Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
Dengan ini menyatakan telah menyelesaikan presentasi kasus sebagai salah satu
syarat memenuhi portofolio sesuai dengan Buku Pedoman kegiatan Internship Dokter
Indonesia.
Nama : dr. Anindita Tathya Jati
Status : dokter Internship RSUD Kota Tangerang
Rotas : Instalasi Gawat Darurat
Judul Kasus : Unstable Angina Pectoris
Presentasi dihadiri oleh peserta dokter internship (IGD dan Rawat Inap):
1. dr. Gladya Utami
2. dr. Novia Nadhila
3. dr. Riyan Adi Hermawan
4. dr. Sayyid Affan Muadzi
5. dr. Junior Harris
6. dr. Anggi Saputri
7. dr. Lingkan Bimoro
8. dr. Rizka Rachmania
9. dr. Annisa Rizky Maulida
10. dr. Ghaysa Miara Bahar
Demikian surat ini saya lampirkan sebagai bukti telah menyelesaikan tugas saya sebagai
dokter internship. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih
Mengetahui,
Dokter Pembimbing Internship DPJP Kasus Presentasi
RSUD Kota Tangerang
Kimia Klinik
Natrium 142 mmol/L
Kalium 3.9 mmol/L
Klorida (Cl) 107 mmol/L
Kalium Ion (Ca++) 1.05 mmol/L
Ureum 36 mg/dL
EKG
1.2. EPIDEMIOLOGI
Gangguan mengancam kehidupan ini adalah penyebab utama
perawatan medis di IGD dan ruang rawat di Amerika Serikat. Pada
tahun 2004, National Center for Health Statistics melaporkan rawat-
inap 1,565,000 untuk primer atau sekunder diagnosis akut koroner
1.3. ETIOLOGI
Beberapa faktor risiko koroner turut berperan dalam proses
aterosklerosis, antara lain hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, dan
merokok. Adanya infeksi dan stres oksidatif juga menyebabkan
kerusakan endotel. Faktor-faktor risiko ini dapat menyebabkan
kerusakan endotel dan selanjutnya menyebabkan disfungsi endotel.
Disfungsi endotel memegang peranan penting dalam terjadinya proses
aterosklerosis. Jejas endotel mengaktifkan proses inflamasi, migrasi
dan proliferasi sel, kerusakan jaringan lalu terjadi perbaikan, dan
akhirnya menyebabkan pertumbuhan plak.1
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses
aterosklerosis antara lain adalah:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Umur, jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Faktor risiko yang dapat diubah :
Merokok, hiperlipidemi, hipertensi, obesitas dan DM.
Penilaian stratifikasi resiko dapat digunakan untuk
memprediksi kejadian penyakit jantung akibat tromosis pada jangka
pendek dan panjang dan juga dapat dipakai untuk memandu dalam
menentukan strategi tatalaksana terbaik (invasif atau konservatif)
untuk setiap pasien.3
1.4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang paling umum melibatkan
ketidakseimbangan yang disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen
ke miokardium, sedangkan dengan mekanisme yang tertera di bawah
ini, ketidakseimbangan ini sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan oksigen pada miokard.1
1. Ruptur Plak
Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting
penyebab angina pektoris tidak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi
oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner yang sebelumnya
mempunyai penyempitan yang minimal. Plak aterosklerotik terdiri
dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan
fibrotik (fibrotic cap). Plak yang tidak stabil terdiri dari inti banyak
mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya
ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang
normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Terjadinya ruptur
menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan
menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus
menutup pembuluh darah 100% akan terjadi infark dengan elevasi
segmen ST, sedangkan bila trombus tidak menyumbat 100% dan
hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angin tak
stabil.2
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Anindita Tathya Jati
2. Trombosis dan Agregasi Trombosit
Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan salah
satu dasar terjadinya angina tak stabil. Terjadinya trombosis setelah
plak terganggu disebabkan karena interaksi yang terjadi antara
lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen. Inti lemak merupakan
bahan terpenting dalam pembentukan trombus yang kaya
trombosit, sedangkan sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang
ada dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam
plak tak stabil. Setelah berhubungan dengan darah, faktor jaringan
berinteraksi dengan faktor VIIa untuk memulai kaskade reaksi
enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin.2
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi
agregasi platelet dan platelet melepaskan isi granulasi sehingga
memicu agregasi yang lebih luas, vasokonstriksi dan
pembentukkan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut
berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan koagulasi dan
berperan dalam memulai trombosis yang intermiten, pada angina
tak stabil.2
3. Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting
pada angina tak stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan
bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet berperan pada
perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme.
Spasme yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga dapat
menyebabkan angina tak stabil, dan mempunyai peran dalam
pembentukan trombus.2
4. Erosi pada plak tanpa ruptur
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena
terjadinya poliferasi dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi
terhadap kerusakan endotel; adanya perubahan bentuk dan lesi
karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan
penyempitan pembuluh dengan cepat dan keluhan iskemia.2
Keadaan
klinis
Intensitas
Pengobatan
1. Tidak ada pengobatan atau pengobatan minimal
2. Masih timbul serangan angina walaupun sudah mendapatkan
terapi standard pada kronik UA ( beta-blockers, nitrat dan
calcium antagonists oral)
1.6. DIAGNOSIS
Presentasi klinis angina tidak stabil:
1. Angina saat istirahat biasanya ≥ 20 menit
2. Onset angina baru CCSC kelas III atau IV dalam waktu 4 minggu
presentasi
3. Peningkatan frekuensi dan intensitas angina sebelumnya stabil
untuk CCSC kelas III atau IV
4. Angina dalam waktu 6 minggu setelah infark miokard.4
Dengan anamnesis yang baik dan teliti sudah dapat
disimpulkan mengenai tinggi rendahnya kemungkinan penderita
tersebut menderita angina pektoris stabil atau kemungkinan suatu
angina pektoris tidak stabil. Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnesis
mengenai angina pectoris yaitu: lokasinya, kualitasnya, lamanya,
faktor pencetus, faktor yang bisa meredakan nyeri dada tersebut.
Beratnya nyeri pada angina pectoris dapat dinyatakan dengan
menggunakanskala dari Canadian Cardiovaskuler Society, seperti pada
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Anindita Tathya Jati
tabel di bawah ini:
1.7. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan SKA adalah mengembalikan aliran
darah koroner dengan trombolitik/ PTCA primer untuk menyelamatkan
jantung dari infark miokard, membatasi luasnya infark miokard, dan
mempertahankan fungsi jantung. Penderita SKA perlu penanganan
segera mulai sejak di luar rumah sakit sampai di rumah sakit.
Pengenalan SKA dalam keadaan dini merupakan kemampuan yang
harus dimiliki dokter/tenaga medis karena akan memperbaiki
prognosis pasien. Tenggang waktu antara mulai keluhan-diagnosis dini
sampai dengan mulai terapi reperfusi akan sangat mempengaruhi
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Anindita Tathya Jati
prognosis. Terapi IMA harus dimulai sedini mungkin,
reperfusi/rekanalisasi sudah harus terlaksana sebelum 4-6 jam.5
Pasien yang telah ditetapkan sebagai penderita UAP/NSTEMI
harus istirahat di ICCU dengan pemantauan EKG kontinyu untuk
mendeteksi iskemia dan aritmia. Oksigen diberikan pada pasien
dengan sianosis atau distres pernapasan. Perlu dilakukan pemasangan
oksimetri jari (finger pulse oximetry) atau evaluasi gas darah berkala
untuk menetapkan apakah oksigenisasi kurang (SaO2 <90%). Morfin
sulfat diberikan bila keluhan pasien tidak segera hilang dengan nitrat,
bila terjadi edema paru dan atau bila pasien gelisah. Penghambat ACE
diberikan bila hipertensi menetap walaupun telah diberikan nitrat dan
penyekat-β pada pasien dengan disfungsi sistolik faal ventrikel kiri
atau gagal jantung dan pada pasien dengan diabetes. Dapat diperlukan
intra-aortic ballon pump bila ditemukan iskemia berat yang menetap
atau berulang walaupun telah diberikan terapi medik atau bila terdapat
instabilitas hemodinamik berat.5
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan oksigen jantung antara lain: pasien harus berhenti merokok,
karena merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontrasepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.2,6
1.8 KOMPLIKASI
Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang
sering memberikan komplikasi adalah ventrikel fibrilasi. Ventrikel
fibrilasi 95% meninggal sebelum sampai rumah sakit. Komplikasi lain
meliputi disfungsi ventrikel kiri/gagal jantung dan hipotensi/syok
BORANG INTERNSHIP RSUD KOTA TANGERANG
PERIODE Mei 2018 – Mei 2019
dr. Anindita Tathya Jati
kardiogenik.1