Vous êtes sur la page 1sur 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus
2.1.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.1
Abortus adalah terhentinya (mati) dan dikeluarkannnya
kehamilan sebelum janin berumur 20 minggu (dihitung dari haid
terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gram dan panjang janin
kurang dari 25 cm (Ansar, 2010). Abortus merupakan berakhirnya
kehamilan dengan cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup.
Definisi lain yang sering digunakan adalah kelurnya janin neonatus
sebelum janin mencapai berat 500 gram.5

2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya abortus dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
1. Abortus spontan terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan
gambaran kliniknya abortus dapat dibagi menjadi:2
a. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah
pengeluaran semua hasil konsepsi dengan umur
kehamilan > 20 minggu kehamilan lengkap.
b. Abortus insipiens adalah perdarahan intrauterin
sebelum kehamilan lengkap 20 minggu dengan dilatasi
serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran hasil
konsepsi atau terjadi pengeluaran sebagian atau
seluruhnya.

4
c. Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian tetapi
tidak semua hasil konsepsi pada umur >20 minggu
kehamilan lengkap.
d. Abortus imminens adalah perdarahan intrauteri pada
umur < 20 minggu kehamilan lengkap dengan atau
tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks dan tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Hasil kehamilan yang
belum viabel berada dalam bahaya tetapi kehamilannya
terus berlanjut.
e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah kematian
embrio atau janin berumur < 20 minggu kehamilan
lengkap tetapi hasil konsepsi tertahan dalam rahim
selama ≥ 8 minggu.
f. Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil
kehamilan secara spontan yang belum viabel secara
berturut- turut.
g. Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai
infeksi genetalia interna sedangkan abortus sepsis
adalah abortus terinfeksi dengan penyebaran bakteri
melalui sirkulasi ibu.
2. Abortus Provocatus
Abortus provocatus adalah tindakan abortus yang disengaja
dilakkukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur 28
minggu atau berat janin 500 gram, abortus ini dibagi lagi
menjadi sebagai berikut:9
 Abortus medisinalis adalah abortus yang dilakukan atas
dasar indikasi vital ibu hamil jika diteruskan
kehamilannya akan lebih membahayakan jiwa sehingga
terpaksa dilakukan abortus buatan. Tindakan itu harus
disetujui oleh paling sedikit tiga orang dokter.
 Abortus kriminalis adalah abortus yang dilakukan pada
kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya akibat

5
perbuatan yang tidak bertanggung jawab, sebagian
besar dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih
sehingga menimbulkan komplikasi.

2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:9,10,11
1. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya
usia ibu. Insiden abortus dengan trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia ibu. Resiko ibu mengalami aneuploidi yaitu
diatas 35 tahun karena kelainan kromosom akan meningkat
pada usia diatas 35 tahun.
2. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan
kematian janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil
konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi
dapat terjadi seperti:
 Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula
pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.
 Faktor lingkungan endometrium
 Endometrium yang belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi.
 Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan
terlalu pendek
3. Kelainan Pada Plasenta
 Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
plasenta tidak dapat berfungsi.
 Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang
diantaranya pada penderita diabetes melitus
 Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah
plasenta sehingga menimbulkan keguguran.

6
4. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetesmilitus. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus,
uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum.
5. Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan
predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadian ini sekitar
3-5% jumlah kejadian abortus. Data menunjukan bahwa
setelah 1 kali abortus pasangan akan beresiko mengalami
abortus sebesar 15%.
6. Faktor Infeksi
Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma,
rubella, cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin
sering dihubungkan dengan abortus.
7. Obat-obatan rekreasional dan toksin lingkungan
Peranaan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang
dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti
tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin
hal ini merupakan salah satu yang berperan terjadinya abortus.

2.1.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis,
diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas
dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila
pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum

7
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat
keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis
sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang
telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab
diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut menjadi
tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan
ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna
kemerah-merahan.2

2.2 Abortus Inkompletus


2.2.1 Definisi
Abortus inkompletus adalah abortus yang terjadi sebelum usia gestasi
10 minggu, janin dan plasenta biasanya keluar, tetapi dalam waktu
yang terpisah. Abortus Inkompletusus adalah perdarahan kehamilan
muda (sebelum 20 minggu) dimana sebagian dari hasil konsepsi telah
keluar cavum uteri melalui kanalis servikalis. Abortus Inkompletusus
berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir seluruh
plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini
seperti halnya kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak
segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.8

2.2.2 Manifestasi Klinik


Adapun tanda dan gejala abortus inkompletus antara lain:12
 Amenore
 Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak,
perdarahan biasanya dalam darah beku

8
 Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jarinan atau
bagian janin
 Pemeriksaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi
teraba sisa-sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum
uteri.
 Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan
dapat menyebabkan syok.
Selain itu dapat pula ditemukan tanda dan gejala berikut:13
a. Anamnesa
 Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu).
 Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis,
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
 Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan
keluarnya jaringan hasil konsepsi.
b. Pemeriksaan fisik
 Biasanya keadaan umum (KU) tampak lemah.
 Tekanan darah normal atau menurun.
 Denyut nadi normal, cepat atau kecil dan lambat.
 Suhu badan normal atau meningkat.
 Pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan.
c. Pemeriksaan ginekologi
 Inspeksi vulva untuk menilai perdarahan pervaginam
dengan atau tanpa jaringan hasil konsepsi.
 Pemeriksaan pembukaan serviks.
 Inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari
cavum uteri, ostium uteri terbuka atau tertutu, ada
atau tidaknya jaringan di ostium.
 Vagina Toucher (VT) menilai portio masih terbuka
atau sudah tertutup teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak
nyeri.

9
d. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi (USG) oleh
dokter.

2.2.3 Penanganan
Penanganan abortus inkomplit adalah sebagai berikut:14
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
dari 16 minggu evakuasi dapat dilakukan secara digital atau
dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Jika
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan:
 Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode
evaluasi yang terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia.
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 400 mg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 6 minggu :
 Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV
(garam fisiologis atau larutan Ringer Laktat) dengan
kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mg per vaginam
setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
(maksimal 800 mg)
 Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

2.2.4 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus antara lain:7
1. Perdarahan

10
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan
tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperrentrofleksi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap
abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit
yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman.
4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.

11

Vous aimerez peut-être aussi