Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Sinta 1610711054
JAKARTA
2019
I. Program Kesehatan terkait penyakit
Tujuan umum kebijakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan
lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, akf, produkf dan berdaya guna bagi keluarga dan
masyarakat.
Sementara tujuan khususnya adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan
santun lansia; meningkatkan koordinasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi profesi
dan pihak terkait lainnya; meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan
lansia; meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lansia dalam
upaya peningkatan kesehatan lansia; meningkatnya peran serta lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat.
Sasaran langsung adalah pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut
usia risiko tinggi (lanjut usia >70 tahun atau usia >= 60 tahun dengan masalah kesehatan).
Sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, kelompok khusus, dan swasta, lintasprogram, dan lintas sektor.
1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM MENDUKUNG USIA LANJUT
UU no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
UU no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 138 tentang upaya pelayanan
kesehatanusia lanjut
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Keputusan Presiden RI No. 52 tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia
Keputusan Presiden RI No. 93 tahun 2005 tentang Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut
Usia
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No.
05/KepMenko/Kesra/VIII/1989 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Tetap
Kesejahteraan Lansia.
Rencana Aksi Nasional usia lanjuttahun 2009 – 2014
2. PROGRAM
Peningkatan dan pemantapan upaya YANKES lansia di sarana yankes dasar
Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia
Penyuluhan & penyebaran informasi kesehatan bagi lansia.
Perawatan kesehatan bagi Lansia dan keluarga di rumah (Home Care).
Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui Kelompok Lansia
Pengembangan lembaga tempat perawatan bagi Lansia.
c. Posbindu.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos
Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu
dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia
maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi
dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina
kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia
supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif
dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan
(Depkes, 2007).
Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan masyarakat
usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan
posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah,
misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti kelompok
pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD).
Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan
dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan Posbindu baru.
Langkah-langkahnya meliputi:
Pertemuan tingkat desa
Survey mawas diri
Musyawarah Masyarakat Desa
Pelatihan kader
Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
Pembinaan dan pelestarian kegiatan.
2. Tujuan
Tujuannya kota sehat adalah tercapainya kondisi kota untuk hidup dengan aman,
nyaman, dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik,
sosial, budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan
perekomomian wilayah.
c) Keputusan Presiden No. 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia
Keanggotaan komisi lanjut usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat yang
berjumlah paling banyak 25 orang
Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang
kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana,
ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, pemukiman dan prasarana wilayah,
pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata, perhubungan dan
pemerintahan dalam negeri
Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi
Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut Usia
Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur pada tingkat
provinsi dan oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota
d) Keptusan Presiden Ini 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi Lanjut Usia
Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden
Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial.
4. Program Lansia
a. Posyandu Lansia
Adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka abisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
b. Pembinaan Lansia
Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran serta
masyarakat baik dalam pemberi layanan kesehatan maupun penerima pelayanan
kesehatan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan masalah usia
lanjur setempat dalam bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan usia
lanjut setempat.
c. Upaya Promotif
1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya di
puskesmas atau instansi kesehatan lainnya
2) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia
lanjut
3) Diet seimbang atau makan dengan menu yang mengandung gizi seimbang
4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa
5) Membina keterampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobi secara
teratur sesuai dengan kemampuannya
6) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial
7) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkohol, kopi,
kelelahan fisik dan mental
d. Upaya Preventif
Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur
Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan
Penyuluhan tentang penggunaan alat bantu seperti kacamata dan alat bantu
pendengaran
Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada
usia lanjut
Pembinaan mental
Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi benigna dan
hipertensi maligna. Hipertensi benigna merupakan keadaan hipertensi yang tidak
menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek up. Hipertensi maligna
merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai keadaan kegawatan
sebagai akibat komplikasi pada organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada
orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan
derajat II. (Tabel 2.)
2. DM tipe II
Kelompok diabetes mellitus tipe II tidak tergantung insulin. Kebanyakan timbul
pada penderita berusia di atas 40 tahun. Penderita DM tipe II inilah yang terbanyak di
Indonesia. Pada tipe ini, insulin normal, tetapi jumlah reseptor kurang (misalnya insulin
adalah kunci pintu, maka lubang kunci pintu yang masuk ke sel adalah reseptornya),
akibatnya gula hanya sedikit yang masuk ke dalam sel sehingga gula darah meningkat,
keadaan ini disebut resisten insulin. Penyakit DM tipe II biasanya dapat terkendali
dengan menurunkan obesitas. Pengobatan diutamakan dengan perencanaan menu
makanan yang baik dan latihan jasmani secara teratur. Obat semacam oral hipoglikemik
dan suntikan insulin kadang menjadi kebutuhan bagi penderita tipe ini. Bagi penderita
yang sudah kronis, penurunan kadar gula darah harus dibantu dengan injeksi insulin.
DMTTI disebabkan oleh faktor genetis dan dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat,
tetapi munculnya terlambat. Dengan pola hidup modern saat ini, prevalensi DMTTI
semakin meningkat dengan penderita berusia dibawah 40 tahun. Proses penuaan juga
menjadi penyebab akibat penyusutan sel-sel beta yang progresif sehingga insulin
semakin berkurang dan kepekaan reseptornya semakin menurun. Penyebab lain diduga
akibat inveksi virus sewaktu muda. DM tipe II dibagi lagi menjadi dua, yaitu penderita
tidak gemuk (non-obese) dan penderita gemuk (obese).
Selain DM tipe I dan DM tipe II, DM dapat dibagi lagi menjadi DM terkait
malnutrisi (DMTM) dan DM pada kehamilan (gestational DM).
Definisi Stroke
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragic adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:
hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun (Ria Artiani, 2009)
Stroke hemoragic adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian
merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragic adalah salah satu jenis stroke
yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat
mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir
dengan kelumpuhan.
B. Etiologi
Etiologi Hipertensi
a. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi diabgi menjadi 2 golongan.
Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na+ Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia.
Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan:
Elastisitas dinding aorta menurun.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah mnurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
b. Factor risiko
Faktor-faktor risiko ini di golongkan menjadi yang dapat diubah dan yang tidak
dapat diubah.
1. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah
a) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang
dengan riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan
yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik
dari waktu ke waktu. Kecenderungan genetis tyang mebuat keluarga tertentu lebih
rentan terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar
natrium intraselular dan penurunan rasio kalsium natrium, yang lebih sering
ditemukan pada orang berkulit hitam. Klien dengan orang tua yang memilki
hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
b) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia: 50-60% klien yang berumur lebih dari 60 tahun
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian epidemiologi, telah
menunjukkan prognosis yang lebih buruk pada klien yang hipertensinya mulai
pada usia muda. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya terjadi pada orang yang
berusia lebih dari 50 tahun, dengan hampir 24 % dari semua orang terkena pada
usia 80 tahun. Diantara orang dewasa, pembacaan TDS lebih baik daripada TDD
karena merupakan prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian di masa
depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
c) Jenis kelamin
Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan wanita
hampir sama antara usia 55 sampai 74 tahun; kemudian, setelah usia 74 tahun,
wnaita berisiko lebih besar.
d) Etnis
Statistik mortalitas mengindikasikan bahwa angka kematian pada wanita
berkulit putih dewasa dengan hipertensi lebih rendah pada angka 4,7 % pria
berkulit putih pada tingkat terendah berikutnya yaitu 6,3 % dan pria berkulit hitam
pada tingkat terendah berikutnya yaitu 22,5 %; angka kematian tertinggi pada
wanita berkulit hitam pada angka 29,3%. Alasan peningkatan prevalensi hipertensi
di antara oang berkulit hitam tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan
dengan kadar renin yang lebih rendah, sinsitivitas yang lebih besar terhadap
vasopresin, tingginya asupan garam, dan tingginya stres lingkungan.
2. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah
a) Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes
menurut beberapa studi penelitian terkini. Diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar. Oleh
karena itu hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes, meskipun
diabetesnya terkontrol dengan baik. Ketika seorang klien diabtes didiagnosis
hipertensi, keputusan pengobatan dan perawatan tindak lanjut harus benar-benar
individual dan agresif.
b) Stress
Stres meningkatkan resistansi vaskular perifer dan curah jantng serta
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke waktu hipertensi dapat
berkembang. Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi peradangan, nyeri
berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin, trauma, pengerahan tenaga
berkepanjangan, respons pada peristiwa kehidupan, obesitas, usia tua, obat-obatan,
penyakit, pembedahan dan pengobatan medis dapat meicu respons stres.
Rangsangan berbahaya ini dianggap oleh seseorang sebagai ancaman atau dapat
menyebabkan bahaya; kemudian, sebuah respon psikopatologis “melawan-atau-
lari” (fight or flight) dipraksrasi di dalam tubuh. Jika respon stres menjadi
berlebihan atau berkepanjangan, disfungsi organ sasaran atau penyakit akan
dihasilkan. Sebuah laporan dari Lembaga Stress Amerika (American Institute Of
Stress) memperkirakan 60 % sampai 90 % dari selurub kunjungan perawatan
primer meliputi keluhan yang berhubungan dengan stres. Oleh karena stres adalah
permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stresor dan respon stres.
c) Obesitas
Obesitas, terutama pada tubuh bagian atas (tubuh bebentuk “apel”), dengan
meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Orang dengan kelebihan berat badan tetapi
mempunyai kelebihan paling banyak di pantat, pinggul, dan paha (tubuh berbentuk
“pear”) berada pada risiko jauh lebih sedikit untuk pengembangan hipertensi
sekunder daripada peningkatan berat badan saja. Kombinasi obesitas dengan
faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan risiko hipertensi.
d) Nutrisi
Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan
hipertensi esensial. Paling tidak 40 % dari klien yang akhirnya terkena hipertensi
akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab
pencetus hipertensi pada individu ini. Diet tinggi garam mungkin menyebabkan
pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak
langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vasopresor di dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat
berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
e) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengonsumsi banyak alkohol, dan beberapa penggunaan
obat terlarang merupakan faktor-faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu
nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya
tekanan darah secara langsung namun bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat
ini telah turut meningkatkan kejadian hipertensi juga tinggi di antara orang yang
minum 3 ons etanol per hari. Pengaruh dari kafein adalah kontreversial. Kafein
meningkatkan tekana darah akut tetapi tidak menghasilkan efek berkelanjutan.
Etiologi Stroke
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu
tempat kejadian, yaitu:
1. Trombosis ( Bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher).
2. Embolisme serebral (Bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
otak atau dari bagian tubuh lain).
3. Isiansia (Penurunan aliran darh ke arah otak).
4. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak ,
menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau
permanen.
Faktor risiko terjadinya stroke menurut (Arif 2000), adalah sebagai berikut :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat
stroke, penyakit jantung koroner.
2. Faktor risiko yang dapat diubah : Hipertensi, diabetes mellitus, merokok, hematokrit
meningkat, penyalahgunaan obat dan konsumsi alkohol.
B. Diabetes Militus
1. Risiko Kardiovaskuler
Faktor-faktor risiko kardiovaskuler harus segera diatasi mengingat kebanyakan
pasien dengan diabetes banyak yang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler.
Faktor-faktor risiko ini diatasi dengan menggunakan statin, antihipertensi, dan
antiplatelet. Penggunaan obat-obatan ini juga harus diawasi efek sampingnya seperti
hipotensi postural, bradikardia dan mialgia, pendarahan, serta risiko terjatuh dan
fraktur pada orang tua yang lemah.
2. Peripheral arterial disease (PAD)
Risiko PAD meningkat pada usia yang lebih tua dan 3-6 kali lebih sering
dijumpai pada yang diabetes. Akibat kalsifikasi pada pembuluh darah pada
ekstremitas bawah, tekanan disana cenderung meninggi. PAD menyebabkan kaki
sakit saat digunakan, ulserasi, dan gangrene, atau nyeri saat istirahat akibat iskemia,
dengan potensi amputasi pada ekstremitas bawah. Penatalaksanaan PAD diawali
dengan pemberian obat-obatan seperti antiplatelet, antihipertensi, statin, dan
pengkontrolan diabetes. Program olahraga untuk berjalan dapat dicoba, termasuk
menggunakan sepatu yang sesuai dan nyaman, perhatikan juga higienis kaki dan
pencegahan yang tepat apabila terdapat infeksi, untuk meminimalkan risiko
amputasi.
3. Komorbiditas dan kelemahan fungsional
Masalah-masalah pada orang tua termasuk lemahnya penglihatan, kelemahan
kognitif, dan masalah sendi, yang mana dapat menghambat kemampuan pasien untuk
mengkontrol glukosa darah atau menginjeksi insulin. Mereka lebih mudah terkena
defisiensi nutrisi dan mungkin melewatkan makan yang membuat mereka berisiko
terkena serangan hipoglikemi. Infeksi yang rekurens biasa terjadi pada orang tua
dengan episode hiperglikemia sebagai akibat polifarmasi, yang berbarengan dengan
kelemahan ginjal dan hati, yang menyebabkan efek samping obat dapat meningkat.
4. Kehilangan penglihatan
Risiko berkembangnya retinopati dapat diminimalisir oleh pengkontrolan kadar
glukosa darah yang baik dan penatalaksanaan dengan menggunakan ACE inhibitor
dianjurkan. Untuk memonitor terjadinya ini, skrining retina harus dilakukan secara
rutin.
5. Perawatan kaki
Masalah-masalah di kaki mungkin akan menyebabkan rasa sakit, morbiditas,
dan kelainan fungsional. Lemahnya penglihatan, berkurangnya ketangkasan, dan
kelemahan kognitif mungkin akan memperlambat rekognisi adanya masalah pada
kaki yang akhirnya memperlambat untuk mendapat penanganan yang sesuai,
akhirnya menyebabkan komplikasi yang membahayakan tungkai. Sebagai tambahan
untuk melihat adanya risiko kaki diabetic, pasien harus di edukasi untuk bisa
memeriksa kakinya, memperhatikan kebersihan daerah kaki, dan penggunaan sandal
atau sepatu yang nyaman.
6. Gait dan Keseimbangan
Neuropati perifer, penyakit vascular perifer, penglihatan yang berkurang serta
polifarmaasi pada pasien diabetes orang tua dapat berkontribusi pada peningkatan
risiko terjatuh dengan konsekuensi fisik dan psikologik. Dalam hal ini dibutuhkan
peranan dari berbagai multidisiplin.
7. Kelemahan
Pasien diabetes dengan kelemahan fisik dan kognitif harus diperhatikan karena
pasien-pasien ini rentan terhadap infeksi. (British Geriatrics Society, 2009)
C. Stroke
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
a. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi.
b. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas, terjatuh.
c. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.
d. Hidrosefalus
Komplikasi pada strok hemoragik adalah :
a. Infark serebri.
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif.
c. Fistula caroticocavernosum.
d. Epistaksis.
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
f. Gangguan otak berat.
g. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau kardiovaskuler.
(Batticaca, 2008)
2. Pencegahan sekunder
Gaya hidup
Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai
Diabetes melitus : diet, obat hipoglikemik oral/insulin
Penyakit jantung aritmia nonvalvular ( antikoagulan oral )
Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
Hiperurisemia : diet, antihiperurisemia
Berhenti merokok
Hindari alkohol, kegemukan, dan kurang gerak
Manajemen stres
Lingkungan : penggantian kerja jika diperlukan, famili counseling
Biologi : pengobatan yang patuh dan cegah efek samping
Pelayanan kesehatan : pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder
3. Pencegahan tersier
Gaya hidup : reduksi stres, olahraga ringan, stop merokok
Lingkungan : jaga keamanan dan keselamatan ( rumah lantai pertama, pakai wheelchair )
dan family support
Biologi : kepatuhan berobat, terapi fisik dan terapi bicara
Pelayanan kesehatan : emergency medical technic, asuransi
2. Pencegahan Sekunder
Bila sudah ada DM, maka yang harus dilakukan adalah pengobatan diabetes agar tidak
timbul komplikasi, dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk tujuan:
Jangka pendek : Menghilangkan keluhan/gejala dan mempertahankan rasa nyaman
dan sehat.
Jangka panjang : Mencegah timbul dan berlanjutnya penyulit (komplikasi) dengan
tujuan akhir menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diabetesnya.
Orang dengan diabetes bisa berolahraga, makan dan minum seperti orang lain tanpa
diabetes dengan sedikit pengaturan.
Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama, merupakan awal perjalanan
terjadinya komplikasi, disamping menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu
seperti sering kencing, haus, lapar dan berat badan turun. Oleh karena itu, tindakan
pertama yang harus selalu diupayakan ialah menurunkan kadar gula darah.
Secara garis besar upaya menurunkan gula darah dalam pencegahan sekunder
meliputi:
Perencanaan makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan berat badan idaman
sesuai dengan umur dan jenis kelamin
Kegiatan jasmani cukup sesuai umur dan kemampuan pasien
Bila dengan pengaturan makan dan aktifitas fisik belum berhasil mengontrol gula
darahnya, maka diperlukan obat-obatan, baik yang diminum atau suntik insulin
Perlu penyuluhan kepada pasien mengenai berbagai hal berkaitan dengan diabetes dan
komplikasinya
3. Pencegahan Tersier
Usaha pencegahan tersier dilakukan bila komplikasi telah terjadi, untuk mencegah
agar tidak terjadi bila komplikasi berlanjut, antara lain:
Pembuluh darah otak : stroke dengan segala akibatnya
Pembuluh darah jantung : penyakit jantung koroner dan segala konsekuensinya
termasuk gagal jantung
Pembuluh darah mata : kebutaan
Pembuluh darah ginjal : penyakit ginjal kronik sehingga memerlukan cuci darah
Pembuluh darah kaki : kaki busuk yang perlu amputasi
Pemantauan dan pemeriksaan yang diperlukan untuk pencegahan tersier, antara lain:
Mata : pemeriksaan mata secara berkala
Paru : pemeriksaan rontgen paru secara bekala
Jantung : pemeriksaan rekam jantung/uji latih jantung secara berkala
Ginjal : pemeriksaan urin dan fungsi ginjal untuk mendeteksi adanya kebocoran
protein
Kaki : pemeriksaan dan perawatan kaki secara berkala
4. Obat
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat
juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada
komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.
Hal tersebut pada praktiknya mungkin tidak semudah seperti yang tertulis. Akan
tetapi, dengan motivasi, gaya hidup sehat dapat diterapkan dan dapat dimulai secara
bertahap. Dengan memperhatikan keempat pilar tersebut, penderita diharapkan dapat terus
menikmati kualitas hidup sehat dan terhindar dari komplikasi yang diakibatkan diabetes.
2) Daerah Tubuh
Bahu membungkuk dan tampak mengecil
Perut membesar dan tampak membuncit
Pinggul tampak mengendor dan tampak lebih besar
Garis pinggang melebar
Payudara pada wanita akan mengendor
3) Daerah persendian
Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat
Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol
Tangan menjadi kurus kering
Kaki membesar karena otot-otot mengendor
Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.
b. Kognitif
Kecerdasan dan Kemampuan Memproses Kecepatan memproses informasi
mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada beberapa bukti bahwa orang-orang
dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan
dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut perlahan-lahan menurun, namun
terdapat variasi individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal
ini tidak secara jelas menunjukkan perngaruhnya terhadap kehidupan kita dalam
beberapa segi substansial.
c. Pekerjaan
Satu perubahan penting dari pola pekerjaan orang-orang dewasa lanjut adalah
meningkatnya perkejaan-pekerjaan paruh waktu. Mis: dari tiga juta lebih orang dewasa
berusia di atas 65 tahun yang pekerja pada tahun 1986, lebih dari separuhnya merupakan
pekerja-pekerja paruh waktu.
e. Perkembangan Psikis
1) Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental
merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian
besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55
tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami
penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang
tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau
depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat
dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah
satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun
melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya
kepikunan.
2) Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan
baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut
usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan
depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan
penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam
menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan
perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk
mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
3) Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan
batiniah, khususnya bagi para Lansia.
f. Perkembangan kepribadian
a) Freud
Percaya bahwa pada usia lanjut, kita kembali kepada kecenderungan2 narsistik
masa kanak-kanak awal (Santrock, 2002: 250). Artinya tindakan yang dibuat harus
diperlihatkan kepada orang lain. Ketika itu tidak bisa dilakukan maka tidak akan
memperoleh kepuasan
b) Carl Jung
Mengatakan bahwa pada usia lanjut, pikiran tenggelam jauh di dalam
ketidaksadaran (Santrock, 2002: 250). Berdasarkan pendapat Jung ini, mungkin saja
hal ini yang membuat orang yang sudah tua mudah lupa, karena sulit untuk
memanggilnya kembali ke alam sadar. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh
sedikitnya kontak dengan realitas, sehingga pikirannya terpendam dalam
ketidaksadaran.
c) Erikson
Integritas versus Keputusasaan.
Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam proses
epigenetis perkembangan disebut Integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai
suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-
orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan
keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan
keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu,
terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanaan hidup dihadapkan
kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti, bahwa
ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati.
Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh yang
ditandai sikap bijaksana, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut
menghadapi kematian. Sebaliknya,kepribadian yang pecah selalu menunjukkan
pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan menerima kegagalan dan merasa
selalu dibayangi kematian
B. PENGKAJIAN
C. DATA FOKUS
DO:
- Ada satu puskesmas dan rumah sakit ada di pusat
kota
- tidak ada POSBINDU atau layanan sosial lainnya di
desa bahagia
DS : Ketidakefektifan pemeliharaan
- Warga mengatakan bahwa tidak ada posbindu kesehatan pada lansia dengan
- Warga mengatakan bahwa senam lansia dan posbindu Stroke , Hipertensi , DM ,
tidak pernah dilakukan penyakit jantung , di desa bahagia
- Warga mengatakan bahwa lansia hanya
memeriksakan kesehatannya ketika sakit
DO :
- 24% penduduk merupakan lansia
- Penggunaan waktu senggang lansia : 48%
berkebun/melakukan pekerjaan rumah, 26% jalan-
jalan, 5% senam, dan 23% tidak memiliki kegiatan.
DS: Resiko peningkatan penyakit
Lansia di Desa Bahagia mengatakan : stroke pada lansia di desa Bahagia
1. Menghabiskan sekitar 1 bungkus rokok / hari
2. Mengonsumsi kopi 2-3 kali sehari.
3. 64 % lansia mempunytai keluhan adanya penyakit
stroke 8%
DO:
NO PEMBOBOTAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN JUMLAH
A B C D E F G H I J K
bahagia
Keterangan Pembobotan:
1. Sangat Rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat Tinggi
A. Risiko terjadi F. Sesuai program pemerintah I. Dana
B. Risiko parah G. Tempat J. Fasilitas kesehatan
C. Potensial penkes H. Waktu K. Sumber daya
D. Minat masyarakat E. Kemungkinan diatasi
Diagnose : Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada lansia dengan stroke, hipertensi, DM, penyakit jantung di desa bahagia
Kriteria Kriteria
Problem
No Kriteria Berat rating Rasional
ranking
(1-10) (1-10)
Lansia tidak memiliki kebiasaan olahraga dan tidak pernah
1 Kesadaran masyarakat terhadap masalah 8 10 70
memeriksakan anaknya kepelayanan kesehatan
Motivasi komunitas untuk mengatasi
2 10 4 Mayoritas lansia mengatakan malas berolahraga 40
masalah
Kemampuan perawat untuk mengatasi Keterampilan perawat dalam meningkatan kesadaran dan
3 6 8 48
masalah dukungan arahan
Posbindu yang belum aktif di desa tersebut Akses kepuskesmas
4 Ketersediaan ahli untuk mengatasi masalah 3 9 cukup jauh dan anggota kader yang tidak akif dalam 27
memberikan pelayanan kesehatan
Efek dari komplikasi penyakit tersebut dapat menyebabkan
5 Keparahan masalah jika masih tetap ada 7 10 70
kematian
6 Cepat masalah teratasi 4 4 Waktu untuk mengarahkan masyarakat cukup lama 16
Total ranking : 281
Diagnose : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia dengan Stroke , Hipertensi , DM , penyakit jantung , di desa bahagia
5 Keparahan masalah jika masih 7 10 Efek dari defisiensi kesehatan komunitas akan mengganggu kesehatan 70
tetap ada komunitas tersebut
6 Cepat masalah teratasi 4 4 Waktu untuk mengarahkan masyarakat cukup lama 16
Total ranking : 263
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada lansia dengan stroke, hipertensi, DM, penyakit jantung di desa bahagia
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia dengan Stroke , Hipertensi , DM , penyakit jantung di desa bahagia
3. Resiko Peningkatan Penyakit Stroke Pada Lansia Di Desa Bahagia
G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LANSIA DENGAN STROKE , HIPERTENSI , DM , PENYAKIT
JANTUNG DI DESA BAHAGIA
Ketidakefektifan Tujuan Umum: Penyuluhan - Penyuluhan mengenai Kognitif Tiap lansia di desa Supervisor
pemeliharaan kesehatan penyakit hipertensi, stroke, bahagia terpapar
Setelah dilakuakan tindakan Mahasiswa
kesehatan pada DM sosialisasi dan 90%
keperawatan komunitas ,
lansia dengan - Penyuluhan mengenai cara lansia memahami Fasilitas
Stroke , diharapkan masalah Pemeliharaan mencegah penyakit edukasi mahasiswa Kesehatan
Hipertensi , DM kesehatan pada lansia dengan hipertensi, stroke, DM. Setempat
Kognitif Terjadi peningkatan
, penyakit Stroke , Hipertensi , DM , - Penyuluhan mengenai cara
pengetahuan
jantung di desa penyakit jantung di desa bahagia mengatasi akibat /
mengenai cara
bahagia dapat berjalan optimal setelah komplikasi penyakit
mencegah penyakit
dilakukan pembinaan selama 3 hipertensi, stroke dan DM
stroke, Hipertensi ,
bulan - Meletakan iklan (poster)
DM , penyakit
yang menarik dan ditempat
Tujuan Khusus : jantung .
strategis
- Meningkatnya pengetahuan - Melibatkan individu, Terjadi peningkatan
mengenai stroke/komplikasi keluarga dan kelompok pemahaman tentang
Kognitif
lainnya. dalam perencanaan dan cara mengatasi
- Meningkatnya pengetahuan rencana implementasi akibat dari penyakit
mengenai cara mencegah stroke Hipertensi ,
terkena stroke/komplikasi DM , penyakit
lainnya Kognitif jantung
- Meningkatkan perilaku
Lansia memahami
kesehatan
pendidikan
- memeriksakan kesehatan Kognitif
kesehatan dan
yang telah direkomendasikan
tersebar leaflet
- sumber informasi peningkatan
kesehatan secara merata.