Vous êtes sur la page 1sur 27

TUGAS ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN

“CARA MENYUSUN KONTRAK KONSTRUKSI”

DISUSUN OLEH :
Diah Indira Putri Atmaja 1605511096
Putu Venita Wirastutu 1605511105
Ni Kadek Sri Sentana Dewi 1605511114

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga,
maupun pikiran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Cara Menyusun Kontrak Konstruksi”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dr. Dwi Windyastuti Budi Hendrarti, Dra.,MA dan Dr.
Siti Aminah, Dra.,MA selaku dosen Aspek Hukum Pembangunan atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis
dalam pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan dari pembaca sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Denpasar, 1 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
Bab 2 Hasil dan Pembahasan ................................................................................. 4
2.1 Kajian Asta Kosala Kosali Berdasarkan Perspekttif Ritual ............ Error!
Bookmark not defined.
2.2 Kajian Asta Kosala Kosali Berdasarkan Perspektif Sains .............. Error!
Bookmark not defined.
2.3 Kajian Asta Kosala Kosali Berdasarkan Perspektif Etika .............. Error!
Bookmark not defined.
Bab 3 Penutup ....................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21
3.2 Saran ...................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 22

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


IPA atau sains merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus
pengkajiannya adalah alam dan proses-proses yang ada di dalamnya. Carin
dan Sund (dalam Widowati 2008) mendefinisikan sains sebagai suatu sistem
untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang
terkontrol. Disamping itu, sains juga merupakan ilmu yang berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga sains bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (BSNP, 2006). Menurut BSNP (2006) tujuan pembelajaran sains
adalah agar dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Disisi lain pendidikan sains berkaitan erat dengan budaya dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari manusia, yaitu disebut dengan Etnosains. Etnosains
atau sains asli sebagai sebuah pengetahuan yang terakumulasi dari
pengalaman masing-masing etnik, bukan sebagai bentuk fisik. Kajian
etnosains lebih kepada kajian perilaku manusia terhadap lingkungan yang
berupa benda yang di pandang melalui aspek budaya dan persepsi masyarakat
lokal dengan menggunakan Bahasa lokal. Dalam hal itu, etnosains
dieksplorasi dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, baik dalam bidang
pertanian, pembangunan, kesenian, sistem religi, dan berbagai aspek
kehidupan lainnya.
Berbicara mengenai budaya, sebagai contoh masyarakat Bali dalam
menjalankan aktivitas sehari-harinya tanpa disadari kaya dengan Etnosains.
Hal ini tidak terlepas dari karakteristik daerah Bali yang merupakan
perpaduan antara Agama dan Kebudayaan yang berorientasi pembangunan
dan kesenian. Yaitu dari segi konstruksi, masyarakat Bali dalam melakukan

1
pembangunan rumah biasa menggunakan aturan Asta Kosala Kosali.
Beberapa konsep perhitungan dan sains ditemukan dalam penerapan Asta
Kosala Kosali itu. Masyarakat biasa menggunakan ukuran tubuh seperti sikut,
depa, tepak dan lainnya untuk mengukur kontruksi rumah. Hal ini telah
menyinggung konsep perhitungan pada ilmu matematika, sedangkan dari segi
sains dapat kita rasakan dari hasil konstruksi bangunan adat Bali yang mana
memiliki tatanan bangunan berupa tangga dan lainnya. Tangga yang dibangun
di setiap pokok bangunan secara tidak langsung melatih kekuatan otot kaki
dan keseimbangan tubuh untuk memijaknya. Namun, memperhatikan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, desakan globalisasi sangat
memungkinkan menyebabkan terkikisnya pelestarian budaya generasi muda
Bali. Hal itu sejalan dengan pemikiran yang menyatakan bahwa masyarakat
daerah yang biasa menggunakan etnosains merasa tidak percaya diri dengan
warisan nenek moyangnya, karena kurang memahami konsep-konsep sains
yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu selain pendidikan sains
merupakan pendidikan wajib dalam bidang pendidikan sekolah, perlu juga
memperhatikan ilmu sains secara teori dengan kehidupan nyata masyarakat,
agar tuntutan perkembangan zaman selalu diiringi dengan kebudayaan local.
Sehingga, berdasarkan latar belakang ini kami ingin mengkaji kearifan local
budaya Bali dalam kontruksi bangunan Asta Kosala Kosali dalam pendidikan
sains. .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka perlu
dirumuskan suatu masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
a. Bagaimanakah konsep Asta Kosala Kosali dalam perspektif ritual?
b. Bagaimanakah hubungan Asta Kosala Kosali dalam perspektif sains?
c. Bagaimanakah hubungan Asta Kosala Kosali dalam perspektif etika?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mendeskripsikan Asta Kosala Kosali berdasarkan perspektif ritual.
2
2. Menjelaskan hubungan Asta Kosala Kosali dalam perspektif sains.
3. Menjelaskan hubungan Asta Kosala Kosali dalam perspektif etika.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi Penulis
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan bermanfaat sebagai pelatihan
menulis dalam bentuk karya tulis kepada penulis dan menambah wawasan
penulis sendiri, sehingga lebih berpotensi dalam menanggapi
permasalahan kearifan lokal. Khususnya kerarifan lokal budaya Bali
dalam Asta Kosala Kosali.
b. Bagi Siswa/Mahasiswa
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat kepada siswa
maupun mahasiswa sebagai sumber referensi belajar tambahan dan
sharing pengetahuan mengenai kearifan lokal budaya Bali tentang Asta
Kosala Kosali.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan mampu memberikan
sumbangan pemikiran atau gagasan baru mengenai kearifan lokal budaya
Bali terhadap konstruksi bangunan rumah tradisional yang berlandaskan
Asta Kosala Kosali, dan tulisan ini dapat dijadikan sebuah apresiasi karya
tulis.

3
BAB 2
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONTRAK KONSTRUKSI

Kontrak Konstruksi adalah perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan


penyedia jasa mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi. Dokumen
kontrak adalah kumpulan dokumen yang berkaitan dengn pelaksanaan kontrak
sekurang-kurangnya berisi ketentuan tercantum dalam PP No. 29/2000 Pasal 22,
yaitu:

1. Surat Perjanjian, yang ditanda tangani oleh pengguna jasa dan penyedia
jasa.
2. Dokumen Lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa
pengguna jasa yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun
usulan atau penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas
dan persyaratannya ( umum dan khusus, teknis dan administratif, kondisi
kontrak ).
3. Penawaran atau usulan, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa
berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal
waktu, dan sumber daya.
4. Berita acara, berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh
pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan
keagu-raguan.
5. Surat pernyataan pengguna jasa, menyatakan menerima atau menyetujui
usulan atau penawaran dari penyedia jasa.
6. Surat pernyataan penyedia jasa, menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.
7. Yang dimaksud dengan cara menyusun kontrak disini adalah cara
menyusun Perjanjian/Kontrak yang dilengkapi dengan cara menyusun
syarat-syarat kontrak. Pola yang diambil dapat mengacu kepada FIDIC

4
dengan tetap berpegang pada ketentuan yang tercantum dalam UU No.
18/1999 dan PP No. 29/2000.
8. Yang dimaksud dengan isi kontrak sebagaimana tercantum dalam PP No.
29/2000 Pasal 23 adalah uraian-uraian yang sekurang-kurangnya harus
termuat dalam suatu kontrak konstruksi. Sedangkan kontrak konstruksi
minimal meliputi hal-hal seperti yang disebutkan dalam PP No. 29/2000
Pasal 22. Jadi yang dimaksud dengan isi kontrak bukanlah uraian yang
harus terdapat dalam perjanjian/kontrak tetapi yang harus terdapat dalam
dokumen kontrak.
9. Dengan demikian akan terdapat beberapa dokumen yang akan
disusun/disiapkan, antara lain:

1. Perjanjian/Kontrak
2. Syarat-syarat ( Umum )
3. Syarat-syarat ( Khusus )
4. Spesifikasi Teknis
5. Lampiran-lampiran
6. Gambar-gambar ( Kontrak ).

2.2 CARA MENYUSUN KONTRAK KONSTRUKSI

2.2.1 Acuan/Landasan Hukum

Sebagai acuan baku dalam menyusun kontrak adalah UU No. 18/1999


tentang Jasa Konstruksi dan PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.

Syarat-syarat Umum dan peraturan lain sejauh tidak bertentangan dengan UU


No. 18/1999 dan atau PP No. 29/2000. Hal ini mengingat ketentuan sebagaimana
disebut dalam UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1 dan Pasal 45 dan PP No. 29 Pasal
63 yang berbunyi sebagai berikut:

5
a) UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1:

“Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan jasa


konstruksi yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan undang-
undang ini, dinyatakan tetap berlaku sampai diadakan peraturan
pelaksanaan yang baru berdasarkan undang-undang”.

b) UU No. 18/1999 Pasal 45:

“Pada saat berlakunya undang-undang ini, maka ketentuan peraturan


perundang-undangan yang mengatur hal yang sama dan bertentangan
dengan ketentuan undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku”.

c) PP No. 29 Pasal 63:

“Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan perundang-


undangan mengenai penyelenggaraan jasa konstruksi yang masih ada
sepanjang tidak bertentangan ataupun belum diganti dengan yang baru
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku”.

1. Ketentuan yang termuat dalam KUHP Per Pasal 1320 yang berbunyi:

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat:

1. Sepakat mereka yang megikatkan dirinya


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.

Yang dimaksud dengan syarat 1: adalah para pihak yang mengikatkan diri
dalam suatu perjanjian ( dalam hal ini kontrak konstruksi ) adalah kesepakatan
mereka tanpa ada tekanan atau ancaman dari pihak lain.

Yang dimaksud dengan syarat 2 : para pihak adalah orang-orang yang sudah
dewasa ( bukan anak-anak ) dan sehat akal pikirannya/waras ( bukan orang gila ).

6
Yang dimaksud dengan syarat 3 : tentang suatu hal tertentu, ada obyek
tertentu yang akan diperjanjikan. Dalam kontrak konstruksi yang dimaksudkan
adalah lingkup pekerjaan.

Yang dimaksudkan dengan syarat 4 : suatu sebab yang halal adalah halal
menurut hukum. Misalnya, kontrak konstruksi untuk membangun pabrik narkoba
adalah tidak halal.

Bagi kontrak konstruksi yang menyebutkan bahwa hukum yang berlaku


dalam kontrak tersebut adalah hukum Republik Indonesia, maka dalam salah satu
pasal kontrak/syarat-syarat kontrak harus dinyatakan bahwa pasal 1266 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHP Per) tidak diberlakukan (
dikesampingkan ). Sebab apabila pasal ini tidak dikesampingkan, maka dalam hal
salah satu pihak ingin memutuskan/membatalkan perjanjian/kontrak maka hal
tersebut harus melalui suatu putusan pengadilan.

2.2.2 Isi Perjanjian/Kontrak

Sesuai ketentuan tersebut dalam PP No. 29/2000 Pasal 22 ayat a maka


perjanjian yang ditandatangani Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus memuat
antara lain:

2.2.3 Uraian Para Pihak

Harus dijelaskan nama dan alamat perusahaan yang merupakan para pihak
dalam perjanjian. Siapa yang diberi kuasa untuk bertindak untuk dan atas nama
perusahaan tersebut. Sebutkan akta pendirian perusahaan dan tunjukkan orang
yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tersebut memang berhak sesuai
akta pendirian perusahaan.

2.2.4 Konsiderasi

Yang dimaksud disini adalah pertimbangan-pertimbangan yang mendasari


pembuatan perjanjian ini. Biasanya pertimbangan ini lebih dari satu dan
semuanya harus ditulis.
7
2.2.5 Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan secara garis besar ( global ).
Misalnya, membangun sebuah hotel mulai dari seluruh struktur fondasi sampai
seluruh superstruktur disertai pekerjaan mekanikal, elektrikal, lingkungan serta
pekerjaan penyelesaian hingga siap beroperasi. Lingkup pekerjaan secara rinci
akan dijelaskan dalam dokumen kontrak lain seperti spesifikasi teknis dan
gambar-gambar kontrak.

2.2.6 Nilai Kontak

Dicantumkan besarnya nilai kontrak dalam angka dan huruf dan dalam mata
uang tertentu ( Rp/US$ ). Dapat saja nilai kontrak dalam 2 ( dua ) atau lebih mata
uang. Jelaskan pula nilai kontrak tersebut apa sudah termasuk Jasa Kontraktor
dan atau pajak-pajak dan ditetapkan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah.

2.2.7 Bentuk Kontrak yang Dipakai

Dijelaskan apakah Fixed Lump Sum atau Unit Price sekalian diberikan
arti/batasannya untuk menghindarkan sengketa dikemudian hari.

2.2.8 Jangka Waktu Pelaksanaan

Sebutkan dalam angka dan huruf dan arti hari ( hari kerja atau hari kalender )
dan sebutkan waktu tersebut sejak kejadian apa ( penerbitan Surat Perintah
Kerja/penandatnganan Kontrak, penyerahan lahan, penyampaian Jaminan
Pelaksana, dan sebagainya ).

2.2.9 Prioritas Dokumen

Sebutkan dengan jelas urutan prioritas keberlakuan dokumen kontrak,


misalnya: mulai dari yang paling tinggi prioritasnya Perjanjian/Kontrak, Syarat-
syarat Khusus Kontrak, Syarat-syarat Umum Kontrak, Spesifikasi Teknis,
Gambar-gambar, Bill of Quantity, Surat Penawaran, dan seterusnya.

8
2.2.10 Isi Syarat-syarat Umum Kontrak

Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah ( PP ) No. 29/2000 Pasal 23


Syarat-syarat kontrak sekurang-kurangnya harus memuat uraian berikut karena
merupakan salah satu dokumen kontrak yang terpenting.

2.2.11 Definisi dan Interpretasi

Pasal ini memuat defenisi/penafsiran dari kata-kata/istilah yang dipakai dalam


Syarat-syarat Kontrak khususnya dan Dokumen Kontrak umumnya. Misalnya
siapa yang dimaksud dengan: Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa. Perkataan “hari”
apa berarti hari kerja atau hari takwim/kalender.

Pengertia-pengertian seperti Pekerjaan, Proyek, Lapangan, Syarat-syarat


Kontrak, Pemasok, Pengawas dan sebagainya yang akan disebut/dipakai
selanjutnya dalam Syarat-syarat Kontrak atau Dokumen Kontrak lainnya
diberikan defenisinya secara jelas.

Untuk memudahkan pencarian, arti kata-kata/istilah tersebut dapat disusun


menurut abjad, ditulis tebal, dan diberi tanda kutip untuk membedakannya
dengan arti yang dikenal sehari-hari.

2.2.12 Para Pihak

Disini harus disebutkan akta pendirian badan usaha/uasaha perseorangan


beserta tempat kedudukannya.

Nama Wakil/Kuasa badan usaha sesuai akta atau sertifikat keahlian kerja dan
sertifikat keterampilan kerja bagi usaha perseorangan harus dicantumkan.
Masing-masing pihak dapat disebut Pihak Kesatu dan Pihak Kedua atau
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa atau nama perusahaan masing-masing pihak.

9
2.2.13 Rumusan Pekerjaan

Yang dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan pokok yang diperjanjikan.


Volume atau besaran pekerjaan tercantum dalam Rencana Anggaran (Bill of
Quantity) yang merupakan bagian penawaran.

2.2.14 Nilai Pekerjaan/Harga Borongan

Ditulis dalam angka dan huruf dan sebaiknya ditebalkan. Dijelaskan pula apa
saja yang sudah termasuk dalam besaran tersebut ( keuntungan Pengguna Jasa,
Pajak-pajak, dan sebagainya ). Sebutkan pula sekiranya ada akibat fluktuasi harga
( akibat tindakan moneter Pemerintah ). Kemungkinan nilai pekerjaan ditetapkan
dalam lebih dari satu mata uang misalnya Rupiah dan US Dollar/Japanese Yen.

2.2.15 Jangka Waktu Pelaksanaan dan Perpanjangannya

Disebut dalam “hari” ( angka dan huruf ). Yang penting disebut disini
terhitung sejak kapan ( penandatanganan kontrak, tanggal Surat Perintah Kerja,
tanggal penyerahan lahan, penyerahan jaminan, dan sebagainya ). Apabila ada
perpanjangan waktu pelaksanaan, Syarat-syarat yang harus dipenuhi harus jelas.

2.2.16 Pertanggungan ( Asuransi )

Yang dimaksud disini adalah jenis-jenis asuransi seperti Contractor’s All Risk
( CAR ). Third Party Liability ( TPL ), ASKES, dan ASTEK Kegagalan Bangunan.
Harus dijelaskan siapa penerima manfaat ( Beneficiary ). Siapa yang membayar
premi dan ketentuan-ketentuan lain.

2.2.17 Jaminan

Yang dimaksud disini diantaranya adalah Jaminan Pelaksanaan, Jaminan


Uang Muka, Jaminan Pembayaran, Jaminan Masa Perawatan atau Cacat, dan
sebagainya.

2.2.18 Tenaga Ahli

10
Disebutkan persyaratan kualifikasi, prosedur penerimaan/pemberhentian, dan
jumlahnya.

2.2.19 Hak dan Kewajiban Para Pihak

Disini diuraikan hak dan kewajiban Penyedia Jasa serta hak dan kewajiban
Pengguna Jasa. Usahakan agar terdapat keadilan dan kesetaraan sebagaimana
diuraikan dalam UU No. 18/1999 Pasal 2 dan Pasal 3.

2.2.20 Cara Pembayaran

Dijelaskan prosedur permintaan pembayaran, evaluasi/pemeriksaan hasil


pekerjaa, penerbitan sertifikat pembayaran. Ditetapkan pula periode/masa untuk
membayar ( period of bonouring the payment certificate ). Dijelaskan pula bila
ada ganti rugi atas keterlambatan ( Liquidated Damages ).

2.2.21 Penyerahan Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan

Diatur tata cara/prosedur pengajuan permohonan penyerahan pekerjaan yang


dilanjutkan dengan pemeriksaan hasil pekerjaan. Bila ternyata sudah mencapai
tingkat “penyelesaian praktis” ( practical completion ) maka Pengguna Jasa harus
menerbitkan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan ( Certificate of
Practical Completion ) disertai satu Daftar Pekerjaan Cacat ( Punch List ) yang
harus disempurnakan selama Masa Perawatan atas Cacat.

2.2.22 Masa Pertanggungan atas Cacar ( Defect Liability Period )

Istilah ini dipakai sebagai pengganti Masa Pemeliharaan ( Maintenance


Period ) yang dinilai kurang tepat karena proses pemeliharaan akan berjalan terus
sepanjang fasilitas yang dibangun masih ada, sedangkan yang sesungguhnya
dimaksudkan disini adalah kewajiban Penyedia Jasa untuk menjamin pekerjaan-
pekerjaan yang cacat atau kurang sempurna dalam kurun waktu tertentu. Oleh
karena itu, dipakai istilah yang lebih tepat: Masa Jaminan/Tanggung Jawab atas
Cacat.

11
Dalam pasal ini diuraikan lamanya ( rentang waktu ) masa tersebut, pekerjaan
yang harus dilakukan selama masa tersebut beserta sanksi apabila pekerjaan
tersebut lalai dilaksanakan ( Pekerjaan diserahkan ke pihak ketiga atas
tanggungan Penyedia Jasa ).

Juga diuraikan langkah-langkah selanjutnya setelah masa ini berakhir, yaitu


menerbitkan Berita Acara Penyerahan Terakhir Pekerjaan. Juga dapat disebutkan
seandainya Pengguna Jasa lalai menerbitkan Berita Acara Serah terima Terakhir
Pekerjaan, berakhirnya masa Jaminan atas Cacat cukup manjadi bukti bahwa
Penyedia Jasa telah melaksanakan seluruh kewajibannya sesuai kontrak.

2.2.23 Ganti Rugi Keterlibatan ( Liqidated Damages )

Pasal ini menguraikan tentang kewajiban Penyedia Jasa membayar ganti rugi
kepada Pengguna Jasa akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang
menyebabkan kerugian pada Pengguna Jasa.

Kontrak-kontrak terdahulu menggunakan istilah denda. Perbedaannya adalah


kalau denda, tidak peduli apakah keterlambatan tersebut mengakibatkan kerugian
atau tidak, tetap saja dikenakan.

Dalam pasal ini disebutkan besarnya ganti rugi per hari dalam persentase dan
nilai maksimum. Tentu saja pengenaan ganti rugi ini ada syarat-syaratnya
termasuk tata cara pemotongan dari pembayaran.

2.2.24 Pekerjaan Tambah/Kurang ( Perubahan Pekerjaan )

Pertama-tama harus dijelaskan dulu apa arti Pekerjaan Tambah dan Pekerjaan
Kurang. Setelah itu, tetapkan tata cara pelaksanaannya, misalnya setelah ada
perintah tertulis/pengesahan tertulis setelah ada perintah bisa dalam waktu
tertentu.

Disebutkan pula bahwa Pekerjaan Tambah memberi hak kepada Penyedia


Jasa untuk mendapatkan tambahan waktu pelaksanaan apabila memenuhi

12
persyaratan. Diatur pula tata cara pembayaran Pekerjaan Tambah atau
pengurangan pembayaran atas Pekerjaan Kurang.

Selain itu diatur pula ketentuan mengenai suatu Pekerjaan Tambah yang
jenisnya sama dengan yang tercantum dalam kontrak namun tidak dapat
dilaksanakan dengan cara dan kondisi yang sama, misalnya pekerjaan tambah
untuk beton dimana Concrete Batching Plant beserta Tower Crane sudah
dibongkar sehingga harus dilakukan remobilisasi alat-alat tersebut atau
menggunakan metode lain ( Ready Mix concrete )yang mungkin harganya tidak
sesuai lagi dengan harga yang terdapat dalam kontrak.

Menarik untuk diperhatikan bahwa peraturan perundang-undangan mengenai


Industri Jasa konstruksi baik UU No. 18/1999 maupun PP No. 29/2000 tidak
mengatur secara rinci mengenai Pekerjaan Tambah/Kurang ini, padahal
sebagaimana diketahui di dalam suatu kegiatan usaha jasa konstruksi kedua hal
ini hampir selalu terjadi dan hampir tidak mungkin dihindari.

Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah


melakukan tindakan cedera janji seperti: tidak menyelesaikan tugas, tidak
memenuhi mutu, kuantitas, tidak menyerahkan hasil pekerjaan, menunda
pelaksanaan, tidak melaksanakan Industri Pemberi tugas.

Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan cedera


janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat jumlah sebagaimana diamanatkan
PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak membayar karena tidak ada dana ( UU No.
18 Pasal 15 ), tidak menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak.

Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang dirugikan akibat
terjadi cedera janji.

 Cedera Janji

Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah


melakukan tindakan cedera janji seperti: tidak menyelesaikan tugas, tidak

13
memenuhi mutu, kuantitas, tidak menyerahkan hasil pekerjaan, menunda
pelaksanaan, tidak melaksanakan instruksi Pemberi Tugas.

Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan cedera


janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat jumlah sebagaimana diamanatkan
PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak membayar karena tidak ada dana ( UU No.
18 Pasal 15 ), tidak menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak.

Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang dirugikan akibat
terjadi cedera janji ini.

 Pelimpahan Pekerjaan

Yang dimaksudkan disini adalah pelimpahan pekerjaan dari Penyedia Jasa


yang telah mendapatkan pekerjaan/memenangkan tender kepada Pihak Ketiga.
Biasanya Pengguna Jasa berkeberatan apabila keseluruhan pekerjaan diserahkan
kepada pihak ketiga, kecuali hanya sebagian saja dan tertulis. Jadi dalam pasal ini
disebut bahwa pekerjaan tidak boleh diserahkan secara keseluruhan kepada pihak
ketiga. Penyerahan sebagian boleh dilakukan dengan izin tertulis dari Pengguna
Jasa.

Hal yang perlu juga disebut disini adalah bahwa pelimpahan bagian pekerjaan
yang diserahkan kepada pihak ketiga tidak membebaskan Penyedia Jasa dari
tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilimpahkan tersebut.

 Penyedia Jasa Lain

Yang dimaksudkn disini adalah Penyedia Jasa lain yang dipekerjakan


Pengguna Jasa untuk suatu pekerjaan lain tetapi lokasinya sama atau berdekatan
dengan lokasi pekerjaan yang kita bicarakan.

Disini yang perlu diatur adalah kesediaan Penyedia Jasa untuk bekerja sama.
Bahkan biasanya Penyedia Jasalah yang diminta Pengguna Jasa menjadi
Koordinator. Disyaratkan pula bahwa Penyedia Jasa lain tersebut tidak boleh
sampai mengganggu kelancaran pekerjaan Penyedia Jasa.
14
 Pengawas, Pelaksana Pekerjaan

Dalam pasal ini diatur pula penunjukan “pengawas” sebagai kuasa dari
Pengguna Jasa. Arti Pengawas sudah didefenisikan dan penunjukan itu
diberitahukan tertulis kepada Penyedia Jasa menempatkan seorang Pelaksana
yang berkuasa penuh untuk menerima instruksi pengawas disertai kualifikasi dan
Hak Pengguna Jasa untuk mengganti Pelaksana bila terbukti tidak cakap.

 Gambar Kerja

Dijelaskan bahwa Gambar-gambar kerja harus dibuat Penyedia Jasa


berdasarkan gambar kontrak dan harus disetujui lebih dahulu oleh Pengguna Jasa
sebelum dilaksanakan. Biaya gambar ditanggung Penyedia Jasa.

 Kemudahan Memasuki Lapangan, Tempat Penyimpanan, Bengkel

Penyedia Jasa harus menjamin kemudahan Pengguna Jasa untuk setiap saat
memasuki lapangan pekerjaan, bengkel ( workshop ), tempat penyimpanan bahan
untuk Penyedia Jasa dan para Sub Penyedia Jasa.

 Laporan/Dokumentasi

Ditetapkan kewajiban kepada Penyedia Jasa untuk membuat laporan berkala


mengenai kemajuan pekerjaan, bahan persediaan, peralatan, dan jumlah tenaga
kerja. Kemajuan pekerjaan direkam melalui foto dokumentasi.

 Bahan, Peralatan dan Tenaga Kerja

Diuraikan kewajiban Penyedia Jasa untuk menyediakan bahan, peralatan alat


bantu dan tenaga kerja yang diperlukan untuk proyek ini.

 Pemeriksaan dan Pengujian

Diatur tata cara pemeriksaan dan pengujian hasil pekerjaan beserta


konsekuensi yang timbul serta penetapan biayanya.

15
 Perlindungan Kerja

Ditetapkan persyaratan-persyaratan untuk melindungi pekerja beserta jaminan


sosial dan kesejahteraannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Keadaan Memaksa ( Force Majeur )

Dalam pasal ini ditetapkan apa saja yang dapat disebut/digolongkan force
majeur dan risiko lain yang dapat disamakan dengan force majeur. Apa yang
menjadi hak para pihak apabila hal ini terjadi. Bagaimana tata cara
pemberitahuan serta konsekuensi terhadap kelangsungan pekerjaan.

 Kegagalan Bangunan

Ditetapkan jangka waktu tanggung jawab atas Kegagalan Bnagunan sesuai


UU No. 18 Pasal 25 dan PP No. 29/2000 Pasal 34 s/d 39 termasuk bentuk
tanggung jawab puhak yang menyebabkan Kegagalan Bangunan tersebut.

 Penghentian sementara Pekerjaan

Disini diatur ketentuan mengenai penundaan/penghentian sementara


pekerjaan baik yang dilakukan oleh Pengguna Jasa maupun Penyedia Jasa. Harus
diingat bahwa hal ini sama sekali bukan berarti pemutusan kontrak walaupun
akibatnya sama, yaitu kegiatan proyek terhenti.

 Pemutusan perjanjian/Pembatalan Kontrak

Pertama-tama harus dikemsampingkan dulu berlakunya Pasal 1266


KUHPPer. Jika tidak, pembatalan kontrak hanya dapat dilakukan melalui
keputusan pengadilan. Hal ini sering dilupakan.

16
Kemudian diatur hak Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa untuk memutuskan
kontrak secara sepihak berdasarkan hal-hal yang ditetapkan beserta akibat dari
pemutusan kontrak ini.

 Hak Atas Kekayaan Intelektual

Diatur mengenai kepemilikan hasil perencanaan berdasarkan kesepakatan dan


pencantuman kewajiban terhadap hak cipta yang telah memiliki hak paten sesuai
undang-undang hak cipta dan hak paten.

 Insentif

Diatur ketentuan dan persyaratan mengenai pemberian insentif dan benuk


insentif

 Sub Penyedia Jasa/Pemasok

Diatur tata cara pengajuan Sub Penyedia Jasa dan Pemasok beserta
peranannya. Juga diatur tanggung jawab Penyedia Jasa sehubungan penggunaan
Sub Penyedia Jasa/Pemasok dan hak intervensi Pengguna Jasa dalam hal
pembayaran dan penampilan mutu pekerjaan/bahan.

 Bahasa Kontrak

Ditetapkan hanya satu bahasa yang berlaku sesuai ketentuan tercantum dalam
PP No. 29 ayat 5 walaupun kemungkinan kontrak menggunakan 2.

 Hukum yang Berlaku

Hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum yang berlaku di wilayah RI


sesuai ketentuan tercantum dalam PP No. 29 ayat 6.

 Syarat-syarat Khusus Kontrak

Disini diatur Syarat-syarat yang khusus hanya berlaku untuk pekerjaan


tertentu berdasarkan sifat, jenis, tingkat teknologi tertentu yang biasa disebut
17
sebagai Spesial Conditions of Contract atau Conditions of Contract ( Particulars
).

2.3 BEBERAPA PETUNJUK MENYUSUN KONTRAK

1. Secara umum kontrak konstruksi harus mengacu kepada peraturan


perundang-undangan yang berlaku, antara lain:
2. Gunakan kalimat-kalimat pendek yang pengertiannya jelas dan tegas dan
tidak dapat diartikan lain.
3. istilah-istilah yang dipakai dalam kontrak kecuali artinya memang sudah
jelas, harus diberi defenisi agar artinya tidak rancu.

Kata-kata/ungkapan yang didefenisikan sebaiknya dicetak tebal dan diberi tanda


kutip.

1. Penggunaan kata-kata seperti “dan lain-lain”, “dan sebagainya”,


“beberapa” harus dihindari, karena tidak memberi arti yang pasti.
2. Bahasa kontrak dan hukum yang berlaku harus secara tegas disebut dalam
kontrak, sesuai Peraturan Pemerintah No. 29 Pasal 23 ayat 5 dan ayat 6.
3. Pilihan mengenai penyelesaian sengketa harus tegas dicantumkan dalam
kontrak sesuai ketentuan UU No. 18/1999 Pasal 36 dan 37 dan Peraturan
Pemerintah No. 29/2000 Pasal 49, 50, 51.
4. – Menunjuk suatu Pasal atau ayat lain dalam kontrak juga harus tertib.
Dimulai dengan perjanjian, kemudian Pasalnya dan baru ayat dan sub ayat
( bila ada ).

- Apabila menyebut salah satu ayat dalam pasal yang sama sebaiknya disebut :
Sesuai ketentuan ayat … Pasal ini ( tidak perlu menyebut “Perjanjian” ).

1. Urut-urutan kedudukan dokumen kontrak harus jelas agar tidak muncul


kerancuan, ketidakjelasan atau pertentangan antara sesama dokumen
kontrak.
2. Di samping hal-hal tersebut, berikut ini disampaikan beberapa petunjuk
yang ditulis oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya “Managing

18
Construction Contracts” mengenai “Language Consideration” pada
halaman 80-82 yang telah diterjemahkan sebagai berikut :

2.4 PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BAHASA

Bahasa kontrak sangat membingungkan, membosankan, dan mengecewakan


yang apabila dianalogikan bagaikan menyeberangi rawa. Kontrak-kontrak
konstruksi dan dokumen penawaran dimaksudkan untuk meneruskan informasi
yang tepat kepada orang yang harus bertindak dan tindakan itu mengakibatkan
hasil yang nyata yang sangat sukar untuk diubah. Bahasa kontrak dan bahasa
spesifikasi harus jelas, ringkas/singkat, dan langsung.

Pedoman-pedoman berikut diberikan sebagai pengganti risalah rinci pada


penulisan kontrak:

1. Hindari “keabsahan” kecuali bila mutlak diperlukan untuk kejernihan arti,


buang huruf seperti selanjutnya, tersebut ( seperti dalam pihak
tersebut harus … ), tersebut di muka dan dengan ini. Hindari penyusunan
kata-kata muluk seperti “pihak dari bagian pertama, pada waktu mana dan
atas pemberitahuan tersebut, mengenai hak-hak kewajiban dan tanggung
jawab dari seseorang ditugaskan usaha tersebut”.
2. Pertukaran judul-judul atau istilah-istilah harus dihindari. Walaupun
seseorang sering memandang pemilik, perusahaan, pembenli, dan wakil
perusahaan, atau kontraktor, pemasok, penjual dan leveransir untuk
digunakan sebagai pengganti masing-masing wakil Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa, hal ini harus dihindari. Dalam seluruh dokumen, satu dan
hanya satu istilah yang harus dipakai. Sama halnya dengan istilah-
istilah Gambar-gambar Rencana, Gambar-gambar kontraktor, Gambar-
gambar kerja dan seterusnya, tidak harus dipakai untuk maksud yang
sama. Setiap istilah mempunyai defenisi, arti kontraktual, dan harus
digunakan sebagaimana mestinya.
3. Hindari keinginan untuk mengulangi permintaan. Sebut sekali, sebutkan
hal tersebut dimana harus disebut. Jika permintaan yang sama dinyatakan

19
di beberapa tempat di antara dokumen-dokumen, di samping mengganggu
pembaca, mengganti permintaan tersebut, memastikan anda menemukan
rujukannya dan masing-masing mengundang resiko dan usaha yang tidak
perlu.
4. Gunakan setiap dokumen untuk tujuan yang dimaksud. Jangan
menempatkan ketentuan-ketentuan teknis dalam Syarat-syarat Umum atau
istilah-istilah dagang dalam Spesifikasi Teknis atau dalam Gambar-
gambar.
5. Tinjau dan perbarui standar dan atau pasal-pasal rujukan dan dokumen-
dokumen secara berkala untuk mencerminkan kebutuhan perubahan,
penafsiran hukum, keperluan pemerintah, praktek industri dan pilihan
organisasi. Jangan gunakan dokumen yang telah berumur 20 tahun
walaupun “kelihatannya berjalan baik waktu yang lalu”.
6. Antisipasi permasalahan-permasalahan, salah pengertian-pengertian, dan
perubahan lingkup pekerjaan dan lengkapi hal-hal ini dalam dokumen
kontrak.
7. Masukkan ke dalam kontrak! Para Penyedia Jasa tidak dapat diharapkan
untuk membaca pikiran atau mengantisipasi dan menyediakan permintaan
khusus Pengguna Jasa. Jika anda ingin sesuatu nyatakanlah dalam
Dokumen Penawaran dan dokumen kontrak.
8. Pertimbangkan penggunaan kata “shall” untuk menyatakan tindakan
yang diminta atau dihasilkan Penyedia Jasa. Gunakan kata “will” bila
menerangkan kegiatan Pengguna Jasa atau pihak lain. Hal ini membantu
menjelaskan lingkup pekerjaan dan tanggung jawab yang ditugaskan.

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masyarakat bali tradisional menggunakan konsep pembangunan
Asta Kosala Kosali sebagai tata bangunan rumahnya. Bangunan rumah
tinggal tradisional Bali difungsikan untuk menampung kegiatan-kegiatan
tradisi dalam agama Hindu, seperti kegiatan upacara dalam Panca Yadnya
maupun aktivitas sehari-harinya. Kegiatan upacara panca yadnya
membutuhkan ruang-ruang untuk melakukan aktivitas, seperti bale meten;
bale adat; pawon (dapur); merajan (tempat suci); jineng maupun bale-bale
lainnya sesuai dengan kebutuhan penghuni dan tingkatan sosial ekonomi
maupun sosial masyarakat. Selain itu, pada konsep asta kosala kosali
terkandung etika yang menghubungkan antara Tuhan dengan manusia,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang dalam
ajaran hindu disebut Tri Hita Karana. Secara tata nilai Pekarangan rumah
umat hindu secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala)
yaitu Utama Mandala, Madhyama Mandala, dan Kanista Mandala.

3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dalam makalah ini
mengenai konsep pembangunan Asta Kosala Kosali tata bangunan
masyarakat bali yaitu:
1. Pada jaman modern ini, tata bangunan dengan konsep Asta Kosala
Kosali hanya ada di daerah pendesaan yang ada di Bali. Masyarakat
hindu khsusnya di Bali daerah perkotaan sudah beralih dalam mentata
bangunan rumahnya.
2. Tata bangunan Asta Kosala Kosali tidaklah mudah, pembangunan
tersebut hanya bisa dilakukan oleh para ahli bangunan (arsitektur)
tertentu.

21
3. Masyarakat bali diharapkan mampu mempertahankan kesenian dalam
menata bangunan dengan konsep Asta Kosala Kosali.

DAFTAR PUSTAKA

 Wiana, I Ketut.2007. Tri Hita Karana (DalamKonsep


Hindu).Surabaya: Paramita
 www.google.com.Asta kosala kosali, Juni, 02, 2013

22
0

Vous aimerez peut-être aussi