Vous êtes sur la page 1sur 6

Nama : Muharram Nasrul Ulum

NPM : 1613010173
Kelas : Pemeriksaan Akuntansi Sektor Publik / A

PEMERIKSAAN KINERJA DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA

- Pemeriksaan Kinerja oleh BPK

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang terdiri dari pemeriksaan atas aspek ekonomi, aspek efisiensi, dan aspek
efektivitas. Selain itu dalam pemeriksaan kinerja perlu juga melaksanakan pengujian
kepatuhan perundangan dan pengendalian intern.
Pemeriksa kinerja harus memiliki latar belakang pendidikan formal yang cukup dan
mempunyai keahlian lainnya seperti kemampuan analitikal, kreatifitas, dan komunikasi.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK dapat menggunakan tenaga ahli yang berasal dari
dalam atau luar BPK. Metodologi pemeriksaan kinerja terbagi dalam tiga siklus, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan. Masing-masing tahap mempunyai
uraian detail sebagai berikut:
1)Perencanaan pemeriksaan
 Pengidentifikasian masalah

Dengan berlandaskan SPKN PSP 04 paragraf 10, tujuan dari kegiatan


pengidentifikasian masalah adalah memahami rencana strategis dan kebijakan
Badan tentang pemeriksaan kinerja; memperoleh data organisasi, program dan
fungsi pelayanan publik yang diperiksa berhubungan dengan input, proses, output,
dan outcome; landasan hukum atas kegiatan; identifikasi masalah yang ada dalam
organisasi; dan memahami tugas-tugas dan kewajiban yang diemban oleh entitas yang
diperiksa.

Langkah langkah yang perlu dilakukan dalam pengidentifikasian masalah dapat


diringkas sebagai berikut. Dapatkan dan pelajari rencana strategis BPK serta
kebijaksanaan Badan tentang pemeriksaan kinerja; pelajari sejarah dan latar
belakang entitas yang diperiksa; reviu struktur organisasi, peraturan yang mendasari
program yang diperiksa, perkembangan program dan hasil pemeriksaan sebelumnya;
analisis dokumen anggaran, SOP, AD/ART, RJP, danRKA nya; observasi singkat
di lokasi kegiatan utama entitas; wawancara dengan manajemen; identifikasi dan
reviu tujuan dan sasaran program, teliti keberadaankey performance
indicator;inventarisasi tolok ukur atau KPI yang telah diterapkan; teliti adanya
hambatan atas wewenang yang dialami entitas; teliti kemungkinan penyalahgunaan
wewenang oleh entitas; teliti kemungkinan peraturan yang menghambat tujuan
program; pelajari kemungkinan adanya batasan berdasarkan kebijakan institusi di
atasnya yang berlaku terhadap entitas; reviu hasil studi pihak luar yang
berkepentingan dengan entitas; inventarisir isu-isu mutakhir tentang permasalahan
yang dihadapi entitas; dan terakhir buat kesimpulan mengenai permasalahan yang
berhasil diidentifikasi dalam tahapan ini.
 Penentuan area kunci

Tujuan penentuan area kunci dalam perencanaan adalah menilai apakah entitas
telah memiliki sistem pengendalian yang memadai untuk mengidentifikasi risiko-
risiko kelemahan pengendalian yang akanmenjadikan pertimbangan dalam
menentukan area kunci. Selain itu, kegiatan ini juga untuk mempertimbangkan
pengaruh peraturan perundangan yang signifikan dan risiko kecurangan serta
menentukan area-area yang memiliki risiko tinggi setelah mempertimbangkan
pengendalian intern.

Tahapan dalam menentukan area kunci ini meliputi 4( empat) kegiatan utama
yaitu mempertimbangkan sistem pengendalian intern; mempertimbangkan
pengaruh peraturan perundangan yang signifikan; identifikasi potensi terjadinya
kecurangan; dan pada akhirnya menetapkan area kunci. SPI terdiri
ataslimakomponen yang saling terkait yaitu lingkungan pengendalian; penaksiran
risiko; aktivitas pengendalian; informasi dan komunikasi; dan pemantauan.
Faktor pemilihan area kunci antaralain risiko terhadap manajemen; signifikansi
suatu program; dampak pemeriksaan; dan auditabilitas

 Penentuan obyek, tujuan, dan ruang lingkup pemeriksaan

Tujuan penentuan obyek, tujuan, dan ruang lingkup pemeriksaan adalah membantu
dalam mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan diperiksa dan dilaporkan.
Selain itu kegiatan ini juga bertujuan membantu dalam menyiapkan parameter atau
ukuran pembatasan pemeriksaan seperti periode yang akan diperiksa atau lokasi
pemeriksaan lapangan yang akan dipilih; dan mempermudah tim pemeriksa dalam
mengambil kesimpulan pada akhir pemeriksaan. Input yang diperlukan dalam
kegiatan ini adalah output dari dua kegiatan sebelumnya yakni
pengidentifikasian masalah dan penentuan area kunci.Langkah-langkah yang
diperlukan dalam kegiatan ini terdiri dari 3 (tiga) tahap yakni menentukan obyek
pemeriksaan; menentukan tujuan pemeriksaan; dan menentukan lingkup
pemeriksaan. Obyek pemeriksaan ditentukan berdasarkan area kunci yang
telah ditetapkan. Tujuan pemeriksaan diformulasikan dengan membuat berbagai
macam pertanyaan pemeriksaan terhadap organisasi pelayanan publik yang
hendak diperiksa.Ruang lingkup pemeriksaan ditentukan dengan memperhatikan
tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan dan pertimbangan pemeriksa.

Langkah-langkah dalam menentukan lingkup audit adalah pertama tentukan lingkup


pemeriksaan atas dasar informasi yang didapat pada pemeriksaan sebelumnya dari
proses perencanaan pemeriksaan. Kemudian, lakukan perubahan dalam lingkup
audit apabila informasi yang didapat mengharuskan demikian. Apabila perintah
pemeriksaan kinerja menentukan lingkup pemeriksaan secara luas, lakukan
pertimbangan profesional untuk merincinya lebih spesifik.
 Penetapan kriteria pemeriksaan

Kriteria diperlukan sebagai dasar pembanding apakah praktek–praktek yang


dilaksanakan telah mencapai standar kinerja yang seharusnya. Tujuan penetapan
kriteria adalah untuk memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dalam
tim pemeriksaan dan dengan tim manajemen pemeriksa mengenai sifat
pemeriksaan; memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dengan entitas
yang diperiksa; menghubungkan tujuan pemeriksaan dengan program pemeriksaan
yang dilaksanakan selama tahap pelaksanaan pemeriksaan; memberikan dasar pada
tahap pengumpulan data dan penyuusunan prosedur pemeriksaan dan dalam
menyusun temuan pemeriksaan.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan kriteria dapat


diringkas sebagai berikut. Pertama, telitiapakah entitias telah memiliki kriteria
sesuai dengan tujuan pemeriksaan kinerja; bila ada, tentukan apakah kriteria
tersebut telah memenuhi karakteristik dapat dipercaya, obyektif, bermanfaat, bisa
dimengerti, bisa dibandingkan, lengkap, dan bisa diterima. Jika kriteria yang baik
tidak tersedia maka pemeriksa harus mengembangkan kriteria sendiri dengan
mempelajari sumber-sumber kriteria, melakukan observasi atas operasional entitas,
dan membicarakan usulan kriteria dengan entitas agar diperoleh kesepakatan
kriteria yang digunakan. Perlu mengkomunikasikan kriteria yang akan dipakai
kepada entitas sebelum pemeriksaan dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan
bersama.

 Penyusunan program pemeriksaan dan program kerja perorangan

Tujuan utama penyusunan program pemeriksaan adalah menetapkan hubungan yang


jelas antara tujuan, metodologi pemeriksaan, dan kemungkinan pekerjaan lapangan
yang harus dikerjakan; mengidentifikasi dan mendokumentasikan prosedur
pemeriksaan; dan memudahkan supervisi dan reviu.

Input yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah output dari masing-masing tahap
perencanaan pemeriksaan; rencana kerja pemeriksaan; SPKN; panduan manajemen
pemeriksaan; dan pengarahan khusus pimpinan.

Di dalam program pemeriksaan dituangkan dasar pemeriksaan; standar


pemeriksaan; organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang diperiksa; tahun
anggaran; identitas dan data umum yang diperiksa; alasan, jenis, tujuan, sasaran,
metodologi, kriteria, dan langkah atau prosedur pemeriksaan.

Output atas hasil kegiatan “penyusunan P2 dan PKP” adalah berupa program
yang memuat dasar dan standar pemeriksaan; organisasi/program/fungsi pelayanan
publik , tahun anggaran, identitas dan data umum yang diperiksa; alasan, jenis,
tujuan, sasaran, metodologi, kriteria, dan langkah atau prosedur pemeriksaan; serta
program kerja perorangan.

2)Pelaksanaan pemeriksaan
 Pengujian terhadap tujuan pemeriksaan

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk memperoleh bukti pemeriksaan sebagai
pendukung semua temuan pemeriksaan. Berdasarkan bukti-bukti yang sudah
diuji pemeriksa dapat mengembangkan, membandingkan dan memanfaatkan
hasil pengujian, untuk mendukung rekomendasi dan simpulan pemeriksaan.

Input yang diperlukan dalam kegiatan ini berupa program kerja, data pemeriksaan,
dan kriteria pemeriksaan. Dari input tersebut pelaksanaan pengujian data dilakukan
dengan tahap-tahap pengumpulan data pemeriksaan dan pengujian data dengan
teknik-teknik pengujian. Output yang dihasilkan dari kegiatan ”pengujian data” adalah
kesimpulan hasil pengujian bukti;

 Penyusunan dan penyampaian konsep temuan pemeriksaan( TP )

Tujuan dari kegiatan penyusunan temuan pemeriksaan adalah memberikan


informasi tentang fakta dan informasi akurat yang berhubungan dengan permasalahan
yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaan; menjawab tujuan pemeriksaan; dan
menyajikan kelemahan pengendalian intern yang signifikan, kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan perundangan yang terjadi pada entitas yang diperiksa.

 Perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep TP


 Penyampaian TP
3)Pelaporan pemeriksaan
 Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan

Kegiatan ini bertujuan memberikan pedoman kepada para pemeriksa dalam


penyusunan LHP agar fungsi dari pembuatan laporan dapat terpenuhi. Selain itu, juga
diharapkan agar LHP kinerja tersebut dapat menjawab tujuan pemeriksaan yang
telah ditetapkan dalam tahap perencanaan pekerjaan.Input yang diperlukan dari
kegiatan ini berupa temuan pemeriksaan dari kegiatan sebelumnya. Tahap pertama
dalam penyusunan LHP adalah penyiapan penyusunan konsep LHP.

Kemudian, persetujuan Badan atas konsep LHP tanpa tanggapan atas rekomendasi
dan simpulan pemeriksaan. Setelah itu, penyampaian konsep LHP ke entitas,
perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan pemeriksaan dari entitas yang
diperiksa. Penyiapan konsep LHP yang sudah dilengkapi tanggapan
entitas;penyusunan dan pendistribusian HP final menjadi langkah akhirnya.
Output yang dihasilkan dari kegiatan ”Penyusunan Konsep LHP” adalah konsep
laporan hasil pemeriksaan dan LHP.
 Perolehan tanggapan atas rekomendasi
 Penyusunan dan penyampaian LHP

- Implementasi pemeriksaan kinerja oleh BPKP


Audit kinerja merupakan jenis audit yang dapat diterapkan pada berbagai objek audit, tak
terbatas pada kegiatan, program, atau instansi. Oleh karenanya, dapat digunakan sebagai
“tools” pengawasan lintas sektoral maupun sektoral. Pelaksanaan audit kinerja itu sendiri tidak
hanya oleh auditor eksternal tetapi juga dilakukan oleh auditor internal. Baik auditor eksternal
maupun auditor internal menggunakan standar yang merujuk pada The International Standards
of Supreme Audit Institutions (ISSAI) yang diterbitkan oleh The International Organization of
Supreme Audit Institutions (INTOSAI). The Institute of Internal Auditors itu sendiri
merupakan anggota dari INTOSAI, yang kemudian mengeluarkan petunjuk berupa guidance
for auditors doing performance auditing dalam Standards for The Professional Practice of
Internal Auditing. Audit kinerja dilaksanakan baik oleh eksternal maupun internal karena
esensi audit kinerja adalah penilaian aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas, yang
memberikan manfaat bagi auditi, pihak di luar auditi, dan auditor itu sendiri. Aspek tersebut
tercermin dalam tujuan dan simpulan audit kinerja. Dalam penelitian ini dipilih lima tema audit
kinerja yang dilakukan oleh BPKP sebagai objek penelitian.
Lima tema tersebut adalah Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan;
Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan; Audit Kinerja Aksesibilitas
Pelayanan dan Mutu Kesehatan di DTPK; Audit Kinerja Jaminan Kesehatan Nasional; Audit
Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan.
Implementasi audit kinerja yang dilakukan oleh BPKP, khususnya lima tema audit kinerja
tersebut di atas, berbeda dengan teori audit kinerja. Perbedaan utama terletak pada simpulan
audit. Muatan pokok simpulan audit kinerja yang dilakukan oleh BPKP menyatakan
keberhasilan (cukup berhasil/belum berhasil/berhasil) atas capaian target Standar Pelayanan
Minimal atau indikator kinerja yang telah ditetapkan belum sampai pada aspek ekonomis,
efisiensi, dan efektivitas. Penyusunan standar pelayanan minimal dan penyusunan indikator
kinerja yang dilakukan bersama antara auditi dan auditor tidak dimaksudkan untuk mengukur
aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja bidang kesehatan menilai 18 SPM
kesehatan (Permenkes 741 dan 129 tahun 2008), dalam 18 SPM tersebut tidak memuat aspek
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Audit kinerja bidang pendidikan menilai ketaatan pada
peraturan, capaian indikator kinerja (Permendiknas 15 tahun 2010), sarana dan prasarana,
tenaga pendidikan, dan dana pendidikan tersebut tidak memuat aspek ekonomis, efisiensi, dan
efektivitas. Demikian pula tiga tema audit kinerja lainnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan
responden bahwa audit kinerja yang dimaksud tidak untuk menilai aspek ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas. Sehingga penilaian capaian SPM dan indikator kinerja, belum termasuk
menyimpulkan keekonomisan, efisien, dan keefektifan suatu kegiatan atau program. Jadi,
walaupun sudah ada indikator kinerja namun indikator tersebut belum diidentifikasi dan
dikaitkan dengan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.
Simpulan capaian keberhasilan dari implementasi audit kinerja seperti tersebut di atas, menurut
teori baru merupakan simpulan pada tahap perencanaan audit individual yang tertuang dalam
Laporan Studi Pendahuluan, bersama-sama dengan informasi menge- nai kondisi sistem
pengendalian intern dan hasil identifikasi risiko. Dimana Informasi tersebut selanjutnya
menjadi bahan dalam menyusun perencanaan audit rinci untuk melakukan penilaian aspek
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas suatu kegiatan atau program.
Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, belum ada pedoman umum
audit kinerja yang dapat menjadi rujukan bagi semua rendal dalam menyusun pedoman atau
juknis yang tematik. Kedua, sesuai penjelasan responden bahwa pemahaman tentang audit
kinerja masih mengikuti pola yang sudah ada. Audit kinerja yang selama ini dilakukan adalah
menilai capaian Standar Pelayanan Minimal atau capaian indikator kinerja kegiatan, program
atau suatu instansi yang belum dikaitkan dengan aspek ekonomis, efisiensi, dan efketivitas.
Ketiga, audit kinerja yang dilakukan BPKP merupakan permintaan auditi walaupun tidak
semua. Sehingga audit disesuai- kan kondisi auditi. Keempat, ketersediaan dana yang terbatas
mempengaruhi tahapan audit yang dapat dilaksanakan. Kelima, keinginan untuk menangkap
informasi secara menyeluruh dan lengkap terhadap objek yang diaudit misalnya
mengumpulkan informasi terkait tema yang diaudit dari seluruh Indonesia.
Untuk dapat meningkatan kualitas implementasi audit kinerja, upaya yang dapat dilakukan
antara lain adalah dengan cara memberikan kesempatan auditor mengikuti perkembangan
dunia audit; menyempurnakan metodologi audit kinerja melalui audit kinerja berbasis risiko;
menggunakan strategi dalam menghadapi terbatasnya dana dan sumber daya manusia, melalui
pemilihan tema audit berbasis risiko, contoh: dipilih terlebih dahulu tema audit yang
mempunyai risiko tinggi; tidak semua perwakilan BPKP melaksanakan tema audit yang sama,
misalnya perwakilan A mengaudit tema C, perwakilan B mengaudit tema D dan seterusnya;
memantau pelaksanaan rencana tindak yang telah disusun auditi dalam menindak lanjuti
rekomendasi audit.

Sumber:
- www.bpk.go.id
- www.bpkp.go.id

Vous aimerez peut-être aussi