Vous êtes sur la page 1sur 16

Corporate Governance

SAP 11
KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN

Oleh :

KELOMPOK 10

Komang Ayu Anggarita Fajar Utami (1607531117)


I Gusti Ngurah Krisna Dwipayana (1607531121)
I.G.A. Bella Lestari (1607531122)

S1 REGULER PAGI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1.1 Pengertian Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Informasi akuntansi keuangan adalah produk akuntansi perusahaan dan system pelaporan
eksternal yang mengukur dan secara rutin mengungkapkan hasil audit, data kuantitatif yang
berhubungan dengan posisi keuangan dan pelaksanaan perusahaan. Pengungkapan adalah
mekanisme yang paling efisien dan efektif untuk mendorong manajer untuk melakukan
pengelolaan yang lebih baik.
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan
penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (
misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi
profesi, dan entitas pelapor ), peraturan yang berlaku termasuk PABU ( prinsip akuntansi
berterima umum atau generally accepted accounting principles/GAAP
Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa pelaporan keuangan meliputi laporan
keuangan, informasi lengkap, dan media pelaporan lainnya, sedangkan laporan keuangn hanya
mencakup neraca, laba/rugi, arus kas, perubahan ekuitas, dan catatatn atas laporan keuangan.
hal itu berarti pelaporan keuangan memiliki cakupan yang lebih luas dibandingangkan laporan
keuangan.
Widilestariningtyas dan Utami (2007) menyatakan bahwa manajemen keuangan
mempunyai sejumlah kebijakan dalam keseluruhan kerangka prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Akibatnya manajemen memiliki kemungkinan untuk memanipulasi laba-rugi
dan akun-akun yang lain dalam laporan keuangan, tetapi harus menghasilkan laporan keuangan
yang berkualitas. Dengan adanya Good Corporate Governance, maka diharapkan perusahaan
dapat meyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas. Fanani dkk (2011) menyatakan bahwa
faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan adalah:
a. Siklus operasi,
b. Ukuran perusahaan,
c. Umur perusahaan,
d. Likuiditas,
e. Risiko lingkungan,
f. Penentu kepemilikan manajerial,
g. Konsentrasi pasar, dan
h. Kualitas auditor.

2
Pratiwi (2008) menyatakan bahwa permasalahan kualitas pelaporan keuangan terdiri dari:
a. Minimnya SDM yang memiliki kemampuan membuat laporan keuangan dengan kualitas
tinggi menjadi kendala utama rendahnya kualitas laporan keuangan di instansi pemerintah.
b. Pengaruh kualitas auditor sangat penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka
akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai pengambilan keputusan.
c. Software akuntansi dengan kualitas yang terbaik untuk memanage pengeluaran dan income
usaha anda agar tidak mengalami kerugian.
d. Harga software akuntansi dengan kualitas terbaik terbilang mahal.
e. Pengaruh motivasi yang kurang pada masing-masing pekerja di perusahaan tersebut.
Karakteristik pelaporan yang berkualitas harus memiliki dua kualitas ini untuk menjadi
bermanfaat yaitu relevance dan reliability. Kedua karakteristik ini disebut kualitas utama
disebabkan Relevan berarti bahwa informasi akuntansi berkemampuan untuk membuat
perbedaan didalam satu keputusan. Untuk menjadi relevan, informasi harus dapat memberi
ketegasan atau memberi pengaruh perubahan atas harapan pembuat keputusan. Dapat
dipercaya (reliability) berarti bahwa seorang pengguna dapat menggantungkan atau memiliki
keyakinan pada informasi yang dilaporkan. Informasi akuntansi dipertimbangkan dapat
dipercaya jika informasi secara nyata menyatakan apa yang dimaksud, apa yang diungkapkan
dan dapat diuji kebenaranya.
Pelaporan yang berkualitas menggambarkan capital market yang efisien dan fair. Informasi
yang disajikan dalam pelaporan keuangan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik bagi
pengguna pelaporan (Kripke, 1940). Manajemen dapat dianggap berguna untuk pihak
eksternal, atau dapat mengungkapkan secara sukarela. Informasi yang dikomunikasikan selain
menggunakan laporan. Tujuan pelaporan keuangan antara lain
(Statementof Financial Accounting Concept Nomor1):
a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya
untuk mengambil keputusan investasi dan kredit
b. Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai lainnya
untuk menilai jumlah, pengakuan, dan ketidakpastian tentang penerimaan kas bersih
perusahaan
c. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi perusahaan serta klaim
terhadap sumber-sumber ekonomi tersebut
d. Menyediakan informasi tentang hasil usaha perusahaan selama satu periode

3
e. Menyediakan informasi tentang cara perusahaan memperoleh dan membelanjakan
kas, pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman, dan transaksi modal, serta factor
lain yang memengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan
f. Menyediakan informasi tentang cara manajemen mempertanggungjawabkan
pengelolaan kepada pemilik(pemegang saham) atas pemakaian sumber daya ekonomi
yang dipercayakan
g. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi direktur dan manajer sesuai
kepentingan pemilik.

2.1 Keterbukaan dan Pengungkapan Informasi

1. Transparansi Laporan Keuangan


Bushman & Smith (2003, p. 76) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai
ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya mengenai kinerja
perusahaan dalam suatu periode yang terkait, posisi keuangan, kesempatan investasi,
pemerintah, nilai dan risiko perusahaan dagang yang bersifat umum. Dalam tingakatan negara,
Bushman, Piotroski, dan Smith (2004) mengidentifikasikan dua jenis transparansi perusahaan
yaitu transparansi keuangan dan transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat
negara disusun berdasarkan intensitas pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah analisis,
dan media penyebarannya.
Keterbukaan atau transparansi merupakan salah satu dari prinsip GCG sehingga dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Informasi penting di perusahaan yang
perlu diketahui oleh public, antara lain laporan keuangan perusahaan. Pada saat ini pemaparan
laporan keuangan perusahaan tahunan (annual report) yang disampaikan kepada public baru
berjalan di perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semakin
tinggi tingkat keterbukaaan atas laporan keuangan perusahaan maka seharusnya semakin
rendah pula kemungkinan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
2. Pengungkapan
Pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian
informasi dalam bentuk statemen keuangan. Kerangka tata kelola perusahaan harus
memastikan adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat yang terdapat hal material
mengenai perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola
perusahaan. Pengungkapan harus mencakup standar sebagai berikut :

4
1. Pengungkapan harus mencakup informasi material tentang:
a. Hasil keuangan dan operasi perusahaan.
b. Tujuan perusahaan.
c. Kepemilikan saham mayoritas dan hak suara.
d. Kebijakan remunerasi bagi anggota dewan dan eksekutif, dan informasi tentang
anggota dewan, termasuk kualifikasi, proses seleksi, direktur perusahaan lain dan
apakah mereka dianggap independen oleh dewan.
e. Transaksi dengan pihak terkait.
f. Faktor risiko mendatang.
g. Isu mengenai karyawan dan stakeholders lainnya.
h. Struktur dan kebijakan tata kelola, khususnya isi kebijakan tata kelola perusahaan
dan proses yang diimplementasikan.
i. Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas
akuntansi yang tinggi dan pengungkapan keuangan dan non-keuangan.
2. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas dalam
rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada dewan dan pemegang saham
bahwa laporan keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam
semua hal yang material.
3. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berkewajiban
kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam melakukan audit.
4. Saluran untuk menyebarkan informasi harus memberikan akses yang adil, tepat waktu,
dan akses yang hemat biaya kepada informasi yang relevan oleh pengguna.
5. Kerangka Corporate Governance harus dilengkapi dengan pendekatan yang efektif yang
membahas dan mempromosikan penyediaan analisis atau nasihat oleh analis, broker,
lembaga pemeringkat yang relevan dengan keputusan oleh investor, bebas dari konflik
kepentingan material yang mungkin meragukan integritas analisis atau nasihat mereka.
Adanya pengungkapan informasi, maka perusahaan dapat menyampaikan kebijaksanaan
dan informasi mengenai orientasi perusahaan dimasa yang akan datang sehinga pengungkapan
informasi dianggap penting untuk diungkapkan dalam laporan keuangan dan laporan
perusahaan dengan semakin diakui oleh perusahaan multinasional. Informasi ini memberikan
masukan penting bagi analisis keuangan proses evaluasi kualitas laba dan posisi keuangan,
baik saat ini dan masa yang akan datang. Pada saat yang sama, kebutuhan ini harus ditimbang
terhadap kepentingan analis, investor, dan masyarakat dalam transparansi usaha multinasional.
Diakui secara umum, bahwa biaya dalam penyediaan informasi tidak boleh melebihi

5
keuntungan yang diperoleh oleh pengguna informasi. Perlunya perusahaan multinasional
dalam memelihara kepercayaan diri usahanya dalam area sensitif dan untuk menghindari
bahaya dalam persaingan, harus dicantumkan dalam akun-akun perusahaan. Dalam
prakteknya, muncul anggapan bahwa semakin spesifik, semakin berorientasi ke depan dan
semakin kuantitatif suatu informasi yang diusulkan untuk diungkapkan, maka semakin pekalah
Kinerja perusahaan ke arah pencegahan.

3.1 Implementasi Keterbukaan Informasi


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 sebagai implementasi langsung dalam
ketrbukaan informasi, menugaskan kepada Komisi Informasi Pusat antara lain untuk
“Menetapkan Standar Teknis Layanan Informasi Publik” dilingkungan Badan Publik di
Indonesia, hal ini tidak lain dan tidak bukan agar menjamin setiap warga negara mendapat hak
azasinya untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia. Saat ini masa dimana Keterbukaan Informasi dilakukan, tidak dapat terhindarkan
bahwa informasi menjadi energi yang mampu mengakselerasi proses pencerdasan bangsa dan
menorehkan berbagai perubahan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Visi besar
pengembangan Keterbukaan Informasi adalah mewujudkan masyarakat informasi yang maju,
cerdas, dan berkepribadian pancasila serta mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik,
bersih, transparan dan akuntabel. Keterbukaan Informasi Publik tersebut dilakukan dengan
pengawasan komitmen Badan Publik yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat melalui
Monitoring dan Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik yang sesuai dengan Undang - Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik. Maksud dan tujuan
Monitoring dan Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik yakni, untuk mengetahui implementasi
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Badan
Publik, sehingga tujuan untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi sebagai garda terdepan dalam melakukan pelayanan informasi publik yang
berkualitas kepada masyarakat terlaksana dengan baik.
Secara garis besar implementasi keterbukanan informasi, harus digarisbawahi bahwa
Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia masih jauh dari tujuan yang diamanatkan UU
Keterbukaan Informasi Publik, karena masih banyaknya Badan Publik yang belum
melaksanakan UU Keterbukaan Informasi Publik. Hal ini menjadikan pekerjaan bersama,

6
dengan menekankan pada masih diperlukannya dorongan yang lebih besar untuk menjadikan
keterbukaan informasi sebagai budaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan baik dan
bersih. Lebih dari itu, hal ini juga kami sadari bahwa Komisi Informasi harus lebih
menggaungkan budaya keterbukaan informasi publik yang harus didukung oleh komitmen
pemerintah. Namun, disisi lain dapat terlihat dengan jelas pada tahun ini, upaya Badan Publik
untuk berbenah diri dan patut dilakukan apresiasi yang tinggi. Berbagai upaya yang dilakukan
pemerintah atau pihak mana pun yang mengarah pada implementasi GCG dalam Laporan
Keuangan Tahunan perlu kita dukung bersama. Hal ini merupakan perwujudan dari
akuntabilitas public terkait dengan transparansi laporan keuangan perusahaan.

4.1 Kasus di Indonesia


Investigasi audit yang dilakukan terhadap PT. BUMI Resources dan PT. Berau Coal
Energy menyatakan adanya penyimpangan keuangan hingga sebesar US$ 500 juta dari
pinjaman dan investasi selama satu dekade terakhir. Jonathan Russell, Assistant City Editor
sebagaimana dikutip oleh The Daily Telegraph pada tanggal 24 September 2012 menyatakan
perusahaan ini mengumumkan penyelidikan pada hari Senin, menghabiskan sahamnya jatuh
oleh selama tiga bulan, setelah menerima file berisi informasi rinci dari whistleblower.
Perusahaan mengatakan: "Sebuah penyelidikan independen telah ditugaskan untuk
menyelidiki tuduhan secara mendesak. Perusahaan juga bermaksud untuk menghubungi
otoritas terkait di Inggris dan Indonesia." International Lawfirm Macfarlanes telah ditugaskan
untuk membuktikan dugaan penyimpangan keuangan dalam "dana pembangunan" di bagian
milik Bumi anak Indonesia Bumi Resources dan Berau Coal Energy.
Dalam penelitian ini digunakan dua perusahaan sebagai objek penelitian, yaitu PT. BUMI
Resources sebagai objek utama penelitian dan PT. Berau Coal Energy sebagai objek pelengkap
penelitian.
PT BUMI Resources merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada eksplorasi sumber
daya alam khususnya batubara dan merupakan ekspor batubara terbesar di Indonesia. PT
BUMI Resources memiliki area operasional yang tersebar dari Sumatera Utara (Dairi Prima
Minerals & Pendopo Energi Batubara), Sulawesi (Gorontalo & Citra Palu), Kalimantan (KPC,
Arutmin & Fajar Bumi Sakti) dan Republik Yaman (Gallo Oil). BUMI beroperasi melalui
empat perusahaan tambang batubara: PT Arutmin Indonesia, PT Pendopo Energy Batubara dan
PT Fajar Bumi Sakti. Arutmin dan KPC, dua perusahaan tambang batubara terbesar di
Indonesia.

7
PT. Berau Coal Energy, Tbk. adalah salah satu produsen batubara termal terbesar di
Indonesia, bergerak melalui entitas anaknya, PT Berau Coal. Wilayah konsesi Berau Coal
mencakup sekitar 118.400 hektar di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, merupakan
wilayah konsesi batubara tunggal yang terbesar di Indonesia. Wilayah tersebut diperkirakan
mengandung cadangan batubara sebesar 467 juta ton. Pada saat ini PT Berau Coal Energy
mempekerjakan sebanyak 856 orang karyawan.
Adapaun beberapa bidang usaha yang dijalan oleh PT. BUMI, yaitu : PT BUMI
Resources bergerak di bidang produksi batubara sekaligus mencari peluang dalam barang
tambang lainnya. Sementara PT Berau Coal Energy bergerak di bidang eksplorasi
penambangan dan penjualan batubara. Kedua perusahaan juga menghasilkan beberapa
produk yaitu, Produk yang dihasilkan PT BUMI Resources adalah batubara, minyak, gas
alam dan eksplorasi sektor pertambangan lainnya, seperti seng, timah dan emas. Produk
yang dihasilkan PT Berau Coal Energy adalah batubara thermal atau yang disebut steam
coal, yaitu merupakan batubara bermutu tinggi dengan kandungan karbon atau energi yang
tinggi dan kandungan kelembaban rendah.

4.2 HASIL ANALISIS


Analisis terkait Fraud Exposure Rectangle BUMI Resources dan Berau Coal Energi
Berdasarkan analisis kecurangan laporan keuangan yang telah dilakukan oleh penulis pada
PT BUMI Resources pada tahun 2009 hingga 2011 dan PT Berau Coal Energy pada tahun 2009
hingga 2010 diketahui bahwa:
1. Analisis terkait fraud exposure rectangle yang dilakukan oleh penulis yang meliputi empat
tahapan dengan hasil sebagai berikut:

1. Management and Directors


Analisis Management and Directors meliputi latar belakang manajemen dan motivasi
perilaku manajemen dalam menjalankan perusahaannya.
Selama periode penelitian diketahui bahwa mayoritas manajemen dan direksi BUMI
Resources dan Berau Coal Energy tidak memiliki catatan yang bermasalah tapi perlu dilihat,
ada beberapa catatan yang terkait dengan masalah ini yang memiliki rekam jejak atau track
record yang cukup bermasalah.
Selanjutnya dengan terpaparnya/tersangkutnya manajemen BUMI Resources dalam
kasus penggelapan Pajak, dapat diduga bahwa salah satu motivasi manajemen saat

8
menjalankan Perseroan tersebut diantaranya adalah untuk meminimalisasi beban pembayaran
pajak (tax avoidance) dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan
perpajakan yang mengakibatkan adanya kerugian negara.

2. Relationship with Others


Analisis ini menjelaskan mengenai hubungan perusahaan dengan pihak-pihak eksternal
perusahaan. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa BUMI Resources dan Berau Coal
Energy memiliki kepercayaan dan hubungan baik dengan lembaga keuangan karena
memiliki hutang jangka panjang yang cukup besar, namun di sisi lain hal ini juga
memberikan tekanan kepada manajemen untuk mengembalikan pinjaman dan mematuhi
syarat-syarat kredit.
Mengenai hubungan BUMI Resources dengan pihak organisasi dan individu, Perseroan
diduga melakukan penyimpangan pajak yang disokong oleh Gayus Tambunan dan
kelompoknya.
BUMI Resources memiliki hubungan yang baik dengan auditor eksternal, karena
Managing Partner Mazars Indonesia, selaku auditor Bumi Resources, menyatakan
keyakinannya bahwa Bumi Resources telah mengungkapkan data yang benar. Begitu juga
PricewaterhouseCoopers Indonesia, selaku auditor eksternal Berau Coal Energy melakukan
audit laporan keuangan dengan pendapat wajar tanpa syarat.
BUMI Resources juga memiliki hubungan baik dengan Aji Wijaya, selaku salah satu
anggota tim pengacara Aburizal Bakrie.
Namun, BUMI Resources memiliki hubungan yang kurang baik dengan para investor
karena terancam tidak bisa membagikan dividen di tahun 2012. Begitu juga pelepasan saham
dari sekuritas yang terjadi pada PT Berau Coal Energy. Selain itu, Nathaniel Rothschild, salah
satu pemegang saham minoritas menyatakan tengah melakukan investigasi terkait adanya
penyimpangan dana oleh dua sayap usahanya PT Bumi Resources Tbk dan PT Berau Coal
Energy Tbk. Juga menyatakan keinginannya untuk menghapus Bakrie dan sekutu dari
pemegang saham Bumi Plc.
BUMI Resources juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan regulator, yaitu
Direktorat Jendral Pajak. Terkait dengan dugaan tax avoidance yang dilakukan Kaltim Prima
Coal selaku anak perusahaan BUMI Resources. Selain itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan juga menyatakan akan menjatuhkan sanksi berat kepada manajemen PT
Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) jika hasil investigasi
Bumi Plc terbukti ada pelanggaran dalam menyajikan laporan keuangan.

9
3. Organization and Industry
Analisis ini menjelaskan mengenai struktur organisasi perusahaan yang dapat
diciptakan untuk memudahkan dan menyembunyikan fraud jika terlalu kompleks.
Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy
memiliki memiliki struktur organisai yang jelas, memiliki komisaris independen, departemen
audit internal untuk menyediakan kontrol internal, penilaian dan mitigasi risiko, transparansi
dan perbaikan tata kelola perusahaan.

4. Financial Result and Operating Characteristics


Analisis ini menjelaskan mengenai rasio-rasio kinerja perusahaan secara umum. Pada PT
BUMI Resources dapat diketahui bahwa rasio likuiditas Perseroan membaik di tahun 2009 ke
2010, karena mengalami peningkatan namun mengalami penurunan di tahun 2011. Pada rasio
aktivitas secara umum Perseroan mengalami penurunan di tahun 2010 namun mengalami
peningkatan di tahun 2011 kecuali pada. Begitu juga pada rasio solvabilitas Perseroan
membaik karena mengalami penurunan di tahun 2009 ke 2010, namun terjadi peningkatan di
tahun 2011, hal ini memberikan tekanan kepada manajemen untuk mengembalikan pinjaman
dan mematuhi syarat-syarat kredit. Rasio profitabilitas Perseroan secara umum mengalami
peningkatan di tahun 2010, namun kembali mengalami penurunan di tahun 2011, walaupun
operating margin ratio yang terus meningkat di tahun 2009 hingga 2011 namun return on
common equity terus mengalami penurunan.
Pada PT Berau Coal Energy dapat diketahui bahwa secara umum rasio likuiditas PT
Berau Coal Energy mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2011 walaupun terjadi
peningkatan di rasio arus kas operasional. Pada rasio aktivitas Perseroan mengalami
peningkatan dari tahun 2010 ke 2011. Selanjutnya, rasio solvabilitas Perseroan membaik
karena mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2011. Terakhir, pada rasio profitabilitas
Perseroan kinerjanya sangat baik karena mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke 2011.

Analisis terkait Ratio Analysis BUMI Resources dan Berau Coal Energy
1. Liquidity Ratio
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya tepat pada waktunya. Perusahaan yang likuid berarti memiliki komponen aset
lancar yang lebih besar daripada kewajiban lancarnya sehingga dapat segera memenuhi

10
kewajiban pada waktunya. Sebaliknya perusahaan illikuid berarti kewajiban lancar yang
dimiliki perusahaan lebih besar dari aset lancarnya.
BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki liquidity ratio yang lebih rendah
dibanding perusahaan kompetitornya (Adaro Energy dan Borneo Lumbung Energy & Metal).
Ini menunjukkan kedua perusahaan tersebut kurang mampu untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban keuangan jangka pendeknya pada saat jatuh tempo jika dibandingkan dengan
perusahaan kompetitor yang sejenis.

2. Activity Ratio dan Day’s Ratio


Rasio aktivitas dan rasio harian menunjukkan kemampuan dan keefektivan perusahaan
dalam mengelola aset yang dimiliki. Hal ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan
cukup banyak volume bisnis jika dilihat dari investasinya untuk aset.
Dalam mengukur activity ratio, BUMI memiliki tingkat rasio lebih rendah dibanding
ADARO. sehingga kinerja BUMI terlihat lebih buruk dibanding perusahaan kompetitor,
terutama di sisi inventory turnover dan asset turnover. Di sisi lain Berau Coal Energy
memiliki activity ratio lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitornya.
Namun, hal tersebut belum cukup, karena kedua Perseroan memiliki total asset turnover
kurang dari 1.
Secara umum kinerja BUMI lebih baik karena memiliki day’s ratio yang lebih kecil
dibandingkan ADARO, namun dapat dilihat bahwa average days inventory in stock BUMI
lebih besar. Di sisi lain, day’s ratio BERAU terlihat lebih kecil dibanding BORNEO. Ini
menunjukkan bahwa aktivitas BERAU lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan
kompetitor.

3. Solvability Ratio
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi seluruh
kewajibannya, baik kewajiban lancar (jangka pendek) dan kewajiban tidak lancar. Perusahaan
solvabel adalah perusahaan yang mempunyai aset atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aset atau kekayaan lebih kecil
daripada jumlah hutangnya berarti perusahaan berada dalam keadaan insolvabel. Dalam
mengukur solvability ratio, dapat diketahui BUMI Resources dan Berau Coal Energy
memiliki solvability ratio yang paling besar, ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan
tersebut memiliki hutang yang paling banyak jika dibandingkan dengan perusahaan
kompetitor masing-masing.

11
4. Profitability Ratio
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu. Secara umum BUMI dan BERAU memiliki
profitability ratio yang lebih kecil dibandingkan dengan ADARO dan BERAU. Ini
menunjukkan bahwa BUMI memiliki kinerja yang lebih buruk di sektor penjualan jika
dibandingkan dengan perusahaan kompetitor masing-masing.
Berdasarkan hasil analisis keempat rasio terhadap laporan keuangan BUMI Resources
dan Berau Coal Energy menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja masing-masing
Perseroan masih kurang baik. Hal ini menyebabkan adanya tekanan untuk meningkatkan
kinerja pada laporan keuangan sekaligus memotivasi manajemen untuk melakukan
kecurangan terhadap laporan keuangan pada masing-masing Perseroan.

12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Berdasarkan analisis kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh penulis pada
PT BUMI Resources Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk dengan menggunakan laporan
keuangan tahun 2009 hingga 2011 dan 2010 hingga 2011, disimpulkan bahwa BUMI
Resources dan Berau Coal Energy memiliki indikasi kecurangan pada laporan keuangan.
Analisis kecurangan laporan keuangan meliputi:
1. Analisis terkait fraud exposure rectangle yang dilakukan oleh penulis yang meliputi empat
tahapan dengan hasil sebagai berikut:

 Management and Directors

Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas manajemen dan direksi BUMI
Resources dan Berau Coal Energy tidak memiliki catatan yang bermasalah tapi perlu dilihat,
ada beberapa catatan yang terkait dengan masalah ini yang memiliki rekam jejak atau track
record yang cukup bermasalah.
Selanjutnya dengan terpaparnya/tersangkutnya manajemen BUMI Resources dalam
kasus penggelapan Pajak, dapat diduga bahwa salah satu motivasi manajemen saat
menjalankan Perseroan tersebut diantaranya adalah untuk meminimalisasi beban pembayaran
pajak (tax avoidance) dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan
perpajakan yang mengakibatkan adanya kerugian negara.

1. Relationship with Others


Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy
memiliki kepercayaan dan hubungan baik dengan lembaga keuangan karena memiliki hutang
jangka panjang yang cukup besar, namun di sisi lain hal ini juga memberikan tekanan kepada
manajemen untuk mengembalikan pinjaman dan mematuhi syarat-syarat kredit.
Mengenai hubungan BUMI Resources dengan pihak organisasi dan individu,
Perseroan diduga melakukan penyimpangan pajak yang disokong oleh Gayus Tambunan dan
kelompoknya.
BUMI Resources memiliki hubungan yang baik dengan auditor eksternal, karena
Managing Partner Mazars Indonesia, selaku auditor Bumi Resources, menyatakan
keyakinannya bahwa Bumi Resources telah mengungkapkan data yang benar. Begitu juga

13
PricewaterhouseCoopers Indonesia, selaku auditor eksternal Berau Coal Energy melakukan
audit laporan keuangan dengan pendapat wajar tanpa syarat.
BUMI Resources juga memiliki hubungan baik dengan Aji Wijaya, selaku salah satu
anggota tim pengacara Aburizal Bakrie.
Namun, BUMI Resources memiliki hubungan yang kurang baik dengan para investor
karena terancam tidak bisa membagikan dividen di tahun 2012. Begitu juga pelepasan saham
dari sekuritas yang terjadi pada PT Berau Coal Energy. Selain itu, Nathaniel Rothschild, salah
satu pemegang saham minoritas Bumi Plc, menyatakan tengah melakukan investigasi terkait
adanya penyimpangan dana oleh dua sayap usahanya PT Bumi Resources Tbk dan PT Berau
Coal Energy Tbk.
BUMI Resources juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan regulator, yaitu
Direktorat Jendral Pajak. Terkait dengan dugaan tax avoidance yang dilakukan Kaltim Prima
Coal selaku anak perusahaan BUMI Resources. Selain itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan juga menyatakan akan menjatuhkan sanksi berat kepada manajemen PT
Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) jika hasil investigasi
Bumi Plc terbukti ada pelanggaran dalam menyajikan laporan keuangan.

3. Organization and Industry


Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki
memiliki struktur organisai yang jelas, memiliki komisaris independen, departemen audit
internal untuk menyediakan kontrol internal, penilaian dan mitigasi risiko, transparansi dan
perbaikan tata kelola perusahaan.

4. Financial Result and Operating Characteristics


Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan BUMI Resources dan Berau
Coal Energy mengalami berbagai peningkatan dan penurunan rasio keuangan pada periode
tahun 2009 hingga 2011 dan 2010 hingga 2011.

2. Analisis Rasio Keuangan untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

1. Liquidity Ratio
BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki liquidity ratio yang lebih rendah
dibanding perusahaan kompetitornya (Adaro Energy dan Borneo Lumbung Energy & Metal).
Ini menunjukkan kedua perusahaan tersebut kurang mampu untuk memenuhi kewajiban-

14
kewajiban keuangan jangka pendeknya pada saat jatuh tempo jika dibandingkan dengan
perusahaan kompetitor yang sejenis.

2. Activity Ratio dan Day’s Ratio

BUMI Resources memiliki activity ratio lebih rendah dibanding ADARO. sehingga
kinerja BUMI terlihat lebih buruk dibanding perusahaan kompetitor, terutama di sisi
inventory turnover dan asset turnover. Di sisi lain Berau Coal Energy memiliki activity ratio
lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitornya. Namun, hal tersebut belum
cukup baik, karena kedua Perseroan memiliki total asset turnover kurang dari 1.
Secara umum kinerja BUMI lebih baik karena memiliki day’s ratio yang lebih kecil
dibandingkan ADARO, namun dapat dilihat bahwa average days inventory in stock BUMI
lebih besar. Di sisi lain, day’s ratio BERAU terlihat lebih kecil dibanding BORNEO. Ini
menunjukkan bahwa aktivitas BERAU lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan
kompetitor.

3. Solvability Ratio

BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki solvability ratio yang paling besar
jika dibandingkan dengan Adaro Energy dan Borneo Lumbung Energy & Metal, ini
menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut memiliki hutang yang paling banyak jika
dibandingkan dengan perusahaan kompetitor masing-masing.

3. Profitability Ratio
Secara umum BUMI dan BERAU memiliki profitability ratio yang lebih kecil
dibandingkan dengan ADARO dan BERAU. Ini menunjukkan bahwa BUMI memiliki
kinerja yang lebih buruk di sektor penjualan jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor
masing-masing.
Berdasarkan hasil analisis keempat rasio terhadap laporan keuangan BUMI Resources
dan Berau Coal Energy menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja masing-masing
Perseroan masih kurang baik. Hal ini menyebabkan adanya tekanan untuk meningkatkan
kinerja pada laporan keuangan sekaligus memotivasi manajemen untuk melakukan
kecurangan terhadap laporan keuangan pada masing-masing Perseroan.

15
Daftar Pustaka
Effendi, Muh. Arief. The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi.
2009. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta.

Ghozali dan Chairi. 2007. TeoriAkuntansi. Semarang. Badan Penerbit Undip.

Widyastuti, Emi. 2010. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Good Corporate
Governance Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan.

http://eprints.ums.ac.id/12749/1/File_2._Cover_dan_BAB_I.pdf. Diakses pada tanggal 28


April 2019

http://www.inti.co.id/who-we-are/e-files/Laporan/pedoman_gcg.pdf diakses pad atanggal 28


April 2019

http://www.inti.co.id/who-we-are/e-files/Laporan/pedoman_gcg.pdf diakses tanggal 28 April


2019

https://ppidkemkominfo.files.wordpress.com/2018/11/laporan-penganugerahan-
2018_ok_2_final.pdf diakses pada tanggal 28 April 2019

16

Vous aimerez peut-être aussi