Vous êtes sur la page 1sur 17

Nama : Delstrin Dogumu

Nim : 051611002

Matkul : Asuhan Neonatus Bayi dan Balita

ASUHAN PRIMER PADA BAYI USIA 6 MINGGU PERTAMA

PERAN BIDAN PADA BAYI SEHAT


Salah satu unsur penting untuk mengurangi insiden kesakitan dan kematian diantara bayi-bayi
dan anak-anak adalah suatu sistem pengawasan yang baik.
Pendekatan yang lengkap dalam hal pengawasan kesehatan ini terutama menitik beratkan pada
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang baik, berupa pencegahan penyakit – penyakit
biasa yang terdapat pada bayi dan anak – anak serta mengenalnya sedini mungkin dan
mengobatinya. Adapun peran bidan yang dapat diberikan untuk mewujudkan bayi sehat:
1. Bidan sebagai pengawas
Yaitu mengawasi segala perkembangan bayi setiap tumbuh kembangnya, memonitoring
tumbuh kembangnya serta menjaga agar bayi tetap sehat.
2. Bidan sebagai pendidik
Memberikan pendidikan kepada para orang tua agar dapat mengasuh bayi dan
menjadikannya bayi yang sehat
Adapun beberapa langkah yang dilakukkan bidan dalam mewujudkan bayi sehat:
a) Promotif
Upaya untuk meningkatkan motivasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan
peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan bayi. Misalnya: penyuluhan
tentang imunisasi pada bayi dll.
b) Preventif
Upaya pencegahan terjadinya masalah yang dapat mengganggu kesehatan bayi. Misalnya:
mengadakan pekan imunisasi untuk bayi dll.
c) KuratiF
Upaya pengobatan/penanganan terhadap suatu penyakit yang menyerang bayi.
d) Rehabilitatif
Upaya pemulihan dari sakit untuk dapat kembali sehat seperti sebelumnya.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan untuk mewujudkan bayi sehat antara lain:
 ASI Eksklusif
 Pemberian makanan dan gizi yang seimbang
 Hygiene dan sanitasi
 Imunisasi
 Tumbuh kembang bayi

BOUNDING ATTATCHMENT

Pengertian

Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang oleh ibu kepada
bayinya segera setelah lahir. Sedangkan Attchment adalah Proses agar tetap terjalin keterikatan
batin antara individu, meliputi pencurahan perhatian dan adanya hubungan emosi dan fisik yang
akrab. Jadi dapat disimpulkan Bounding Attchment adalah kontak dini secara langsung antara
ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dgn post partum.

Tahap- tahap Bounding Attchment:

1. Perkenalan (aquaintance) :

a) kontak mata

b) Sentuhan

c) berbicara,

d) Mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.


2. Bounding : keterikatan

3. Attachment : perasaan sayang yg mengikat individu dgn individu lain.

Elemen-elemen Bounding Attachment :

1. Sentuhan

2. Kontak mata

3. Suara

4. Aroma

5. Entrainment/ bergerak sesuai pembicaraan orang dewasa

6. Bioritme

7. Kontak dini

Keuntungan Fisiologis Kontak dini :

1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.

2. Reflek menghisap dilakukan dini.

3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.

4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua & anak

Prinsip-Prinsip & Upaya Meningkatakan Bonding Attachment:

1. Menit pertama jam pertama.


2. Sentuhan orang tua pertama kali.

3. Adanya ikatan yang baik & sistematis.

4. Terlibat proses persalinan.

5. Persiapan PNC sebelumnya.

6. Adaptasi

7. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi
menurunkan rasa sakit ibu,serta memberi rasa nyaman.

8. Fasilitas untuk kontak lebih lama.

9. Penekanan pada hal-hal positif.

10. Perawat maternitas khusus (bidan).

11. Libatkan anggota keluarga lainnya.

12. Informasi bertahap mengenai bounding

Hambatan Bonding Attachment:

1. Kurangnya support system.

2. Ibu dengan resiko.

3. Bayi dengan resiko.

4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.


Keuntungan Bonding Attachment:

1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, rasa percaya.

2. Bayi merasa aman.

3. Menjadikan ikatan batin yang kuat antara bayi dengan ibu.

4. Dasar untuk mengadakan sosialisasi

Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:

1. Pemberian ASI ekslusif.

Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung
bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

2. Rawat gabung.

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi
yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri
dikemudian hari.

Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi
ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat
menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu
kesatuan keluarga.
3. Kontak mata

Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat
untuk dapat melihat pada orang tuanya.

4. Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan
tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan
menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.

5. Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali
aroma susu ibunya.

6. Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan
struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.

7. Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.

8. Inisiasi menyusui Dini.


Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan
mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling
dengan segera.

9. Kesehatan emosional orang tua

Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan
kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses
bounding attachment ini.

10. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak

Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang
lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin
cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding
attachment terwujud.

11. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan

Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih
sayang yang penuh kepada bayinya.

KEBUTUHAN IMUNISASI

Pengertian

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan
sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap suatu penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi sesorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu sja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Umar,
2006).

Jenis dan Jadwal pemberian Imunisasi

1. Imunisasi BCG
Bacillus Calmette-Geurin atau BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC.
Meskipun BCG merupakan vaksin yang paling banyak digunakan di dunia (85% bayi
menerima 1 dosis BCG pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat
bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.
Kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan
laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi.
Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada
laboratotrium, bila hasilnya > 10 μg dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap
hepatitis B.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika telah
ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak konsisten.
Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin dulu
(bila usia anak lebih dari 3 bulan. IDAI) untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi TBC
atau belum, kekebalan untuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas
seluler), karena itu anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Maka dari itu
seorang ibu harus segera memberikan imunisasi BCG untuk anaknya.
Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1 ml
pada anak. Disuntikkan secara intrakutan. BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya
diragukan. BCG tidak dapat diberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti
pada penderita leukemia, anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderita
infeksi HIV (Wahab, 2000).
2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100
negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak,
penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus
hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga
dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.
Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsial melalui jalan
lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga
melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis
B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga
bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga. Malangnya,
tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Fungsi hati kadang tak terganggu meski
sudah mengalami sirosis. Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan normal.
Penyakit baru akan diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai
kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk
mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu, imunisasi merupakan langkah
efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.
Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia Pemberian sekurang-
kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada
paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang
lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tersebut dilakukan tambahan dengan
imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam. Lokasi Penyuntikan: Pada
anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi disuntikan lewat
anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di
bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. Tanda Keberhasilan:
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran
keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah
anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000: berarti daya tahanya 8 tahun. diatas 500:
tahan 5 tahun, diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi apabila jumlahnya 100: maka dalam setahun
akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lebih
dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. Indikator Kontra: Tak dapat diberikan
pada anak yang sakit berat
3. Polio
Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat
dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine,
yang melalui suntikkan. Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang
yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat
sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh
dan tetap kecil.
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan
permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat
menggerakkan otot pernapasan. Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2
(dua) tetes setiap kali jadwal imunisasi.
4. DPT
Deskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus
yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3
mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi
vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Indikasi
Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
Komposisi Tiap ml mengandung: Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toksoid tetanus
yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg.
Dosis dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan suspensi.
Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Bagian
anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat
penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak direkomendasikan karena
dapat mencederai syaraf pinggul). Satu dosis adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus
digunakan jarum suntik dan syringe yang steril.
Imunisasi DPT harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada
usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu.
Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan
vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib. dan vaksin Yellow Fever.
Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan suntikan pertama
DPT. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir. Untuk individu
penderita virus human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala
harus diberi imunisasi DPT sesuai dengan standar jadwal tertentu.
5. Campak
Imunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya.
Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh
antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah
menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit
yang disebabkan virus Morbili ini.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita
yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-
12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek,
demam), mata kemerahabn dan berair, si kecilpun merasa silau saat melihat cahaya.
Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.
Beberapa anak juga mengalami diare. satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang
turun naik, berkisar 38-40,5 C. Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah
yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu
kecil. Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada,
muka, tangan dan kaki.Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa
bagian tibih saja dan tidak banyak. Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan
turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik,
disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh
dengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh
benar dari sisa-sisa campak.Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yang sudah diberikan
dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis,
yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat
yang efektif mengatasi virus campak. Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat
berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak
berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.
Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan radang otak. Komplikasi ini
yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun.
Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika
sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
Kontra Indikasi Imunisasi
1. Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung
maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung
misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan reaksi
suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau pingsan.
2. Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah
diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi DPT
yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.Meski demikian, bisa juga reaksi induksi
vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh (misal, keracunan),
yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan memusatkan perhatian, nasalah
perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.
3. Penyebab tidak diketahui
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan
hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya, hingga kini
banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di dalam tubuh pada
tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada.Yang juga
kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan
anak-anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai
diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan
persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak,
sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, dan
masalah kesehatan yang menahun lainnya.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan
bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat:

1. BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan.
Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi
luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka
parut yang kecil.
2. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar
merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala
diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan
perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
3. POLIO: Jarang timbuk efek samping.
4. CAMPAK: Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10 hari sesudah
penyuntikan.
5. HEPATITIS: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek samping
imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
Teknik Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut :
 Memberitahukan secara rinci tentang resiko imunisasi dan resiko apabila tidak divaksinasi.
 Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat
persetujuan orang tua.
 Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan.
 Periksa identitas penerima vaksin.
 Periksa jenis vaksin.
 Periksa tanggal kadaluarsa.
 Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal.
 Berikan vaksin dengan teknik yang benar.
Penyimpanan
Vaksin harus didinginkan pada temperature 2-8°c dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT,
Hib, hepatitis B, dan hepatitis A) menjadi tidak aktif bila beku.

Pengenceran

Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam
periode waktu tertentu. Perlu diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat
mengalami perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 dengan panjang 25mm digunakan
Pembersihan Kulit

Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan dengan antiseptic.

Pemberian Suntikan

Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuscular kecuali pada 2 jenis vaksin yaitu
OPV (polio) diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal (dalam kulit)/
subkutan.

Teknik dan ukuran jarum

Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril.
Tabung suntik dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup yang diberi tanda (label) tidak
mudah robek dan bocor, untuk menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang.

Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25mm, tetapi pada bayi kurang bulan,
umur 2 bulan atau yang lebih muda dan bayi-bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran
26 dengan panjang 16mm.

Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran 25 dengan panjang 16mm,
untuk bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang 12mm.

Untuk suntikan intramuscular pada orang dewasa yang sangat gemuk (obesitas) dipakai jarum
ukuran 23 dengan panjang 38mm.

Untuk suntikan intradermal pada vaksinasi BCG dipakai jarum ukuran 25-27 dengan panjang
10mm.
Tempat suntikan yang dianjurkan

Pada akhir tahun 1980, WHO memberi rekomendasi bahwa daerah anterolateral paha adalah
bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk
menghindari resiko kerusakan saraf iskhiadika (nervus ischiadicus). Sedangkan untuk vaksinasi
BCG, harus disuntik pada kulit diatas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan diatas
puncak pundak memberi resiko terjadinya keloid.

Posisi anak dan lokasi penyuntikan

Penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian cara memegang
bayi dan anak yang berlebihan akan menambah ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan
otot. Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur di bawah 12 bulan adalah :

 Menghindari resiko kerusakan saraf ischiadika pada suntikan daerah gluteal.


 Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat.
 Sifat imunogenesitas vaksin hepatitis B dan rabies berkurang bila disuntikkan di daerah
gluteal.
 Menghindari resiko reaksi local dan terbentuk pembengkakan di tempat suntikan yang
menahun.
 Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
Vastus laterals posisi anak dan lokasi suntikan

Vastus latealis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha.
Vaksin harus disuntikkan kedalam batas antara 1/3 otot bagian atas dan tengah yang merupakan
bagian yang paling tebal dan padat.

Anak atau bayi diletakkan diatas meja periksa, dapat dipegang oleh orang tua/ pengasuh atau
posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau pengasuhnya. Celana (popok) bayi harus
dibuka bila menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian, vaksin
akan disuntikkan terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi
dan paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari.

Deltoid, posisi anak dan lokasi penyuntikan


 Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk disuntikkan di daerah deltoid ialah duduk
diatas pangkuan ibu atau pengasuhnya.
 Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya
diletakkan di belakang tubuh orangtua atau pengasuhnya.
 Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman dan berhasil.
 Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan meningkatkan
resiko penetrasi saraf.
Pengambilan vaksi dari botol atau vial

Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah dilarutkan, harus memakai
jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama.
Jarum yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil
vaksin dari botol vaksin karena resiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis
ganda (multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternative lain.

Penyuntikan subcutan

UMUR TEMPAT UKURAN JARUM

Bayi (0-12 bulan) Paha daerah anterolateral Ukuran 23-25


Panjang 16-19mm
1-3 tahun Paha daerah anterolateral Ukuran 23-25
atau daerah lateral lengan Panjang 16-19mm
atas
> 3 tahun Daerah lateral lengan atas Ukuran 16-19
Panjang 16-19mm

Perhatian untuk suntikan subcutan

 Arah jarum 45° terhadap kulit


 Cubit tebal untuk suntikan subkutan
 Aspirasi spuit sebelum vaksin disuntikkan
 Untuk suntikan multiple diberikan pada bagian ekstremitas berbeda
Penyuntikan intra muscular

UMUR TEMPAT UKURAN JARUM

Bayi (0-12 bulan) Otot vastus lateralis pada Ukuran 22-25


paha daerah anterolateral Panjang 22-25mm

1-3 tahun Otot vastus lateralis pada Ukuran 22-25


paha daerah anterolateral Panjang 16-32mm (panjang
sampai masa otot deltoid 16mm untuk di deltoid
cukup besar (pada umur 12-15 bulan)
umumnya umur 3th)
> 3 tahun Otot deltoid, dibawah Ukuran 22-25
acromion Panjang 25-32mm

Pemberian dua atau lebih vaksin pada hari yang sama

Pemberian vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boleh diberikan pada hari yang sama.
Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya vaksin yang dianjurkan dalam jadwal
imunisasi, pada umumnya dapat diberikan pada lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang
sama. Misalnya pada kesempatan yang sama dapat diberikan vaksin DPT, Hib, hepatitis B, dan
polio.

Lebih dari 1 macam vaksin virus hidup dapat diberikan pada hari yang sama, tetapi apabila
hanya 1 macam yang diberikan. Vaksin virus hidup yang kedua tidak boleh diberikan kurang
dari 2minggu dari vaksin yang 1, sebab respon terhadap vaksin kedua mungkin telah banyak
berkurang.

Vous aimerez peut-être aussi