Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SITUASI NASIONAL
Persoalan hari ini tentu tidak terlepas dari berapa tahun silam yaitu Perubahan
ekonomi pada tahun 1998 di sinilah mulai di awali ketika krisis bagaimana IMF masuk dengan
menawarkan beberapa program menjawab krisis yang salah satunya yaitu pemberian pinjaman
ke indonesia dengan syarat privatisasi beberapa aset vital (BUMN) guna jaminan agar
mendapatkan pinjaman. Ritme hutang tersebut berlanjut dari zaman SBY yang perkiraan
hampir 1.000 triliun dan itu hampir berlajut pada periode selanjutnya di jokowi yang sampai
hari ini hutang mencapai 4.000 triliun.
Perkembangan ekonomi indonesia tidak terlepas dari tren ekonomi global yang di
menangkan oleh blog barat, yang salah satu instrumen dalam menguasai ekonomi global yaitu
WTO. Namun ternyata situasi WTO hari ini lagi mengalami pelemahan efek dari perlawanan
negara berkembang seperti indonesia ,cina dan india dengan memblokade pada sektor
pertanian yang berefek terhadap krisis pada tahun 2008. Namun melemahnya WTO tahun
2008 tidak serta merta menyerah untuk mencari metode penyelamatan krisis yaitu melakukan
pertemuan dengan pembangunan perjanjian internasional seperti Free Trade Area (FTA),
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan masih banyak yang lain perjanjian guna menyelamatan
krisis. Hal menarik ialah bagaimana cina sebagai negara berkembang namun mampu
memproduksi barang dengan jumlah banyak dengan harga yang murah pada akhirnya merusak
pasar global, namun berbeda di indonesia yang tidak memiliki industri nasional yang di miliki
oleh negara, namun industri indonesia di bangun dari hutang dan investasi dari para
pengusaha internasional , hal ini semakin subur ketika negara menawarkan tenaga kerja
murah, selain itu juga ada digital ekonomi ada peluang pasar bagi para pengusaha nasional
atau internasional guna mejawab pemasaran sampe ke plosok-plosok indonesia.
Ketika ekonomi politik semakin carut marut maka akan mengubah sosial budaya
masyarakat tidak ada satu fundmental yang jelas bahkan kecenderungan masyarakat lebih
fragmatis dan sentimen-sentimen antar kelompok yang gak jelas. Hal ini di dukung dengan
digitalisasi bagaimana masyarakat lebih cenderung individualistik di karenakan model
komunikasinya tanpa harus tatap muka sudah bisa ketemu dan ini di manfaatkan oleh borjuasi
dalam menyebar isu-isu hoax untuk memecah gerakan rakyat.
Efek dari dinamika tersebut berefek pada ekonomi politik indonesia yang di kuasai oleh
pengusaha berserta kroni oligarkinya dengan cara Liberalisasi politik Secara peraturan harus
di rombak dan di perumit bahkan peraturannya agar mempertahankan oligarki partai yang di
dalmnya para pengusaha guna untuk mempermudah jalannya infesasi besar-besaran dengan
jalan lain pemerintah juga melakukan Desentralisasi daerah atau Otonomi daerah mulai di
berlakukan mulai tahun 2004 yang pada akhirnya negara tidak memiliki kekuatan dalam
mencabut mandat walikota daerah secara perlahan bagimana negara melepas tanggung
jawabnya terhadap hak publik rakyat.
Pengaruh dari demokrasi liberal telah melahirkan kelompok politik yang pragmatis,
tidak terideologis, tidak memiliki program kerakyatan. Situasi politik hari ini, semangat politik
yang berkembang adalah kelompok konservatif dari golongan kanan menawarkan isu
kerakyatan namun ternyata menjilat pengusaha nasional ataupun internasional, pada akhirnya
ketika ekonomi di kuasai oleh pengusaha. maka akan berpengaruh terhadap politik yang di
kuasai oleh para pengusaha. Pada akhirnya berefek terhadap partai politik yang di mana partai
di miliki dengan cara ukuran uang seperti PDI-P di miliki oleh megawati, Gerindra di miliki
prabowo begitu pula selanjutnya. Bahkan pada pemilu hanya sebatas menjawab pengusaha
mana yang akan berkuasa dan rakyat hanya di libatkan pada momentum pemilu paska pemilu
tidak pernah di jawab soal kesejahteraan rakyat akhrinya berefek terhadap lesunya demokrasi
di indonesia akhirnya rakyat hanya bisa mengekor terhadap para pengusaha dan penguasa
yang berwatak koruptif itu. Pemilu 2019 hari ini juga telah mengakibatkan korban jiwa
sebanyak 255 dan sakit 1.470, total KKPS anggota yang meninggal dunia dan sakit 1.695 orang.
Pemilu yang oleh elit dan partai borjuasi di kemas sebagai pesta rakyat, namun hari ini hanya
meninggalkan kesengsaraan pada rakyat. dari kedua capres dan partai politik tidak ada
satupun yang secara jelas dan kongkrit menunjukkan keberpihakan yang jelas kepada rakyat.
semua kekuatan politik nasional yang bertaung dalam kancah electoral hanya menjadikan
pemilu sebagai ruang legitimasi untuk semakin mengikat rakyat pada kekuatan kapital yang
selalu menindas.
Jika menilik beberapa sektor industri ternyata mengalami over produksi akibat tidak
terserap dan di konsumsi oleh masyarakat dunia yang hal itu kemudian mendorong tingkat
produksi dari barang mulai di kurangi seperti produk handphone (nokia,samsung dll). Imbas
dari situasi over produksi di global berefek terhadap ekonomi indonesia yang salah satunya
pada komoditas minyak kelapa yang mengandalkan ekspor mulai terhambat pada akhirnya
banyak terjadi PHK massal di belahan negara lain termasuk di indonesia.
Situasi Perburuhan
Pemilu 2019 merupakan gambaran betapa suara buruh atau kepentingan buruh tidak hadir
dalam kancah perpolitikan nasional. Buru hanya di jadikan lumbung suara tampa ada
keuntungan balik. Ruang-ruang politik terus dijejaki oleh deru bising keributan para
pengusaha-pengusaha, jenderal-jenderal pensiunan dan politikus berebut kekuasaan. Padahal
ruang politik itu menentukan kebijaka-kebijakan Negara dan arah pengunaan sumber daya
Negara. Pantas saja. Kebijakan-kebijakan Negara saat ini pro pengusaha dan rakyat tergusur
demi proyek-proyek swasta pengusaha dan mengatasnamakan pembangunan. Rezim semakin
hebat dalam mengusung agenda-agenda neoliberalisme. Selain masalah investasi dan
perdagangan bebas, isu upah dan ketenagakerjaan menjadi aspek paling disorot sebagai
indikator pengusung kepentingan kaum kapitalis.
Penghujung tahun 2017 telah kita tutup, dan tahun 2018 dibuka dengan kenyataan pahit
terhadap implementasi PP 78/2015. Kementerian Ketenagakerjaan menginstruksikan seluruh
daerah untuk membatasi kenaikan upah buruh sebesar 8,71%. Padahal, PP 78/2015 sejak awal
cacat secara konstitusi dan anti demokrasi dengan menghilangkan peran buruh untuk terlibat
dalam perumusan upah. Celakanya, upah buruh Indonesia ditekan serendah-rendahnya
beriringan dengan pencabutan subsidi di sektor vital. Secara otomatis, beban ekonomi
keluarga buruh semakin tinggi, dan semakin sulit melepaskan jerat kemiskinan.
Skema politik upah murah yang diberlakukan rezim neoliberalisme melalui PP 78/2015,
telah sukses mereproduksi ketimpangan dan kemiskinan. Berdasarkan standar Bank Dunia,
jumlah orang miskin di Indonesia diperkirakan 70 juta jiwa. Dengan kata lain, 1 dari 4 orang
Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Berbagai survey pun menunjukkan ketimpangan
sosial ekonomi rakyat Indonesia disebabkan oleh beberapa aspek, dan sumber ketimpangan
terbesar dari segi penghasilan / besaran upah
Dampak digitalisasi terhadap tenaga kerja buruh sangat besr dengan alih-alih pergantian
tenga manusia dengan tenaga mesin, akan mencptakan pengangguran structural yang cukup
tinggi bgi akum muda dan rakyat inndonesi pada umunya kalau kta ambil sampelpenelitian LIPI
dari serikt pekerja perussahaan garmen itu menyebutkan, kebuuhan pekerja terus menyusut
sejak teknologi digital diterapkan dalam perusahaan. Perusahaan biasanya membutuhkan 300
pekerja, otomatisasi membuat jumlah perkerja yang dibutuhkan hanya setengahnya, yakni 150
pekerja pergiliran/Shift dalam artian bahwa kelahiran revolusi industri 4.0 hanya menciptakan
pengangguran kelas pekerja Indonesia diberbagai setor.