Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang nengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah ang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus
atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.

Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon
yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar
pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu. Beberapa
dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu
juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda misalnya
kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari
saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon,
maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah . Kelenjar endokrin
ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis
untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada
permukaan tubuh, sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah
bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-
batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak
atau lebih sedikit hormone

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah anatomi dan fisiologi dalam sistem endokrin?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi dalam sistem endokrin

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem syaraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostatis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Misalnya, medula adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari
syaraf ( neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem syaraf. Kelenjar tanpa salutan atau kelenjar buntu digolongkan
bersama dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk kedalam darah yang beredar didalam
jaringan kelenjar.

Kata “Endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “seksresi kedalam” zat aktif
utma sekresi interna ini disebut hormone, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”. Beberapa
organ endokrin menghasilkan satu hormone tunggal, sedangkan yang lain menghasilkan dua dua
atau beberapa jenis hormone : misalnya kelenjer hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormone
yang mngendalika kegitana banyak orang lain; karena itulah kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai
“kelenjar pimpinan tubuh”.

Beberapa organ endokrin:

Kelenjar hipofisis, lobus anterior dan posterior

Kelenjar tiroid dan paratiroid

Kelenjar suprarenal, korteks dan medulla

Kelenjar timus dan barangkali juga badan pineal

3
Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar lain,
seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pancreas, gastrin didalam lambung, estrogen
dan progesterone dalam ovarium dan testosterone didalam testis.

Pengetahuan tentang fungsi kelenjar-kelenjar didapati dengan mempelajari efek dari penyakit
yang ada didalamnya dan hal ini biasanya dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu
banyak atau terlalu sedikit hormone yang diperlukan.

B. Struktur Sistem Endokrin

Organ Sistem Endokrin secara luas tersebar diseluruh tubuh tanpa kontinuitas anatomi.
Selain organ endokrin diskrit, beberapa organ disebut sebagai organ campuran, memiliki
fungsi endokrin. Termasuk timus, lambung, duodenum, plasenta, dan jantung.
Hasil sekresi kelenjar endokrin disebut hormon. Hormon adalah pengantar kimiawi yang dilepas
sel-sel khusus, kedalam aliran darah. Secara umum, hormon yang dihasilkan ada dua macam,
yaitu hormon tunggal dan hormon ganda (lebih dari satu). Selain menghasilkan hormon, fungsi
kelenjar endokrin adalah :
1. Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh.
2. Merangsang aktivitas kelenjar tubuh.
3. Merangsang pertumbuhan jaringan.
4. Mengatur metabolisme, oksidasi dan meningkatkan absopsi glukosa pada usus halus.
5. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrad arang, vitamin, mineral, dan air.

Kelenjar dari sistem endokrin meliputi : 1. Kelenjar hipofise, 2. kelenjar tiroid, 3. Kelenjar
paratiroid, 4. Kelenjar paratimus, 5. Kelenjar supralenalis, 6. Kelenjar pienalis, 7. Kelenjar
pankreas, 8. Kelenjar kelamin

4
Gambar : Bagian-bagian kelenjar endokrin)

1. Kelenjar hipofisis

Kelenjae hipofisis terlatek didasar tengkorak, didalam fosa hipofisis tulang afenoid. Kelenjar itu
terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior, dan bagian diantara kedua lobus adalah pars
intermedia. Untuk memudahkan mempelajari fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus
anterior dan posterior.

(Gambar : bagian-bagian kelenjar hipofisis)

5
Lobus anterior kelenjer hipofisis menghasilkan sejumlah hormone yang bekerja sebagai zat
pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.

Hormone pertumbuhan (hormone somatotropik) mengendalikan perumbuhan tubuh

Hormon tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroksin

Hormone adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegeiatan kelenjar suprarenal dalam


menghasilkan kortisok yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal ini

Hormone gonadotropik: hormone perangsang folikel (follicle-stimulating hormone-FSH),


merangsang perkembangan folikel Graaf didalam ovarium dan pembentukan spermatozoa
didalam testis

Luteinising hormone (LH) atau interstitial-cell-stimulating-hormong (ICSH) mengendalikan


sekresi estrogen dan progesterone didalam ovariumdan testosterone didalam testis

Hormin ketiga dari hormin gonadotropik ini ialah luteotrofin atau prolaktin, mengenalikan
sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum selama hamil.

Seksresi lobus posterior. Lobus posterior kelenjar hipofisis mengeluarkan secret dua jenis
hormone: hormone anti-diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal, sedangkan
hormin oksitoksik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan mengeluarkan air
susu sewaktu menyusui.

2. Kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak dusebelah kanan dan kiri trakea, dan
diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus tiroid dan yang melintasi trakea
disebelah depannya.

Struktur. Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epithelium silinder,
mendapat persediaan darah melimpah, dan yang disatukan jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan
secret cairan yang bersifat lekat yaitu koloidatiroid, yang mengandung zat senyawa yodium, zat
aktif yang utama dari senyawa yodium ialah hormone tiroksin. Skeet ini mengisi vesikel dan dari
sini berjalan ke aliran dara, baik langsung maupun saluran limfe.

6
Fungsi. Sekresi tiroid diatur sebuah hormone dari lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu
hormone tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolic dalam
hal pengaturan susunan kimia daalam jaringan bekerja sebagai perangsang proses oksidasi,
mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbon dioksida.

(Gambar : Kelenjar Tiroid)

Hiposekresi (hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan secret pada waktu bayi
maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme, berupa hambatan
perumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa kekurangan sekresi mengakibatkan
miksudema, proses metabolic mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat,
gerakan lamban, cara pikir dan berbicara lamban, kulit menjadi tebal dan kering, serta rambut
rontok dan menjadi jarang. Suhu badannya dibawah normal dan denyut nadi perlahan.

Hipersekresi. Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisme,
semua simtom nya kebalikan dari miksudema. Kcecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh
dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turut beratnya gelisan dan mudah marah, kecepatan denyut
nadi naik, “cardiac output” bertambah, dan simtom cardiac vaskuler mencakup fibrilasi atrium
dan kegagalan jantung.

Pada keaadan yang dikenal sebagai penyakit grafe atau gondok eksoftalamus, tampak mata
menonjol keluar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormone tiroid.

3. Kelenjar paratiroid

7
Disetiap sisi kelenjar tiroid terdapat dua kelenjar kecil, yaitu kelenjar paratiroid, dalam
leher. Sekresi paratiroid, yaitu hormone paratiroid, mengatur metabolism zat kapur dan
mengendalikan jumlah zat kapur didalam darah dan tulang.

(gambar: Kelenjar Paratiroid)

Hipoparatiroidisma, yaitu kekuarangan kalsium dalam isi darah atah hipokalsemia,


mengakibatkan kedaan yang disebut tetani dengan gejala khas kejang dan konfulsi, khususnya
pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus, symptom-simptom ini dapat cepat di
ringankan dengan pemberian kalsium.

Hiperparatiroidisma atau over aktivitas kelenjar biasanya ada sangkut pautnya dengan
pembesaran (Tumor) kelanjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan
kembali dari tulang dan dimasukkan kembali kedalam serum darah, dengan akibat terjadinya
penyakit tulang dengan tanda-tanda khas beberapa bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis
fibrosa sistika karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan didalam ginjal dan
menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.

4. Kelenjar timus

Terletak didalam thorax kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warna nya
kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi yang baru lahir sangat kecil dan

8
beratnya kira-kira 10 gr atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah, pada masa remaja
beratnya dari 30-40 gr, dan kemudian mengerut lagi.

(Gambar : kelenjar timus)

5. Kelenjar adrenal

Kelenjar adrenal atau kelenjar suprarinalis terletak diatas kutub sebelah atas setiap
ginjal. Kelenjar adrenalterdiri atas bagian luar yang bewarna kekuning-kuningan yang disebut
korteks yang menghasilkan kortisol ( hidrokortison), dengan rumus yang mendekati kortison,
dan atas bagian medulla disebelah dalam yang menghasilkan adrenalin ( Epifirin) dan
noradrenalin ( Noreprifin). Zat-zat tersebut di sekresikan dibawah pengendalian system
persyarafan simpatis. Sekresinya bertambah dalam kedaan emosi, seperti marah dan takut serta
dalam keadaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikkan tekanan
darah guna melawan syok yang disebabkan kegentingan tersebut.

Noradrenalin menaikkan tekanan darah dengan cara merangsang serabut otot didalam
dinding pembuluh darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme pertumbuhan,
fungsi ginjal, dan tonus otot. Pada insufisiensi adrenal ( Penyakit Addison), pasien menjadi kurus
dan tampak sakit dan makin lemah, terutama karena tidak adanya hormone ini, sedangkan ginjal
gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan natrium dalam jumlah terlampau besar.
Penyakit ini di obati dengan kartison.

Kepulauan Langerhans pada pancreas membentuk organ endokrin yang


menyekresikan insulin, yaitu sebuah hormone anti diabetika, yang diberikan dalam pengobatan
diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna
protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan.

9
Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal
kekurangan, seperti pada diabetes, akan memperbaiki kemampuan sel tubuh mengabsorpsi dan
menggunakan glukosa dan lemak.

Secara klinik, defisiensi (kekurangan) insulin, mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula
darah yang tinggi, turun nya berat badan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil), disertai
haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan
kecepatan bertambah. Kedaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula lebih rendah, dapat
terjadi sebagai akibat kelebihan dosis insulin atau karena pasien tidak makan makanan (muntah
barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan insulin dalam darahnya menyebabkan
komahipoglikemia.

Demikianlah maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat disebabkan tidak adanya
insulin, atau terlampau banyak insulin (komahipoglikemia) yang diobati dengan glukosa.

6. Kelenjar pinealis
berbentuk kecil merah seperti buah cemara dan terletak dekat korpus kalosum. Fungsinya
belum jelas. Kelenjar lain yang menghasilkan sekresi interna penting adalah pancreas dan
kelenjar kelamin , serta berperan penting dalam mengatur aktivitas seksual dan
reproduksi manusia.

(Gambar : kelenjar pienalis)

10
7. Kelenjar pankreatika

Kelenjar ini terdapat dibelakang lambung di depan vertebrata umbalis I dan II.
Terdiri dari sel-sel alfa dan beta. Sel alfa menghasilkan hormone glucagon sedangkan sel-
sel beta menghasilkan hormone insulin. Hormone yang diberikan untuk pengobatan
diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang dapat turut dicerna oleh enzim-enzim
pencernaan protein.

8. Kelenjar kelamin

Kelenjar kelamin mempunyai fungsi endokrin dan reproduksi, meliputi testis pada
pria dan ovarium pada wanita. Sebagai kelenjar endokrin, testis menghasilkan hormon
Androgen dan Sperma, sedangkan ovarium menghasilkan Esterogen, Progesteron dan sel
telur. Pada masa pubertas, sifat kelamin sekunder mulai tampak dan terjadi peningkatan
sekresi Gonadotropin (FSH dan LH) yang merangsang perkembangan produksi kelenjar
Gonad. Fungsi reproduksi pria dapat menjadi 3 golongan :

a. Spermatogenesis untuk pembentukan sperma


b. Pelaksanaan kerja seksual
c. Pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormon yang berhubungan
dengan fungsi reproduksi, hormon dan organ seks, metabolisme sel, serta
fungsi tubuh lainnya.

Testis menghasilkan beberapa hormon seks pria yang dinamakan Endrogen. Salah satu hormon
yang paling kuat dan bertanggungjawab kepada efek hormon pria secara keseluruhan adalah
hormon Testosteron. Hormon tertosteron berfungsi untuk menentukan sifat kejantanan seperti
jenggot, jakun, kumis, dll. Selain itu, hormon ini menghasilkan sel mani (sel Spermatozoid) dan
mengontrol pekerjaan seks sekunder pada laki-laki.

Pada wanita, kelenjar kelamin menghasilkan estrogen, progesteron, dan sel telur. Hormon ini
memengaruhi pekerjaan uterus serta memberikan sifat feminim, seperti pinggul yang membesar,
bahu sempit dll. Ketika hamil, Estrogen diproduksi oleh plasenta. Mekanisme aksi Estrogen

11
adalah mengatur estrogen tertentu dan merangsang DNA, sedangkan Progesteron memiliki aksi
terhadap organ reproduksi wanita dan kondisi psikologi wanita.

(Gambar : kelenjar kelamin)

Fisiologi kelenjar testis

Fungsi endokrin testis :


a. Testis janin dapat turun pada trimester ke-3 kehamilan, minggu ke-6 – 8,
maksimum minggu ke-11 – 18 yang mengahasilkan testosterone.
b. Pada janin, testosterone diperlukan untuk diferensiesi genitalia interna dan
eksterna laki-laki
c. Pada pria dewasa untuk perkembangan dan mempertahankan ciri-ciri seks
sekunder pria serta spermatogenesis aktif setelah remaja (pubertas). Pengaruh
gonadotropin adenohipofise menyempurnakan maturasi system reproduksi.

Pengaturan fungsi endokrin testis:


a. FSH merangsang spermatogenesis
b. LH merangsang sekresi testosterone dan mempertahankan spermatogenesis
FSH dan testosteronbekerja merangsang sel sertoli membentuk senyawa yang
diperlukan dalam maturasi sperma. Sekresinya diatur oleh mekanisme umpan
balik negative, yaitu meningkatkan sekresi dan sel serotonin.

12
Efek testosterone:
a. Pada janin merangsang diferensiasi dan perkembangan alat genital kea rah pria,
pengaturan pola jantan, dan pengontrolan hipotalamus terhadap sekresi
gonadotropin stelah pubertas
b. Pada pubertas, mempengaruhi sifat kelamin sekunder: berkembangnya bentuk
tubuh, perkembangan alat genital, distribusi rambut, pembesaran laring, dan
sifat agresif

Fisiologi reproduksi wanita

Fungsi seksual dan reproduksi wanita dibagi dalam dua fase yaitu:

a. Persiapan tabula untuk konsepsi dan kehamilan


b. Periode kehamilan :
 Hormone releasing hipotalamus (LHRH) : hormone dari hipotalamus yang
dihasilkan di perikarion neuron hipotalamus terikat oleh reseptor gonadotropin
yang merangsang produksi hormone luteinizing dan hormone perangsang folikel
dan penurunan produksi pelepasan gonodotropin
 Hormone hipofise anterior (PSH dan LH) : disekresi akibat respon terhadap
releasing hormone di hipotalamu, memicu sintesis steroid di ovarium. Selama
proses ovulasi dalam sel granulosa terjadi perubahan sintesis steroid dari estrogen
menjadi progesterone dalam proses pemecahan folikel sampai terjadinya ovulasi
 Hormone ovarium (estrogen dan progesterone): disekresi oleh ovarium akibat
respons terhadap hormone estrogen dan progesterone dari kelenjar hipofise.
Korpus luteum membuat steroid estrogen dan progesterone merangsang
pertumbuhan dan diferensiasi saluran reproduksi wanita.

Estrogen alami adalah estradiol yang dihasilkan ovarium. Selama kehamilan estrogen diproduksi
oleh plasenta dan beredar terikat pada prtein plasma. Urine wanita hamil banyak mengandung
estrogen khasiatnya merangsang DNA melalui RNA sehingga terjadi peningkatan sintesis
protein. Progesterone, metabolism utama dalam urine ialah pregnadiol, senyawa ini dibuang
sebagai glukorunid. Khasiat umum adalah mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan dan
merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi.
13
Khasiat khusus:
a. Perubahan sekretori endometrium
b. Pengaruh progesterone mengurangi getah serviks menjadi kental
c. Menurunkan tonus miometrium kontraksi berjalan lambat. Dalam kehamilan
khasiat ini bermanfaat membuat uterus menjadi tenang
d. Relaksin hormone yang larut dalam air yang terdapat di ovarium, plasenta
dan uterus memiliki aktivitas relaksin yang telah diisolasi dari ekstra air
ovarii yang dimurnikan.

Control endokrin terhadap ovarium

Ovarium merupakan organ otonom yang dipengaruhi oleh banyak rangsang luar yang
disalurkan ke system saraf pusat dan bereaksi secara langsung. Estrogen menggiatkan jaringan
pada jaringan aksesori dengan merangsang pembelahan sel dari lapisan lebih dalam, merupakan
suatu factor predisposisi jaringan untuk menjadi kanker.
Perubahan siklik pada sitem reproduksi diatur oleh hormone hipofise anterior dan gonad.
Hipotalamus otak bereaksi menggiatakan pelepasan hormone yang berbeda kecepatannya.
Aktivitas hipotalamus disiapkan oleh rangsangan lingkungan luar dan kadar hormone steroid.
Organ seks aksesori kebanyakan memiliki sifat seks sekunder dibawah control hormone gonad
yang dipersiapkan oleh gonadotropin hipofisis.
Thyrotropin releasing hormone (TRH) menghasilkan prolaktin berupa laktotrof. Hormone
ini dijumpai dalam plasma wanita. Hormone hipofise mengeluarkan prolaktin dalam bentuk
sekresi dopamine kedalam pembuluh portal. Sekresi prolaktin di kendalikan oleh dopamine
(hasil sekresi norepinefrin) yang disekresi kedalam pembuluh aorta. Rangsangan fisiologis
prolaktin berasal dari isapan bayi ketika menyusui, juga diransang oleh taktil pada putting yang
menimbulkan reflex neuroendokrin yang menyebabkan pengeluaran prolaktin.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem syaraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostatis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.

Organ Sistem Endokrin secara luas tersebar diseluruh tubuh tanpa kontinuitas
anatomi. Selain organ endokrin diskrit, beberapa organ disebut sebagai organ campuran,
memiliki fungsi endokrin. Termasuk timus, lambung, duodenum, plasenta, dan jantung.
Kelenjar dari sistem endokrin meliputi : a. Kelenjar hipofise, b kelenjar tiroid, c. Kelenjar
paratiroid, d. Kelenjar paratimus, e. Kelenjar supralenalis, f. Kelenjar pienalis, g.
Kelenjar pankreas, h. Kelenjar kelamin.

Reaksi biokimia yang berperan dalam sintesis triiodotironin (T3) dan


tetraiodotironin(T4) dari tirosin serta struktur kimia dan mekanisme kerja dasar kedua
hormon.

Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih


hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan
meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh meningkat
diatas suhu normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan dengan yang
telah disebutkan diatas.

B. Saran

Penulis membutuhkan banyak saran dan kritik yang membangun dari tulisan penulis. Terkait
sistem endokrin yakni anatomi dan fisiologi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2006 Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan : Jakarta

Pearche, Evelyn C.2011. Anatomi dan fisiologis untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Kirnanoro. 2015. Anatomi Fisiologi. Yogyakata : Pustaka Baru Press

Rumahorbo Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : EGC

16

Vous aimerez peut-être aussi