Vous êtes sur la page 1sur 11

ASUHANBIDAN DAN PERAWAT YANG TEPAT

MENGURANGI RISIKO KEJADIAN


HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR
Nuli Nuryanti Zulala1, Mei Neni Sitaresmi2, Sulistianingsih3
1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
3
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
email: nuli.zulala@unisayogya.ac.id

Abstract : A prospective cohort study aims to determine the influence


ofmidwife and nurse’s care of events hypotermia in the newborn. The
subjects were grouped in improper care (n=32) and proper care group
(n=32). Observations of midwife and nurse’s care used the warm chain
checklist by WHO. Axila temperature measurements were performed at
the 30th minute, 60th minute, 6thhour, 12th hour, 24th hour. Research results
showed the proper of midwife and nurse’s care reduce the risk 1,4 times
the incidence of hyphotermi in the newborn.

Keywords : midwife and nurse’s care, hypothermia, newborns

Abstrak: Penelitian kohort prospektif ini bertujuan untuk mengetahui


pengaruh asuhan bidan dan perawat terhadap kejadian hipotermi pada
bayi baru lahir. Subyek dikelompokan dalam kelompok asuhan tidak tepat
(n=32) dan kelompok asuhan tepat (n=32). Observasi asuhan bidan dan
perawat menggunakan checklist the warm chain dari WHO. Pengukuran
suhu axila dilakukan pada menit ke-30, menit ke-60, jam ke-6, jam ke-12,
jam ke-24.Hasil penelitian menunjukanasuhan perawat dan bidan yang
tepat menurunkan risiko 1,4 kali kejadian hipotermi pada bayi baru lahir.

Kata kunci : Asuhan perawat dan bidan, Hipotermi, Bayi baru


lahir

PENDAHULUAN
Indikator keberhasilan lahir secara global berkisar 8,5%-
pembangunan kesehatan suatu 52%, diperkirakan 17 juta bayi baru
bangsa adalah derajat kesehatan Ibu lahir mengalami hipotermia di
dan anak, upaya pemeliharaan negara terbelakang, risiko ini
kesehatan anak ditujukan untuk meningkat pada 24-72 jam pertama
mempersiapkan generasi mendatang kehidupannya (Lunze et al., 2013; .
yang sehat, cerdas, dan berkualitas Prevalensi hipotermi di Indonesia
serta untuk menurunkan angka belum diketahui, namun penelitian
kematian anak, (Kemenkes, 2010a). Pratiwiet al., (2009) di Sanglah Bali
6,3% kematian neonatal disebabkan menunjukkan 47% kejadian
oleh hipotermi (Kemenkes, 2015b). hipotermi pada bayi yang tidak
Kejadian hipotermi pada bayi baru dilakukan IMD dan 27% pada bayi

1
yang dilakukan IMD. Faktor yang resusitasi awal, berat badan lahir
mempengaruhi kejadian hipotermi bayi <2000 gram, bayi dengan
pada bayi baru lahir adalah kelainan kongenital (misal
lingkungan, berat badan lahir, usia anenchepal, hidrocepalus), ibu
kehamilan, hipoglikemia, sosial mengalami perdarahan dan ibu
ekonomi serta asuhan petugas. mengalami kejang.Seluruh ibu
Hipotermia menyebabkan responden diberikan informasi
vasokonstriksi perifer, berkurangnya mengenai jalannya penelitian serta
perfusi perifer, iskemia, asidosis menandatangani persetujuan menjadi
metabolik dan peningkatan laju partisipan. Dari 76 subyek , dua (2)
metabolisme basal, memburuknya subyek drop out karena meninggal
pernapasan, kemudian menyebabkan (1) dan asfiksia berat (1), tujuh puluh
pendarahan paru serta kematian empat (74) subyek diobservasi
(Interprofessional Education and selama 24 jam.Teknik pengambilan
Research Committee of the CMNRP, subyek dalam penelitian ini
2013). menggunakan concecutive sampling.
Kerangka teori dalam penelitian ini kemudian 32 subyek masuk pada
dikembangkan berdasarkan teori kelompok asuhan tidak tepat dan 32
yang dimodifikasi dariWHO, subyek pada kelompok asuhan tepat.
1997;Kemenkes, 2010b; Hung and Pengukuran suhu axila dilakukan
Berg, 2011;Lunze et al., 2013;Kosim pada menit ke-30, menit ke-60, jam
et al., 2014. ke-6, jam ke-12, jam ke-24
menggunakan termometer digital.
METODE PENELITIAN Bayi dikatakan hipotermi apabila
Penelitian ini telah mendapat terdapat suhu <36,5°C pada salah
persetujuan dari komisi etik satu waktu dari keseluruhan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. pengukuran.
Penelitiankohort prospektif ini Analisis data dilakukan secara
dilaksanakan di Rumah Sakit univariat dengan menggunakan
‘Aisyiyah Muntilan. Kriteria inklusi distribusi frekuensi. Analisis yang
penelitian yaitu seluruh bayi baru dilakukan untuk mengetahui
lahir sehat (APGAR Score 7-10) hubungan antar variabel
yang lahir di Rumah sakit ‘Aisyiyah menggunakan Chi-
Muntilan. Kriteria eksklusi penelitian Square(Sastroasmoro dan Ismael,
yaitu bayi baru lahir dengan asfiksia 2014).
dan tidak berhasil dilakukan

2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Karakteristik Deskriptif Responden
Asuhan Asuhan
Karakteristik Tidak Tepat Tepat Proporsi
Jumlah P
Responden (n=32) (n=32) (%)
n % n %
Karakteristik Ibu
Usia
<20 tahun atau >35
7 21.9 6 18.8 13 21.0 1.000
tahun
20 – 35 tahun 25 78.1 26 91.2 51 89.0
Paritas
Multipara 21 65.6 22 68.8 43 67,2 1.000
Primipara 11 34.4 10 31.2 21 32.8
Pendidikan
Rendah 4 12.5 7 21.9 11 17.2 0.508
Tinggi 28 87.5 25 78.1 53 82.8
Pekerjaan
Tidak Bekerja diluar
21 65.6 16 50.0 37 57.8 0.311
rumah
Bekerja diluar rumah 11 34.4 16 50.0 27 42.2
Umur kehamilan
<37 minggu 1 3.1 1 3.1 2 3.1 1.000
≥37 minggu 31 96.9 31 96.9 62 96.9
Cara persalinan
SC 20 62.5 2 6.3 22 34.4 0,000
Pervaginam 12 37.5 30 93.7 42 65.6
Karakteristik Bayi
Berat badan lahir
2000- 2500 gram 2 6.3 3 9.4 5 7.8 1.000
≥ 2500 gram 30 93.7 29 90.6 59 92.2
Jenis Kelamin
Laki-laki 20 62.5 14 43.8 34 53.1 0.210
Perempuan 12 37.5 18 56.2 30 46.9

Tabel 1 menunjukkan karakteristik multipara, pendidikan tinggi, usia


responden kelompok asuhan tidak kehamilan ≥37 minggu, bersalin
tepat pada karakteristik ibu secara sectio caesaria, pada
mayoritas berusia 20–35 tahun, karakteristik bayi mayoritas memiliki
berat badan ≥2500 gram, berjenis bekerja diluar rumah, umur
kelamin laki-laki. Karakteristik kehamilan ≥37 minggu dan bersalin
responden kelompok asuhan tepat pervaginam. Pada karakteristik bayi
pada karakteristik ibu mayoritas mayoritas memiliki berat lahir
berusia 20–35 tahun dengan status ≥2500 gram berjenis kelamin
paritas multipara, pendidikan tinggi, perempuan.

3
Tabel 2. Pelaksanaan Asuhan Bidan dan Perawat Terhadap Pencegahan
Hipotermi pada Bayi Baru Lahir
No Kegiatan %
Menyiapkan ruang bersalin dan ruang bayi yang hangat
1 83,8
(minimal suhu 25°C)
Segera melakukan pengeringan dan mengganti kain basah
2 100
dengan kain kering dan hangat
3 Melakukan kontak kulit ke kulit minimal 1 jam (IMD) 43,2
Membiarkan bayi mencari puting ibunya sendiri sebagai
4 74,3
upaya pemberian ASI sesegera mungkin
5 Tidak segera menimbang atau memandikan bayi 63,5
Memakaikan pakaian dan selimut yang adekuat (pada proses
6 IMD menyelimuti bayi dan ibu dalam 1 selimut serta 74,3
memakaikan topi pada bayi)
7 Melakukan rawat gabung dalam 24 jam pertama 63,5
Tabel 2 menunjukan pelaksanaan sayang bayi pada langkah ke-26 dan
asuhan bidan dan perawat terhadap ke-32(Kemenkes, 2015a). Menunda
pencegahan hipotermi belum pelaksanaan IMD dalam pencegahan
dilakukan sesuai prosedur. hipotermi pada bayi baru lahir
Kejadian hipotermia sering terjadi meningkatkan 6 kali risiko kematian
akibat kurangnya perhatian petugas neonatal, menyusu pada satu jam
kesehatan baik bidan maupun pertama menyelamatkan satu juta
perawat terhadap upaya pencegahan nyawa bayi (Roesli, 2008). Sikap,
terjadinya hipotermi pada bayi baru pengetahuan dan motivasi
lahir (Lapcharoensap and Lee, 2016) bidan/dokter penolong persalinan,
WHO merekomendasikan “The didukung oleh suami, keluarga, dan
Warm Chain” melalui 10 langkah masyarakat merupakan kunci
sebagai metode pencegahan kesuksesan IMD. Informasi dan
hipotermi yang dilakukan oleh dukungan sangat diperlukan bagi ibu
petugas kesehatan diantaranya dan keluarga dimulai sejak
menyiapkan ruang bersalin dan bayi kehamilan (UNICEF, 2013 ; Debes
minimal 25°C, membersihkan tubuh et al., 2013).
bayi tanpa membersihkan verniks, Rekomendasi WHO pada
melakukan kontak kulit ke kulit pencegahan hipotermi dalam 10
minimal 1 jam, membiarkan bayi langkah the warm chain meliputi 1)
menemukan puting ibunya sendiri, Pengaturan suhu ruangan tempat
menunda menimbang dan bersalin dan kamar bayi minimal
memandikan bayi, menyelimuti ibu 25°C 2) Mengeringkan tubuh bayi
dan bayi dalam satu selimut serta tanpa membersihkan verniks 3)
melakukan rawat gabung dalam 24 Melakukan kontak kulit ibu ke kulit
jam pertama (WHO, 1997). Asuhan bayi 4) Pemberian ASI 5) Tidak
Persalinan Normal (APN) atau segera menimbang dan menandikan
panduan dalam pertolongan bayi 6) Menggunakan pakaian yang
persalinan fisiologis bagi bidan sesuai untuk mencegah kehilangan
menetapkan mekanisme pencegahan panas bayi 7) Rawat gabung 8)
hipotermi dan IMD sebagai asuhan Resusitasi dalam ruangan yang

4
hangat 9) Transportasi hangat 10) penelitian karakteristik responden
Pelatihan untuk petugas kesehatan berdistribusi secara homogen, namun
dan konseling untuk keluarga (WHO, cara persalinan memiliki pengaruh
1997). terhadap asuhan petugas dengan p
Pada penelitian ini 83,8% ruang value 0,000. Hasil ini sejalan dengan
bersalin dan ruang rawat gabung penelitian Orun et al., (2010) dan
telah dikondisikan dengan suhu yang Shwetal et al,. (2012) yang
hangat, rata-rata suhu ruang bersalin menyatakan bahwa persalinan
maupun kamar rawat gabung ibu dan dengan sectio caesaria menjadi
bayi berkisar 27,15°C. Jia et al., penghalang utama dalam
(2013) menyatakan suhu ruang pelaksanaan inisiasi menyusu dini
bersalin memberi dampak langsung (IMD). IMD merupakan salah satu
pada kehilangan panas bayi baru langkah dalam pencegahan hipotermi
lahir, mempertahankan suhu ruang pada bayi baru lahir melalui kontak
bersalin pada suhu minimal 25°C kulit ibu ke kulit bayi selama
akan mengurangi kejadian hipotermi minimal 1 jam. Ibu menjadi kurang
pada bayi. Suhu yang dingin dapat percaya diri untuk melakukan kontak
menyebabkan tubuhnya secara kulit ke kulit dengan bayi serta efek
alamiah membakar cadangan lemak dari anastesi yang menjadikan
untuk mendapatkan suhu tubuh yang tertunda atau tidak terlaksananya
sesuai, cadangan yang terbatas ini IMD. Penyebab penundaan
tidak akan bertahan lama, sehingga pelaksanaan IMD pada ibu paling
bayi perlu dihangatkan dengan cara sering terjadi pada persalinan sectio
dipeluk olehibunya, bersentuhan caesaria dan akibat kelelahan yang
antara kulit bayi dengan kulit ibu dialami ibu, penundaan pelaksanaan
tanpa pelapis apapun(Lunze et al., IMD mengakibatkan berkurangnya
2013). sekresi air susu ibu(Horn et al.,
Proses pengeringan bayi dengan 2014).
segera setelah lahir dan mengganti Penelitian di Ghana menyebutkan
kain basah dengan kain kering IMD dapat menyelamatkan 22%
dilakukan pada seluruh bayi baru dari bayi yang meninggal sebelum
lahir baik kelahiran pervaginam usia satu bulan, IMD disebut sebagai
maupun dengan sectio caesaria. tindakan penyelamatan
Pelaksanaan IMD belum berjalan kehidupan(Dyson et al., 2008).
dengan baik. pelaksanaan IMD
terkendala pada proses persalinan
sectio caesaria. Berdasarkan hasil

Tabel 3. Kejadian Hipotermi


Hipotermi Tidak Hipotermi
Waktu
n % n %
Menit ke-30 35 54.7 29 45.3
Menit ke-60 28 43.8 36 56.3
Jam ke-6 31 48.4 33 51.6
Jam ke-12 18 28.1 46 71.9
Jam ke-24 14 21.9 50 78.1

5
Tabel 3 menunjukan kejadian tubuh antara 2–4°C dalam 10-30
hipotermi pada tiap pengukuran, menit setelah kelahiran (Kosim et al.,
kejadian hipotermi paling banyak 2014; Behrmen et al., 2000).
terjadi pada menit ke-30 dan paling Hipotermia terjadi pada bayi baru
sedikit pada jam ke-24. Proses lahir yang tubuhnya tidak segera
kehilangan panas pada bayi melalui dikeringkan dan diselimuti,
perpindahan panas tubuh ke intervensi untuk menjaga bayi baru
lingkungan sekitar berupa evaporasi lahir tetap hangat dapat menurunkan
yaitu kehilangan panas akibat kematian neonatal sebanyak 18-42%
penguapan, konduksi melalui kontak (McCall at al. 2010). Suhu yang
langsung antara tubuh bayi dengan dingin dapat menyebabkan tubuhnya
permukaan yang dingin, konveksi secara alamiah membakar cadangan
melalui udara dingin di ruang lemak untuk mendapatkan suhu
bersalin dan radiasi apabila bayi tubuh yang sesuai, cadangan yang
diletakan dekat benda yang memiliki terbatas ini tidak akan bertahan lama,
suhu lebih rendah dari suhu tubuh sehingga bayi perlu dihangatkan
bayi (Kosim et al., 2014; Knobel- dengan cara dipeluk olehibunya,
dail, 2015). Respon fisiologis tubuh bersentuhan antara kulit bayi dengan
bayi untuk menghasilkan panas kulit ibu tanpa pelapis apapun(Lunze
akibat hipotermi berupa non et al., 2013).
shivering thermoregulation/NST Rata-rata waktu bersalin selama
melalui oksidasi lemak coklat, hal ini penelitian adalah pukul 23.00–01.00
menyebabkan peningkatan WIB sehingga ketika pengukuran
metabolism serta asupan oksigen dan suhu axila pada jam ke-6 dilakukan
glukosa yang dapat menyebabkan pada pukul 05.00–07.00 WIB, pada
hipoksia dan hipoglikemia kemudian saat tersebut suhu pagi hari daerah
dapat terjadi asidosis dan kematian Muntilan berkisar antara 22°C-24°C.
(Lissauer and Fanaroff, 2006). Aktifitas memandikan bayi pada pagi
Kejadian hipotermi menurut waktu hari dilanjutkan dengan pengukuran
pengukuran pada tabel 2 suhu memungkinkan suhu tubuh bayi
menunjukkan paling banyak terjadi menjadi turun..Tidak segera
hipotermi pada menit ke-30 (59,5%). mengeringkan bayi setelah mandi
Hasil penelitian ini sejalan dengan dapat menyebabkan penurunan suhu
penelitian Boutilier, (2001) yang tubuh bayi, menunda memandikan
menyatakan tanpa asuhan yang tepat, bayi minimal sampai 6 jam setelah
bayi baru lahir akan kehilangan suhu lahir akan menjadikan bayi lebih
tubuhnya 0,1°C–0,3°C setiap sehat dan menjaga suhu tetap stabil
menitnya. WHO Concultative Group (WHO, 1997; Kumar et al., 2009;
on Thermal Control menyatakan bayi Hutagaol et al.,2014).
baru lahir tanpa asuhan yang tepat
akan mengalami penurunan suhu

6
Tabel 4. Pengaruh Asuhan Bidan dan Perawat Terhadap
Hipotermi Pada Bayi Baru lahir
Tidak
Hipotermi
Hipotermi
Variabel (n=51) (n=13) Insiden χ² P RR CI 95%
n % n %
Asuhan tidak
30 58.8 2 15.4 93.8
tepat
7,819 0,013 1,429 1,095 – 1,864
Asuhan tepat 21 41.2 11 84.6 67.7

Tabel 4 menunjukkan bahwa sehingga intervensi satu jam pertama


kejadian hipotermi lebih banyak disebut sebagai penyelamat satu juta
terjadi pada kelompok asuhan tidak nyawa bayi sebagai upaya penurunan
tepat. Terdapat pengaruh antara angka kematian neonatal.
asuhan bidan dan perawat dengan (Klaus,1998;Roesli, 2008; Moore et
kejadian hipotermi dengan p value al., 2014;Farhadi et al., 2014).
0,013 dengan (CI 95% 1,095 – Suhu tubuh ibuakan menghangatkan
1,864). Nilai RR 1,429 bermakna, bayi dan membuatnya lebih tenang.
bayi yang dilakukan asuhan tidak Kulit ibu berfungsi sebagai
tepat akan meningkat risiko terhadap termoregulator bagi bayi, suhu kulit
kejadian hipotermi sebanyak 1,4 kali dada ibu yang melahirkan akan
dibandingkan dengan bayi yang menyesuaikan dengan suhu tubuh
dilakukan asuhan tepat. bayi, jika bayi kedinginan secara
IMD merupakan salah satu asuhan otomatis kulit ibu naik dua derajat
dalam pencegahan hipotermi pada untuk menghangatkan bayi sehingga
bayi baru lahir. Penelitian Pratiwi et menurunkan risiko hipotermi, jika
al., (2009) menyatakan ada suhu bayi meningkat, suhu kulit ibu
pengaruh efek kontak kulit ke kulit otomatis turun satu derajat untuk
antara ibu dan bayi dengan kejadian menstabilkan suhu bayi. Bayi yang
hipotermi pada bayi baru lahir, dilakukan kontak kulit ke kulit
kejadian hipotermia lebih sering melalui IMD memiliki suhu yang
terjadi pada kelompok konfensional lebih stabil dibandingkan dengan
tanpa IMD (47%) dari pada bayi yang tidak di IMD
kelompok IMD (27%). Hutagaolet (Srivastavaet al., 2014).
al., (2014) menyebutkan bahwa IMD Pemerintah telah memberikan
berpengaruh terhadap peningkatan pedoman melalui Peraturan
suhu pada bayi baru lahir. Rerata Pemerintah No 33 Tahun 2012
suhu axila kelompok IMD sebesar tentang pemberian Air Susu Ibu
37,1 ± 0,20°C dan rerata suhu axila Eksklusif, pada pasal 9 disebutkan
pada kelompok non IMD sebesar tenaga kesehatan dan penyelenggara
36,8 ± 0,40°C. fasilitas pelayanan kesehatan wajib
Bayi baru lahir yang dilakukan IMD melakukan Inisiasi Menyusu Dini
memiliki suhu tubuh satu derajat (IMD) terhadap bayi yang baru lahir
lebih hangat karena dada ibu kepada ibunya paling singkat selama
merupakan penghangat yang mampu 1 (satu) jam, dengan cara meletakan
menjaga suhu tubuh bayi baru lahir. bayi secara tengkurap di dada atau
IMD mengurangi prevalensi perut ibu sehingga kulit bayi melekat
hipotermi dari 37% menjadi 5,9% pada kulit ibu. Pada pasal 10

7
disebutkan tenaga kesehatan dan mendapatkan dukungan dari bidan
fasilitas pelayanan kesehatan wajib dan tenaga kesehatan (Syam dan
menempatkan ibu dan bayi dalam 1 Amiruddin, 2015).
ruangan atau rawat gabung kecuali Pemberian edukasi dan dukungan
atas indikasi medis, penempatan kepada ibu oleh tenaga kesehatan
tersebut dimaksudkan untuk dalam proses menyusui berpengaruh
memudahkan pemberian ASI terhadap keberhasilan pemberian ASI
Ekslusif. Pasal 13 menyebutkan (Nurbaeti dan Lestari, 2013).
tenaga kesehatan dan penyelenggara Komunikasi efektif merupakan kunci
fasilitas kesehatan wajib memberikan keberhasilan pelaksanaan IMD,
informasi dan edukasi mengenai ASI komunikasi ini meliputi komunikasi
Eksklusif kepada ibu adan atau antara petugas, pasien dan tim
anggota keluarga sejak pemeriksaan kesehatan lain baik pada proses
kehamilan hingga periode pemberian persalinan normal maupun sectio
ASI Eksklusif selesai (Kemenkes, caesaria(Hung and Berg, 2011).
2012). Kumar et al,.(2009) yang
Rawat gabung bermanfaat untuk menyatakan peran serta petugas
menjaga bayi tetap hangat serta kesehatan sangat menentukan
mendukung keberhasilan ASI dalampencegahan hipotermi pada
eksklusif karena bayi dapat menyusu bayi baru lahir melalui 10 langkah
langsung tanpa dijadwal dan ibu “The Warm Chain” meliputi
akan mudah mengenali tanda-tanda menyiapkan suhu ruangan, tempat,
lapar pada bayi. Hal ini dapat selimut, pakaian, tempat resusutasi
mencegah terjadinya payudara hingga sarana selama rujukan yang
bengkak, mengurangi risiko kuning, hangat bagi bayi baru lahir serta
mencegah penurunan berat badan melakukan IMD melalui kontak kulit
yang berlebihan, bayi lebih tenang, ke kulit antara ibu dan bayi segera
mengurangi risiko infeksi dan setelah lahir selama minimal 1 jam,
depresi pada ibu pasca persalinan rawat gabung selama 24 jam
serta meningkatkan rasa percaya diri pertama. Asuhan yang tidak tepat
ibu untuk merawat bayi (WHO, dapat menyebabkan bayi baru lahir
1997;IDAI, 2008). menjadi hipotermi.
IMD yang merupakan salah satu
bagian dari pencegahan hipotermi SIMPULAN DAN SARAN
merupakan kunci kesuksesan Simpulan
menyusui yang dipengaruhi oleh Asuhan bidan dan perawat yang tepat
sikap, pengetahuan dan motivasi sesuai rekomendasi WHO dalam the
bidan/dokter penolong persalinan, warm chain berpengaruh
didukung oleh suami, keluarga, dan menurunkan risiko terjadinya
masyarakat. Informasi dan dukungan hipotermi pada bayi baru lahir.
sangat diperlukan bagi ibu dan Saran
keluarga dimulai sejak kehamilan Perlu dilakukan pelatihan bagi bidan
(UNICEF, 2013;Debes et al., maupun perawat mengenai prosedur
2013).Ibu yang memperoleh the warm chain sebagai upaya
dukungan dari bidan dan tenaga pencegahan hipotermi pada bayi baru
kesehatan memiliki tingkat lahir.
keberhasilan melakukan IMD 17.5 Daftar Pustaka
kali lebih besar dari ibu yang tidak

8
Boutilier, R. G. (2001). Mechanisms to improve breastfeeding. NMC,
of cell survival in hypoxia and 36(5), 318–324.
hypothermia. The Journal of http://doi.org/10.1097/NMC.0b
Experimental Biology, 204(Pt 013e3182266314
18), 3171–3181. Hutagaol, H. S., Darwin, E., &
http://doi.org/10.1074/jbc.273.6. Yantri, E. (2014). Pengaruh
3320 Inisiasi menyusu dini ( IMD )
Debes, A. K., Kohli, A., Walker, N., terhadap suhu dan kehilangan
Edmond, K., & Mullany, L. C. panas pada bayi baru lahir.
(2013). Time to initiation of Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3),
breastfeeding and neonatal 332–338. Retrieved from
mortality and morbidity : a http://jurnal.fk.unand.ac.id
systematic review. BMC Public IDAI. (2008). Bedah ASI. Jakarta:
Health, 13(Suppl 3). Retrieved Balai Penerbitan FKUI.
from Interprofessional Education and
http://www.biomedcentral.com/ Research Committee of the
1471-2458/13/S3/S19REVIEW CMNRP. (2013). Newborn
Dyson, L., Mccormick, F., & Thermoregulation. Canada.
Renfrew, M. (2008). Jia, Y., Lin, Z., Lv, H., Li, Y., Green,
Interventions for promoting the R., & Lin, J. (2013). Effect of
initiation of breastfeeding delivery room temperature on
( review ). Cochrane Database the admission temperature of
of Systematic Reviews, (2). premature infants : a
http://doi.org/10.1002/1465185 randomized controlled trial.
8.CD001688.pub2.www.cochra Journal Of Perinatology,
nelibrary.com 33(July 2012), 264–267.
Farhadi, R., Rezai, mohammad S., http://doi.org/10.1038/jp.2012.1
& Nakhshab, M. (2014). 00
Incidence of neonatal Kemenkes. (2010a). Buku saku
hypothermia at bhospitals of pelayanan kesehatan neonatal
islamic Republic of Iran : a esensial. Retrieved from
review. Journal of Pediatrics http://www.gizikia.depkes.go.id
Review, 2(2), 21–30. /wp-
http://doi.org/10.7508/JPR-V2- content/uploads/downloads/201
N2-21-30 1/09/Buku-Saku-Pelayanan-
Horn, E.-P., Bein, B., Steinfath, M., Kesehatan-Neonatal-
Ramaker, K., Buchloh, B., & Esensial.pdf
Hocker, J. (2014). The Kemenkes. (2010b). Pedoman kader
incidence and prevention of seri kesehatan anak. Jakarta.
hypothermia in newborn Kemenkes. (2012). PP No 33 Tahun
bonding after cesarean delivery: 2012 Tentang Pemberian Air
a randomized controlled trial. Susu Ibu Eksklusif. Retrieved
Survey Of Anesthesiology, from
59(1), 26–27. http://www.kinerja.or.id/pdf/5df
http://doi.org/10.1213/ANE.000 fecb9-4ca6-4e08-83de-
0000000000160 2d4bb555d08f.pdf
Hung, K. J., & Berg, O. (2011). Kemenkes. (2015a). Panduan
Early skin to skin after cesarean operasional pelayanan

9
persalinan dan nifas normal global burden of neonatal
bagi tenaga kesehatan. Jakarta. hypothermia : systematic review
Kemenkes. (2015b). Profil kesehatan of a major challenge for
indonesia 2014. Jakarta. newborn survival. BMC
Retrieved from Medicine, 11(24).
http://www.depkes.go.id/resourc http://doi.org/10.1186/1741-
es/download/pusdatin/profil- 7015-11-24
kesehatan-indonesia/profil- McCall, E., Alderdice, F., Halliday,
kesehatan-Indonesia-2015.pdf H., Jenkins, J., & Vohra, S.
Klaus, M. (1998). Mother and (2010). Interventions to prevent
infant : early emotional ties. hypothermia at birth in preterm
Pediatrics, 102(5). and / or low birthweight infants
http://doi.org/10.1542/peds.102. ( review ). Cochrane, (3).
5.SE1.1244 http://doi.org/10.1002/14651858
Knobel-dail, R. B. (2015). .CD004210.pub4.
Preventing hypothermia in Moore, E. R., Anderson, G. C.,
preterm infants : a program of Bergman, N., & Dowswell, T.
research. Rwanda Journal (2014). Early skin-to-skin
Series F: Medicine and Health contact for mothers and their
Science, 2(2), 57–61. healthy newborn infants. The
http://doi.org/10.4314/rj.v2i2.10 Cochrane.
F http://doi.org/10.1002/14651858
Kosim, M. S., Yunanto, A., Dewi, R., .CD003519.pub3.Early
Sarosa, G. I., & Usman, A. Mullany, L. C. (2010). Neonatal
(2014). Buku ajar neonatologi. hypothermia in low-resource
Jakarta: Badan Penerbitan setting. NIH Public Access,
IDAI. 34(6), 426–433.
Kumar, V., Shearer, J. C., Kumar, A., http://doi.org/10.1053/j.semperi.
& Darmstadt, G. L. (2009). 2010.09.007.Neonatal
Neonatal hypothermia in low Nurbaeti, I., & Lestari, K. B. (2013).
resource settings : a review. Efektivitas comprehensive
Journal Of Perinatology, 29(6), breastfeeding education
401–412. terhadap keberhasilan
http://doi.org/10.1038/jp.2008.2 pemberian air susu ibu
33 postpartum. Jurnal
Lapcharoensap, W., & Lee, H. C. Keperawatan Padjajaran, 1,
(2016). Temperature 88–98. Retrieved from
management in the delivery http://jkp.fkep.unpad.ac.id/inde
room and during neonatal x.php/jkp/article/viewFile/56/53
resuscitation. NeoReviews, Orün, E., Yalç, S. S., Madenda, Y., &
17(8), 454–462. Üstünyurt-eras, Z. (2010).
http://doi.org/10.1542/neo.17-8- Factors associated with
e454 breastfeeding initiation time in a
Lissauer, T., & Fanaroff, A. A. Baby-Friendly Hospital. The
(2006). At a glance neonatologi. Turkish Journal Of Pediatrics,
Jakarta: Penerbit Erlangga. 52, 10–16.
Lunze, K., Bloom, D. E., Jamison, D. Pratiwi, E., Soetjiningsih, &
T., & Hamer, D. H. (2013). The Kardana, I. M. (2009). Effect of

10
kangaroo method on the risk of le.pdf
hypothermia and duration of WHO. (1997). Thermal protection of
birth weight regain in low birth newborn: a practical guide.
weight infant: a randomized Retrieved from
controlled trial. Paediatrica http://apps.who.int/iris/bitstrea
Indonesiana, 49(5), 253–258. m/10665/63986/1/WHO_RHT_
Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusu MSM_97.2.pdf
dini plus ASI eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S.
(2014). Dasar-dasar
metodologi penelitian Klinis
Edisi Ke-5. Sagung Seto.
Shwetal, B., Pooja, P., Neha, K.,
Amit, D., & Rahul, P. (2012).
Knowledge , attitude and
practice of postnatal mothers for
early initiation of breast feeding
in the obstetric wards of a
tertiary care hospital of
Vadodara City. National
Journal Of Community
Medicine, 3(2), 305–309.
Srivastava, S., Gupta, A., Bhatnagar,
A., & Dutta, S. (2014). Effect of
very early skin to skin contact
on success at breastfeeding and
preventing early hypothermia in
neonates. Indian Journal Of
Public Health, 58(1).
http://doi.org/10.4103/0019-
557X.128160
Syam, A., & Amiruddin, R. (2015).
Inhibitor factors of early
initiation of breastfeeding
among mothers in rural district
Bone , South Sulawesi ,
Indonesia. Asian Journal Of
Epidemiology.
http://doi.org/10.3923/aje.2015.
1.8
UNICEF. (2013). The Evidence and
rationale for the UNICEF UK
baby friendly initiative
standards. Retrieved from
https://www.unicef.org.uk/wp-
content/uploads/sites/2/2013/09/
baby_friendly_evidence_rationa

11

Vous aimerez peut-être aussi