Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN PERUBAHAN PROSES PIKIR : WAHAM

OLEH :

NI KADEK AYU PURNAMASARI


16.321.2496

A10-B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR

LAPORAN PENDAHULUAN
I. Kasus (masalah Utama)
Gangguan Proses Pikir : Waham
a. Pengertian
‐ Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tdaka diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Stuart dan Sunden, 1998).
‐ Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapu
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
bersal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control ( Depkes RI, 2000).
‐ Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakan budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat,1999).

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), factor predisposisi dari gangguan isi pikir : waham yaitu :
‐ Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
‐ Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
‐ Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
‐ Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
‐ Faktor genetik
b. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011), factor presipitasi dari gangguan isi pikir : waham yaitu :
‐ Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok
‐ Faktor biokimia\
Dopamine, norepineprin, dan zat halisinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
‐ Faktor psikologis
Kecemeasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan unuk mengatasi
masalah sehinga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.
c. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi: regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi, menarik
diri, pada keluarga: mengingkari.

d. Rentang Respon

‐ Pikiran logis ‐ Kadang-kadang ‐ Gangguan isi


‐ Persepsi proses pikir pikir halusinasi
akurat terganggu ‐ Perubahan
‐ Emosi ‐ Ilusi proses emosi
konsisten dgn ‐ Emosi ‐ Perilaku tidak
pengalaman berlebihan terorganisasi
‐ Perilaku sesuai ‐ Perilaku yang ‐ Isolasi sosial
‐ Hubungan tidak biasa
sosial ‐ Manarik diri
Dari rentang respon neurobiologik, digambarkan bahwa bila klien mendapat suatu
stressor akan berespon menuju respon adaptif maupun respon maladaptif. Bila
individu berespon adaptif, cenderung dapat berfikir logis, persepsi akurat, emosi
konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai dan dapat berhubungan social. Bila
individu berespon antara respon adaptif dan maladaptif maka akan menimbulkan
pemikiran kadang.kadang menimpang, ilusi, reaksi emosional
berlebihan/berkurang, perilaku ganjil dan menarik diri. Namun bila individu klien
berespon maladaptif akan cenderung mengalami kelainan
pemikiran/delusi/waham, halusinasi, ketidakmampuan emosi, isolasi social.

e. Fase-fase
Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham yaitu :
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang –orang
dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara social dan ekonomi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal
sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai
seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan
dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa
ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang (life span history).
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang
luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah
3. Fase control internal – eksternal
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa – apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dinyatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan, lingkungan hanya menjadi pendengar fasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang –
ulang. Dari siniah mulai terjadilah kerusakan control diri dan tidak berfungsinya
norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi social
(isolasi social).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan – kebuthan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi social.
f. Klasifikasi jenis dan sifat masalah
Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis waham yaitu :
‐ Waham kebesaran
Keykinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“saya ini pejabat di kementrian kesehatan
“saya punya perusahaan paling besar di dunia lho...”
‐ Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang
tetapi idak sesuai dengan kenyataan.
Contoh
“kalau saya mau masuk surga, saya harus memakai pakaian serba putih dan
mengeluakan tasbih setiap hari”
Saya adalah tuhan yang bisa mengendalikan mahkluk”
‐ Waham curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugkan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
‐ Waham somatik
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan dan
menceerai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh:
“saya menderita kanker”(padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel kanker
pada tubuhnya)
‐ Waham nihilistik
Keyakinan seserang bahwa diriya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenytaan.
Contoh:
“ini alam kubur kan ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
‐ Waham bizar
 Sisip pikir
Klien yakin ada pikiran orang lain yang disispkan didalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
 Siar pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun
dia tidak menyatakan pada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan
 Kontrol pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar
g. Tanda dan gejala Waham
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun

III. Pohon Masalah


Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah dengan pasien dengan
gangguan waham yaitu:

Risiko Perilaku Kekerasan

(Effect)

Gangguan Proses Pikir: Waham


(Core Problem)

Isolasi Sosial : Menarik Diri


(Causa)

Harga Diri Rendah Kronis


(Causa)

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Pola Pikir : Waham
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi Sosial
4. Harga Diri Rendah Kronis
V. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Waham TUM : SP 1 SP 1
Klien dapat mengontrol 1. Identifikasi kebutuhan pasien 1. Untuk mengetahui
wahamnya 2. Bicara konteks realita (tidak kebutuhan pasien
TUK I: mendukung atau membantah 2. Membantu pasien
‐ Berorientasi kepada relitas waham pasien) berkomunikasi sesuai realita
secara bertahap. 3. Latih pasien untuk memenuhi tanpa mendukung atau
‐ Mampu berinteraksi kebutuhannya “dasar” membantah waham pasien
dengan orang lain dan 4. Masukan dalam jadwal harian 3. Membantu pasien
lingkunagan pasien. memenuhi kebutuhannya
4. Agar klien dapat membuat
jadwal kegiatannya

2 Waham TUK II: SP 2 SP 2


‐ Menyebutkan kegiatan 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) 1. Untuk mengetahui sejauh
yang sudah dilakukan mana klien paham mengenai
‐ Mampu menyebutkan serta 2. Identifikasi potensi/kemampuan kegiatan yang sebelumnya
memilih kemampuan yang yang dimiliki dilakukan
dimiliki 3. Pilih dan latih 2. Untuk mengetahui
potensi/kemampuan yang dimiliki kemampuan/potensi yang
4. Masukan dalam jadwal kegiatan dimiliki pasien.
pasien. 3. Untuk membantu pasien
mengontrol waham dengan
kemampuan dan potensi
yang dimiliki
4. Agar pasien mengetahui
kegiatan apa saja yang sudah
dilakukan
3 Waham TUK III SP 3 SP 3
‐ Menyebutkan kegiatan 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 1. Agar mengetahui sejauh
yang sudah dilakukan dan dan SP2) mana pasien mengingat
mampu menggunakan obat 2. Memberikan obat dengan prinsip kegiatan yang seblumnya
dengan prinsi 6 benar 6 benar dilakukan
3. Masukan dalam jadwal kegiatan 2. Memberikan obat dengan
pasien prinsip 6 benar
3. Agar pasien mengetahui
kegiatan apa saja yang telah
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Azizah, L.M.2011. Keperawatan Jiwa :Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Fitria, N.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika
Herman Surya Direja, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yoyakarta:
Nuha Medika
Prabowo, Eka. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Yosep,I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama

Vous aimerez peut-être aussi