Vous êtes sur la page 1sur 28

PERUBAHAN BUNYI PADA BACAAN-BACAAN GHARIB DALAM

ALQURAN MENURUT TINJAUAN FONOLOGI ARAB

Iswah Adriana
(Lecturer of Arabic Teaching and Learning Program, Tarbiyah Department of
STAIN Pamekasan)

Abstract:
As the language of the Qur’an, Arabic is not only owned by speakers of the
Arab nation, but also belongs to all muslims in the world. Then it should be
better for all muslims trying to learn and study the Qur’an since early stage of
their life. Many aspects of the qur'an have been examined and learned, But it is
inexhaustible and out of date, even it is getting richer and always actual. Aspect
of the recitation of al-qur'an or qiraah is one of the aspects which is rarely
discussed. Most of reciters recite Qur’an as what it is contained in the written
manuscripts or rasm, though there are a lot of verses (ayah) that should be read
differently with the original writing, such as imalah (inclination, bending the
sound of a short vowel), tashil, isymam and etc. The phenomenon of gharib
reading is paid less attention by reciters. Some changes of sound in gharib
reading which are viewed from Tajweed have been oftenly studied, but in this
article, writer wants to study those changes of sound from Arabic phonology (al-
Ashwat) perspective. From the results, it revealed that, (1) based on the form of
gharib reading in the holy Qur’an according to Imam Ashim narrated by Hafs
that have undergone changes of sound are imalah, isymam, tashil, naql, badal,
mad & qasr, the change of fathah or dlammah of dlad; (2) from the process, the
changes of sound in gharib reading seen from Al-aswat study resulted by the
presence of interaction between adjacent sounds either the sound of consonant or
vowel; such as assimilation, direct or indirect assimilation, regressive or
progressive assimilation, assimilation of way pronounciation and also
metathesis; and (3) Some factors underlying the occurrence of changes in sound
on these gharib reading are the principle of power efficiency (The Low Of Least
Effort) , the ease theory, and also the balance theory.

Key Words:
Changes of Sound, Gharib Reading, and Arabic Phonology

A. Pendahuluan dikemukakan oleh seorang linguis Arab,


Bahasa adalah sarana komunikasi Ibnu Jini yang mendefinisikan bahasa
paling utama pada manusia. Dengan sebagai “alashwaatu yu’abbiru biha kulla
bahasa manusia dapat berinteraksi qaumin ‘an aghradlihim” 1(“Seperangkat
menyampaikan keinginannya antara
1
penutur yang satu dengan penutur yang S.S Hasanain. Dirasat fi ‘ilmi al-Lughah
al-Washfiy wa al-Tarikhiy wa al-Muqaran (Riyadh:
lain. Hal ini sebagaimana yang Darul Ulum li al-Thiba‟ah wa al-Nasyr, 1984), hlm.
35.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
57
bunyi yang diungkapkan oleh suatu bunyi-bunyi dan huruf-huruf hijaiyyah
kelompok masyarakat tutur untuk yang terdapat di dalamnya. Perbedaan
menyampaikan tujuan/maksudnya”). pelafalan terkadang dapat menyebabkan
Sebagai suatu perangkat bunyi, perbedaan makna. Karena itulah untuk
maka bunyi merupakan sistem yang bisa memahami alquran, maka selain
dihasilkan oleh alat ucap manusia. harus menguasai kaidah-kaidah ilmu
Seorang penutur harus melafalkan bunyi tajwid, wajib juga memahami kaidah-
itu sesuai kaidahnya agar supaya kaidah bunyi yang ada dalam ilmu al-
pendengar bisa memahami maksud ashwat.
ujaran yang dituturkannya. Ilmu yang Berbicara tentang al-Qur‟an
mempelajari seluk beluk bunyi bahasa memang bagai lautan yang tak bertepi,
serta merumuskannya secara teratur semakin jauh ia dikejar semakin luas
dan sistematis tersebut dinamakan pula jangkauannya. Dari aspek
fonologi. Dalam bahasa Arab dikenal manapun al-Qur‟an dikaji dan diteliti, ia
dengan istilah ilmu al-ashwat. Jadi tidak pernah habis atau basi, bahkan
fonologi adalah subdisiplin linguistik semakin kaya dan selalu aktual.
yang mempelajari bunyi bahasa secara Mungkin itulah salah satu mukjizat yang
umum, baik yang mempelajari bunyi terpancar dari kitabullah sebagai bukti
bahasa yang tanpa menghiraukan arti kebenaran risalah Allah yang dititipkan
maupun yang tidak. Ilmu bahasa yang pada Rasul-Nya, yaitu al-Islam.
mempelajari bunyi bahasa tanpa Aspek bacaan al-Qur‟an atau
menghiraukan arti disebut fonetik, qiraah merupakan salah satu aspek
sedangkan ilmu bahasa yang kajian yang paling jarang
mempelajari bunyi bahasa yang diperbincangkan, padahal membaca al-
2
membedakan arti disebut fonemik. Qur‟an tergolong ibadah mahdlah yang
Selain dituturkan oleh penutur paling utama. Hal ini barangkali bisa
Arab, bahasa Arab juga dimiliki oleh dimengerti, mengingat kurangnya kitab
umat Islam sedunia. Hal ini disebabkan atau buku yang secara panjang lebar
bahasa yang digunakan dalam Alquran mengupas ilmu qiraah dan minimnya
adalah bahasa Arab. Maka barangsiapa guru al-Qur‟an yang memiliki
yang ingin belajar memahami Alquran, kemampuan memadahi tentang itu dan
mau tidak mau dia harus mengenal dulu juga terlalu padatnya disiplin ilmu yang
bahasanya yaitu bahasa Arab. dipelajari.
Untuk mengenal bahasa Arab dia Dari fenomena di atas perlu
harus belajar melafalkan terlebih dulu kiranya ditumbuhkan lagi semangat
untuk mengkaji aspek bacaan al-Qur‟an
2
Soeparno. Dasar-Dasar Linguistik
yang masih “misteri” bagi kebanyakan
Umum. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2002), hlm. orang agar kembali diminati
79-80.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
58
sebagaimana begitu semangatnya anak- akan tetapi hanya sebuah usaha
anak kecil di tempat-tempat pendidikan memahami rahasia-rahasia Allah melalui
al-Qur‟an untuk bisa “membaca” dengan tanda-tanda dan ilmu-ilmu yang ia
lancar. titipkan pada hambanya. Imam
Sebagai akibat dari kurangnya Nasiruddin Ahmad mengatakan bahwa
pengetahuan mereka tentang bacaan al- ihtijajul qira’ah tidak dimaksudkan
Qur‟an, seringkali dianggap ilmu qiraah mengoreksi bacaan atau bahasa al-
(yang dipersempit dengan ilmu tajwid) Qur‟an dengan kaidah-kaidah bahasa
itu hanya mempelajari makhraj dan sifat Arab, akan tetapi sebaliknya proses
huruf, hukum nun atau mim mati dan penarikan argumen atau alasan itu
tanwin, dan mad saja, sehingga mereka sebagai usaha mengoreksi kaidah-
membaca al-Qur‟an apa adanya kaidah bahasa Arab dengan bahasa al-
sebagaimana yang terdapat dalam Qur‟an.3
tulisan mushaf atau rasm, padahal ada Sebelum diulas tentang bacaan
banyak kalimat yang cara bacanya tidak gharib versi Hafs, ada baiknya
sama persis dengan tulisannya, seperti dijelaskan terlebih dahulu pengertian
bacaan imalah, tashil, isymam dan lain gharib itu sendiri. Istilah gharib diambil
sebagainya. dari bahasa Arab, menurut Ibrahim
Dalam kesempatan ini penulis Musthafa ia merupakan isim sifat dari
berusaha memberikan sedikit kata “gharaba – yaghribu” yang artinya
pemahaman tentang bacaan gharib dari ghamudla (sulit) dan khafiya (samar).
bacaan Imam Ashim dari riwayat Hafs Dalam literatur Arab, istilah gharib al-
yang banyak dianut oleh hampir seluruh Qiraat tidak popular dalam peristilahan
kaum muslimin sedunia, juga alasan- ilmu qiraat dan tidak pernah dipakai
alasan secara bahasa terntang proses dalam tulisan para pakar ilmu qiraat.
atau asal mula terjadinya bacaan gharib Istilah ini banyak dipakai dalam buku-
tersebut. buku tajwid di Indonesia. Misalnya,
Alasan-alasan kebahasaan dari metode “qira‟ati” memasukkan bahasan
bacaan gharib al-Qur‟an yang akan gharib al-qiraah tersebut pada jilid 6.
dipaparkan penulis di sini, hanyalah Istilah tersebut dimaksudkan sebagai
sebutir debu dibanding dari (besar dan bacaan yang jumlahnya terbatas dan
luasnya) hikmah atau rahasia orang awam jarang memahami dan
sesungguhnya yang dikehendaki Allah mengenal bacaan tersebut. Adakalanya
dari perbedaan-perbedaan bacaan al- istilah ini dimaknai sebagai bacaan-
Qur‟an tersebut. Dengan kata lain bacaan al-Quran yang mana antara
alasan-alasan tersebut bukanlah faktor
utama yang mendorong shahibul Qaul 3
Abu Thahir, Abd al-Qayyum ibn Abd al-
(Allah) memilih kata atau lahjah tertentu, Ghafur, Shafahat fi Ulumal-Qiraat. ( Madinah:
Mathabi ar-Rasyid, 1994), hlm .290.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
59
tulisan dan cara bacanya sedikit seperti isymam, tashil, naql, badal dan
berbeda. Adapun bacaan-bacaan yang sebagainya.
dianggap gharib adalah imalah, tashil, Adanya perubahan bunyi
isymam, naql, badal, saktah, dan shilah. pelafalan yang berbeda inilah
Dalam proses pembelajaran menyebabkan peneliti tertarik untuk
Alquran terkadang pembelajar mengkajinya dari sudut pandang
dihadapkan pada munculnya bacaan- fonologi Arab (ilmu al-ashwat). Hal ini
bacaan alquran yang tidak sesuai disebabkan ada kalanya pembelajar ilmu
dengan kaidah bunyi dalam ilmu al- al-Ashwat yang dibingungkan ketika
ashwat. Bacaan-bacaan tersebut dikenal menemukan bacaan-bacaan gharib
dengan istilah gharib. Disebut demikian tersebut dalam alquran yang tidak
karena bacaan tersebut „nyeleneh’ atau sesuai dengan kaidah yang mereka
menyimpang dari kaidah yang pelajari dalam ilmu al-ashwat.
sebenarnya. Karena cara membacanya
berbeda dengan tulisannya, seperti B. Metode Penelitian
bacaan imalah dalam al Qur‟an di surat Penelitian ini merupakan penelitian
Hud ayat 41, ‫ مجراها‬yang seharusnya kualitatif dengan data kualitatif berupa
dibaca majraaha, menjadi majreeha. bacaan-bacaan gharib dalam alquran.
Bacaan imalah ini bermanfaat untuk Metode penelitian yang dilakukan adalah
memudahkan pengucapan huruf, karena deskriptif, yakni mencari bentuk, proses
lidah itu akan terangkat bila membaca dan faktor perubahan bunyi yang
fathah dan turun bila membaca imalah terdapat pada bacaan-bacaan gharib
dan tentunya turunnya lidah itu lebih dalam alquran ditinjau dari sudut
4
ringan dari terangkatnya lidah. Juga pandang kajian Fonologi Arab (Ilmu al-
banyaknya ditemukan kata yang tertulis Ashwat). Sedangkan pendekatan yang
dalam rasm usmani pendek tapi dibaca digunakan adalah pendekatan analisis
panjang, seperti ‫ ملك‬dibaca ‫ مالك‬dan teks.
tertulis panjang dibaca pendek, di Teknik pengumpulan data yang
5
antaranya: ‫ أنا‬dibaca ‫ أن‬ketika washal. digunakan adalah metode simak
Dan masih banyak lagi contoh-contoh (observing method), dengan teknik
bacaan gharib tersebut dalam Alquran, dasar sadap dan teknik lanjutan berupa
teknik simak bebas cakap diiringi teknik
catat; yaitu peneliti hanya menjadi
4
pengamat atau penyimak beberapa
Abu Thahir, Abd al-Qayyum ibn Abd al-
Ghafur. Shafahat fi Ulumal-Qiraat. (Madinah: bacaan gharib Alquran dalam qira’ah
Mathabi ar-Rasyid. 1994), h. 312. Imam Ashim riwayat Hafs imam Ashim
5
Al-Qaisy, Abu Muhammad Makki ibn
Abi Thalib. Al-Kasyfu an Wujuh al-Qiraat as-sab’I
yang mengalami perubahan bunyi. Data
wa Ilaliha wa Hujajiha. Cet. 4. (Beirut: Muassasah diambil dari buku Gharaibul Quran yang
ar-Risalah, 1987), h. I/26.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
60
diterbitkan oleh Ummi Foundation. menurut Ibrahim Musthafa ia merupakan
Kemudian peneliti akan menganalisis isim sifat dari kata “gharaba – yaghribu”
bentuk-bentuk perubahan bunyi bacaan yang artinya ghamudla (sulit) dan
6
gharib tersebut dan mendeskripsikan khafiya (samar). Sedangkan menurut
proses perubahan tersebut sesuai istilah ulama qurra’, artinya sesuatu
dengan kaidah yang ada dalam buku- yang perlu penjelasan khusus
buku Ilmu al-Ashwat yang dijadikan dikarenakan samarnya pembahasan
sebagai bahan rujukan dalam penelitian. atau karena peliknya permasalahan baik
Dalam menganalisis data, dari segi huruf, lafadz, arti maupun
ditempuh langkah -langkah berdasarkan pemahaman yang terdapat dalam Al-
prinsip prinsip fonologi generatif, yaitu Qur‟an.7 Adapun bacaan-bacaan yang
(1) data yang telah diperoleh dianggap gharib (tersembunyi/samar)
diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs
dengan penamaan perubahan bunyi diantaranya adalah : Imalah, Isymam,
yang terdapat dalam kaidah Ilmu al- Saktah, Tashil, Naql, Badal.
Ashwat.; (2) setelah itu data dianalisis Peneliti memilih qiraahnya Imam
berdasarkan proses dan faktor Ashim karena seperti diketahui bahwa
perubahannya; dan (3) data-data yang imam-imam qurra‟ yang berjumlah tujuh
sudah dianalisis kemudian diuji ulang atau biasa disebut dengan imam qira’ah
sesuai dengan bacaan yang terdapat sab’ah adalah para Imam qurra’ yang
dalam Ilmu Tajwid. paling masyhur diantara para Imam
qurra’ yang lain. Diantara ketujuh imam
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan itu ada salah satu imam qira’ah yang
paling banyak diikuti bacaannya. Beliau
1. Bentuk-Bentuk Bacaan-Bacaan adalah Abu Bakar Ashim bin Abi An-
Gharib dalam Al-Qur’an yang Najud atau yang lebih dikenal dengan
mengalami Perubahan Bunyi nama Imam Ashim. Imam Ashim berasal
dari Kufah dan pernah berguru pada
Berdasarkan fokus penelitian Imam Abu Abdurrahman As-Sulami
yang ada dalam penelitian ini , maka yang merupakan murid dari Sahabat Ali
data yang dibutuhkan oleh peneliti bin Abi Thalib. Beliau mengajarkan Al-
dalam penelitian ini adalah data tentang Qur‟an yang sanadnya berasal dari jalur
bacaan-bacaan gharib dalam alquran sahabat Ali bin Abi Thalib kepada
menurut pendapat Abu Bakar Ashim bin muridnya yaitu Hafs bin Sulaiman
Abi An-Najud atau yang lebih dikenal
dengan nama Imam Ashim. Seperti yang 6
Mushtofa, Ibrahim. Al-Mu’jam al-
telah diketahui bahwa yang dimaksud Wasith. (Kairo: Dar ad-Da‟wah , Tanpa tahun),
h.647/2
dengan bacaan gharib secara bahasa 7
http://talimulquranalasror.blogspot.com/
2013/04/rahasia-bacaan-gharib.html

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
61
(Hafs). Diantara murid-murid Imam ٓ‫ال ْارَكبُواْ فِْي َها بِ ْس ِم اللَّ ِه َم ْجرٰى َها َوُم ْر ٰس َها‬
َ َ‫َوق‬
Ashim tersebut hanya Hafs dan Syu‟bah
yang paling masyhur dan menjadi ‫ٓ إِ َّن َرِّب لَغَ ُفور َّرِحيم‬
8
perawi utama. b. Isymam
Perbedaan bacaan-bacaan dalam Isymam artinya mencampurkan
qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs dengan dlammah pada sukun dengan
Imam qira’ah yang lain adalah lebih memoncongkan bibir atau
pada letak bacaan-bacaan tersebut. mengangkat dua bibir. Dalam qira’ah
Dalam penelitian ini tidak semua riwayat Hafs, Isymam terdapat pada
bacaan-bacaan gharib menurut Imam lafadz “‫تَ أْمَ نَّا‬ ‫” ََل‬ yaitu pada waktu
Ashim di atas akan dikaji, melainkan membaca lafadz tersebut, gerakan
hanya bacaan-bacaan gharib yang lidah seperti halnya mengucapkan
dianggap mengalami perubahan bunyi lafadz “‫ْم نُ نَا‬
َ ‫تَأ‬ ‫” ََل‬ sehingga hampir
saja yang akan dikaji. Berikut hasil tidak ada perubahan bunyi antara
analisis data tentang bacaan gharib mengucapkan lafadz “‫تَأْ َمنَّا‬ ‫ ”ََل‬dengan
dalam Alquran menurut Imam Ashim mengucapkan “‫تَأْ َمنُ نَا‬ ‫”ََل‬.11 Untuk
riwayat Hafs yang ditengarai peneliti mempertemukan kedua lafadz
mengalami perubahan bunyi : tersebut dipilihlah jalan tengah yaitu
a. Imalah bunyi bacaan mengikuti rasm,
Imalah termasuk salah satu cara sedangkan gerakan bibir mengikuti
membaca Alquran yang menurut lafadz asal, seperti dalam QS.Yusuf:
etimologi berasal dari wazan lafadz 11
‫ أ ََم َال‬yaitu ً‫ أ ََم َال – ََيِْي ُل – إِ َمالَة‬yang artinya َ ‫ك ََل َت ۡأ َ۬ َم َّنا َعلَى ٌُوس‬
‫ُف َوإِ َّنا لَهُۥ‬ َ َ‫َقالُو ْا ٌََٰٓأ َ َبا َنا َمال‬
9
condong atau belok , sedangkan ٔٔ ‫ُون‬ َ ‫لَ َنصِ ح‬
menurut terminologi qiraat, imalah
berarti menuturkan fathah ke arah
c. Tashil
kasrah atau menuturkan alif (‫ )ا‬ke
Tashil menurut bahasa artinya
arah ya’ (‫)ى‬.10 Menurut riwayat Imam
memberi kemudahan, keringanan
Hafs hanya ada satu lafadz yang
atau menyederhanakan bunyi
harus dibaca imalah yaitu pada lafadz
hamzah qatha’ yang kedua (ً‫(أأعجم‬,
‫ َم ْج ٰرى َها‬dalam QS. Hud: 41
adapun menurut istilah qira’ah artinya
membaca antara hamzah dan alif.12
Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat
8
Ibid.
9
Lowis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa
al-I’lam, (Beirut:Da al-Mahriq li an-Nasyr, 1973),
11
cet.XXIX, hlm. 782. Ibid, hlm. 83.
10 12
Ahmad Sayuti Anshari Nasution.
Fonetik & Fonologi Alquran, (Jakarta: Amzah, http://talimulquranalasror.blogspot.com/2013/04/r
2012), hlm. 68. ahasia-bacaan-gharib.html

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
62
Hafs hanya ada satu bacaan tashil e. Badal (Mengganti)
yaitu pada QS. Fusshilat: 44 Badal menurut bahasa artinya
ِّ ُ‫َولَ ۡو َج َع ۡل َن ُه قُ ۡر َءا ًنا أَ ۡع َج ِم ّٗ ٌّا لَّ َقالُو ْا لَ ۡو ََل ف‬
‫صلَ ۡت َءا ٌَ ُت ُه ۖٓ َٰٓۥ‬ mengganti, mengubah, sedangkan
maksud badal disini adalah
َ ‫ًّّ قُ ۡل ه َُو لِلَّذ‬ٞۗ ‫ًِ َو َع َر ِب‬
‫ء‬ٞۚ َٰٓ‫ٌِن َءا َم ُنو ْا ه ُّٗدى َوشِ َفا‬ ّ ‫َء َ۬ا ۡع َجم‬ mengganti huruf hijaiyah satu dengan
huruf hijaiyah lainnya. Diantara
ۡ‫ون ف ًَِٰٓ َءا َذان ِِهمۡ َو ۡقر َوه َُو َعلَ ٌۡ ِهم‬ َ ‫َوٱلَّذ‬
َ ‫ٌِن ََل ٌ ُۡؤ ِم ُن‬
lafadz-lafadz yang di badal dalam Al-
َٰٓ
ِ ۢ ‫ادَو َن مِن َّم َك‬
ٗٗ ٖ‫ان َبعٌِد‬ َ ‫ًى أ ُ ْولَ ِب‬ٞۚ ‫َعم‬
ۡ ‫ك ٌُ َن‬ Qur‟an menurut Imam Ashim riwayat
Hafs yaitu:

d. Naql ِ ‫س ٰم ٰو‬
1) Badal ‫ ء‬dengan ‫ت ا ْب ُت ْون ًِْ( ي‬ َّ ‫)فًِ ال‬
Naql menurut bahasa berasal Yaitu mengganti hamzah mati
dari lafadz ‫َن َق َل – ٌَ ْن ِق ُل – َن ْق ًًل‬ yang dengan ya’, sebagian besar imam
artinya memindah, sedangkan qira’ah sepakat mengganti hamzah
menurut istilah ilmu qira’ah artinya qatha’ yang tidak menempel
memindahkan harakat ke huruf dengan lafadz sebelumnya dan
sebelumnya. Alasan bacaan naql jatuh sesudah hamzah washal (‫)ء‬
pada kata ‫ اَلسم‬yaitu terdapatnya dua dengan alif layyinah (‫)ى‬. Contoh
hamzah washal (hamzah yang tidak pada QS. Al-Ahqaf : 4,
terbaca di tengah kalimat), yakni
ٍ ۢ ‫ت ۖ ٱ ْب ُتونِى ِب ِك َت‬
…‫ب‬ َّ ‫…أَ ْم لَ ُه ْم شِ رْ ٌۭك فِى ٱل‬
ِ ‫س ٰم ٰو‬
hamzah pada al ta’rif dan ismu (salah
Cara membacanya, yaitu apabila
satu dari sepuluh kata benda yang
seorang qari’membaca waqaf
berhamzah washal), yang mengapit
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
pada lafadz ( ۖ ‫ت‬ َّ ‫ )فِى ٱل‬maka huruf
lam sehingga menjadi tidak terbaca di
ta’ mati dan hamzah mati diganti
kala sambung dengan kata
ya’ ( ‫س ٰم ٰوتْ ۖ ِا ٌْ ُتونِى‬
َّ ‫ )فِى ٱل‬sedangkan
sebelumnya. Dalam qira’ah Imam
apabila dibaca washal tidak ada
Ashim riwayat Hafs ada satu bacaan
perubahan.
naql yaitu lafadz ‫س ْاَلِسْ ُم‬
َ ‫ ِب ْب‬pada QS.
Al-Hujurat: 11. 13 ُ ‫ َو ٌَ ْب‬dan
2) Badal ‫ ص‬dengan ‫ص ُط ( س‬
َ ‫ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱلَّذ‬
‫ٌِن َءا َم ُنو ْا ََل ٌَ ۡس َخ ۡر َق ۡوم مِّن َق ۡو ٍم َع َس َٰٓى أَن‬ ْ ‫) َب‬
‫ص َطة‬
Yaitu mengganti shad dengan siin,
‫ٌَ ُكو ُنو ْا َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنهُمۡ َو ََل ن َِسآَٰء مِّن ِّن َسآَٰ ٍء َع َس َٰٓى أَن‬
sebagian imam qira’ah termasuk
‫ٌَ ُكنَّ َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنه ُۖٓنَّ َو ََل َت ۡل ِم ُز َٰٓو ْا أَن ُف َس ُكمۡ َو ََل َت َنا َب ُزو ْا‬ Imam Ashim mengganti ‫ص‬
dengan ‫ س‬pada lafadz ُ‫ْصط‬
ُ ‫َو ٌَب‬
ۡ
ۡ‫ ِن َو َمن لَّم‬ٞۚ ‫ٱۡلٌ َم‬ ُ ‫س ٱِل ِۡس ُم ۡٱلفُس‬ ِ ٓۖ ‫ِب ۡٱۡلَ ۡل َق‬
َ ‫ب بِ ۡب‬
ِ َ‫ُوق َب ۡعد‬ dalam QS. Al-Baqarah : 245 dan
َٰٓ ْ ‫ َب‬dalam QS. Al-A‟raf :
lafadz ‫ص َطة‬
ٔٔ ‫ُون‬
َ ‫ٱلظلِم‬ َ ‫ٌَ ُت ۡب َفأ ُ ْولَ ِب‬
َّ ‫ك ُه ُم‬
69.

13
ibid

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
63
َ ٌُ ‫ضا َح َس ّٗنا َف‬
‫ض ِع َفهُۥ‬ َّ ُ‫مَّن َذا ٱلَّذِي ٌ ُۡق ِرض‬
ً ‫ٱَّللَ َق ۡر‬ - QS. az-Zuhruf: 81
ُ ‫ٱَّلل ُ ٌَ ۡقبضُ َو ٌَ ۡب‬
‫ص ُط َوإِلَ ٌۡ ِه‬ ِ َّ ‫ٌِر ّٗة َو‬
ٞۚ َ ‫ض َع ّٗافا َكث‬
ۡ َ‫لَ ُهۥَٰٓ أ‬ َ ‫ان لِل َّر ۡح َم ِن َولَد َفأ َ َنا أَ َّو ُل ۡٱل َع ِبد‬
١ٔ ‫ٌِن‬ َ ‫قُ ۡل إِن َك‬

َ ‫ُت ۡر َجع‬
ٕٗ٘ ‫ُون‬ 2) Lafadz ( ‫) ٰل ِك َّنا‬

‫أَ َو َع ِج ۡب ُتمۡ أَن َجا َٰٓ َء ُكمۡ ذ ِۡكر مِّن رَّ ِّب ُكمۡ َعلَى َرج ُٖل‬ Ada juga lafadz yang cara
membacanya sama hampir
‫إِ ۡذ َج َعلَ ُكمۡ ُخلَ َفا َٰٓ َء ِم ۢن‬ ْ‫م َو ۡٱذ ُكر َُٰٓوا‬ٞۚۡ ‫مِّن ُكمۡ لٌُِن ِذ َر ُك‬ dengan lafadz ‫ اَ َنا‬yaitu lafadz ‫ ٰل ِك َّنا‬,
ۖ ۡ yakni apabila lafadz ‫ ٰل ِك َّنا‬dibaca
‫ص َطة‬ ‫فًِ ۡٱل َخ ۡل ِق َب‬ ۡ‫وح َو َزا َد ُكم‬
ٖ ‫َب ۡع ِد َق ۡو ِم ُن‬ washal maka nun harus dibaca
ٰ sedangkan apabila
ٙ٦ ‫ُون‬ ِ َّ ‫َف ۡٱذ ُكر َُٰٓو ْا َء َاَلَٰٓ َء‬
َ ‫ٱَّلل لَ َعلَّ ُكمۡ ُت ۡفلِح‬ pendek ( َّ‫)لكِن‬,
dibaca waqaf maka nun tetap
Adapun pada lafadz َ ۣ ‫ٱ ْلم‬
َ‫ُصٌْطِ ُرون‬ dibaca panjang (‫)ل ِك َّنا‬. Sebagaimana
dalam QS. At-Thur : 37, huruf ‫ص‬ yang terdapat pada QS. Al-Kahfi :
boleh tetap dibaca shad dan boleh 38
dibaca siin
ُ ‫َل أ ُ ۡش ِر‬
ٖ١ ‫ك ِب َرب ًَِّٰٓ أَ َح ّٗدا‬ َّ ‫ٰلَّ ِك َّنا ه َُو‬
َٰٓ َ ‫ٱَّلل ُ َربًِّ َو‬
َ ‫ك أَمۡ ُه ُم ۡٱل ُم‬
ٖ٣ َ‫ص ٌۡطِ رُون‬ َ ‫أَمۡ ِعن َدهُمۡ َخ َزآَٰبِنُ َر ِّب‬
3) Badal fathah dengan kasroh ( ‫ف‬
ٍ ‫ضع‬
َ kecuali dalam QS. al Qoshosh:45,
‫ضعفا‬
َ -  ‫ف‬
ٍ ‫ضع‬
ُ - ‫ضعفا‬
ُ ( ; dlo’fin – (ّ ‫ولكنا‬ّ ‫) ولكنا‬, na-nya tetap dibaca
dlo’fan boleh dibaca dlu’fin – panjang
dlu’fan; seperti dalam QS. ar ّٗ ‫َو ٰلَ ِك َّنا أَن َش ۡأ َنا قُر‬
‫ ُر َو َما‬ٞۚ ‫ُونا َف َت َط َاو َل َعلَ ٌۡ ِه ُم ۡٱل ُع ُم‬
Ruum:54
‫ض ۡعف ُث َّم َج َع َل م ِۢن‬ َّ
َ ‫۞ٱَّلل ُ ٱلَّ ِذي َخلَ َق ُكم مِّن‬ ‫او ٌّٗا ف ًَِٰٓ أَ ۡه ِل َم ۡد ٌَ َن َت ۡتلُو ْا َعلَ ٌۡ ِهمۡ َءا ٌَتِ َنا‬
ِ ‫ُكنتَ َث‬

َ ٖ‫ف قُوَّ ّٗة ُث َّم َج َع َل ِم ۢن َب ۡع ِد قُوَّ ة‬


‫ض ۡعفا‬ ٖ ‫ض ۡع‬
َ ‫َب ۡع ِد‬ َ ‫َولَ ِك َّنا ُك َّنا م ُۡرسِ ل‬
ٗ٘ ‫ٌِن‬
ٞۚ
٘ٗ ‫ ُء َوه َُو ۡٱل َعلٌِ ُم ۡٱل َقدٌِ ُر‬ٞۚ َٰٓ ‫َو َش ٌۡ َب ّٗة ٌَ ۡخل ُ ُق َما ٌَ َشا‬ 3) Lafadz ( ‫ َق َو ِار ٌْ َرا‬،‫ ال ُّظ ُن ْو َنا‬،‫س ْو ََل‬
ُ ‫الر‬
َّ )

f. Lafadz-lafadz yang dibaca pendek Sebagian ulama qurra’ membaca


ketika washal dan panjang ketika lafadz-lafadz diatas dengan
waqaf ( ‫ قصر‬dan ‫)مد‬ harakat tanwin, sedangkan qira’ah
Imam Ashim riwayat Hafs tidak
1) Lafadz ( ‫) اَ َنا‬, sebagaimana dalam
memakai harakat tanwin pada
ayat-ayat berikut ini:
lafadz-lafadz tersebut. Dan apabila
- QS. an-Nahl: 2 membaca waqaf pada lafadz-
َٰٓ ۡ
‫وح ِم ۡن أَ ۡم ِرهِۦ َعلَى َمن‬
ِ ُّ‫ٌُ َن ِّز ُل ٱل َملَ ِب َك َة ِبٱلر‬ lafadz tersebut, qira’ah Imam
Ashim riwayat Hafs tetap
‫ٌَ َشا َٰٓ ُء م ِۡن عِ َبا ِد ِهۦَٰٓ أَ ۡن أَن ِذر َُٰٓواْ أَ َّنهُۥ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّلَٰٓ أَ َنا‬ menyertakan alif atau dibaca
panjang, sedangkan tidak
ِ ُ‫َفٱ َّتق‬
ٕ ‫ون‬

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
64
menyertakan (membaca) alif atau ‫ضةٖ َوأَ ۡك َوابٖ َكا َن ۡت‬
َّ ِ‫َو ٌُ َطافُ َعلَ ٌۡ ِهم ِب َانٌَِةٖ مِّن ف‬
dibaca pendek apabila huruf
‫ٌراْ ِمن ِفضَّةٖ َق َّدرُو َها‬ ِ ‫ٌرا ٘ٔ* َق َو‬
َ ‫ار‬ ِ ‫َق َو‬
َ ‫ار‬
terakhir lafadz-lafadz tersebut
diwashalkan. ّٗ ‫َت ۡقد‬
ٔٙ ‫ٌِرا‬
- (‫ الذنونا*هنالك‬ ‫ هنالك‬- ‫ )الظنون‬seperti
- ‫ سالسال‬‫سالسل‬
dalam QS. al-Ahzab: 10-11
Jika dibaca washol (disambung),
‫إِ ۡذ َجآَٰءُو ُكم مِّن َف ۡو ِق ُكمۡ َوم ِۡن أَ ۡس َف َل مِن ُكمۡ َوإِ ۡذ‬ la-nya dibaca pendek, jika

‫ۡٱل َح َنا ِج َر‬ ُ‫ت ۡٱلقُلُوب‬ َ ‫ت ۡٱۡلَ ۡب‬


ِ َ‫ص ُر َو َبلَغ‬ ِ ‫َزا َغ‬ terpaksa waqof (berhenti) boleh
dibaca sukun atau panjang 1 alif,
ِ َّ ‫ون ِب‬
ًَِ ‫ٱَّلل ٱل ُّظ ُنو َنا ٓٔ* ُه َنالِ َك ۡٱب ُتل‬ ُ ‫َو َت‬
َ ‫ظ ُّن‬ salaasil – salaasila seperti dalam
surat ad Dahr atau al Insan: 4
ٔٔ ‫ۡٱلم ُۡؤ ِم ُنو َن َو ُز ۡل ِزلُو ْا ِز ۡل َز ّٗاَل َشد ٌِّٗدا‬
ٗ ‫س ٰلَسِ َالْ َوأَ ۡغلَ ًّٗل َو َس ِعٌرً ا‬ َ ‫إِ َّنا َٰٓ أَ ۡع َت ۡد َنا ل ِۡل َكف ِِر‬
َ ‫ٌن‬
- ( ‫ الرسوَل* وقالوا‬ ‫وقالوا‬- ‫ الرسول‬dan
‫ السبٌال * ربنا‬ ‫ السبٌل‬- ‫ )ربنا‬seperti
g. Huruf mad alif (‫ )ا‬yang dibaca
dalam QS. al-Ahzab:66-67
pendek.
‫ار ٌَقُولُونَ ٌَ لَ ٌۡ َت َنا َٰٓ أَ َط ۡع َنا‬
ِ ‫ٌ َۡو َم ُت َقلَّبُ وُ ُجو ُههُمۡ فًِ ٱل َّن‬ 1) Fa’ nya dibaca pendek, ) ‫أفابن‬ (
‫* َو َقالُو ْا رَ َّب َنا َٰٓ إ ِ َّنا َٰٓ أَ َط ۡع َنا‬٦٦ ‫وَل‬
َ ‫س‬ َّ ‫ٱَّللَ وَ أَ َط ۡع َنا‬
ُ ‫ٱلر‬ َّ ‫ أفبن‬dalam QS. Ali Imron: 144

َ َ ‫َسا َد َت َنا وَ ُكبَرَ آَٰ َء َنا َفأ‬


َّ ‫ضلُّو َنا ٱل‬
َ ‫س ِب‬
َٰٓٓ ‫* َر َّب َنا‬٦٦ ‫ٌال‬ ‫ ُل‬ٞۚ ‫َو َما م َُحمَّد إِ ََّل َرسُول َق ۡد َخلَ ۡت مِن َق ۡبلِ ِه ٱلرُّ ُس‬

ٙ١ ‫ب وَ ۡٱل َع ۡنهُمۡ لَ ۡع ّٗنا َكبِ ٌّٗرا‬


ِ ‫ءَات ِِهمۡ ضِ ۡع َف ٌۡ ِن مِنَ ۡٱل َع َذا‬ ‫م َو َمن‬ٞۚۡ ‫أَ َفإِ ٌْن مَّاتَ أَ ۡو قُ ِت َل ٱن َقلَ ۡب ُتمۡ َعلَ َٰٓى أَ ۡع َق ِب ُك‬

- ‫قوارٌرا*قوارٌرا‬... ‫ّا َو َس ٌَ ۡج ِزي‬ٞۗ ٌّٗۡ ‫ٱَّلل َش‬


َ َّ َّ‫ٌَن َقل ِۡب َعلَى َع ِق َب ٌۡ ِه َفلَن ٌَضُر‬
- Jika waqof (berhenti) di akhir ayat
َّ
َ ‫ٱَّلل ُ ٱل َّشك ِِر‬
ٔٗٗ ‫ٌن‬
15, ro-nya dibaca panjang, jika
awal ayat 16, ro-nya dibaca
pendek. Sedangkan jika dibaca
2) Ba’ nya dibaca pendek, ( ‫من نبائ‬
washol (disambung), kedua ro-nya ‫ )من نبا‬dalam QS. al-An‟am: 34
dibaca pendek. Jika waqof
(berhenti) di qowariiro yang kedua, ‫ص َبرُواْ َعلَى َما‬ َ ِ‫َولَ َق ۡد ُك ِّذ َب ۡت ُرسُل مِّن َق ۡبل‬
َ ‫ك َف‬
ro-nya dibaca sukun (mati).
ُ ُ ‫ُك ِّذبُو ْا َوأ‬
ۡ ‫وذواْ َح َّت َٰٓى أَ َتىهُمۡ َن‬
‫ا َو ََل ُم َب ِّد َل‬ٞۚ ‫ص ُر َن‬
Contohnya di QS. ad Dahr atau al
Insan: 15-16 َ ‫ي ۡٱلم ُۡر َسل‬
‫ٌِن‬ ْ ِ ‫ك ِمن َّن َبإ‬ ِٞۚ َّ ‫ت‬
َ ‫ٱَّلل َولَ َق ۡد َجا َٰٓ َء‬ ِ ‫لِ َكلِ َم‬

ٖٗ

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
65
‫‪3) Semua tulisan malaaihim, la- nya‬‬ ‫‪), dalam QS. al‬لن ندعو ‪ ‬لن ندعوا( ‪-‬‬
‫‪) dalam‬ملبهم‪‬مالبهم ( ‪dibaca pendek‬‬ ‫‪Kahfi: 14‬‬
‫‪QS. Yunus: 83‬‬ ‫وب ِهمۡ إِ ۡذ َقامُو ْا َف َقالُو ْا َر ُّب َنا َربُّ‬ ‫ۡ‬
‫َو َر َبط َنا َعلَى قُل ُ ِ‬
‫ُوس َٰٓى إِ ََّل ُذرِّ ٌَّة مِّن َق ۡو ِمهِۦ َعلَى‬
‫َف َما َٰٓ َءا َم َن لِم َ‬ ‫ت َو ۡٱۡلَ ۡر ِ‬
‫ض لَن َّن ۡد ُع َو ْا مِن ُدو ِن ِهۦَٰٓ إِلَ ّٗه ۖٓا‬ ‫ٱل َّس َم َو ِ‬
‫َل ٌْ ِهمۡ أَن ٌَ ۡف ِت َنه ۡۚ‪ُٞ‬م َوإِنَّ‬
‫ف مِّن ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ‬
‫َخ ۡو ٖ‬ ‫لَّ َق ۡد قُ ۡل َنا َٰٓ إِ ّٗذا َش َط ًطا ٗٔ‬
‫ض َوإِ َّنهُۥ لَ ِم َن ۡٱلم ُۡس ِرف َ‬
‫ٌِن‬ ‫ال فًِ ۡٱۡلَ ۡر ِ‬
‫ف ِۡر َع ۡو َن لَ َع ٖ‬ ‫‪(,‬نبلو‪‬نبلوا( ‪-‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪QS.‬‬
‫ٖ‪١‬‬ ‫‪Muhammad: 31‬‬

‫‪4) Semua tulisan malaaihii, la-nya‬‬ ‫مِن ُكمۡ‬ ‫ۡٱلم َُج ِهد َ‬
‫ٌِن‬ ‫َن ۡعلَ َم‬ ‫َح َّتى‬ ‫َولَ َن ۡبل ُ َو َّن ُكمۡ‬
‫‪) dalam‬ملبه ‪ ‬مالبه ( ‪dibaca pendek‬‬
‫ٌن َو َن ۡبل ُ َو ْا أَ ۡخ َب َ‬
‫ار ُكمۡ ٖٔ‬ ‫ص ِب ِر َ‬
‫َوٱل َّ‬
‫‪QS. al-Mu‟minun: 46‬‬
‫‪) , dalam QS. ar‬لٌربو ‪ ‬لٌربوا( ‪-‬‬
‫ٱس َت ۡك َبرُو ْا َو َكا ُنو ْا َق ۡومًا‬ ‫إِلَى ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ‬
‫َل ٌْهِۦ َف ۡ‬
‫‪Ruum:39‬‬
‫ٌِن ‪ٗٙ‬‬
‫َعال َ‬
‫َو َمآَٰ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن رِّ ّٗبا لِّ ٌَ ۡر ُب َو ْا ف ًَِٰٓ أَ ۡم َو ِل ٱل َّن ِ‬
‫اس َف ًَل‬
‫‪ ‬مابتٌن ) ‪5) Mi-nya dibaca pendek‬‬
‫ٌَ ۡربُو ْا عِ ن َد َّ ۖٓ ِ‬
‫ٱَّلل َو َمآَٰ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن َز َكوةٖ ُت ِرٌ ُد َ‬
‫ون‬
‫‪( dalam QS. al-‬مبة‪‬مابة ) ‪) dan‬مبتٌن‬
‫ك ُه ُم ۡٱلم ۡ‬ ‫َٰٓ‬
‫‪Anfal: 65‬‬ ‫ُض ِعفُ َ‬
‫ون ‪ٖ٦‬‬ ‫ٱَّلل َفأ ُ ْولَ ِب َ‬
‫َو ۡج َه َّ ِ‬

‫ٌِن َعلَى ۡٱلقِ َت ۚ‪ِ ٞ‬‬


‫ال إِن‬ ‫ٌََٰٓ أ َ ٌُّ َها ٱل َّن ِبًُّ َحرِّ ِ‬
‫ض ۡٱلم ُۡؤ ِمن َ‬
‫لٌبلوا( ‪-‬‬ ‫‪‬‬ ‫(لٌبلو‬ ‫‪,‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪QS.‬‬
‫ُون ٌَ ۡغلِبُواْ ِماْ َب َت ٌۡ ِن‬
‫ص ِبر َ‬ ‫ٌَ ُكن مِّن ُكمۡ ِع ۡشر َ‬
‫ُون َ‬ ‫‪Muhammad:4‬‬

‫َوإِن ٌَ ُكن مِّن ُكم ِّماْ َبة ٌَ ۡغلِب َُٰٓواْ أَ ۡل ّٗفا م َِّن ٱلَّذ َ‬
‫ٌِن‬ ‫ب َح َّت َٰٓى‬ ‫ض ۡر َ‬
‫ب ٱل ِّر َق ا ِ‬ ‫َف إِ َذ ا لَقٌِتُ ُم ٱل َّ ِذ َ‬
‫ٌن َك َف رُواْ َف َ‬

‫َك َفرُواْ ِبأ َ َّنهُمۡ َق ۡوم ََّل ٌَ ۡف َقه َ‬


‫ُون ٘‪ٙ‬‬ ‫ش دُّواْ ۡٱل َو َث اقَ َف إ ِمَّا َم ۢ َّن ا َب ۡع ُد‬
‫إِ َذ آَٰ أ َ ۡث َخ نتُ مُوهُمۡ َف ُ‬

‫‪6) Semua tulisan wa, yang diikuti alif,‬‬ ‫ار َه ۚ‪ٞ‬ا َذ لِ ۖٓ َ‬


‫ك‬ ‫ض َع ۡٱل َح ۡر ُ‬
‫ب أَ ۡو َز َ‬ ‫َو إِمَّا فِ َد آَٰ ًء َح َّت ى َت َ‬
‫‪wa-nya dibaca panjang, kecuali:‬‬ ‫ص َر م ِۡن هُمۡ َو لَ كِن لِّ ٌَ ۡب ل ُ َواْ‬ ‫َو لَ ۡو ٌَ َش ا َٰٓ ُء َّ‬
‫ٱَّلل ُ َلَن َت َ‬
‫‪), dalam QS. Ar-Ra‟du:‬لتتلو‪‬لتتلوا ( ‪-‬‬ ‫ٌل َّ‬
‫ٱَّللِ‬ ‫ٌِن قُتِ لُواْ فًِ َس بِ ِ‬
‫ض َو ٱلَّذ َ‬
‫ض ُك م بِ َب ۡع ٖ ۗ‪ّٞ‬‬
‫َب ۡع َ‬
‫‪30‬‬
‫ك ف ًَِٰٓ أُمَّةٖ َق ۡد َخلَ ۡت ِمن َق ۡبلِ َها َٰٓ أ ُ َمم‬ ‫َف لَن ٌُضِ َّل أَ ۡع َم لَهُمۡ ٗ‬
‫ك أَ ۡر َس ۡل َن َ‬
‫َك َذ لِ َ‬

‫ك َوهُمۡ ٌَ ۡكفُ ُر َ‬
‫ون‬ ‫ِي أَ ۡو َح ٌۡ َنا َٰٓ إِلَ ٌۡ َ‬
‫لِّ َت ۡتل ُ َواْ َعلَ ٌۡ ِه ُم ٱلَّذ َٰٓ‬ ‫‪7) Semua tulisan tsamuuda, da-nya‬‬
‫‪dibaca pendek, jika terpaksa‬‬
‫ِبٱلرَّ ۡح َم ۚ‪ِ ٞ‬ن قُ ۡل ه َُو َربًِّ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّل ه َُو َعلَ ٌۡ ِه‬
‫‪waqof (berhenti), da-nya dibaca‬‬
‫َت َو َّك ۡل ُ‬ ‫‪ ‬ثمودا ( ‪sukun (mati), tsamuud‬‬
‫ت َوإِلَ ٌۡ ِه َم َتا ِ‬
‫ب ٖٓ‬
‫‪) seperti dalam:‬ثمود‬
‫‪OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017‬‬
‫‪66‬‬
- QS. Huud: 68 a. Bacaan imalah, yaitu pada lafadz
‫ُّم‬ٞۗۡ ‫ّا َٰٓ أَ ََل َٰٓ إِنَّ َث مُو َد اْ َك َف ُر واْ َر َّب ه‬ٞۗ ‫َك أ َن لَّمۡ ٌَ ۡغ َن ۡو اْ فٌِ َه‬ " ‫ " َم ْج ٰرى َها‬dalam QS. Hud: 41 :

ٙ١ ‫أ َ ََل ب ُۡع ّٗد ا لِّ َث ُمو َد‬


ِ َّ ‫َو َقا َل ارْ َكبُو ْا ِف ٌْ َها ِبسْ ِم‬
ٰ ‫َّللا َم ْج‬
َّ‫ إِن‬ٞۚ َٰٓ ‫رى َها َومُرْ س َها‬
- QS. al-Furqan:38
‫َربِّى لَ َغفُور رَّ حٌِم‬
َ ‫ب ٱلرَّ سِّ َوقُرُو ۢ َنا َب ٌۡ َن َذ ِل‬
‫ك‬ ۡ َ‫َو َع ّٗادا َو َثمُودَ ْا َوأ‬
َ ‫ص َح‬

ٖ١ ‫َكث ٌِّٗرا‬ Dalam kajian fonologi Arab,


proses perubahan bunyi tersebut
- QS. an-Najm:51 disebut dengan pergeseran bunyi,
٘ٔ ‫َو َث ُمو َد ْا َف َما َٰٓ أَ ۡب َقى‬ dimana bunyi َٓ) fathah (
dimiringkan/bergeser ke arah kasrah
- QS. al-Ankabut:38
(ِٓ ), sehingga bunyi yang terjadi
‫َو َع ّٗادا َو َث ُمو َداْ َو َقد َّت َبٌ ََّن لَ ُكم مِّن َّم َس ِكن ِِه ۡۖٓم‬ adalah bunyi antara vokal /a/ dan /i/
yaitu /e/. Pergeseran bunyi tersebut
َ ‫ش ٌۡ َط نُ أَ ۡع َملَهُمۡ َف‬
‫ص َّدهُمۡ َع ِن‬ َّ ‫َو َزٌ ََّن لَ ُه ُم ٱل‬
terjadi karena bunyi yang

َ ‫ٌل َو َكا ُنواْ م ُۡس َت ۡبصِ ِر‬


ٖ١ ‫ٌن‬ ِ ‫ٱلس َِّب‬
bersangkutan terdapat pada posisi
atau lingkungan yang berbeda. Yaitu
karena adanya bunyi dua vokal
Dari beberapa data di atas dapat berbeda yang berdekatan. Sehingga
disimpulkan bahwa tidak semua bunyi yang terjadi /Majraaha/ menjadi
bacaan gharib menurut Imam /majreeha/.
Ashim yang ada dalam alquran Dalam kajian fonologi
mengalami perubahan bunyi, pergeseran bunyi ini dibagi menjadi
seperti pada bacaan saktah dua macam: (1) pergeseran yang
terjadi karena bunyi yang
bersangkutan terdapat pada posisi
2. Proses Perubahan Bunyi yang
atau lingkungan yang berbeda, (2)
Terjadi pada Bacaan Gharib dalam
pergeseran yang terjadi meskipun
Alquran
posisi atau lingkungan bunyi tersebut
Jika ditinjau dari proses
tetap sama.14
terjadinya perubahan bunyi menurut
kaidah fonologi Arab, maka perubahan
bunyi yang terjadi pada bacaan-bacaan
gharib dalam alquran dapat dianalisis
sebagai berikut:
14
Kushartanti, dkk , Pesona Bahasa:
Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama), hlm.159-160.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
67
b. Bacaan isymam, seperti pada c) Kesamaan makhraj tetapi berbeda
ْ َ dalam QS. Yusuf: 11
lafadz “‫”َل َتأ َم َّنا‬ sifat yang disebut dengan
17
mutajannisain .
َ ‫ك ََل َت ۡأ َ۬ َم َّنا َعلَى ٌُوس‬
‫ُف َوإِ َّنا لَهُۥ‬ َ َ‫َقالُو ْا ٌََٰٓأ َ َبا َنا َمال‬
Dalam surat Yusuf di atas
َ ‫لَ َنصِ ح‬
ٔٔ ‫ُون‬ terdapat frasa “‫”َل َتأْ َم َّنا‬
َ yang berasal
dari dua kata, yaitu ‫ َلتأمن‬dan ‫نا‬. Di sini
Menurut Umar, proses
terdapat dua ‫ ن‬. Bunyi /‫ن‬/ yang
perubahan bunyi yang terjadi pada
pertama lebur ke dalam bunyi /‫ن‬/
bacaan isymam di atas disebut dengan
yang kedua. Dalam tajwid ada
asimilasi, yaitu perubahan bunyi karena
ketentuan pula, apabila dua bunyi
bersanding dengan bunyi yang
mutamatsilain bertemu, maka wajib
lainnya.15 Berdasarkan kualitas
di-idgham-kan. Dengan demikian,
pengaruh suatu bunyi pada bunyi lain
terbentuklah “‫”َل َتأْ َم َّنا‬.
َ
yang dipengaruhi maka asimilasi ini
disebut asimilasi komplit Dan jika didasarkan pada
(mumaastalatu alkuliyyah) karena langsung tidaknya bunyi yang
bunyi yang dipengaruhi lebur menjadi mempengaruhi dan yang dipengaruhi,
satu dengan bunyi yang maka asimilasi yang terjadi ini disebut
mempengaruhi.Asimilasi ini dalam dengan asimilasi langsung/ contact
bahasa arab disebut idhom assimilation (mumaastalatu
.16Maksudnya, bunyi n harus tajaawwuriyah), karena antara fonem
diasimilasikan dengan bunyi yang yang mempengaruhi dan dipengaruhi
sesudahnya karena mempunyai tidak ada fonem lain yang memisah.18
kesamaan atau kedekatan, baik Sedangkan jika didasarkan
makhraj maupun sifat, dengan bunyi- pada cara artikulasi/tempat keluarnya
bunyi idgham. Ada tiga macam huruf (makhraj), maka asimilasi ini
kesamaan dalam ilmu tajwid; yaitu: termasuk asimilasi cara
pengucapannya, karena bunyi yang
a) Kesamaan total dalam makhraj
berubah mempunyai kesamaan
dan sifat yang disebut dengan
makhraj.
mutamatsilain;
b) Kesamaan atau kedekatan sifat
makhraj yang disebut dengan
mutaqaribain; dan

15 17
Ahmad Muhtar Umar. Diraasatus Nasution, Ahmad Sayuti Anshari,
Shautil Lughawiy , (Cairo: Alamul Kutub, 1985), Fonetik & Fonologi Alquran, (Jakarta: Amzah,
hlm. 20. 2012), hlm. 61-62.
16 18
Anis, Ibrahim, Min Asraaril Lughah , Abdul Wahab Rasyidi. ‘Ilm al-Ashwat
(Cairo: Maktabah Anglo al- Mashriyyah, 1978 ), al-Nuthqiy, (Malang: UIN Malang Press, 2010),
hlm. 178-190. hlm.151.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
68
c. Bacaan tashil, seperti pada lafadz d. Bacaan naql seperti pada lafadz "
ّ ‫ " َء َ۬ا ۡع َجم‬QS.Fushshilat:44
" ًِ ‫س ْاَلِ ْس ُم‬
َ ‫ " ِب ْب‬pada QS. Al-Hujurat: 11.

‫صلَ ۡت‬ِّ ُ‫َولَ ۡو َج َع ۡل َن ُه قُ ۡر َءا ًنا أَ ۡع َج ِم ّٗ ٌّا لَّ َقالُو ْا لَ ۡو ََل ف‬


َ ‫ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱلَّذ‬
‫ٌِن َءا َم ُنو ْا ََل ٌَ ۡس َخ ۡر َق ۡوم مِّن َق ۡو ٍم َع َس َٰٓى أَن‬
َ ‫ًّّ قُ ۡل ه َُو لِلَّذ‬ٞۗ ‫ًِ َو َع َر ِب‬
‫ٌِن َءا َم ُنو ْا ه ُّٗدى‬ ّ ‫َءا ٌَ ُت ُه ۖٓۥَٰٓ َء َ۬ا ۡع َجم‬
‫ٌَ ُكو ُنو ْا َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنهُمۡ َو ََل ن َِسآَٰء مِّن ِّن َسا َٰٓ ٍء َع َس َٰٓى أَن‬
‫ون ف ًَِٰٓ َء َاذان ِِهمۡ َو ۡقر َوه َُو‬ َ ‫ٌِن ََل ٌ ُۡؤ ِم ُن‬ َ ‫ء َوٱلَّذ‬ٞۚ َٰٓ ‫َوشِ َفا‬
َٰٓ ‫ٌَ ُكنَّ َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنه ُۖٓنَّ َو ََل َت ۡل ِم ُز َٰٓو ْا أَنفُ َس ُكمۡ َو ََل َت َنا َب ُزو ْا‬
ٗٗ ٖ‫ان َبعٌِد‬ ِ ۢ ‫ِك ٌُ َناد َۡو َن مِن َّم َك‬ َ ‫ًى أ ُ ْولَب‬ٞۚ ‫َعلَ ٌۡ ِهمۡ َعم‬
ۡ
ۡ‫ ِن َو َمن لَّم‬ٞۚ ‫ٱۡلٌ َم‬ ُ ‫س ٱِل ِۡس ُم ۡٱلفُس‬
َ ‫ب بِ ۡب‬ ِ ٓۖ ‫ِب ۡٱۡلَ ۡل َق‬
ِ ‫ُوق َب ۡع َد‬
Proses perubahan bunyi di sini
menurut fonologi Arab disebut dengan
َٰٓ
asimilasi. Berdasarkan urutan atau ٔٔ ‫ُون‬
َ ‫ٱلظلِم‬َّ ‫ك ُه ُم‬َ ‫ٌَ ُت ۡب َفأ ُ ْولَ ِب‬
alur bunyi yang mempengaruhi
Proses perubahan bunyi yang
asimilasi ini termasuk asimilasi
terjadi disini mengalami dua proses.
progresif (mumaastalatu
Yang pertama jika didasarkan pada
taqaddumiyyah), yaitu proses
urutan atau alur bunyi yang
berpengaruhnya sebuah bunyi pada
mempengaruhi, maka terjadi proses
bunyi sesudahnya. Dimana bunyi /‫ء‬/
asimilasi regresif (mumaastalatu
yang pertama mempengaruhi bunyi
raj’iyyah), dimana terjadi proses
hamzah sesudahnya, sehingga bunyi
berpengaruhnya sebuah bunyi pada
hamzah yang kedua lebur ke dalam
bunyi sebelumnya, yaitu bunyi
bunyi hamzah yang kedua. Bacaan
konsonan lam mempengaruhi bunyi
yang semula dibaca aa’jamiyyun
hamzah al ta‟rif, sehingga bunyi
dibaca menjadi a’jamiyyun.
hamzah al ta‟rif melesap menjadi
Dan jika didasarkan pada
bunyi konsonan lam.
langsung tidaknya bunyi yang
Selain itu jika didasarkan pada
mempengaruhi dan yang dipengaruhi,
langsung tidaknya bunyi yang
maka asimilasi yang terjadi ini disebut
mempengaruhi dan dipengaruhi maka
dengan asimilasi langsung /contact
juga terdapat proses asimilasi tidak
assimilation (mumaastalatu
langsung/distant assimilation
tajaawwuriyah), karena antara fonem
(mumaastalatu tabaa’udiyyah) karena
yang mempengaruhi dan dipengaruhi
adanya dua hamzah washal, yakni
tidak ada fonem lain yang memisah.
hamzah al ta‟rif dan hamzah ismu
Sedangkan jika didasarkan
yang mengapit lam, sehingga kedua
pada cara artikulasi/tempat keluarnya
hamzah tersebut tidak terbaca
huruf (makhraj), maka asimilasi ini
apabila disambung dengan kata
termasuk asimilasi cara
sebelumnya. Sebagaimana diketahui
pengucapannya, karena bunyi yang
bahwa yang dimaksud asimilasi tidak
berubah mempunyai kesamaan
langsung adalah asimilasi yang
makhraj.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
69
terjadi jika ada fonem lain yang Proses perubahan bunyi yang
memisah antara fonem yang terjadi yaitu jika dibaca waqaf pada
mempengaruhi dan yang lafadz ( ٓۖ ‫ت‬
ِ َ‫ )فِى ٱل َّس َمو‬maka huruf ta’
19
dipengaruhi. mati dan hamzah mati diganti ya’
Sedangkan proses yang kedua (‫ِا ٌْ ُتونِى‬ ۖ ْ‫س ٰم ٰوت‬
َّ ‫ )فِى ٱل‬sedangkan
adalah metatesis (dzahiratu alnaqli apabila dibaca washal tidak ada
almakaaniy), dimana terjadi perubahan.
penukaran tempat (urutan) suatu
20 ُ ‫ْص‬
2) Badal ‫ ص‬dengan ‫ط ( س‬ ُ ‫ وَ ٌَب‬dan
vokal dengan vokal lain , yaitu bunyi
ْ ‫)ب‬
‫َص َط ًة‬
vokal sukun pada konsonan hamzah
ismu dengan bunyi vokal kasrah pada Yaitu mengganti bunyi shad (‫)ص‬
konsonan lam, sehingga bunyi yang dengan siin ( ‫)س‬, sebagian imam
terjadi dari bi’sa al ismu menjadi qira’ah termasuk Imam Ashim
bi’salismu. mengganti ‫ ص‬dengan ‫ س‬pada
lafadz ُ ‫ْص‬
‫ط‬ ُ ‫ َو ٌَب‬dalam QS. Al-
e. Badal (Mengganti) ْ ‫ب‬
Baqarah : 245 dan lafadz ‫َص َط ًة‬
Diantara lafadz - lafadz yang dalam QS. Al-A‟raf : 69.
termasuk badal dalam Al-Qur‟an
‫ض ا َح َس ّٗن ا‬ َّ ‫ض‬
ً ‫ٱَّلل َ َق ۡر‬ ُ ‫مَّن َذ ا ٱلَّ ِذ ي ٌ ُۡق ِر‬
menurut Imam Ashim riwayat Hafs
yaitu : َّ ‫ة َو‬ّٞۚٗ ‫ض َع ّٗافا َك ثٌِ َر‬
ُ‫ٱَّلل ُ ٌَ ۡق ِب ض‬ ۡ َ‫ض ِع َف هُۥ لَ ُهۥَٰٓ أ‬
َ ٌُ ‫َف‬

1) Badal ‫ ء‬dengan ‫ت ا ْب ُت ْونًِْ ( ي‬


ِ ‫)فًِ السَّمو‬ ُ ‫َو ٌَ ۡب‬
َ ‫ص ُط َو إِلَ ٌۡ ِه تُ ۡر َجع‬
ٕٗ٘ ‫ُون‬
Yaitu mengganti hamzah
‫ج ۡب ُت مۡ أَن َج ا َٰٓ َء ُك مۡ ذ ِۡك ر مِّن َّر ِّب ُك مۡ َع لَى‬
ِ ‫أَ َو َع‬
mati/sukun (‫ ) ْء‬dengan ya‟ (‫(ي‬,
sebagian besar imam qira’ah ۡ‫م َو ۡٱذ ُك ُر َٰٓو اْ إِ ۡذ َج َع لَ ُكم‬ٞۚۡ ‫َر ُج ٖل مِّن ُك مۡ لٌُِن ِذ َر ُك‬
sepakat mengganti hamzah qatha’
‫وح َو َز ا َد ُك مۡ فًِ ۡٱل َخ ۡل ِق‬ ٖ ُ‫ُخ لَ َف ا َٰٓ َء ِم ۢن َب ۡع ِد َق ۡو ِم ن‬
yang tidak menempel dengan
lafadz sebelumnya dan jatuh ٙ٦ ‫ُون‬ َّ ‫ص َط ۖة َف ۡٱذ ُك ُر َٰٓو اْ َء َاَل َٰٓ َء‬
َ ‫ٱَّللِ لَ َع ل َّ ُك مۡ تُ ۡف لِح‬ ۡ ‫َب‬
sesudah hamzah washal dengan
alif layyinah (‫)ى‬. Contoh pada QS. Adapun pada َ ۣ ‫ٱ ْلم‬
َ‫ُصٌْطِ ُرون‬ lafadz
Al-Ahqaf : 4, dalam QS. At-Thur : 37, huruf ‫ص‬
boleh tetap dibaca shad dan boleh
ٍ ۢ ‫ت ۖ ٱ ْب ُتونِى ِب ِك َت‬
…‫ب‬ َّ ‫…أَ ْم لَ ُه ْم شِ رْ ٌۭك فِى‬
ِ ‫ٱلس ٰم ٰو‬ dibaca siin

َ ‫ك أَمۡ ُه ُم ۡٱل ُم‬


ٖ٣ َ‫ص ٌۡطِ رُون‬ َ ‫أَمۡ ِعن َدهُمۡ َخ َزآَٰبِنُ َر ِّب‬
Jadi proses perubahan bunyi yang
19
Ibid., terjadi pada badal di atas, pertama
20
Abdul Chaer. Linguistik Umum, berdasarkan urutan atau alur bunyi
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 136.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
70
yang mempengaruhi, adalah f. Lafadz-lafadz yang dibaca pendek
asimilasi regresif (mumaastalatu ketika washal dan panjang ketika
21
raj’iyyah), dimana terjadi proses waqaf ( ‫ قصر‬dan ‫)مد‬
berpengaruhnya sebuah bunyi
pada bunyi sebelumnya, yaitu 1) Lafadz (‫)اَ َنا‬, sebagaimana dalam
bunyi konsonan /‫ط‬/ mempengaruhi ayat-ayat berikut ini:
bunyi konsonan sebelumnya, yaitu - QS. an-Nahl: 2
َٰٓ ۡ
/‫ص‬/, sehingga bunyi /‫ص‬/ di sini ‫وح م ِۡن أَ ۡم ِرهِۦ َعلَى َمن‬
ِ ‫ٌُ َن ِّز ُل ٱل َملَ ِب َك َة بِٱل ُّر‬
berubah menjadi bunyi konsonan
/‫س‬/. Jadi mushaythiruun menjadi ‫َل إِلَ َه إِ ََّلَٰٓ أَ َنا‬
َٰٓ َ ‫ٌَ َشا َٰٓ ُء م ِۡن عِ َبا ِد ِه َٰٓۦ أَ ۡن أَن ِذر َُٰٓو ْا أَ َّنهُۥ‬
musaythiruun. Karena ada fonem
lain yang memisahkan antara ِ ُ‫َفٱ َّتق‬
ٕ ‫ون‬

fonem yang dipengaruhi /‫ ص‬/ dan


yang mempengaruhi /‫ط‬/, yaitu - QS. az-Zuhruf: 81:
fonem /ay/, maka di sini muncul
perubahan bunyi yang disebut َ ‫ان لِل َّر ۡح َم ِن َولَد َفأ َ َنا أَ َّو ُل ۡٱل َع ِبد‬
١ٔ ‫ٌِن‬ َ ‫قُ ۡل إِن َك‬
dengan asimilasi tidak
2) Lafadz ( ‫) ٰل ِك َّنا‬
langsung/distant assimilation
(mumaastalatu tabaa’udiyyah). Ada juga lafadz yang cara
membacanya sama hampir
3) Badal fathah dengan dlammah dengan lafadz ‫ اَ َنا‬yaitu lafadz ‫ ل ِك َّنا‬,
(ً ‫ضعفا‬
َ - ‫ف‬
ٍ ‫ضع‬
َ  ‫ف‬
ٍ ‫ ضُع‬- ‫;(ضُعفا‬ yakni apabila lafadz ‫ ل ِك َّنا‬dibaca
dlo‟fin – dlo‟fan boleh dibaca dlu‟fin washal maka nun harus dibaca
– dlu‟fan; seperti dalam QS.ar pendek( َّ‫)لكِن‬, sedangkan apabila
Ruum:54 dibaca waqaf maka nun tetap
‫ض ۡعف ُث َّم َج َع َل ِم ۢن‬ َّ
َ ‫۞ٱَّلل ُ ٱلَّذِي َخلَ َق ُكم مِّن‬ dibaca panjang (‫)ل ِك َّنا‬. Sebagaimana
yang terdapat pada QS. Al-Kahfi :
َ ٖ‫ف قُوَّ ّٗة ُث َّم َج َع َل ِم ۢن َب ۡع ِد قُوَّ ة‬
‫ض ۡعفا‬ ٖ ‫ض ۡع‬
َ ‫َب ۡع ِد‬
38
َ ٌَ ‫ة ٌَ ۡخل ُ ُق َما‬ّٞۚٗ ‫َو َش ٌۡ َب‬
٘ٗ ‫ ُء َوه َُو ۡٱل َعلٌِ ُم ۡٱل َقدٌِ ُر‬ٞۚ َٰٓ ‫شا‬ َّ ‫ٰلَّ ِك َّنا ه َُو‬
ُ ‫َل أ ُ ۡش ِر‬
ٖ١ ‫ك ِب َرب ًَِّٰٓ أَ َح ّٗدا‬ َٰٓ َ ‫ٱَّلل ُ َر ِّبً َو‬

Jadi proses perubahan bunyi yang


kecuali dalam surat al
terjadi yaitu antara bunyi-bunyi
Qoshosh:45, (ّ ‫ولكنا‬ّ ‫) ولكنا‬, na-nya
vokal, dimana bunyi vokal /a/
tetap dibaca panjang
diganti dengan bunyi vokal /u/.
ّٗ ‫َو ٰلَ ِك َّنا أَن َش ۡأ َنا قُر‬
‫ ُر َو َما‬ٞۚ ‫ُونا َف َت َط َاو َل َعلَ ٌۡ ِه ُم ۡٱل ُع ُم‬

‫او ٌّٗا ف ًَِٰٓ أَ ۡه ِل َم ۡد ٌَ َن َت ۡتلُو ْا َعلَ ٌۡ ِهمۡ َءا ٌَتِ َنا‬


ِ ‫ُكنتَ َث‬

َ ‫َولَ ِك َّنا ُك َّنا م ُۡرسِ ل‬


21
Marsono, Fonetik, (Yogyakarta: ٗ٘ ‫ٌِن‬
Gadjah Mada University Press, 1999), hlm. 108.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
71
3) Lafadz ( ‫ َق َو ِار ٌْ َرا‬،‫ ال ُّظ ُن ْو َنا‬،‫س ْو ََل‬
ُ ‫الر‬
َّ ) - ‫قوارٌرا*قوارٌرا‬...

Sebagian ulama qurra’ membaca


- Jika waqof (berhenti) di akhir
lafadz-lafadz diatas dengan
ayat 15, ro-nya dibaca panjang;
harakat tanwin, sedangkan qira’ah
- Awal ayat 16, ro-nya dibaca
Imam Ashim riwayat Hafs tidak
pendek;
memakai harakat tanwin pada
- Jika dibaca washol (disambung),
lafadz-lafadz tersebut. Dan apabila
kedua ro-nya dibaca pendek;
membaca waqaf pada lafadz-
- Jika waqof (berhenti) di qowariiro
lafadz tersebut, qira’ah Imam
yang kedua, ro-nya dibaca sukun
Ashim riwayat Hafs tetap
menyertakan alif atau dibaca Contohnya di QS ad Dahr atau al
panjang, sedangkan tidak Insan: 15-16
menyertakan (membaca) alif atau
ٖ ‫َو ٌُ َطافُ َعلَ ٌۡ ِهم ِب َانٌَِةٖ مِّن ِفضَّةٖ َوأَ ۡك َو‬
‫اب َكا َن ۡت‬
dibaca pendek apabila huruf
terakhir lafadz-lafadz tersebut ّٗ ‫ضةٖ َق َّدرُو َها َت ۡقد‬
‫ٌِرا‬ َّ ِ‫ٌر ْا ِمن ف‬ ِ ‫ٌرا ٘ٔ* َق َو‬
َ ‫ار‬ ِ ‫َق َو‬
َ ‫ار‬
diwashalkan.
ٔٙ
- (‫ الذنونا*هنالك‬ ‫ هنالك‬- ‫ )الظنون‬seperti
dalam QS. al-Ahzab: 10-11 - Jika dibaca washol (disambung),
la-nya dibaca pendek, jika
‫إِ ۡذ َجآَٰءُو ُكم مِّن َف ۡو ِق ُكمۡ َوم ِۡن أَ ۡس َف َل مِن ُكمۡ َوإِ ۡذ‬
terpaksa waqof (berhenti) , boleh
‫ۡٱل َح َنا ِج َر‬ ُ‫ت ۡٱلقُلُوب‬ َ ‫ت ۡٱۡلَ ۡب‬
ِ َ‫ص ُر َو َبلَغ‬ ِ َ‫َزاغ‬ dibaca sukun atau panjang 1 alif,
salaasil – salaasila )‫( سًلسًل‬
ِ َّ ‫ون ِب‬
ًَِ ‫ٱَّلل ٱل ُّظ ُنو َنا ٓٔ* ُه َنالِ َك ۡٱب ُتل‬ ُ ‫َو َت‬
َ ‫ظ ُّن‬ )‫ سًلسل‬seperti dalam surat ad
Dahr atau al Insan: 4
َ ‫ۡٱلم ُۡؤ ِم ُنو َن َو ُز ۡل ِزلُو ْا ِز ۡل َز ّٗاَل‬
ٔٔ ‫شد ٌِّٗدا‬
ٗ ‫س ٰلَسِ َالْ َوأَ ۡغلَ ًّٗل َو َس ِعٌرً ا‬ َ ‫إِ َّنا َٰٓ أَ ۡع َت ۡد َنا ل ِۡل َكف ِِر‬
َ ‫ٌن‬
- ( ‫ الرسوَل* وقالوا‬ ‫وقالوا‬- ‫ الرسول‬dan
‫ السبٌال * ربنا‬ ‫ السبٌل‬- ‫ )ربنا‬seperti g. Huruf mad alif (‫ )ا‬yang dibaca
dalam QS. al-Ahzab:66-67 pendek.

1) Fa‟ nya dibaca pendek, ) ‫أفابن‬ (


َ ُ‫ار ٌَ ُقول‬
َٰٓ‫ون ٌَلَ ٌۡ َت َنا‬ ِ ‫ٌَ ۡو َم ُت َقلَّبُ وُ جُو ُههُمۡ فًِ ٱل َّن‬
‫ أفبن‬dalam QS. Ali Imron: 144
َٰٓ‫* َو َقالُو ْا َر َّب َنا َٰٓ إِ َّنا‬٦٦ ‫وَل‬
َ ‫س‬ َّ ‫ٱَّلل َوأَ َط ۡع َنا‬
ُ ‫ٱلر‬ َ َّ ‫أَ َط ۡع َنا‬ ‫َو َما م َُح َّمد إِ ََّل َرسُول َق ۡد َخ َل ۡت ِمن َق ۡبلِ ِه‬

*٦٦ ‫ٱلس ِب ٌَال‬ َ َ ‫أَ َط ۡع َنا َسادَ َت َنا َو ُك َب َرآَٰ َء َنا َفأ‬
َّ ‫ضلُّو َنا‬ ‫ ُل أَ َفإ ِ ٌْن مَّاتَ أَ ۡو قُ ِت َل ٱن َقلَ ۡب ُتمۡ َعلَ َٰٓى‬ٞۚ ‫ٱلرُّ ُس‬

‫ب َو ۡٱل َع ۡنهُمۡ لَ ۡع ّٗنا‬


ِ ‫َر َّب َنا َٰٓٓ َءات ِِهمۡ ضِ ۡع َف ٌۡ ِن م َِن ۡٱل َع َذا‬ َّ َّ‫م َو َمن ٌَن َقل ِۡب َعلَى َعقِ َب ٌۡ ِه َفلَن ٌَضُر‬ٞۚۡ ‫أَ ۡع َق ِب ُك‬
َ‫ٱَّلل‬
ٙ١ ‫َك ِب ٌّٗرا‬ ٔٗٗ ‫ٌن‬ َّ ‫ّا َو َس ٌَ ۡج ِزي‬ٞۗ ٌّٗ ۡ ‫َش‬
َّ ‫ٱَّلل ُ ٱل‬
َ ‫شك ِِر‬

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
72
‫من نبائ ( ‪2) Ba‟nya dibaca pendek,‬‬ ‫‪6) Semua tulisan wa, yang diikuti alif,‬‬
‫‪) dalam QS al-An‟am: 34‬من نبا‪‬‬ ‫‪wa-nya dibaca panjang, kecuali:‬‬

‫ص َبرُو ْا َعلَى َما‬ ‫َولَ َق ۡد ُك ِّذ َب ۡت ُرسُل مِّن َق ۡبلِ َ‬


‫ك َف َ‬ ‫‪), dalam QS. ar-Ra‟du:‬لتتلو‪‬لتتلوا ( ‪-‬‬
‫ُك ِّذبُواْ َوأ ُ ُ‬ ‫‪30‬‬
‫وذواْ َح َّت َٰٓى أَ َتىهُمۡ َن ۡ‬
‫ص ُر َن ۚ‪ٞ‬ا َو ََل ُم َب ِّد َل‬
‫ك ف ًَِٰٓ أُمَّةٖ َق ۡد َخلَ ۡت ِمن َق ۡبلِ َهآَٰ أ ُ َمم‬
‫ك أَ ۡر َس ۡل َن َ‬
‫َك َذ لِ َ‬
‫ي ۡٱلم ُۡر َسل َ‬
‫ٌِن‬ ‫ك ِمن َّن َبإِ ْ‬ ‫ت َّ ِۚ‪ٞ‬‬
‫ٱَّلل َولَ َق ۡد َجا َٰٓ َء َ‬ ‫لِ َكلِ َم ِ‬
‫ك َوهُمۡ ٌَ ۡكفُر َ‬
‫ُون‬ ‫لِّ َت ۡتل ُ َو ْا َعلَ ٌۡ ِه ُم ٱلَّ ِذ َٰٓي أَ ۡو َح ٌۡ َنا َٰٓ إِلَ ٌۡ َ‬
‫ٖٗ‬
‫ِبٱل َّر ۡح َم ۚ‪ِ ٞ‬ن قُ ۡل ه َُو َربًِّ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّل ه َُو َعلَ ٌۡ ِه‬
‫‪3) Semua tulisan malaaihim, la- nya‬‬
‫َت َو َّك ۡل ُ‬
‫ت َوإِلَ ٌۡ ِه َم َتا ِ‬
‫ب ٖٓ‬
‫‪) dalam‬ملبهم‪‬مالبهم ( ‪dibaca pendek‬‬
‫‪QS. Yunus: 83‬‬
‫‪), dalam QS. al‬لن ندعو ‪ ‬لن ندعوا( ‪-‬‬
‫َف َما َٰٓ َءا َم َن لِمُو َس َٰٓى إِ ََّل ُذرِّ ٌَّة مِّن َق ۡو ِمهِۦ َعلَى‬ ‫‪Kahfi: 14‬‬

‫َل ٌْ ِهمۡ أَن ٌَ ۡف ِت َنه ۡۚ‪ُٞ‬م َوإِنَّ‬ ‫َو َر َب ۡط َنا َعلَى قُلُوبِ ِهمۡ إِ ۡذ َقامُو ْا َف َقالُو ْا َر ُّب َنا َربُّ‬
‫ف مِّن ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ‬
‫َخ ۡو ٖ‬

‫ض َوإِ َّنهُۥ لَم َِن ۡٱلم ُۡس ِرف َ‬


‫ٌِن‬ ‫ال فًِ ۡٱۡلَ ۡر ِ‬
‫ف ِۡر َع ۡو َن لَ َع ٖ‬ ‫ت َو ۡٱۡلَ ۡر ِ‬
‫ض لَن َّن ۡد ُع َواْ ِمن ُدو ِن ِهۦَٰٓ إِلَهّٗ ۖٓا‬ ‫ٱل َّس َم َو ِ‬

‫ٖ‪١‬‬ ‫لَّ َق ۡد قُ ۡل َنا َٰٓ إِ ّٗذا َش َط ًطا ٗٔ‬

‫‪4) Semua tulisan malaaihii, la-nya‬‬ ‫‪-‬‬ ‫(‬ ‫‪‬نبلوا‬ ‫نبلو‬ ‫‪(,‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪QS.‬‬
‫‪) dalam‬ملبه ‪ ‬مالبه ( ‪dibaca pendek‬‬ ‫‪Muhammad: 31‬‬
‫‪QS.al-Mu‟minun: 46‬‬ ‫ِم ن ُك مۡ‬ ‫ۡٱلم َُج ِه د َ‬
‫ٌِن‬ ‫َن ۡع لَ َم‬ ‫َح َّت ى‬ ‫َو لَ َن ۡب ل ُ َو َّن ُك مۡ‬
‫ٱس َت ۡك َبرُو ْا َو َكا ُنو ْا َق ۡومًا‬ ‫إِلَى ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ‬
‫َل ٌْهِۦ َف ۡ‬
‫ٌن َو َن ۡب ل ُ َو اْ أَ ۡخ َب ا َر ُك مۡ ٖٔ‬
‫ص بِ ِر َ‬
‫َو ٱل َّ‬
‫ٌِن ‪ٗٙ‬‬
‫َعال َ‬
‫‪) , dalam QS. ar‬لٌربو ‪ ‬لٌربوا( ‪-‬‬
‫‪ ‬مابتٌن ) ‪5) Mim-nya dibaca pendek‬‬ ‫‪Ruum:39‬‬
‫‪( dalam QS. al-‬مبة‪‬مابة ) ‪) dan‬مبتٌن‬
‫َو َمآَٰ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن رِّ ّٗبا لِّ ٌَ ۡر ُب َو ْا ف ًَِٰٓ أَ ۡم َو ِل ٱل َّن ِ‬
‫اس َف ًَل‬
‫‪Anfal: 65‬‬
‫ٌَ ۡربُو ْا عِ ن َد َّ ۖٓ ِ‬
‫ٱَّلل َو َما َٰٓ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن َز َكوةٖ ُت ِرٌ ُد َ‬
‫ون‬
‫ٌِن َعلَى ۡٱل ِق َت ۚ‪ِ ٞ‬‬
‫ال إِن‬ ‫ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱل َّن ِبًُّ َحرِّ ِ‬
‫ض ۡٱلم ُۡؤ ِمن َ‬
‫ك ُه ُم ۡٱلم ۡ‬ ‫َٰٓ‬
‫ُض ِعفُ َ‬
‫ون ‪ٖ٦‬‬ ‫ٱَّلل َفأ ُ ْولَ ِب َ‬
‫َو ۡج َه َّ ِ‬
‫ُون ٌَ ۡغلِبُو ْا ِماْ َب َت ٌۡ ِن‬
‫ص ِبر َ‬ ‫ٌَ ُكن مِّن ُكمۡ عِ ۡشر َ‬
‫ُون َ‬
‫لٌبلوا( ‪-‬‬ ‫‪‬‬ ‫(لٌبلو‬ ‫‪,‬‬ ‫‪dalam‬‬ ‫‪QS.‬‬
‫َوإِن ٌَ ُكن مِّن ُكم ِّماْ َبة ٌَ ۡغلِب َُٰٓو ْا أَ ۡل ّٗفا م َِّن ٱلَّذ َ‬
‫ٌِن‬
‫‪Muhammad:4‬‬
‫َك َفرُو ْا ِبأ َ َّنهُمۡ َق ۡوم ََّل ٌَ ۡف َقه َ‬
‫ُون ٘‪ٙ‬‬ ‫ب َح َّت َٰٓى إِ َذآَٰ‬ ‫َفإِ َذا لَقٌِ ُت ُم ٱلَّذ َ‬
‫ٌِن َك َفرُو ْا َف َ‬
‫ض ۡر َ‬
‫ب ٱلرِّ َقا ِ‬

‫شدُّو ْا ۡٱل َو َثاقَ َفإِمَّا َم ۢ َّنا َب ۡع ُد َوإِمَّا ِف َدآَٰ ًء‬


‫أَ ۡث َخن ُتمُوهُمۡ َف ُ‬

‫‪OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017‬‬
‫‪73‬‬
ُ ‫ٱَّلل‬ َ ‫ض َع ۡٱل َح ۡربُ أَ ۡو َز‬
َ ٓۖ ‫ا َذ ِل‬ٞۚ ‫ار َه‬
َّ ‫ك َولَ ۡو ٌَ َشآَٰ ُء‬ َ ‫َح َّتى َت‬ Sebagaimana diketahui vokal
panjang atau mad adalah vokal yang
‫ض‬ َ ‫ص َر م ِۡنهُمۡ َولَكِن لِّ ٌَ ۡبلُ َو ْا َب ۡع‬
ّٞۗ ٖ ‫ض ُكم ِب َب ۡع‬ َ ‫َلَن َت‬
pada saat pengucapannya
ٗ ۡ‫ٱَّلل َفلَن ٌُضِ َّل أَ ۡع َملَهُم‬
ِ َّ ‫ٌل‬
ِ ‫ٌِن قُ ِتلُو ْا فًِ َس ِب‬
َ ‫َوٱلَّذ‬ memerlukan tempo dua kali dari
tempo mengucapkan vokal pendek.
7) Semua tulisan tsamuuda, da-nya Para ulama ahli bahasa Arab
dibaca pendek, jika terpaksa menamakan vokal panjang ini dengan
waqof (berhenti), da-nya dibaca huruf mad yang terdiri dari tiga. Yaitu
sukun (mati), tsamuud ( ‫ ثمودا‬ ‫ثمود‬ alif yang didahului oleh fathah, seperti
) seperti dalam: ‫ كما‬،‫ جاء‬،‫ قام‬. Kemudian wawu yang
- QS. Huud: 68 didahului oleh dhammah misalnya,
‫ نور‬،‫ سرور‬dan yang terakhir adalah ya’
َٰٓ َ َ‫ّا َٰٓ أ‬ٞۗ ‫َكأَن لَّمۡ ٌَ ۡغ َن ۡو ْا ِفٌ َه‬
‫ُّم أَ ََل‬ٞۗۡ ‫َل إِنَّ َثمُودَ ْا َك َفرُو ْا َر َّبه‬
yang didahului oleh kasrah seperti ،‫قٌل‬
ٙ١ ‫ب ُۡع ّٗدا لِّ َث ُمو َد‬ ‫ مؤمنٌن‬.22

- QS. al-Furqan:38 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi

َ ‫ب ٱلرَّ سِّ َوقُرُو ۢ َنا َب ٌۡ َن َذ ِل‬ ۡ َ‫َو َع ّٗادا َو َثمُودَ ْا َوأ‬ Perubahan Bunyi pada Bacaan
‫ك‬ َ ‫ص َح‬
Gharib dalam Alquran
ٖ١ ‫َكث ٌِّٗرا‬ Dari hasil analisis data yang
dilakukan peneliti terhadap bacaan-
- QS. an-Najm:51 bacaan gharib menurut Imam Ashim
٘ٔ ‫َو َث ُمو َد ْا َف َما َٰٓ أَ ۡب َقى‬ dalam ayat-ayat alquran, ditemukan
- QS. al-Ankabut:38 beberapa faktor yang melatarbelakangi
terjadinya perubahan bunyi pada
‫َو َع ّٗادا َو َثمُودَ ْا َو َقد َّت َبٌ ََّن لَ ُكم مِّن َّم َس ِكن ِِه ۡۖٓم َو َزٌ ََّن‬
bacaan-bacaan gharib sebagai berikut:
‫ٌل َو َكا ُنو ْا‬ َ ‫لَ ُه ُم ٱل َّش ٌۡ َطنُ أَ ۡع َملَهُمۡ َف‬
ِ ‫ص َّدهُمۡ َع ِن ٱلس َِّب‬ a. Bacaan Imalah, seperti dalam QS.
Huud:41
َ ‫م ُۡس َت ۡبصِ ِر‬
ٖ١ ‫ٌن‬
َٰٓ ‫ا‬ٞۚ ‫ر ٰى َها َوم ُۡر َسى َه‬ٜ ‫ٱَّللِ َم ۡج‬
َّ ‫۞و َقا َل ۡٱر َكبُو ْا فٌِ َها ِب ۡسم‬
ِ َ
Proses perubahan bunyi yang
terjadi pada lafadz-lafadz di atas yaitu ٗٔ ‫إِنَّ َربًِّ لَ َغفُور رَّ حٌِم‬
perubahan bunyi dari harakat
Faktor yang mempengaruhi
thawilah (mad) berupa huruf alif ( ‫)ا‬
adanya perubahan bunyi dari bacaan
yang dibaca panjang menjadi harakat
imalah ini diantaranya adalah adanya
qashirah berupa bunyi fathah ( َٓ )
perbedaan alat ucap pada setiap
yang dibaca pendek. Kecuali bunyi
wawu yang diikuti alif dalam lafadz-
lafadz; ‫ لِّ َت ۡتل ُ َو ْا‬, ‫لَن َّن ۡدع َُو ْا‬, ‫و َن ۡبل ُ َو ْا‬,
َ ‫لٌِّ َۡرب َُو ْا‬, dan
22
Kamal Muhammad Bisyr. Al-Ashwat
al-Lughawiyah, (Kairo, Makttabah as-Syabab,
‫لٌِّ َۡبل ُ َو ْا‬
1990) I, hlm. 85.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
74
bangsa. Perbedaan ini biasanya /‫ق‬/ dengan [g], seperti jamal [yamal],
terjadi secara turun menurun atau qolam [golam].
diwariskan. Dan disebabkan oleh Selain itu penyebab terjadinya
faktor sosial, psikis, dan juga imalah dalam tinjauan fonologi Arab
pengaruh lingkungan geografis. adalah karena adanya faktor interaksi
Contohnya adanya beberapa lahjah antar bunyi dalam satu kata. Adanya
(dialek) yang kita temukan dalam interaksi bunyi, disebabkan adanya
bahasa Arab. Seperti lahjah Iraq, bunyi-bunyi yang berdekatan dalam
Syam, Najd, Hijaz, Yaman, Mesir dan kata. Baik itu antara bunyi konsonan
23
sebagainya. Sedangkan bacaan maupun vokal, yang berbeda makhraj
imalah terjadi pada dialek bahasa ataupun yang sama. Dalam kasus
Arab penduduk Najd dari suku imalah ini interaksi yang terjadi yaitu
24
Tamim, Qays dan Asad. Sedangkan antara bunyi vokal, dimana terjadi
menurut Umar faktor ini termasuk tarik menarik antara dua harakat yang
dalam prinsip keseimbangan. Dalam berbeda, yaitu tarik menarik antara
hal ini perkembangan bunyi bahasa fathah /a/ dengan kasrah /i/, sehingga
sangat dipengaruhi oleh dialek dari bunyi yang terjadi bukan fathah dan
setiap komunitas bahasa. Martinet bukan kasrah tetapi bunyi lain, yaitu
mengemukakan bahwa /e/.25
perkembangan kebahasaan tidak
terjadi karena kebetulan atau karena b. Bacaan Isymam , seperti pada
fenomena yang tidak saling terkait. lafadz “‫”َل َتأْ َم َّنا‬
َ dalam QS. Yusuf: 11

Perkembangan itu ternyata tunduk


pada aturan atau konvensi tertentu.
َ ‫ك ََل َت ۡأ َم َّنا َعلَى ٌُوس‬
‫ُف َوإِ َّنا لَهُۥ‬ َ َ‫َقالُو ْا ٌََٰٓأ َ َبا َنا َمال‬
Salah satu bukti dari pernyataan itu, َ ‫لَ َنصِ ح‬
ٔٔ ‫ُون‬
dialek Cairo yang mengucapkan /‫ج‬/
dengan [g] tidak mengucapkan /‫ق‬/ Penyebab terjadinya isymam
dengan [g] tetapi dengan [?], seperti dalam tinjauan fonologi Arab adalah
‫جدال‬/jidal/ [gidal] „debat‟ dan ‫قلم‬/qolam/ karena adanya faktor interaksi antar
[?lam] „pena‟. Sebaliknya, dialek bunyi dalam satu kata, Adanya
Yaman yang mengucapkan /‫ج‬/ interaksi bunyi, disebabkan adanya
dengan [y], bukan [g], mengucapkan bunyi-bunyi yang berdekatan dalam
kata. Baik itu antara bunyi konsonan
maupun vokal, yang berbeda makhraj
23
Ali Wafa, „Abdul Wahid, „Ilmu al- ataupun yang sama.
Lughah, (Kairo: al-Maktabah al-Ahliyah, 1962),
hlm. 289.
24
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari,
25
Fonetik & Fonologi Alquran, (Jakarta: Amzah, Nasution, Ahmad Sayuti Anshari,
2012), hlm. 69. Bunyi Bahasa, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 93.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
75
c. Bacaan Tashil, seperti dalam QS. menurut Gurtius Whitney,
Fushshilat:44 perkembangan bunyi bahasa
dipengaruhi oleh kecenderungan
ِّ ُ‫َولَ ۡو َج َع ۡل َن ُه قُ ۡر َءا ًنا أَ ۡع َج ِم ّٗ ٌّا لَّ َقالُو ْا لَ ۡو ََل ف‬
‫صلَ ۡت َءا ٌَ ُت ُه ۖٓ َٰٓۥ‬
manusia untuk melakukan segala
َ ‫ًّّ قُ ۡل ه َُو ِللَّذ‬ٞۗ ‫َءا ۡع َجمًِّ َو َع َر ِب‬
‫ء‬ٞۚ َٰٓ‫ٌِن َءا َم ُنو ْا ه ُّٗدى َوشِ َفا‬ sesuatu, termasuk dalam
mengucapkan bunyi bahasa. Ketika
ۡ‫ون ف ًَِٰٓ َءا َذان ِِهمۡ َو ۡقر َوه َُو َعلَ ٌۡ ِهم‬ َ ‫َوٱلَّذ‬
َ ‫ٌِن ََل ٌ ُۡؤ ِم ُن‬ berbicara dengan orang lain
َٰٓ seseorang akan selalu mencari cara
ِ ۢ ‫ادَو َن مِن َّم َك‬
ٗٗ ٖ‫ان َبعٌِد‬ َ ‫ًى أ ُ ْولَ ِب‬ٞۚ ‫َعم‬
ۡ ‫ك ٌُ َن‬
pengujaran yang paling mudah.
Alasan lafadz ‫ َءاَعْ جَ مِى‬dibaca Pedukung teori ini mengemukakan
tashil, juga disebabkan adanya faktor bahwa perkembagan bunyi bahasa
interaksi antar bunyi dalam satu kata, terjadi secara spontan, tanpa disadari.
Adanya interaksi bunyi, disebabkan Ketika seseorang mengucapkan bunyi
adanya bunyi-bunyi yang berdekatan bahasa tertantu dengan
dalam kata. Baik itu antara bunyi memperingan, ia tidak merasa bahwa
konsonan maupun vokal, yang ia telah melakukan perubahan pada
berbeda makhraj ataupun yang sama, bunyi bahasa yang diucapkan. Jadi
yaitu karena adanya dua hamzah proses tersebut terjadi secara
qatha’ bertemu dan berurutan pada spontan.
satu lafadz, bagi lisan orang Arab
d. Bacaan naql seperti pada QS.al-
merasa berat melafadzkannya,
sehingga lafadz tersebut bisa Hujurat: 11.
ditashilkan (diringankan).
َ ‫ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱلَّذ‬
‫ٌِن َءا َم ُنو ْا ََل ٌَ ۡس َخ ۡر َق ۡوم مِّن َق ۡو ٍم َع َس َٰٓى أَن‬
Faktor ini oleh Umar disebut
dengan prinsip efisiensi tenaga (The ‫ٌَ ُكو ُنو ْا َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنهُمۡ َو ََل ِن َسآَٰء مِّن ِّن َسآَٰ ٍء َع َس َٰٓى أَن‬
Low Of Least Effort). Dalam bahasa
‫ٌَ ُكنَّ َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنه ُۖٓنَّ َو ََل َت ۡل ِم ُز َٰٓو ْا أَنفُ َس ُكمۡ َو ََل َت َنا َب ُزو ْا‬
lisan, setiap pembicara cenderung
memilih cara yang paling efisien, ۡ
ۡ‫ ِن َو َمن لَّم‬ٞۚ ‫ٱۡلٌ َم‬ ُ ‫س ٱَل ِۡس ُم ۡٱلفُس‬
َ ‫ب ِب ۡب‬ ِ ٓۖ ‫ِب ۡٱۡلَ ۡل َق‬
ِ ‫ُوق َب ۡع َد‬
dalam arti mencari yang lebih mudah
َٰٓ
dengan hasil maksimal. Dengan َ ‫ٱلظلِ ُم‬
ٔٔ ‫ون‬ َ ‫ٌَ ُت ۡب َفأ ُ ْو َلب‬
َّ ‫ِك ُه ُم‬
prinsip ini seorang pembicara akan
Alasan dibaca naql pada lafadz
mengganti fonem-fonem yang dirasa
berat untuk diucapkan dengan fonem ِ ‫ ا‬adalah juga disebabkan adanya
‫اْلسام‬
faktor interaksi antar bunyi dalam
yang lebih mudah selama hal itu
satu kata. Adanya interaksi bunyi
memudahkan dan tidak merubah
disebabkan adanya bunyi-bunyi yang
makna. Sedangkan Anis dalam teori
berdekatan dalam kata. Baik itu
kemudahannya mengatakan bahwa
antara bunyi konsonan maupun

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
76
vokal, yang berbeda makhraj ataupun kedua bunyi tersebut berada dalam
yang sama, yaitu karena adanya dua satu makhraj, yaitu konsonan alveolar
hamzah washal, yakni hamzah al (‫ )لثوٌة‬yang terdiri dari ‫ ص‬،‫ س‬،‫ ر‬،‫ ز‬.
ta’rif dan hamzah ismu yang Dan untuk memudahkan dalam
mengapit lam, sehingga kedua pengucapan, dimana factor ini oleh
hamzah tersebut tidak terbaca Umar disebut dengan prinsip efisiensi
apabila disambung dengan kata tenaga (The Low Of Least Effort).
sebelumnya. Dalam bahasa lisan, setiap pembicara
cenderung memilih cara yang paling
e. Badal (Mengganti)
efisien, dalam arti mencari yang lebih
1) Badal ‫ ء‬dengan ًِْ‫ت ا ْب ُت ْون‬
ِ ‫)ي (فًِ السَّمو‬ mudah dengan hasil maksimal.
pada QS. Al-Ahqaf : 4, Dengan prinsip ini seorang pembicara
akan mengganti fonem-fonem yang
ِ ‫…أَ ْم لَ ُه ْم شِ رْ ٌۭك فِى ٱلسَّمو‬
ٍ ۢ ‫ت ۖٓ ٱ ْب ُتونِى ِب ِك َت‬
…‫ب‬
dirasa berat untuk diucapkan dengan
2) Badal ‫ ص‬dengan ‫ط( س‬ ُ ‫ْص‬
ُ ‫ َو ٌَب‬dan fonem yang lebih mudah selama hal
ْ ‫ ) ب‬dalam QS. Al-Baqarah : 245
‫َص َط ًة‬ itu memudahkan dan tidak merubah
ْ ‫ب‬
dan lafadz ‫َص َط ًة‬ dalam QS. Al- makna. Sedangkan Anis mengatakan
A‟raf : 69. bahwa menurut Gurtius Whitney,
perkembangan bunyi bahasa
َ َّ ُ‫مَّن َذا ٱلَّ ِذي ٌ ُۡق ِرض‬
َ ٌ‫ٱَّلل َق ۡرضً ا َح َس ّٗنا َف‬
‫ُض ِع َفهُۥ‬
dipengaruhi oleh kecenderungan
ُ ‫ص‬
‫ط َوإِلَ ٌۡ ِه‬ َّ ‫ة َو‬ّٞۚٗ ‫ٌِر‬
ُ ‫ٱَّللُ ٌَ ۡق ِبضُ َو ٌَ ۡب‬ ۡ َ‫لَ ُهۥَٰٓ أ‬
َ ‫ض َع ّٗافا َكث‬ manusia untuk melakukan segala
sesuatu, termasuk dalam
َ ‫ُت ۡر َجع‬
ٕٗ٘ ‫ُون‬ mengucapkan bunyi bahasa. Ketika

‫أَ َو َع ِج ۡب ُتمۡ أَن َجا َٰٓ َء ُكمۡ ذ ِۡكر مِّن رَّ ِّب ُكمۡ َعلَى َرج ُٖل‬ berbicara dengan orang lain
seseorang akan selalu mencari cara
‫م َو ۡٱذ ُكر َُٰٓو ْا إِ ۡذ َج َعلَ ُكمۡ ُخلَ َفا َٰٓ َء م ِۢن َب ۡع ِد‬ٞۚۡ ‫مِّن ُكمۡ لٌُِنذ َِر ُك‬ pengujaran yang paling mudah.
Pedukung teori ini mengemukakan
ْ‫ص َط ّٗۖٓة َف ۡٱذ ُكر َُٰٓوا‬
ۡ ‫َق ۡوم ُنوح َو َزادَ ُكمۡ فًِ ۡٱل َخ ۡلق َب‬
ِ ٖ ِ bahwa perkembagan bunyi bahasa
َ ‫ٱَّلل لَ َعلَّ ُكمۡ ُت ۡفلِح‬
ٙ٦ ‫ُون‬ ِ َّ ‫َء َاَلَٰٓ َء‬ terjadi secara spontan, tanpa disadari.
Ketika seseorang mengucapkan bunyi
Sebab-sebab digantinya huruf bahasa tertantu dengan
shad dengan siin pada kedua lafadz memperingan, ia tidak merasa bahwa
tersebut, selain karena disebabkan ia telah melakukan perubahan pada
adanya faktor interaksi antar bunyi bunyi bahasa yang diucapkan. Jadi
dalam satu kata, yaitu adanya bunyi- proses tersebut terjadi secara
bunyi yang berdekatan karena berada spontan. Sebagai contoh perbedaan
dalam satu makhraj, yaitu bunyi /‫ ط‬/ terdapat pada bunyi-bunyi berat atau
dan /‫ص‬/. Sebagaimana diketahui shaut majhur dan bunyi-bunyi ringan

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
77
atau shaut mahmus. Menurut Anis Dari beberapa bacaan badal di
teori ini disebut dengan teori atas, jika ditinjau dari kajian fonologi
kemudahan. Selain itu juga Arab dapat disimpulkan bahwa faktor
disebabkan karena mengembalikan yang mempengaruhinya adalah
ُ ‫ َب َس َط – ٌَ ْبس‬.
pada asal lafadznya, yaitu ‫ُط‬ adanya faktor interaksi antar bunyi
َۣ ‫اٱلم‬
Adapun pada lafadz َۣ‫ص اي ِطرون‬ dalam satu kata, Adanya interaksi
dalam QS. At-Thur : 37, huruf ‫ص‬ bunyi, disebabkan adanya bunyi-
boleh tetap dibaca shad dan boleh bunyi yang berdekatan dalam kata.
dibaca siin karena, pertama, Baik itu antara bunyi konsonan
mengembalikan pada asal lafadznya, maupun vokal, yang berbeda makhraj
َۣ ‫َۣس اي‬
yaitu ‫ط َۣر – ي َۣس اي ِطر‬ , kedua, ataupun yang sama.
menyesuaikan sifat ithbaq dengan
huruf sesudahnya (tha’) yang f. Lafadz-lafadz yang dibaca pendek
mempunyai sifat isti’la’. ketika washal dan panjang ketika
waqaf (‫ قصر‬dan ‫)مد‬
َ ‫ِّك أَمۡ ُه ُم ۡٱلم‬
َ ‫ُص ٌۡطِ ر‬
ٖ٣ ‫ُون‬ َ ‫أَمۡ عِ ن َدهُمۡ َخ َزآَٰبِنُ َرب‬
1) Lafadz ( ‫) اَ َنا‬
3) Badal fathah dengan kasroh ( ‫ف‬ ٍ ‫ضَع‬
Sebab-sebab lafadz ‫ اَۣوَۣا‬dibaca
ً ‫ ضَعفا‬-  ‫ف‬
ٍ ‫ ; ) ضُعفا – ضُع‬dlo’fin –
pendek ketika washal ( َۣ‫ )اَۣن‬kecuali
dlo’fan boleh dibaca dlu’fin –
lafadz ‫ ااْلَۣوَۣا ِم َۣل‬,‫ي‬
َّ ‫ اَۣوَۣا ِس‬,‫ اَۣوَۣابوا ا‬,‫َۣاب‬
َۣ ‫اَۣو‬, adalah
dlu’fan; seperti dalam QS. ar
karena fungsi alif tersebut hanya
Ruum:54
sebagai penjelas harakat seperti
ِ‫ف ُث َّم َج َع َل م ِۢن َب ۡعد‬
ٖ ‫ض ۡع‬ َّ
َ ‫۞ٱَّلل ُ ٱلَّذِي َخلَ َق ُكم مِّن‬ halnya menambahkan ha‟ ketika
ٞۚ waqaf (ha‟ sakt). Disamping itu
َ ٖ‫ف قُوَّ ّٗة ُث َّم َج َع َل م ِۢن َب ۡع ِد قُ َّوة‬
‫ض ۡع ّٗفا َو َش ٌۡ َب ّٗة‬ ٖ ‫ض ۡع‬
َ
juga, apabila ada isim yang
٘ٗ ‫ ُء َوه َُو ۡٱل َعلٌِ ُم ۡٱل َقدٌِ ُر‬ٞۚ َٰٓ‫ٌَ ۡخلُ ُق َما ٌَ َشا‬ hurufnya sedikit lalu di baca waqaf
dengan sukun, maka suaranya
Dibolehkannya membaca fathah akan terlihat janggal, sehingga
atau dlammah pada ‫ ض‬dalam lafadz ditambahkanlah alif supaya suara
‫ ضعاف‬karena dalam ilmu sharaf, lafadz nun tetap sebagaimana asal
‫ ضعف – يض َۣعف‬mempunyai dua masdar lafadznya. Sedangkan tidak
yaitu lafadz ‫ضعاف‬
َۣ dan lafadz ‫ضعاف‬, ditambahkannya alif pada waktu
seperti halnya lafadz ‫فقر‬ yang juga membaca washal pada lafadz
mempunyai dua masdar yaitu lafadz tersebut adalah karena nun sudah
‫ فَۣ اقر‬dan lafadz ‫ف اقر‬. Sehingga menurut berharakat.
qira‟ah Imam Hafs huruf dlad pada
lafadz ‫ ضعاف‬boleh dibaca fathah dan
boleh dibaca dlammah.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
78
2) Lafadz ‫ل ِك َّنا‬ diwashalkan. Hal ini disebabkan
Ada juga lafadz yang cara karena mencantumkan alif pada
membacanya sama hampir lafadz-lafadz tersebut adalah
dengan lafadz ‫ اَۣوَۣا‬yaitu lafadz ‫ل ِكىَّا‬,ٰ mengikuti rasm utsmani dan juga
yakni apabila lafadz ‫ ٰل ِكىَّا‬dibaca lafadz-lafadz tersebut masuk
washal maka nun harus dibaca dalam sighat muntahal jumu‟ yang
pendek( ‫) ٰل ِك َّه‬,sedangkan apabila termasuk isim ghairu munsharif
dibaca waqaf maka nun tetap sehingga tetap mencantumkan alif
ٰ Hal ini karena
dibaca panjang (‫)ل ِكىَّا‬. tidak ditanwin. Sedangkan lafadz
lafadz ‫ ٰل ِكىَّا‬berasal dari lafadz ‫أوا‬ ‫ السبيال‬،‫ الرسوْل‬،‫ الظىووا‬walaupun bukan
dan lafadz ‫لكه‬. Sebagaimana yang termasuk jama‟, namun lafadz-
terdapat pada QS. Al-Kahfi : 38 lafadz tersebut disesuaikan
dengan sya‟ir yang pada akhir
ُ ‫لَّ ِك َّن ۠ا ه َُو ٱ ََّّللُ َربًِّ َو ََلَٰٓ أ ُ ۡش ِر‬
ٖ١ ‫ك ِب َرب ًَِّٰٓ أَ َح ّٗدا‬ ba‟itnya terdapat fathah yang
Kecuali dalam surat al dipanjangkan dengan alif.
Qoshosh:45, (‫)ولكىا ← ولكىا‬, na-nya Sehingga lafadz-lafadz tersebut
tetap dibaca panjang tetap dibaca panjang ketika waqaf
dan dibaca pendek ketika washal.
ّٗ ‫َولَ ِك َّنا َٰٓ أَن َش ۡأ َنا قُر‬
‫ ُر َو َما‬ٞۚ ‫ُونا َف َت َط َاو َل َعلَ ٌۡ ِه ُم ۡٱل ُع ُم‬
- (‫ الذنونا*هنالك‬- ‫ هنالك‬- ‫ )الظنون‬seperti
‫او ٌّٗا ف ًَِٰٓ أَ ۡه ِل َم ۡد ٌَ َن َت ۡتلُو ْا َعلَ ٌۡ ِهمۡ َءا ٌَ ِت َنا‬
ِ ‫ُكنتَ َث‬ dalam QS. al-Ahzab: 10-11

َ ‫َولَ ِك َّنا ُك َّنا م ُۡرسِ ل‬


ٗ٘ ‫ٌِن‬ ‫إِ ۡذ َج ا َٰٓءُو ُك م مِّن َف ۡو قِ ُك مۡ َو ِم ۡن أ َ ۡس َف َل ِم ن ُك مۡ َو إِ ۡذ‬

ُّ ،‫الرَّ س ُْو ََل‬ ِ ‫ب ۡٱل َح َن ا‬


‫ج َر‬ ُ ‫ت ۡٱل قُلُو‬ َ ‫ت ۡٱۡل َ ۡب‬
ِ ‫ص ُر َو َب لَ َغ‬ ِ ‫َز ا َغ‬
ِ ‫ َق َو‬،‫الظ ُن ْو َنا‬
3) Lafadz ‫ار ٌْرَ ا‬

Sebagian ulama qurra‟ َ ِ‫ٱلظ نُ و َن ۠ا ٓٔ* ُه َن ال‬


ًَِ ‫ك ۡٱب ُت ل‬ ُّ ِ‫ٱَّلل‬ ُ ‫َو َت‬
َّ ِ‫ظ ُّنو َن ب‬
membaca lafadz-lafadz diatas
َ ‫ون َو ُز ۡل ِز ل ُواْ ِز ۡل َز ّٗاَل‬
ٔٔ ‫ش د ٌِّٗد ا‬ َ ُ‫ۡٱل م ُۡؤ ِم ن‬
dengan harakat tanwin, sedangkan
qira‟ah Imam Ashim riwayat Hafs - (‫ *وقالوا الرسوَل‬- ‫ الرسول‬- ‫ وقالوا‬dan ‫ربنا‬
tidak memakai harakat tanwin ‫ * السبًٌل‬- ‫ السبٌل‬- ‫ )ربنا‬seperti dalam
pada lafadz-lafadz tersebut. Dan QS. al-Ahzab:66-67
apabila membaca waqaf pada
lafadz-lafadz tersebut, qira‟ah َ ُ ‫ار ٌَقُول‬
َٰٓ ‫ون ٌَلَ ٌۡ َت َنا‬ ِ ‫ٌَ ۡو َم ُت َقلَّبُ وُ جُو ُههُمۡ فًِ ٱل َّن‬
Imam Ashim riwayat Hafs tetap ۠ َ ‫ٱَّللَ َوأَ َط ۡع َنا ٱلرَّ س‬
َّ ‫أَ َط ۡع َنا‬
َٰٓ ‫* َو َقالُو ْا َر َّب َنا َٰٓ إِ َّنا‬ٙٙ ‫ُوَل‬
menyertakan alif atau dibaca
panjang, sedangkan tidak ۠ َ ‫ضلُّو َنا ٱلسَّب‬
*ٙ٣ ‫ًٌل‬ َ َ ‫أَ َط ۡع َنا َسا َد َت َنا َو ُك َب َرآَٰ َء َنا َفأ‬
ِ
menyertakan (membaca) alif atau
‫ب َو ۡٱل َع ۡنهُمۡ لَ ۡع ّٗنا‬
ِ ‫َر َّب َنا َٰٓ َءات ِِهمۡ ضِ ۡع َف ٌۡ ِن م َِن ۡٱل َع َذا‬
dibaca pendek apabila huruf
terakhir lafadz-lafadz tersebut ٙ١ ‫َك ِب ٌّٗرا‬
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
79
‫‪...‬قوارٌرا*قوارٌرا ‪-‬‬ ‫‪3) Semua tulisan malaaihim, la- nya‬‬
‫‪) dalam‬ملبهم‪‬مالبهم ( ‪dibaca pendek‬‬
‫‪- Jika waqof (berhenti) di akhir‬‬ ‫‪QS. Yunus: 83‬‬
‫;‪ayat 15, ro-nya dibaca panjang‬‬
‫‪- Awal ayat 16, ro-nya dibaca‬‬ ‫َف َما َٰٓ َءا َم َن لِمُو َس َٰٓى إِ ََّل ُذرِّ ٌَّة مِّن َق ۡو ِمهِۦ َعلَى‬
‫;‪pendek‬‬
‫َلٌ ِْهمۡ أَن ٌَ ۡف ِت َنه ۡۚ‪ُٞ‬م َوإِنَّ‬
‫ف مِّن ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ‬
‫َخ ۡو ٖ‬
‫‪- Jika dibaca washol (disambung),‬‬
‫;‪kedua ro-nya dibaca pendek‬‬ ‫ض َوإِ َّنهُۥ لَم َِن ۡٱلم ُۡس ِرف َ‬
‫ٌِن‬ ‫ال فًِ ۡٱۡلَ ۡر ِ‬
‫ف ِۡر َع ۡو َن لَ َع ٖ‬
‫‪- Jika waqof (berhenti) di qowariiro‬‬
‫‪yang‬‬ ‫‪kedua,‬‬ ‫‪ro-nya‬‬ ‫‪dibaca‬‬ ‫ٖ‪١‬‬
‫‪sukun.‬‬
‫‪4) Semua tulisan malaaihii, la-nya‬‬
‫‪Contohnya di QS. ad Dahr‬‬ ‫‪) dalam‬ملبه ‪ ‬مالبه ( ‪dibaca pendek‬‬
‫‪atau al Insan: 15-16‬‬ ‫‪QS.al-Mu‟minun: 46‬‬

‫َو ٌُ َطافُ َع َل ٌۡ ِهم ِبَا ِنٌَةٖ مِّن ِفضَّةٖ َوأَ ۡك َوابٖ َكا َن ۡت‬ ‫ٱس َت ۡك َبرُو ْا َو َكا ُنو ْا َق ۡومًا‬ ‫إِلَى ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ‬
‫َل ٌْهِۦ َف ۡ‬

‫ٌر ْا مِن ِفضَّةٖ َق َّدرُو َها َت ۡقد ّٗ‬


‫ٌِرا‬ ‫ار َ‬ ‫َق َوار َ ۠‬
‫ٌرا ٘ٔ* َق َو ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٌِن ‪ٗٙ‬‬
‫َعال َ‬

‫‪ٔٙ‬‬ ‫‪ ‬مابتٌن ) ‪5) Mi-nya dibaca pendek‬‬


‫‪( dalam QS. al-‬مبة‪‬مابة ) ‪) dan‬مبتٌن‬
‫‪) yang dibaca‬ا( ‪g. Huruf mad alif‬‬ ‫‪Anfal: 65‬‬

‫ٌِن َعلَى ۡٱل ِق َت ۚ‪ِ ٞ‬‬ ‫ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱل َّن ِبًُّ َحرِّ ِ‬
‫ض ۡٱلم ُۡؤ ِمن َ‬
‫‪pendek.‬‬
‫ال إِن‬
‫‪‬أفابن ) ‪1) Fa‟ nya dibaca pendek,‬‬ ‫ُون ٌَ ۡغلِبُو ْا ِماْ َب َت ٌۡ ۚ‪ِ ٞ‬ن َوإِن‬
‫ص ِبر َ‬ ‫ٌَ ُكن مِّن ُكمۡ عِ ۡشر َ‬
‫ُون َ‬
‫‪( dalam QS. Ali Imron: 144‬أفبن‬
‫ٌَ ُكن مِّن ُكم ِّماْ َبة ٌَ ۡغلِب َُٰٓو ْا أَ ۡل ّٗفا م َِّن ٱلَّذ َ‬
‫ٌِن َك َفرُو ْا‬
‫َو َما م َُحمَّد إِ ََّل َرسُول َق ۡد َخلَ ۡت ِمن َق ۡبلِ ِه ٱلرُّ ُس ۚ‪ُ ٞ‬ل‬
‫ِبأ َ َّنهُمۡ َق ۡوم ََّل ٌَ ۡف َقه َ‬
‫ُون ٘‪ٙ‬‬
‫أَ َفإٌِْن مَّاتَ أَ ۡو قُتِ َل ٱن َقلَ ۡب ُتمۡ َعلَ َٰٓى أَ ۡع َق ِب ُك ۡۚ‪ٞ‬م َو َمن‬
‫‪6) Semua tulisan wa, yang diikuti alif,‬‬
‫ٱَّللَ َش ۡ ٌّٗ ۗ‪ّٞ‬ا‬
‫َّ‬ ‫ٌَن َقل ِۡب َعلَى َعقِ َب ٌۡ ِه َفلَن ٌَضُرَّ‬
‫‪wa-nya dibaca panjang, kecuali:‬‬
‫ٌن ٗٗٔ‬
‫شك ِِر َ‬ ‫َو َس ٌَ ۡج ِزي َّ‬
‫ٱَّلل ُ ٱل َّ‬
‫‪), dalam QS. ar-Ra‟du:‬لتتلو‪‬لتتلوا ( ‪-‬‬
‫من نبائ ( ‪2) Ba‟nya dibaca pendek,‬‬ ‫‪30‬‬
‫‪) dalam QS al-An‟am: 34‬من نبا‪‬‬
‫ك ف ًَِٰٓ أُمَّةٖ َق ۡد َخلَ ۡت مِن َق ۡبلِ َهآَٰ أ ُ َمم‬
‫ِك أَ ۡر َس ۡل َن َ‬
‫َك َذل َ‬
‫َولَ َق ۡد ُك ِّذ َب ۡت ُرسُل مِّن َق ۡبل َِك َف َ‬
‫ص َبرُو ْا َعلَى َما‬
‫ك َوهُمۡ ٌَ ۡكفُر َ‬
‫ُون‬ ‫لِّ َت ۡتل ُ َواْ َعلَ ٌۡ ِه ُم ٱلَّ ِذ َٰٓ‬
‫ي أَ ۡو َح ٌۡ َنا َٰٓ إِلَ ٌۡ َ‬
‫ُك ِّذبُو ْا َوأ ُ ُ‬
‫وذو ْا َح َّت َٰٓى أَ َتىهُمۡ َن ۡ‬
‫ص ُر َن ۚ‪ٞ‬ا َو ََل ُم َب ِّد َل‬
‫ِبٱل َّر ۡح َم ۚ‪ِ ٞ‬ن قُ ۡل ه َُو َربًِّ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّل ه َُو َعلَ ٌۡ ِه‬
‫ك مِن َّن َبإِيْ ۡٱلم ُۡر َسلِ َ‬
‫ٌن ٖٗ‬ ‫ت َّ ِۚ‪ٞ‬‬
‫ٱَّلل َولَ َق ۡد َجآَٰ َء َ‬ ‫لِ َكلِ َم ِ‬ ‫َت َو َّك ۡل ُ‬
‫ت َوإِلَ ٌۡ ِه َم َتا ِ‬
‫ب ٖٓ‬
‫‪OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017‬‬
‫‪80‬‬
- (‫ لن ندعوا‬ ‫)لن ندعو‬, dalam QS. al - QS. Huud: 68
Kahfi: 14
َٰٓ َ َ‫ّآَٰ أ‬ٞۗ ‫َكأَن لَّمۡ ٌَ ۡغ َن ۡو ْا فٌِ َه‬
‫ُّم أَ ََل‬ٞۗۡ ‫َل إِنَّ َثمُو َد ْا َك َفرُو ْا َر َّبه‬
ُّ‫وب ِهمۡ إِ ۡذ َقامُواْ َف َقالُو ْا َر ُّب َنا َرب‬ ۡ
ِ ُ‫َو َر َبط َنا َعلَى قُل‬
ٙ١ ‫ب ُۡع ّٗدا لِّ َث ُمو َد‬
ِ ‫ت َو ۡٱۡلَ ۡر‬
‫ض لَن َّن ۡدع َُو ْا مِن ُدو ِن ِهۦَٰٓ إِلَ ّٗه ۖٓا لَّ َق ۡد‬ ِ ‫ٱل َّس َم َو‬
- QS. al-Furqan:38
ٔٗ ‫قُ ۡل َنا َٰٓ إِ ّٗذا َش َط ًطا‬
َ ‫ب ٱلرَّ سِّ َوقُرُو ۢ َنا َب ٌۡ َن َذ ِل‬
‫ك‬ ۡ َ‫َو َع ّٗادا َو َث ُمو َد ْا َوأ‬
َ ‫ص َح‬
- (‫نبلوا‬  ‫(نبلو‬, dalam QS.
ٖ١ ‫َكث ٌِّٗرا‬
Muhammad: 31

ۡ‫مِن ُكم‬ َ ‫ۡٱلم َُج ِهد‬


‫ٌِن‬ ‫َن ۡعلَ َم‬ ‫َح َّتى‬ ۡ‫َولَ َن ۡبل ُ َو َّن ُكم‬ - QS. an-Najm:51

٘ٔ ‫َو َث ُمو َد ْا َف َما َٰٓ أَ ۡب َقى‬


َ ‫ٌن َو َن ۡبل ُ َو ْا أَ ۡخ َب‬
ٖٔ ۡ‫ار ُكم‬ َ ‫ص ِب ِر‬
َّ ‫َوٱل‬

- (‫ لٌربوا‬ ‫ )لٌربو‬, dalam QS. ar - QS. al-Ankabut:38


Ruum:39 ‫َو َع ّٗادا َو َث ُمو َد ْا َو َقد َّت َبٌ ََّن لَ ُكم مِّن م ََّس ِكن ِِه ۡۖٓم َو َزٌ ََّن‬

ِ ‫َو َما َٰٓ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن رِّ ّٗبا لِّ ٌَ ۡرب َُو ْا ف ًَِٰٓ أَ ۡم َو ِل ٱل َّن‬
‫اس َف ًَل‬ ‫ٌل َو َكا ُنو ْا‬ َ ‫لَ ُه ُم ٱل َّش ٌۡ َطنُ أَ ۡع َملَهُمۡ َف‬
ِ ‫ص َّدهُمۡ َع ِن ٱلس َِّب‬
‫ون‬ ِ ٓۖ َّ ‫ٌَ ۡربُو ْا عِ ن َد‬
َ ‫ٱَّلل َو َما َٰٓ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن َز َكوةٖ ُت ِرٌ ُد‬ َ ‫م ُۡس َت ۡبصِ ِر‬
ٖ١ ‫ٌن‬
ۡ ‫ك ُه ُم ۡٱلم‬ َٰٓ
َ ُ‫ُض ِعف‬
ٖ٦ ‫ون‬ َ ‫ٱَّلل َفأ ُ ْولَ ِب‬
ِ َّ ‫َو ۡج َه‬
Semua perubahan bunyi mad
- (‫ لٌبلوا‬ ‫ (لٌبلو‬, dalam QS. (alif) menjadi pendek ini dikarenakan
Muhammad:4 adanya faktor interaksi antar bunyi
dalam satu kata, yaitu interaksi yang
َٰٓ‫ب َح َّت َٰٓى إِ َذا‬ َ ‫ض ۡر‬
ِ ‫ب ٱلرِّ َقا‬ َ ‫َفإِ َذا لَقٌِ ُت ُم ٱلَّذ‬
َ ‫ٌِن َك َفرُو ْا َف‬ terjadi pada bunyi vokal, dimana vokal

‫شدُّو ْا ۡٱل َو َثاقَ َفإِمَّا َم ۢ َّنا َب ۡع ُد َوإِمَّا فِدَ آَٰ ًء‬


panjang diganti menjadi bunyi vokal
ُ ‫أَ ۡث َخن ُتمُوهُمۡ َف‬
pendek.
َّ ‫ك َولَ ۡو ٌَ َشآَٰ ُء‬
ُ ‫ٱَّلل‬ َ ‫ض َع ۡٱل َح ۡربُ أَ ۡو َز‬
َ ٓۖ ‫ا َذ ِل‬ٞۚ ‫ار َه‬ َ ‫َح َّتى َت‬ Sebagaimana vokal panjang,
vokal pendek dalam bahasa Arab juga
‫ض‬ َ ‫ص َر ۡمِنهُمۡ َولَ ِكن لِّ ٌَ ۡبل ُ َو ْا َب ۡع‬
ّٞۗ ٖ ‫ض ُكم ِب َب ۡع‬ َ ‫َلَن َت‬ terbagi menjadi tiga. Sebagaimana

ٗ ۡ‫ٱَّلل َفلَن ٌُضِ َّل أَ ۡع َملَهُم‬


ِ َّ ‫ٌل‬
ِ ‫ٌِن قُ ِتلُو ْا فًِ َس ِب‬
َ ‫َوٱلَّذ‬
dikatakan oleh Ibnu Jini yang diikuti oleh
Dr. Ibrahim Anis bahwa vokal pendek
7) Semua tulisan tsamuuda, da-nya dalam bahasa Arab adalah kasrah,
dibaca pendek, jika terpaksa dhammah dan fathah. Jika para ulama
waqof (berhenti), da-nya dibaca ahli fonetik menamakan vokal panjang
sukun (mati), tsamuud (‫ ثمودا‬ ‫)ثمود‬ dengan sebutan mad, maka vokal
seperti dalam: pendek ini disebut dengan harakat.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
81
Dari pembagian ini kita dapat vokal /a/ dan /i/ yaitu /e/.
simpulkan bahwa vokal panjang dan /majraaha/  /majreeha/.
vokal pendek ini dalam bahasa Arab
mempunyai sifat yang bersamaan, b. Isymam; ‫ نا‬+ ‫ َلتأمن‬ ‫( ََل َتأْ َم َّنا‬laa
perbedaan hanya dalam panjang ta’manu + naa  laa ta’mannaa)
pendeknya saja. Dengan demikian, - Asimilasi komplit (mumaastalatu
dalam sudut pandang ini terdapat enam alkuliyyah)

buah vokal dalam bahasa Arab, yaittu - Asimilasi langsung/ contact


kasrah pendek, dhammah pendek, assimilation (mumaastalatu
fathah pendek, kasrah panjang, tajaawwuriyah)

dhammah panjang dan fathah panjang.26 - Asimilasi cara pengucapannya

c). Tashil; ًّ ‫ءَا ۡعجَ ِم‬ ًِّ‫( ا ۡعجَ م‬aa’jamiyyun


D. Kesimpulan  a’jamiyyun)
1. Diantara bacaan-bacaan gharib dalam - Asimilasi progresif (mumaastalatu
Alquran menurut Imam Ashim riwayat taqaddumiyyah).
Hafs yang mengalami perubahan - Asimilasi langsung /contact

bunyi adalah imalah, isymam, tashil, assimilation (mumaastalatu


naql, badal, mad & qasr, memfathah tajaawwuriyah).
atau mendlammah dlad. - Asimilasi cara pengucapannya.
2. Jika ditinjau dari proses terjadinya d). Naql; ‫ ِب ْبسَ ْاَلِسْ ُم‬ ‫( ِب ْب َسلِسْ ُم‬bi'sa al-
perubahan bunyi menurut kaidah ismu  bi’salismu)
fonologi Arab, maka perubahan bunyi - Asimilasi regresif (mumaastalatu
yang terjadi pada bacaan-bacaan raj’iyyah)
gharib dalam alquran dapat dianalisis - Asimilasi tidak langsung/distant
sebagai berikut: assimilation (mumaastalatu

a. Imalah; pergeseran bunyi yang tabaa’udiyyah)


terjadi karena bunyi yang - Metatesis (dzahiratu alnaqli
bersangkutan terdapat pada posisi almakaaniy)

atau lingkungan yang berbeda. e). Badal;


Yaitu karena adanya bunyi dua - ‫( ء‬hamzah)  ‫( ي‬ya’); ‫ت‬ ِ ‫فًِ السَّمو‬
vokal berbeda yang berdekatan ًِْ‫ ا ْب ُت ْون‬ ‫ت ۖٓ ِا ٌْ ُتونِى‬
ْ ‫فِى ٱلسَّمو‬ (jika
Bunyi fathah ( َٓ) dimiringkan ke waqaf) (fissamaawaati*I’tuuniy
arah kasrah (ِٓ ), sehingga bunyi fissamaawaat*iytuuniy)
yang terjadi adalah bunyi antara ُ ‫ ٌَ ْبص‬ ‫ُط‬
- ‫( ص‬shad)  ‫ ( س‬siin); ‫ُط‬ ُ ‫ٌَ ْبس‬
(yabshuthu  yabsuthu)
26
Bisyr, Kamal Muhammad , Al-Ashwat ‫ َبصْ َط ًة‬ ‫( َبسْ َط ًة‬bashthatan -->
al-Lughawiyah, (Kairo, Makttabah as-Syabab, basthatan)
1990) I, hlm. 85.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
82
َ‫صٌْطِ ر ُْون‬
َ ‫ال ُم‬  َ‫ال ُم َسٌْطِ ر ُْون‬ (al - Jika terpaksa waqof (berhenti),
mushaythiruun  al boleh dibaca sukun atau panjang
musaythiruun) 1 alif, (salaasilaa salaasila)
- Fa‟ nya dibaca pendek , ) ‫ أفابن‬ (
- Asimilasi regresif (mumaastalatu
‫( أفبن‬afaain  afain)
raj’iyyah)
- Ba‟nya dibaca pendek, ( ‫من نبائ‬
- Asimilasi tidak langsung/ distant
 ‫)من نبا‬, (min nabaain  min
assimilation (mumaastalatu
nabain)
tabaa’udiyyah).
- La- nya dibaca pendek ( ‫مًلبهم‬
f). Mad dan Qasr; ‫)ملبهم‬, (malaaihim  malaihim)
- ‫ اَنا‬ َ‫( اَن‬anaa ana)  ketika - La- nya dibaca pendek . ( ‫ مًلبه‬
washal (disambung) ‫)ملبه‬ (malaaihim  malaihim)
- ‫ ل ِك َّنا‬ َّ‫( لكِن‬laakinnaa  laakinna) - Mi-nya dibaca pendek ) ‫ مابتٌن‬
 ketika washal (disambung) ‫ )مبتٌن‬dan ) ‫مابة‬‫(مبة‬ / miiataini
- ‫الذنونا*هنالك‬  ‫الذنون*هنالك‬ miataini dan miiatun  miatun
(adzunuunaa * hunaalika  - Wa-nya dibaca pendek (‫لتتلوا‬
adzunuuna - hunaalika) ketika ‫ )لتتلو‬/ litatluwaa  litatluwa
washal (disambung) - Wa-nya dibaca pendek (‫ لن ندعوا‬
- ‫ الرسوَل* وقالوا‬ ‫الرسول* وقالوا‬ ‫ )لن ندعو‬/ lan nad’uwaa  lan
(arrasuulaa * wa qaaluu  nad’uwa
arrasuula - wa qaaluu) ketika - Wa-nya dibaca pendek (‫ نبلوا‬
washal (disambung) ‫)نبلو‬/ nabluwaa  nabluwa
-‫السبًٌل * ربنا‬  ‫السبٌل * ربنا‬ - Da-nya dibaca pendek ( ‫ ثمودا‬
(assabiilaa * rabbanaa  ‫ ) ثمود‬/ tsamuudaa  tsamuuda.
assabiila-rabbana) ketika 3. Beberapa faktor yang melatarbelakangi
washal (disambung) terjadinya perubahan bunyi pada
- Jika waqof (berhenti) di akhir ayat bacaan-bacaan gharib sebagian besar
15, ro-nya dibaca panjang; karena adanya interaksi antar bunyi
- Awal ayat 16, ro-nya dibaca dalam satu kata, dimana interaksi
pendek; yang terjadi adalah pada bunyi vokal
- Jika dibaca washol (disambung), dan konsonan, juga adanya prinsip
kedua ro-nya dibaca pendek; efisiensi tenaga (The Low Of Least
- Jika waqof (berhenti) di qowariiro Effort) dan teori kemudahan,
yang kedua, ro-nya dibaca sukun sedangkan pada bacaan imalah
- Jika dibaca washol (disambung), disebabkan adanya prinsip
la-nya dibaca pendek, keseimbangan. Dalam hal ini
perkembangan bunyi bahasa sangat
dipengaruhi oleh dialek dari setiap

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
83
komunitas bahasa. perbedaan alat Lowis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa
ucap pada setiap bangsa (lahjah), al-I’lam. cet.XXIX. Beirut:Da al-
Mahriq li an-Nasyr, 1973,
yaitu dialek bahasa Arab penduduk
Najd dari suku Tamim, Qays dan Marsono. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah
Asad. Mada University Press, 1999.

Mushtofa, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasith.


Daftar Pustaka
Kairo: Dar ad-Da‟wah, tt.

Abu Thahir, Abd al-Qayyum ibn Abd al- Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. Bunyi
Ghafur. Shafahat fi Ulumal-Qiraat. Bahasa. Jakarta: Amzah, 2010.
Madinah: Mathabi ar-Rasyid.
1994. .Fonetik & Fonologi Alquran.
Jakarta: Amzah, 2012.
Al-Qaisy, Abu Muhammad Makki ibn Abi
Thalib. Al-Kasyfu an Wujuh al- Rasyidi, Abdul Wahab. ‘Ilm al-Ashwat al-
Qiraat as-sab‟I wa Ilaliha wa Nuthqiy. Malang: UIN Malang
Hujajiha. Cet. 4. Beirut: Press, 2010.
Muassasah ar-Risalah, 1987.
Soeparno. Dasar-Dasar Linguistik Umum.
Anis, Ibrahim, Min Asraaril Lughah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.
Cairo: Maktabah Anglo al-
Mashriyyah, 1978. Umar, A. M. Dira:satus Shautil Lughawiy
Fonologi . Cairo: Alamul Kutub,
Bisyr, Kamal Muhammad. Al-Ashwat al- 1985.
Lughawiyah. Kairo, Makttabah as-
Syabab, 1990. Wafa, Ali „Abdul Wahid, ‘Ilmu al-Lughah,
Kairo: al-Maktabah al-Ahliyah,
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: 1962.
PT. Rineka Cipta, 2003

Hasanain, S.S. Dirasat fi ‘ilmi al-Lughah


al-Washfiy wa al-Tarikhiy wa al-
Muqaran. Riyadh: Darul Ulum li al-
Thiba‟ah wa al-Nasyr, 1984

http://talimulquranalasror.blogspot.com/2
013/04/rahasia-bacaan-gharib.html

Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa:


Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017
84

Vous aimerez peut-être aussi