Vous êtes sur la page 1sur 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh sebab itu, baik
individu,kelompok,maupun masyarakat, merupakan asset yang harus dijaga,dilindungi ,
bahkan harus ditingkat. Semua orang baik secara individu,kelompok, maupun masyarakat
dimana saja dan kapan saja mempunyai hak untuk hidup sehat atau memperoleh
perlindungan kesehatan.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam
pendekatan yang dipimpin masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh
masyarakat tentang berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan asset mereka.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan . sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok
lemah dalam masyarakat, terutama individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk keadaan atau hasil yang ingin dicapai
oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya , memiliki kekuasaan, atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi , mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.
Kemandirian masyarakat di bidang kesehatan sebagai hasil pemberdayaan di
bidang kesehatan sesungguhnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab mereka
agar hak-hak kesehatan mereka terpenuhi. Hak-hak kesehatan setiap anggota masyarakat
ialah hak untuk dilindungi dan dipeliharanya kesehatan mereka sendiri, tanpa tergantung
pada pihak pemerintah maupun organisasi masyarakat lain. Peran pemerintahan atau
pihak diluar mereka (masyarakat) dalam memelihara dan melindungi kesehatan
masyarakat hanyalah sebagai fasilitator, motivator atau stimulator.

1
Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat
dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari
singkronisasi antara input, output, outcome dan impact yang ingin dihasilkan oleh
program dimana setiap komponen mempunyai hubungan yang logis antara satu dengan
yang lain. Istilah perencanaan dapat dimaknai sebagai serangkaian tindakan pengumpulan
data, analisa dan perumusan tujuan, apa yang akan dihasilkan, apa yang harus dilakukan,
dan bagaimana melakukannya agar tujuan bisa dicapai sesuai kebutuhan lembaga atau
organisasi.
Untuk meningkatkan mutu sehingga sesuai dengan hasil yang sudah direncanakan
dalam program maka dibutuhkan alat ukur untuk menilai kesesuaian antara rencana
program dan implementasi program yang dijalankan.
Monitoring dan evaluasi adalah cara untuk melihat apakah program mampu
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Monitoring adalah kegiatan
pemantauan implementasi program secara berkala untuk mengetahui dan mengendalikan
apakah kegiatan telah berjalan sesuai dengan rencana kegiatan.Sementara evaluasi adalah
kegiatan untuk melihat sejauh mana program mampu mencapai sasaran dan
menghasilkan dampak yang diharapkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana Perencanaan Dan Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun ?
b. Bagaimana Monitoring Dan Evaluasi Dalam Program Pemberdayaan ?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui Bagaimana Perencanaan Dan Strategi Pemberdayaan Kader Dan
Dukun
b. Untuk mengetahui Bagaimana Monitoring Dan Evaluasi Dalam Program
Pemberdayaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN


A. Strategi Pemberdayaan Kader
Peranan dukun bayi di masyarakat dalam menolong seorang ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan berkaitan sangat erat dengan budaya
dan kebiasaan setempat. Dukun bayi kebanyakan merupakan orang yang cukup
dikenal di desa, dihormati, dianggap sebagai orang tua yang dapat dipercaya, dan
sudah berpengalaman. Selain melakukan perawatan kehamilan, menolong persalinan,
serta merawat ibu dan bayinya sesudah persalinan, dukun bayi umumnya dipercaya
dapat memberikan kekuatan spiritual melalui doa-doa, mantra, dan ritual-ritual adat
yang dilakukannya, sehingga memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu yang akan
melahirkan. Setiap persalinan ibu harus ditolong oleh tenaga kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI di lapangan, jumlah dukun bayi jauh lebih banyak dari
jumlah bidan. Hal ini berbanding terbalik dengan keberadaan bidan yang relatif
terbatas, khususnya di desa-desa dan daerah terpencil. Meskipun secara teknis bidan
memiliki keahlian yang diakui dalam membantu persalinan, pengalaman dan usia
yang umumnya masih muda (terutama bagi yang ditempatkan di daerah terpencil)
seringkali menjadi hambatan dalam meraih kepercayaan masyarakat. Berdasarkan
fakta tersebut serta kebijakan pemerintah bahwa setiap persalinan ibu harus ditangani
oleh tenaga kesehatan, maka upaya membangun kemitraan bidan dan dukun bayi
menjadi sangat perlu dilakukan. Dukun bayi bersedia mengalihkan peranannya
sebagai penolong persalinan kepada bidan, tetapi tetap berperan dalam merawat ibu
selama masa kehamilan, mendampingi saat persalinan (dengan melakukan ritual adat
atau keagamaan untuk membuat ibu merasa tenang dan aman), dan merawat ibu dan
bayi setelah persalinan (masa nifas).
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat
selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan
oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu

3
2. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin
tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua
kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga
diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk
kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan
setiap tahun
Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau
pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan
lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta
masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu
disampaikan dalam pembinaan kader adalah :
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (promosi bidan siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan
sayang ibu.
B. Strategi Pemberdayaan Dukun Bayi.
1. Pengertian
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan
masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2). Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun
bayi adalah :
a. Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
b. Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
c. Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
d. Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial,
perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

4
e. Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.
2. Pembagian Dukun Bayi
Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan
oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih
oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan
dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak
seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut:
1) Fase I: Pendaftaran Dukun
a) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
b) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap
mereka dalam penanganan kehamilan dan persalinan
2) Fase II : Pelatihan
a) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment
b) Diberikan sertifikat
c) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan
kesehatan ibu
d) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek
3) Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
a) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
b) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun
3. Pembinaan dukun bayi
Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah.
Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut
dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan
upaya agar bidandapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:

5
a. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
b. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
c. Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan
yang bersih dan aman.
d. Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-
komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
e. Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling
menguntungkan.
f. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko
tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.
1) Pelaksanaan pembinaan dukun
a) Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan Dokter
b) Bidan
c) Perawat kesehatan
d) Petugas imunisasi
e) Petugas gizi
2) Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi
a) Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
b) Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.
3) Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
a) Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa
tempat tinggal dukun.
b) Pertemuan rutin yang telah disepakat
c) Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
d) Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan
C. Materi Pembinaan Kader Dan Dukun Bayi
Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:
1. Promosi bidan siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan
pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam
pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila

6
dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di
libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan
dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk
melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat
kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan,Persalinan dan Nifas
a. Tanda-tanda bahaya kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga
tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Adanya
tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawah
ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan. Tanda-tanda bahaya kehamilan
meliputi :
1) Perdarahan jalan lahir
2) Kejang
3) Sakit kepala yang berlebihan
4) Muka dan tangan bengkak
5) Demam tinggi menggigil / tidak
6) Pucat
7) Sesak nafas
b. Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan
Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan
dapat terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Perdarahan
2) Kejang
3) Demam, menggigil, keluar lender dan berbau
4) Persalinan lama
5) Mal presentase
6) Plasenta tidak lahir dalam 30 menit
7) Kegawatan masa nifas
8) Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik pada ibu
ataupun bayi. Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru

7
bersalin adalah perdarahan karena sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis
(demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi depresi bayi dan atau
trauma.
9) Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga
tentang tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan
dari tatalaksana tersebut. Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini
perlu untuk melibatkan ibu, suami dan keluarga sehingga tercapai suatu
kerjasama yang baik.
10) Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami
dan keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu untuk
dibawah segera kesaran pelayanan kesehatan atau
menghubungi bidan.Tanda-tanda kegawatan masanifas pada ibu.
c. Tanda-tanda kegawatan masa nifas
pada ibu yang perlu diperhatikan meliputi :
1) perdarahan banyak atau menetap
2) rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat
3) bengkak pada salah satu atau kedua kaki
4) rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah warna.
5) pucat, tangan dan kaki dingin (syok)
6) tidur turun dratis
7) kejang
8) sakit kepala berlebihan / gangguan pandangan
9) bengkak pada tangan dan muka
10) peningkatan tekanan darah
11) buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit
12) tidak mampu menahan BAK / ngompol
13) demam tanpa atau dengan menggigil
14) adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan
merawat bayi.

8
15) Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu
mendapatkan pelayanan dari bidan / mencari pertolongan kesarana
pelayanan kesehatan.
3. Tanda-tanda kegawatan pada bayi baru lahir
Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan masuknya
kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibatpemotongan tali pusat dengan alat yang
tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi bermacam-macam
ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang
dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit tetanus neonatorum.
4. Penyuluhan Gizi dan KB
a. Gizi pada ibu hamil.
1) Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima
sempurna.
2) Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
3) Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti
kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
4) Tidak ada pantangan makan selama hamil
5) Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
b. Penyuluhan KB
1) Kondom
2) Pil Kb
3) Susuk Kb Implan
4) IUD/AKDR
5) Tubektomi/MOW
6) Fasektomi//MOP
7) Suntikan
5. Pencatatan Kelahiran dan Kematian bayi/Ibu
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
b. Angka Kematian Balita (AKABA)
c. Angka Kematian Ibu (AKI)

9
d. Angka Kematian Kasar (AKK)
6. Promosi Tabulin, Donor Darah Berjalan dan Ambulance
D. Hambatan Dan Solusi Dalam Pembinaan Dukun
Hambatan hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di
masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sikap dukun yang kurang kooperatif
2. Kultur yang kuat Sosial ekonomi
3. Tingkat pendidikan
E. Pendampingan Sosial Terhadap Dukun Dan Bayi
Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan
melakukanaktifitas bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam
sebuah program pembangunan. Peran bidan sebagai fasilitator adalah bidan memberikan
bimbinganteknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader,
tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang kearah pencapaian tujuan yang diinginkan.
Nilai - nilai universal dalam fasilitasi : DemokrasI, Tanggung Jawab, Kerjasama dan
Kejujuran Kesamaan Derajat
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga
dapat diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus
terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang
disediakan, dan optimalisasi partisipasi masyarakat.
Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi kesempurnaan agar
siapmelanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya,fasilitator harusmulai
mengurangi campur tangan secara perlanSebagai tenaga ahli,fasilitator sudah pasti
dituntut untuk selalu terampilmelakukan. Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat
problem solving tidak secara otomatisharus dijawab oleh fasilitator tetapi bagaimana
fasilitatormendistribusikan danmengembalikan persoalan dan pertanyaan tersebut kepada
semua pihak (peserta ataumasyarakat ).
Upayakan bahwa pendapat masyarakatlah yang mengambil alih keputusan. Hal yang
penting juga untuk diperhatikan pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator harus dapat
mengenali tugasnya secara baik. Peran fasilitator pendamping mempunyai tanggung
jawab untuk menciptakan, menkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta

10
memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.Fasilitator selaku ketua
dalam pelaksanaan memiliki peran sebagai berikut:
1. Memfasilitasi pembentukan Desa Siap Antar Jaga diwilayahnya masing masing.
Disini fasilitator berperan dalam pembentukan Desa Siaga di wilayahnya.
2. Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan dalampelaksanaan
Desa Siap Antar Jaga.Disini fasilitator membantumengembangkan UKBM serta hal-
hal yang terkait lain, contohnya PHBS, dana sehat, tabulin, dasolin dan ambulan desa.
3. Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkanpendapatnya dan
berdialog dengan sesame anggota masyarakat, tokoh/ pemuka masyarakat, petugas
kesehatan, serta unsure masyarakat lain yang terlibat dalam pelaksanaan Desa Siap
Antar Jaga. Fasilitator Desa Siagamembantu dalam memecahkan setiap permasalahan
yang ada di wilayahnya secara musyawarah bersama.
4. Melakukan koordinasi pelaksanaan Desa Siap Antar
Jagasecaraber kesinambungan.Fasilitator setiap bulan melakukan pertemuan dengan
kader dan tokohmasyarakat lainnya.
5. Menjadi penghubung antara masyarakat dengan sarana pelayanan
kesehatan.Fasilitator membantu tenaga kesehatan dalam pelaksanaan Desa Siaga di
wilayahnya.
Fasilitator selaku ketua dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga memilikiperan sebagai
berikut:
1. Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan dalampelaksanaan
Dusun Siap Antar Jaga .
2. Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkan pendapatnya dan
berdialog dengan sesame anggota masyarakat, tokoh/ pemuka masyarakat, petugas
kesehatan, serta unsure masyarakat lain yang terlibat dalam pelaksanaan Dusun Siap
Antar Jaga. Melakukan koordinasi pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga

11
2.2 MONITORING DAN EVALUASI DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN
A. Pengertian Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah proses melihat dan memikirkan kembali secara menyeluruh
yang dilakukan terus menerus atau berkala oleh berbagai pihak untuk mengetahui
perkembangan dari sebuah pekerjaan atau program.
Sedangkan Evaluasi adalah penilaian/analisa tingkat keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat dari perencanaan yang telah diprogramkan.
Pemberdayaan Masyarakat adalah segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk terus
meningkatkan keberdayaan masyarakat, untuk memperbaiki kesejahteraan dan
meningkatkan partisipasi mereka dalam segala kegiatan konservasi sumber daya alam
hayati danekosistemnya, secara berkelanjutan.
B. Prinsip Monitoring Dan Evaluasi Program Pemberdayaan
Prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi dilakukan secara obyektif guna mendapatkan
data dan informasi yang akurat, meliputi :
1. Partisipatif, banyak pihak yang terlibat mulai dari proses perencanaan hingga
evaluasi program.
2. Transparan, pertanggung jawaban dilaporkan secara transparan.
3. Tanggung gugat, pengambilan keputusan dan penggunaan sumberdaya bisa di
tanggung di depan masyarakat luas.
4. Kesetaraan, semua pihak yang terlibat dalam proses monitoring dan evaluasi
mempunyai hak dan kedudukan yang setara.
5. Kejujuran, pelaporan kegiatan dilakukan dengan jujur dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
6. Berjiwa besar, dalam menerima dan memberikan kritik dan saran dari dan kepada
pihak lain.
7. Keterpaduan, monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat semua arah
secara terpadu dan menyeluruh.
8. Fleksibel, tidak kaku, sesuai dengan keadaan waktu dan tempat.
9. Kesepakatan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus didasarkan pada
kesepakatan bersama semua pihak.

12
C. Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Program Pemberdayaan
Pemantauan (monitoring) umumnya lebih diorientasikan untuk masukan program.
Tujuan pemantauan adalah mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan
rencana dan apakah ada hal-hal yang perlu disesuaikan untuk perbaikan program.
Pemantauan secara teratur juga penting untuk mengetahui apakah program
dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan tata aturannya. Hal ini mencakup pemantauan
apakah prinsip tata pemerintahan, prinsip pemberdayaan masyarakat, partisipasi
masyarakat, mutu teknis pekerjaan, penggunaan dana, dan kepatuhan pada tata aturan
lingkungan hidup dan sosial sudah diikuti.
Dalam Penyusunan Monitoring Program Pemberdayaan terdapat beberapa tahap,
yaitu :
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan dengan mengidentifikasi hal-hal yang akan di
monitor variable apa yang akan dimonitor serta menggunakan indicator mana
yang sesuai dengan tujuan program.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini untuk mengukur pelaksanaan program dari kegiatan yang sudah
direncanakan. Adapun indicator yang dapat diukur pada waktu pelaksanaan
kegiatan, indicator dan proses yang dilakukan adalah :
a. Ketetapan dan pengelolaan waktu pelaksanaan kegiatan
b. Ketetapan penggunaan metode yang digunakan
c. Adanya penjelasan yang sesuai dengan penggunaan metode
d. Penggunaan media yang sesuai dengan harapan metode
e. Melaksanakan evaluasi pembelajaran
f. Adanya tindak lanjut dari program tersebut
3. Tahap pelaporan
Tahap ini adalah menentukan apakah prestasi kerja dan output yang dicapai itu
sudah memenuhi standar yang sudah ditentukan dan disini terdapat tahapan
evaluasi yaitu mengukur kegiatan yang sudah dilakukan.

13
D. Evaluasi Program Pemberdayaan
Ruang lingkup evaluasi :
1. Pencapaian hasil Kesesuaian hasil yang di dapat mengacu pada tujuan program
pemberdayaan masyarakat. Output dan laporan hasil sudah mencerminkan
keadaan sebenarnya di masyarakat dalam meningkatkan akses infrastruktur,
efisiensi waktu, penyerapan tenaga kerja dan lainnya
2. Evaluasi program dan pengawasan mutu Program melakukan monitoring dan
evaluasi secara reguler sebagai bagian dalam pengawasan mutu. Jenis evaluasi
yang dilakukan (proses, metodologi dan dampak) dan hasilnya cukup dipercaya.
3. Seleksi lokasi
4. Organisasi kemasyarakatan
Proses pembentukan dan pemilihan organisasi masyarakat serta pendampingan
yang dilakukan untuk keberlanjutan program. Jenis program pengembangan
kapasitas untuk memperkuat keberadaan organisasi masyarakat.
5. .Pengembangan kualitas SDM
Jenis kegiatan pengembangan kualitas yang diberikan di tingkat local
(pemerintah daerah, fasilitator pendamping dan organisasi masyarakat).
Frutchey (1973) mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi selalu
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan)
2. Membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman yang ada
atau telahditetapkan lebih dahulu
3. Pengambilan keputusan atau penilaian atas obyek yang diamati.
Dalam mengevaluasi program pemberdayaan masyarakat terdapat
beberapa macam evaluasi yang bisa dipergunakan, antara lain:
1. Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
Taylor (1976) mengemukakan adanya dua macam evaluasi, yakni evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan untuk meninjau kembali program atau perencanaan yang telah
dibuat, dengan kata lain evaluasi ini dilakukan sebelum suatu program
dilaksanakan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk

14
meninjau program yang telah dilaksanakan. Sebelumnya seringkali dalam suatu
program hanya menggunakan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengetahui
seberapa jauh program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya serta
mengetahui dampak negatif yang muncul dalam pelaksanaannya. Namun dalam
perkembangannya evaluasi formatif juga mulai dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas program yang telah dirancang agar dalam pelaksanaannya tidak
menimbulkan kerugian dalam berbagai penggunaan misalnya dalam hal bahan
baku.
2. On-going evaluation dan Ex-post evaluation
Cernea dan Tepping (1977) juga mengemukakan dua macam evaluasi yakni On-
going evaluation dan Ex-post evaluation. On-going evaluation, adalah evaluasi
yang dilaksanakan pada satu program atau kegiatan itu masih atau sedang
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan yang muncul serta segera mengantisipasinya agar masalah yang
dapat menghambat proses pelaksanaan dapat segera diatasi. Sedangkan Ex-post
evaluation, adalah evaluasi yang dilakukan setelah suatu program selesai
dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
kesesuaian hasilnya dengan rencana program yang telah dibuat sebelumnya.
3. Evaluasi Intern dan Evaluasi Ekstern
Pada jenis evaluasi ini didasarkan pada seseorang yang melakukan kegiatan
evaluasi, pada evaluasi intern, pelaksana maupun pengambil inisiatif dalam
evaluasi adalah orangorang atau aparat yang terlibat langsung dengan program
yang bersangkutan (administrator program, penanggung jawab program, dan
pelaksana program) atau orangorang atau aparat di dalam organisasi pelaksana
program yang memiliki fungsi atau tugas untuk melakukan evaluasi dalam
organisasi. Misalnya: aparat biro/bagian pemantauan dan evaluasi. Sedang
evaluasi ekstern adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar (diluar
organisasi pemilik/pelaksana program).
4. Evaluasi Teknis dan Evaluasi Ekonomi
Evaluasi teknis (fisik), adalah kegiatan evaluasi yang penerima manfaat dan
ukurannya menggunakan ukuran-ukuran teknis secara satuan (fisik). Sedangkan

15
evaluasi ekonomi atau keuangan, penerima manfaatnya adalah pengelolaan
keuangan dan menggunakan ukuran-ukuran ekonomi.
5. Evaluasi Program, Pemantauan, dan Evaluasi Dampak Program
Evaluasi Program bertujuan untuk meninjau kembali program atau perencanaan
yang akan diberlakukan, pada evaluasi jenis ini dokumen perencanaannya atau
program kerja yang akan diberlakukan ditinjau kembali berdasarkan indikator
apakah program tersebut rasional atau tidak, serta sesuai atau tidak dengan apa
yang menjadi kebutuhan masyarakat. Selain itu maksud lain dari evaluasi
program ini adalah agar semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program
nantinya, yakni pemerintah, swasta, dan masyarakat merasa ikut bertanggung
jawab dalam keberhasilan program yang akan dilaksanakan. Jenis evaluasi yang
kedua yakni pemantauan program, merupakan proses penilaian untuk menarik
kesimpulan apakah pelaksanaan proyek sesuai dengan perencanaan yang telah
dilakukan sebelumnya. Dalam pemantauan program perlu dilakukan proses
pengumpulan informasi berupa data dan fakta yang ada di lapangan selama
proses pelaksanaan program, hal ini bertujuan untuk mencegah atau menghindari
adanya situasi atau keadaan yang tidak diharapkan yang dapat mengganggu
pelaksanaan program sehingga program tersebut bisa dilaksanakan sesuai dengan
program kerja yang telah direncanakan sebelumnya. Jenis evaluasi yang ketiga
yakni evaluasi dampak program, dampak dalam hal ini dapat diartikan sebagai
hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program.
6. Evaluasi Proses dan Hasil
Merupakan dua macam evaluasi dari hasil kesimpulan berbagai macam evaluasi
yang telah disebutkan di atas, antara lain: evaluasi proses, yaitu evaluasi yang
dilakukan untuk melihat seberapa jauh proses yang telah dilaksanakan itu sesuai
(dalam arti kuantitatif maupun kualitatif) dengan rencana program yang telah
dibuat sebelumnya. Sedangkan evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan
untuk meninjau mengenai seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah
dapat tercapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Setelah
dijelaskan mengenai beberapa macam evaluasi hendaknya perlu diketahui
beberapa komponen lain yang terdapat dalam kegiatan evaluasi, salah satunya

16
yakni tujuan dari diadakannya evaluasi (Stufflebeam, 1971 dalam Mardikanto,
2011:52) adalah untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang telah
sesuai atau menyimpang dari pedoman yang ditetapkan, atau untuk mengetahui
tingkat kesenjangan (diskrepansi) antara keadaan yang telah dicapai dengan
keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat dicapai, sehingga akan dapat
diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi kegiatan yang telah dilaksanakan;
untuk selanjutnya dapat segera diambil langkah-langkah guna meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti yang dikehendaki. Komponen
selanjutnya yakni agar dalam kegiatan evaluasi mengenai suatu program
pemberdayaan masyarakat dapat berjalan secara maksimal diperlukan suatu
kualifikasi evaluasi yang baik, yang meliputi:
a. Memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, artinya bahwa tujuan dari
diadakannya kegiatan evaluasi mengenai suatu program pemberdayaan harus
mudah dipahami oleh setiap orang dan tidak menimbulkan kesalahan arti
dalam pemahamannya. Selain itu, tujuannya juga harus spesifik sehingga
jelas apa yang harus dievaluasi dan bagaimana pengukurannya.
b. Mengutamakan instrument yang tepat dan teliti, dalam penggunaan alat ukur
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan evaluasi harus benar- benar mampu
mengukur yang seharusnya diukur. Selain itu, sebuah alat ukur yang
digunakan hendaknya mampu memberikan hasil yang sama ketika digunakan
untuk jenis mayarakat yang beraneka ragam.
c. Memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan perilaku penerima
manfaatnya, kegiatan pemberdayaan memiliki tujuan merubah perilaku
masyarakat penerima manfaat. Karenanya, hasil dari kegiatan evaluasi harus
mampu memberikan gambaran tentang perubahan perilaku yang terjadi atau
dialami oleh masyarakat dalam hal penerima manfaatnya, baik yang
mengenai pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya. Evaluasi harus praktis,
praktis dapat diartikan mampu dilaksanakan oleh pelaksananya, sesuai
dengan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimiliki, hak atau
kewenangan pelaksana evaluasi, dan tersedianya sumber daya baik dalam
pendanaan, perlengkapan, dan waktu yang disediakan. Dengan demikian

17
penting kiranya dalam memilih jenis evaluasi yang sesuai dengan program
pemberdayaan yang akan dievaluasi, serta memperhatikan segala komponen
pendukungnya agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara maksimal.
Sehingga hasil yang didapatkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terlibat dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat.
E. Indikator Keberhasilan Program Pemberdayaan
Kriteria dan Indikator Pelaksanaan program/kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
memang tidak semudah yang dibayangkan, kegiatan ini perlu terus disempurnakan
baik dari mulai tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/implementasi,
sampai pada tahap monitoring dan evaluasi kegiatan. Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan untuk dapat menilai keberhasilan pengelolaan pemberdayaan
masyarakat yaitu ”dari kelangsungan unit usaha/kegiatan kelompok setelah program
pemberdayaan dihentikan atau dari kesanggupan masyarakat melanjutkan unit
usaha/kelompok dalam mengembalikan/ mengembangkan modal usaha”. Apabila unit
usaha/kelompok masyarakat tidak berjalan atau masyarakat tidak sanggup untuk
melanjutkan usaha/mengembalikan kredit setelah program pemberdayaan selesai,
maka program pemberdayaan masyarakat dinilai “tidak berhasil” atau “Gagal”,
sebaliknya apabila unit usaha/kelompok masyarakat masih dapat berlanjut atau
masyarakat sanggup melanjutkan unit usaha/mengembalikan bantuan kredit setelah
program pemberdayaan dihentikan, maka program pemberdayaan tersebut dinilai
“berhasil”. Selanjutnya indikator dari keberhasilan pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan dapat dicirikan sebagai berikut :
1. Meningkatnya jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam setiap
kegiatan yang dilaksanakan.
2. Meningkatnya frekuensi kehadiran tiap warga pada pelaksanaan setiap jenis
kegiatan.
3. Meningkatnya kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh
pertimbangan atau persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan.
4. Meningkatnya kuantitas dan kualitas serta jenis ide yang dikemukakan oleh
masyarakat yang ditujukan untuk kelancaran pelaksanaan program pengendalian.

18
5. Meningkatnya jumlah dana yang dapat digali dari masyarakat untuk menunjang
pelaksanaan program kegiatan.
6. Meningkatnya intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah.
7. Meningkatnya kapasitas skala partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
8. Terbukanya peluang usaha, kesempatan kerja dan pasar bagi masyarakat.
9. Meningkatnya kemampuan dan kemandirian masyarakat.
10. Meningkatnya perekonomian pedesaan.
11. frekuensi kehadiran tiap warga pada pelaksanaan setiap jenis kegiatan.
12. Terbentuknya para motivator yang memahami, mempunyai afeksi, dan terampil
dalam pemberdayaan masyarakat local
13. Tertransformasinya kesadaran, komitmen, kemauan, pengetahuan keterampilan
dan afeksi motivator terhadap para pejabat di lingkungan pemerintahan
kecamatan/ dan desa/ dan kelurahan maupun para tokoh pembangunan
masyarakat sekitar.
14. Tergerakkan/ termobilisasinya komunitas lokal untuk berpartisipasi dalam
pembangunan masyarakat luas sesuai dengan data, fakta lapangan dan analisis
kebutuhan lokal di lapangan. Untuk dapat menilai keberhasilan ataupun
kegagalan suatu kegiatan (termasuk pemberdayaan masyarakat) memang tidak
dapat hanya melihat dari satu sisi saja. Masih banyak faktor yang harus
diperhatikan, termasuk diantaranya karakteristik masing-masing wilayah dengan
keberagaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan juga
merupakan salah satu faktor kunci yang perlu diperhatikan

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam
pendekatan yang dipimpin masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh
masyarakat tentang berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan asset mereka.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan . sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok
lemah dalam masyarakat, terutama individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk keadaan atau hasil yang ingin dicapai
oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya , memiliki kekuasaan, atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi , mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.
Monitoring adalah proses melihat dan memikirkan kembali secara menyeluruh
yang dilakukan terus menerus atau berkala oleh berbagai pihak untuk mengetahui
perkembangan dari sebuah pekerjaan atau program. Sedangkan Evaluasi adalah
penilaian/analisa tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dari perencanaan yang telah diprogramkan. Prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi yaitu
partisipatif, transparan, tanggung gugat, kesetaraan, kejujuran, berjiwa besar,
keterpaduan, fleksibel, dan kesepakatan. Dalam p enyusunan monitoring dan evaluasi
program
pemberdayaan terdapat beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,dan
pelaporan. Setelah melakukan suatu program maka perlu dilakukan evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang telah berjalan sesuai
atau menyimoang daripedoman yang ditetapkan. Selanjutnya indikator dari keberhasilan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dapat dicirikan, diantaranya meningkatnya

20
jumlah dan frekuensi warga untuk hadir dalam kegiatan, meningkatnya jumlah dana yang
dapat digali, meningkatnya perekonomian pedesaan, dan sebagainya

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat tersendiri bagi
penulis dan pembaca dan sehingga dapat di aplikasikan pada setiap program
pemberdayaan yang dilaksanakan.

21

Vous aimerez peut-être aussi