Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMULIAAN TANAMAN
ACARA IV
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SILANG
Semester :
Genap 2015
Oleh:
Muhammad Azka Fardani
NIM A1L014153/ Rombongan 7
Nama : Fitrianti
NIM : A1L013052
Nama Partner :
1. Hening Heriswari
3. Kuti Yulianti
4. Apriliane Briantika L
Rombongan :3
A. Latar Belakang
pertanian tidak hanya berkisar pada kuantitas, akan tetapi kualitas dari produk
akan produk dengan kualitas terbaik memiliki tempat tersendiri di pasar. Oleh
sebab itu perlu adanya perbaikan sifat hasil pertanian agar permintaan masyarakat
dapat terpenuhi.
Salah satu tujuan dari pemuliaan tanaman adalah menciptakan tanaman yang
unggul. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan persilangan. Persilangan itu
sendiri adalah kegiatan menyatukan dua tetua dengan susunan genetik yang
berbeda. Dengan persilangan diharapka sifat-sifat baik dari kedua tetua dapat
muncul pada anakannya, sehingga anakan tersebut memiliki sifat-sifat unggul dari
induknya.
B. Tujuan
kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung, sebagai salah satu tahap dalam
silang antara dua tetua dengan susunan genetik yang berbeda. Hibridisasi
tanaman menyerbuk silang biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau
menurut Sudarka dkk (2009), penyerbukan silang adalah bersatunya tepung sari
dengan putik, dimana tepung sari berasal dari tanaman lain yang sifatnya berbeda.
(Widura,2014):
a. Persiapan
Bahan persilangan terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Alat
b. Kastrasi
c. Emaskulasi
Bertujuan untuk membuang alat kelamin jantan pada bunga yamg akan
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh
serbuk sari asing. Isolasi dapat dilakukan dengan mengerudungi bunga jantan
Pengumpulan serbuk sari didapat dari tetua jantan. Pada tanaman jagung
kekantong kertas
f. Penyerbukan
g. Penyungkupan
h. Pelabelan
penyerbukan silang antara lain seleksi massa, seleksi satu tongkol satu baris,
seleksi pedigri, seleksi curah, Modifikasi seleksi pedigre, single seed descent,
seleksi fenotip berulang dan backcross. Dibawah ini merupakan penjelasan
a. Seleksi massa
Seleksi massa dapat dijadikan dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang
dan dasar pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies tanaman yang
Teknik seleksi ini merupakan modifikasi dari teknik seleksi massa yang
dalam cukup besar karena pemilihan pada satu tongkol hanya satu baris.
c. Seleksi pedigri
Musim 2: Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari tiap tongkol ditanam satu
baris, ±25 tanaman. Seleksi secara visual dilakukan antara famili dan dalam famili
(baris), dan dipilih 3-5 tanaman dari baris yang terpilih untuk dilakukan silang
diri. Panen dilakukan secara terpisah untuk masing-masing tongkol, dipilih 1-3
tongkol hasil silang diri untuk tiap baris terpilih dan diperoleh biji S2.
Musim 3: Biji S2 ditanam satu tongkol satu baris dengan 15-25 tanaman. Seleksi
diteruskan antara baris dan dalam baris. Pilih 3-5 tanaman dari baris yang terpilih
untuk dibuat silang diri. Panen dilakukan secara terpisah untuk masing-masing
Musim 4: Biji (S3) yang terpilih ditanam kembali seperti pada musim 3. Silang
diri dilakukan sampai generasi keenam (S6) untuk memperoleh galur yang
mendekati homozigot.
tongkol hasil silang diri dalam jumlah yang sama. Seleksi dilakukan sampai empat
generasi dan evaluasi daya gabungnya dilakukan pada galur S4. Modifikasi dapat
digunakan untuk silang diri, tetapi biji dari 1-3 tongkol hasil silang diri dari galur
terpilih dicampur dan silang diri dilanjutkan hingga mencapai homozigot. Seleksi
curah dapat menghemat biaya dan dapat dilakukan dengan banyak populasi
sekaligus.
Metode ini merupakan kombinasi antara seleksi pedigre dengan seleksi curah
hanya diambil satu biji untuk generasi berikutnya. Dari populasi dasar dipilih
rekombinasi.
h. Backcross
sudah ada tetapi perlu menambah karakter yang lain seperti ketahanan terhadap
hama penyakit. Galur yang hendak diperbaiki adalah tetua pengulang (recurrent
tanaman yang satu dan tanaman yang lain dalam satu spesis untuk mendapatkan
genotype (sifat-sifat dalam) yang unggul, dan biasa di sebut breeding. Varietas
hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur
inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun
1. Sumber genetik
hibrida adalah pemilihan plasma nutfah pembentuk populasi dasar yang akan
menentukan tersedianya tetua unggul. Dalam perakitan hibrida diperlukan
sedikitnya 2 populasi dengan latar belakang plasma nutfah dan keragaman genetik
yang luas, selain itu memiliki penampilan hasil persilangan yang baik dan
2. Perbaikan populasi
a. Pembuatan galur S1
Inbrida dapat dibentuk dengan bahan dasar varietas bersari bebas atau
hibrida dan inbrida lain. Pembentukan inbrid dengan bahan dasar varietas bersari
bebas dilakukan melalui seleksi tanaman dan tongkol selama silang diri.
inbrida yang sering disebut seleksi kumulatif. Hibrida hasil dari persilangan dapat
Bahan yang diperlukan untuk praktikum acara ini adalah tongkol tetua
betina dan malai tetua jantan, sedangkan alat yang digunakan yaitu kantong kertas
B. Prosedur Kerja
3. Kantong yang berisi serbuksari dilepaskan dari malai dengan hati-hati agar
4. Tanaman jagung yang akan dijadikan tetua betina dipilih. Bunga betina
A. Hasil
P : betina x Jantan
Bima Arjuna
TTbb ttBB
F1 : Galur
TtBb
B. Pembahasan
atau serbuk sari pada stigma. Persilangan dibagi menjadi dua, yaitu perkawinan
yaitu:
1. Secara morfologis/fisik putil (pistilum) dan benang sari (stament) sedemikian
2. Tepung sari dan sel telur berbeda masaknya (dichogamie). Protandri yaitu
apabila bunga jantan masak lebih dahulu dari bunga betina. Protogini yaitu
6. Tanaman berumah dua (dioecious) adalah tanaman dengan bunga jantan dan
tanaman berumah satu (monoecious) dengan bunga jantan dan bunga betina
terpisah pada bunga yang berbeda tetapi masih pada satu tanaman yang sama.
sendiri. Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai
pembungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga
biji pada tongkol jagung, meskipun tongkol yang terbentuk kecil, pendek yaitu
panjang tongkol hanya 10 cm dan jumlah biji yang sedikit yaitu hanya 147 biji
faktor, diantaranya adalah pemilihan tetua yang baik, pemilihan tetua yang baik
dilakukan dengan memilih bunga jantan dan betina yang baik pula, selain itu
keberhasilan juga dapat terjadi karena pada saat pngguguran serbuk sari dilakukan
dengan hati-hati serta penyerbukan serbuk sari keputik dilakukan dengan baik
jantan dan betina sangat penting. Apabila pemilihan tetua jantan dan tetua betina
tidak tepat maka penyerbukan akan berjalan tidak maaksimal sehingga akan
Menurut Syukur (2009), ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
A. Kesimpulan
kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung Bima dengan Arjuna, sebagai salah
satu tahap dalam upaya perakitan varietas baru tanaman menyerbuk silang. Hasil
biji F1 yang diperoleh sebanyak 147 dengan panjang tongkol hasil persilangan 10
cm.
B. Saran
Allard, R.W. 1992. Principle of Plant Breeding. John Willey & Sons. Inc.
Paliwal, R.L. 2000. Hybrid maize breeding. In: Paliwal, R.L., G. Granados, H.R.
Lafitte, and A.D. Violic (Eds.). Tropical Maize: Improvement And
Production. FAO, Rome, Italy.
Poehlman, J.M., and D. Borthakur. 1969. Breeding Asian Field Crops. Oxford &
IBH Publ. Co., New Delhi.
Takdir, Andi dkk . 2012. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian
Serealia. Maros.