut, dan pangkal paha. Sebagian efek kontraksi,
timbul juga nyeri sekunder, seperti mual, pusing, sakit kepala, muntah, tubuh gemetar, panas
Selain sakit akibat kontraksi, sakit lain terjadi saat kepala bayi mulai muncul divagina.
Jaringan antara vagina dengan anus (perineum) teregang sangat kencang akibat perobekan
jaringan. Sebagian besar ibu merasakan seolah-olah bagian bawah akan meledak. Ada juga
yang menggambarkan seperti membuang kotoran setelah sembelit satu bulan. Secara medis,
sakit tenggorokan bersifat tajam dan panas yang disebut somatic-sharp and burning (Bonny
& Mila, 2004:3). Perasaan nyeri juga tergantung pada ambang nyeri dari penderita yang
Pada persalinan kala I menurut Simkin (2007), nyeri timbul akibat dilatasi serviks dan
segmen uterus bagian bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot
dan ligamen. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah : a) berkurangnya pasokan oksigen ke
otot rahim (nyeri semakin hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan
oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih), b) meregangnya leher rahim (affacement dan
pelebaran), c) tekanan bayi pada saraf dekat leher rahim dan vagina, d) ketegangan dan
meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan
turunnya bayi, e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus, f) Meregangnya
otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina, g) ketakutan dan kecemasan yang dapat
menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan
lain-lain) yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat.
3.Usia
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan), Usia merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada ibu. Dengan bertambah usia, cara
merespon nyeripun akan berbeda dan komplikasi dalam kehamilan akan berbeda sehingga
tingkat nyeri yang akan dirasakan setiap ibu akan berbeda. (Poter dan Perry, 2006). Menurut
Walsh (2007), bahwa usia yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri
Usia yang ideal untuk menjalani kehamilan adalah usia 20 sampai 35 tahun. Usia kurang dari
20 tahun memiliki resiko untuk melahirkan karena organ-organ reproduksi yang belum
matang untuk kehamilan, demikian juga ibu hamil di usia tua lebih dari 35 tahun beresiko
untuk melahirkan karena semakin tua usia seseorang semakin mennurun pula fungsi organ-
Paritas merupakan istilah untuk menunjukan jumlah kehamilan bagi seorang wanita yang
melahirkan bayi yang hidup pada setiap kehamilan (Oxford Concise Medical Dictionary,
2007).
Primigravida mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan
Menurut Kristiarini (2013) setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Ada dua
kemungkinan yang terjadi ketika individu mengalami nyeri di masa mendatang, yaitu
individu akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan nyeri dan individu akan lebih mudah menginterpretasikan nyeri atau individu
akan mengalami ansietas bahkan rasa takut ketika mengalami nyeri di masa mendatang.
Dalam beberapa penelitian memdukung, Oleh Durotun, dkk (2011) dengan judul perbedaan
tingkat nyeri persalinan kala I pada ibu bersalin normal primigravida dan multigravida di RB
Nur Hikmah desa Kuaron Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2011, menghasilkan nyeri
persalinan pada ibu primigravida sebagian besar mengalami nyeri berat sebanyak 10 orang
(66,7%). Responden yang mengalami nyeri sedang sebanyak 4 orang (26,7%) dan nyeri yang
sangat berat sebanyak 1 orang (6,7%). Nyeri persalinan pada multigravida sebagian besar
mengalami nyeri ringan sebanyak 9 orang (60%). Responden yang mengalami nyeri sedang
sebanyak 6 orang (40%). Kesimpulan didapat ada perbedaan tingkat nyeri persalinan kala I
pada ibu bersalin normal primigravida dan multigravida di RB Nur Hikmah Desa Kuwaron
Variabel Mediator
a. Usia
b. Paritas
C. Hipotesis
1. H01 : Tidak ada pegaruh antara teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien
2. H02 : Tidak ada perbedaan nyeri sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pemberian
3. H03 :Tidak ada perbedaan antara nyeri kelompok terapi dan kelompok kontrol pada pasien
4. H04 : Tidak ada pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri pada pasien inpartu
a. Usia
b. Paritas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment). Menurut
Rajab (2009) quasi experimen semu adalah eksperimen yang dalam mengontrol situasi
penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu atau menunjukkan subjek
penelitian secara tidak acak untuk mendapat salah satu dari berbagai tingkat faktor
penelitian.Met
Adapun quasi experiment yang akan digunakan yaitu non equivalent kontrol group design.
Metode non equivalent kontrol group design adalah metode dimana seluruh grup dibagi
menjadi dua grup yaitu grup terapi dan grup kontrol (Notoamodjo, 2002). Grup terapi yang
menjadi sampel penelitian akan diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan,
kemudian sampel tersebut akan diobservasi kembali setelah diberi perlakuan (Hidayat, 2009).
Dimana :
𝑂1 = Pengukuran pertama (pre test) dengan mengobservasi yang dilakukan kepada ke dua
𝑂2 = Pengkuran terakhir (post test) dengan mengobservasi yang dilakukan kepada kedua
K = Kelompok yang tidak mendapat perlakuan dan hanya merupakan kelompok kontrol
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Seluruh ibu inpartu kala I di RSUD Bitung dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016.
2. Sampel
Teknik sampling dalam penilitian ini adalah tipe metode nonprobability sampling yaitu
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kehendak peneliti,
sehingga sampel tesebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
Jumlah sampel yang akan diambil untuk penelitian sebanyak 60 responden yang terbagi 30
consent)
Penelitian dilaksanakandi Ruang Vrou Kamer (VK) RSUD BITUNG, Jl.S.H Sarundajang
2.Variabel terikat/ dependent yaitu : Respon nyeri persalinan Ibu Inpartu Kala I di RSUD
Bitung
E. Definisi Operasional
1.Relaksasi autogenik
Suatu teknik yang diajarkan Bidan kepada ibu inpartu untuk menghadirkan relaksasi pasif di
seluruh bagian tubuh dengan menggunakan teknik relaksasi autogenik. Teknik ini diberikan
selama 10 – 20 menit dengan posisi ibu berbaring atau bisa juga posisi duduk tergantung
Cara pengukuran dengan mengkaji nyeri dengan menggunakan NRS (Numeric Rating Scale)
2.Inpartu
Dalam hal ini Inpartu kala I adalah proses dimulainnya persalinan atau ibu masuk dalam
proses persalinan dengan ditandai keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) dan
adanya nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan belakang (His) yang datangnya
lebih kuat, sering dan teratur. Pada pemeriksaan dalam didapat serviks mulai mendatar dan
terbuka.
1). Fase laten : dilatasi serviks hingga serviks membuka kurang 4 cm, yang umumnya
berlangsung 8 jam. Pada tahap ini peneliti akan mengajarkan bagaimana cara melakukan
teknik relaksasi autogenik karena pada fase ini ibu masih bisa menerima masukkan dan
Pada fase aktif periode akselerasi dan dilatasi maksimal (pembukaan serviks 4 sampai 9
cm) ini ibu akan mempraktekkan teknik relaksasi autogenik yang telah diajarkan oleh
peneliti dengan arahan peneliti. Dan juga peneliti akan mengambil data untuk pre test
Dan pada tahap deselerasi (pembukaan serviks 9 sampai 10 cm), teknik relaksasi
3.Usia
Usia merupakan umur ibu dari lahir sampai saat ini umur ibu dalam proses persalinan di
RSUD Bitung. Tidak ada batasan umur, berlaku bagi semua ibu yang akan melahirkan
4.Paritas
Paritas dalam penelitian ini adalah Primiparayakni persalinan pertama kali dan atau multipara
F. Instrumen Penelitian
1. Numeric Rating Scale (NRS) dan Visual Analogue Scale (VAS) yaitu alat untuk mengukur
2. Pamflet teknik relaksasi autogenik sebagai bahan ajar untuk membantu mempermudah
1. Jenis data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara, pengamatan, perlakuan dan
evaluasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari lingkungan penelitian seperti mengutip hasil penelitian
Diawali dengan membuat surat ijin penelitian dari Fakultas kemudian Kepala RSUD Bitung
sebagai tempat pengambilan data. Dilanjutkan dengan bertemu partisipan untuk membrikan
penjelasan maksud dan tujuan penelitian dengan pemberian informed consent pada ibu
pemberian relaksasi autogenik, diukur kembali skala nyeri pasien untuk pengambilan data
1. Pengolahan Data
Ketika melaksanakan pengolahan data, oleh karena data hasil pengumpulan masih bersifat
data kasar (raw data) peneliti melakukan proses penataan data. Pengolahan data digunakan
agar data kasar yang telah diterima dapat diorganisir, disajikan serta dianalisis sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan peneliti
adalah :
a. Persiapan
Pada tahap ini data dipilih dan disortir, sehingga yang ada tinggal data yang diperlukan.
b. Tabulasi Data
Mengubah Jenis data disesuaikan dan di modifikasi sesuai dengan teknik analisis yang
digunakan
c. Penerapan
Setelah data ditabulasi, hasilnya dianalisis secara kuantitatif. Kegiatan pemrosesan data
dilakukan dengan cara-cara mengentri dari data kedalam program komputer. Ada beberapa
macam paket program yang dapat dipergunakan dalam pemrosesan data dengan masing-
masing mempunyai kelebihan serta kekurangannya salah satu paket program yang peneliti
gunakan untuk entri data adalah dengan menggunakan paket program Statistical Product
2.Analisis Data
Product and Service Solutions (SPSS) fow Windows versi 17.00 dengan level of significant
yang akan digunakan adalahα = <0,05dan uji statistik dengan menggunakan uji Regresi
Linear, Uji T-test berpasangan, test independent dan Analisis of Variance (Anova).
Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data,yang meliputi :
a. Regresi Linear
apakahteknik relaksasi autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri pada pasien inpartu
di RSUD Bitung, dengan HipotesaH01 : Tidak ada pegaruh antara teknik relaksasi
b. t-test berpasangan
Untuk menjawab masalah ke-dua tentang Apakah teknik relaksasi autogenik mempunyai
pengaruh terhadap nyeri sebelum (pre-test) dan sesudah (post test) pada pasien inpartu di
RSUD Bitung, maka dibuat hipotesa 2 dengan H02 : Tidak ada perbedaan nyeri sebelum
(pre-test) dan sesudah (post-test) pemberian teknik relaksasi autogenik terhadap pasien
c. test independent
Analisis ini untuk menjawab masalah ke-tiga apakah ada perbedaan pengaruh teknik
relaksasi autogenik pada kelompok terapi dan kelompok kontrol pada pasien inpartu di
RSUD Bitung, dibuat hipotesa 3 dengan H03 :Tidak ada perbedaan antara nyeri kelompok
terapi dan kelompok kontrol pada pasien inpartu kala I di RSUD Bitung.
Analisis data ini dilakukan untuk menjawab masalah ke-empat Apakah teknik relaksasi
autogenik mempunyai pengaruh terhadap nyeri pasien inpartu bila dihubungkan dengan
Usia dan Paritas. Maka dibuat hipotesa H04 : Tidak ada pengaruh teknik relaksasi
autogenik terhadap nyeri pada pasien inpartu kala I bila dihubungkan dengan usia dan
paritas.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan tingkat kemaknaan: 1) Jika tingkat kemaknaan >
0,05 maka Ho diterima. 2) Jika tingkat kemaknaan ≤ 0,05 maka Ho ditolak. (Riduan, 2010).
I. Jalannya Penelitian
1. Sebelum penelitian
Diawali dengan studi pendahuluan dan pengambilan data awal untuk menyusun
proposal penelitian. Studi pendahuluan dan penyusunan proposal dilakukan tanggal 01 Maret
2015 sampai dengan tanggal 31 Maret 2015, dilanjutkan dengan seminar proposal, kemudian
2. Saat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan membawah surat ijin penelitian dari Fakultas
dan mendapatkan surat ijin penelitian dari Direktur RSUD Bitung. Dilanjutkan perekrutan
partisipan yaitu sebanyak 60 orang ibu inpartu normal yang akan bersalin di RSUD Bitung
mulai tanggal 01 Mei 2015. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian,
selanjutnya dilakukan penanda tanganan informed consent bila ibu bersedia menjadi
partisipan. Para partisipan melalui prosedur pencocokkan (matching), dimana prosedur ini
mencocokkan partisipan penelitian pada variabel yang dipengaruhi kemudian di acak untuk
DAFTAR PUSTAKA
Arfian, 2008. Persalinan Tanpa Rasa Sakit: Tren Baru Kenyamanan Bagi Ibu Melahirkan,
http://pkusulo.wordpress.com/2008/01/12/persalinan-tanpa-rasa-sakit-tren-baru-
kenyamanan-bagi-ibu=melahirkan. Diakses 12 September 2013
Bonny & Mila, 2004. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit, Puspa Swara: Jakarta
Danuatmaja, Bonny., & Mila, 2004. Persalinan Normal tanpa rasa sakit, Puspa swara: Jakarta
Durotun., Budi., & Ninik, 2011. Perbedaan tingkat nyeri persalinan kala I pada ibu bersalin
normal primigravida dan multigravida di RB Nur Hikmah Desa Kuaron Gubug
Kabupaten Grobogan tahun 2011, Skripsi, Universitas Muhamadiyah: Semarang
Hermawati, 2009. Karakteristik nyeri pada ibu inpartu kala I fase aktif antara yang diberi
distraksi musik klasik dengan yang diberi massage saja di Rumah Bersalin Gratis
Kepatihan Kulon Jebres Surakarta. Skripsi, Universitas Muhamadiyah: Surakarta
Kristiarini.,Latifah., & Hidayati, 2009. Pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap skala
nyeri pada ibu post operasi sectio caesaria (SC) di RSUD Banyumas. Jurusan
Keperawatan. Purwokerto
Manuaba, Candranita, dkk, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB,
EGC:Jakarta
Nurasiah, Rukmawati dan Badriah, 2012. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan, Refika
Aditama: Bandung
Saryono, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan,
Nuha Medika: Yogyakarta
Simkin, Penny, 2007. Edisi revisi Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.
Arcan: Jakarta
Suyanto, 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian dan Keperawatan, Nuha medika:
Yogyakarta
Vikar, 2009. Persepsi Ibu Tentang Metode Massage dalam Upaya Mengurangi Nyeri
Persalinan di RSUD Dr.M. Haulussy Ambin. Universitas Muhamadiyah: Malang
Yuliatun, 2008. Penanganan Nyeri Persalinan dengan Metode Non Farmakologi, Bayumedia
Publishing: Malang