Vous êtes sur la page 1sur 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan dalam mengelola Indonesia
yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya
manusia, peluang pasar yang potensial dan kondisi sosial yang stabil untuk
mewujudkan visi Negara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sejumlah
keputusan strategis mulai dari merumuskan kebijakan sampai pada
implementasi kebijakan dalam berbagai sektor pembangunan menjadi
tugas dan tanggung jawab PNS. Untuk mengemban tugas dan menjalankan
peran tersebut dibutuhkan individu PNS yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
unsur perekat dan pemersatu bangsa.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan merujuk pasal 63 ayat (3) dan ayat
(4) UU ASN dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PP Manajemen PNS), maka CPNS
wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses Diklat
Terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan
motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul
dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang. Atas dasar itu, diperlukan sebuah penyelenggaraan Pelatihan Dasar
yang inovatif dan terintegrasi, yaitu penyelenggaraan Pelatihan yang
memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat pelatihan
dan di tempat kerja.

1
Pola penyelenggaraan Pendidikan Dasar Calon PNS Golongan II terbagi
dalam dua bagian, on campus (23 hari) dan off campus (30 hari untuk
pelaksaaan aktualisasi dan habituasi).
Peraturan LAN Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon PNS
beertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi. Kompetensi yang dibangun adalah :
1. Menunjukkan sikap perilaku bela negara;
2. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas
jabatannya;
3. Mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI;
dan
4. Menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai
bidang tugas.
Salah satu agenda dari Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS
Golongan II adalah habituasi. Dalam hal pelatihan dasar ini, intervensi
agenda habituasi adalah pembelajaran aktualisasi. Menurut Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS: Habituasi, disebutkan bahwa aktualisasi
merupakan proses menerjemahkan teori ke dalam praktek, mengubah
konsep menjadi konstruk, menjadikan gagasan sebagai kegiatan (realita).
Kegiatan aktualisasi dimulai dengan materi penjelasan aktualisasi,
menetapkan isu yang dikaitkan dengan materi kedudukan dan peran
Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam NKRI. Pemecahan isu dilakukan
dengan merancang beberapa kegiatan dan tahapan kegiatan yang hasilnya
dapat terukur serta berkaitan dengan nilai-nilai dasar PNS, yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi
(ANEKA). Untuk kegiatan habituasi, peserta melakukan pengulangan
tahapan kegiatan ANEKA sebanyak 3 (tiga) kali untuk setiap kegiatannya.
Adapun kegiatan pendukung lain dalam kegiatan aktualisasi adalah
bimbingan penyusunan rancangan aktualisasi, seminar rancangan
aktualisasi, pelaksanaan aktualisasi (off campus), bimbingan persiapan
seminar, dan seminar pelaksaan aktualisasi.

2
1.1.1 Profil Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan
A. RSUP H. Adam Malik Medan berdiri pada tanggal 21 Juli 1993.
Merupakan Rumah Sakit Umum Tipe A dan merupakan Rumah
Sakit Rujukan dan Rumah Sakit Pendidikan. Nomer telepon/fax:
(061) 8364581-8360143-8360051 Fax 8360255. Alamat email:
admin@rsham.co.id. Website/Portal: www.rsham.co.id
B. Sejarah
a. Tahun 2010: SK Kemenkes RI No. YM.01.10/III/3696/10
tanggal 20 Juli 2010 RSUP H. Adam Malik Medan kembali
terakreditasi untuk 16 pelayanan periode Juli 2010 s/d juli 2013.
b. Tahun 2014: SK Menkes RI No. HK.02.02/MENKES/390/2014
tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Pedoman Penetapan Rumah
Sakit Rujukan Nasional.
c. Tahun 2015: Keputusan Menkes RI No. HK.02.03/I/0913/2015
tanggal 27 Maret 2015 Tentang Izin Operasional RSUP H.Adam
Malik Medan sebagai Rumah Sakit Umum kelas A.
d. Tahun 2015: SK Komite Akresitasi Rumah Sakit (KARS) No.
KARS-SERT/138/IX/2015 RSUP H. Adam MalikMedan telah
memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit dan dinyatakan
Lulus Tingkat Paripurna.

1.1.2 Visi, Misi, Nilai, dan Motto Organisasi RSUP H. Adam Malik
Medan
A. Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan
Visi RSUP. H. Adam Malik Medan adalah “Menjadi Rumah Sakit
Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional yang Terbaik dan Bermutu
di Indonesia pada Tahun 2019”.
Misi RSUP H. Adam Malik Medan :
1. Melaksanakan pelayanan pendidikan, penelitian, dan pelatihan
di bidang kesehatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau.
2. Melaksanakan pengembangan kompetensi SDM secara
berkesinambungan.

3
3. Mengampu RS jejaring dan RS di wilayah Sumatera

B. Nilai - nilai RSUP H. Adam Malik Medan


1. Pasien merupakan anggota masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan maka pelayanan medis harus diberikan
dengan cara benar dan tanpa membedakan golongan, agama ,
suku, dan kemampuan sesuai dengan azas keadilan social.
2. Memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi
dan norma-norma religious.
3. Seluruh keputusan dan tindakan akan diambil sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku melalui suatu musyawarah
serta dapat dipertanggungjawabkan.

C. Motto RSUP. H. Adam Malik Medan


Motto RSUP H. Adam Malik Medan adalah “Mengutamakan
keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN”;
Pelayanan cepat
Akurat
Terjangkau
Efisien
Nyaman

1.1.3 Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan

Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan


Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 244/MENKES/PER/III/2008
tanggal 11 Maret 2008 sebagai berikut :

4
5
Struktur Organisasi Unit Laboratorium Patologi Anatomi RSUP HAM

KA UNIT LABORATORIUM PATOLOGI


ANATOMI

TATA USAHA

KOORDINATOR PELAYANAN DAN MUTU KOORDINATOR PENUNJANG

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan

a. Peserta mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN


dalam melaksanakan setiap pekerjaan/ kegiatan yang dilakukan,
dan berkontribusi dalam memperkuat visi dan misi organisasi serta
menjadi habituasi dalam kehidupan sehari hari.
b. Peserta mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
profesional sesuai dengan Undang Undang ASN sebagai pelayan
masyarakat.

1.2.2 Manfaat
Bagi Peserta
Untuk dapat menerapkan nilai-nilai dasar ASN khususnya tentang nilai-
nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi) pada unit kerja RSUP H. Adam Malik Medan.
Bagi Organisasi
Untuk memberikan solusi terhadap isu yang berkembang dengan
menanamkan juga nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti korupsi
(ANEKA) pada RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3 Ruang Lingkup


Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS Kemenkes Golongan II
diselenggarakan selama 53 hari kerja mulai tanggal 22 April 2019 hingga 20
Juli 2019 yang terdiri dari 3 tahap:

6
1. Tanggal 22 April – 17 Mei 2019 on campus di Balai Pelatihan Kesehatan
(Bapelkes) Batam.
2. Tanggal 18 Mei – 14 Juli 2019 off campus untuk melaksanakan kegiatan
aktualisasi di unit kerja masing-masing, dalam hal ini untuk penulis di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
3. Tanggal 15-18 Juli 2019 evaluasi aktualisasi di Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) Batam.
Kegiatan aktualisasi dilaksanakan di Instalasi Unit Laboratorium Patologi
Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan selama 30 hari kerja mulai dari
tanggal 18 Mei 2019 sampai 14 Juli 2019. Kegiatan aktualisasi ini terdiri atas
tugas utama, tugas tambahan, dan tugas kreatif, yang mencakup persiapan,
pelaksanaan serta pelayanan, dengan menerapkan nilai-nilai akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi sebagai
Aparatur Sipil Negara (ASN) serta dengan menimbang aspek pelayanan
publik, manajemen ASN serta Whole of Government.

1.4 Data Diri


Nama : Andi Putra Reski Aulia
Tempat, Tanggal lahir : Bontobulaeng, 21 Januari 1996
NIP : 199601212019021001
Instansi : RSUP. H. Adam Malik Medan
Jabatan : Pranata Laboratorium Kesehatan
Pangkat / Golongan : Pengatur / II.C
Penulis adalah peserta Pelatihan Dasar CPNS Kemenkes Golongan II yang
mengikuti program pelatihan sejak bulan April sampai Juli 2019. Penulis
ditugaskan di RSUP H. Adam Malik Medan sebagai Pranata Laboratorium
Kesehatan. Seorang petugas laboratorium berperan dalam fungsi pelayanan.
Proses pelayanan mencakup layanan gawat darurat, rawat jalan serta rawat
inap.

7
1.5 Analisis Isu
1.5.1 Environmental Scanning
Aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitemen Mutu, dan Anti Korupsi) adalah salah satu
upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS pada
Calon Pegawai Negeri Sipil. Rancangan aktualisasi dibuat berdasarkan
isu-isu yang ada unit kerja saya di Instalasi Laboratorium Patologi
Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.
Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil
keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik
organisasi dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan
definisi tersebut, isu merupakan suatu hal yang terjadi baik di dalam
maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan
memberikan efek negatif terhadap organisasi bahkan dapat berlanjut
pada tahap krisis. Berkaitan dengan rancangan aktualisasi ini, sumber
isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi),
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), kegiatan yang diinisiatif oleh penulis
melalui persetujuan coach dan mentor, serta penugasan dari atasan.
Berdasarkan kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole of Government
(WoG), dan Pelayanan Publik, penulis menemukan beberapa isu
sebagai berikut:
1. Belum Optimalnya Komunikasi dan Edukasi Antara Petugas
Kesehatan Dengan Pasien Pada Pengambilan Sampel Darah Pasien
Rawat Jalan di Laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam
Malik Medan (Pelayanan Publik)
2. Belum Optimalnya Koordinasi Dan Komunikasi Antar Dokter Dan
Perawat Dalam Membuat Form Permintaan Pengambilan Sampel
Darah Pasien Rawat Inap (Whole of Government)
3. Belum Optimalnya Penggunaan Jas Lab Pada Petugas
Laboratorium Patologi Klinik (Manajemen ASN)

8
4. Belum Optimalnya Koordinasi Pengambilan Darah Antara Petugas
Laboratorium Mikrobiologi Dan Laboratorium Patologi Klinik
(Whole Of Government)
5. Belum Optimalnya Edukasi Pengambilan Sampel Berulang Pasien
Rawat Inap (Pelayanan Publik)

1.5.2 Alat Bantu Analisis


Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan
proses identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan
prioritas yang dapat dicarikan solusi oleh penulis. Proses identifikasi
isu tersebut menggunakan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu.
Kriteria yang digunakan adalah metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan). Metode AKPL adalah metode penetapan
isu dengan menitikberatkan pada beberapa penilaian, yaitu :
1. Aktual adalah isu yang sedang atau dalam proses kejadian, sedang
hangat dibicarakan dikalangan masyarakat, atau isu yang
diperkirakan bakal terjadi dalam waktu dekat. Jadi bukan isu yang
lepas dari perhatian masyarakat atau isu yang sudah basi.
2. Kekhalayakan adalah isu yang secara langsung menyangkut hajat
hidup orang banyak, masyarakat pelanggan pada umumnya, dan
bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil
orang tertentu saja.
3. Problematika adalah isu yang menyimpang dari harapan, standar,
ketentuan yang menimbulkan kegelisahaan yang perlu segera
dicari penyebab dan pemecahannya.
4. Kelayakan adalah isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan
dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak, wewenang dan
tanggungjawab.

9
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode AKPL
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Analisis Penilaian Isu Dengan AKPL

Kriteria AKPL
No Identifikasi Isu
A K P L Ket

1 Belum Optimalnya Komunikasi dan


Edukasi Antara Petugas Kesehatan
Dengan Pasien Pada Pengambilan Sampel
5 5 5 5 Ya
Darah Pasien Rawat Jalan di
Laboratorium Patologi Klinik RSUP H.
Adam Malik Medan

2 Belum Optimalnya Koordinasi Dan


Komunikasi Antar Dokter Dan Perawat
Dalam Membuat Form Permintaan 5 3 4 2 Tidak
Pengambilan Sampel Darah Pasien Rawat
Inap

3 Belum Optimalnya Penggunaan Jas Lab


Pada Petugas Laboratorium Patologi 4 3 5 5 Ya
Klinik

Belum Optimalnya Koordinasi


Pengambilan Darah Antara Petugas
4 4 3 4 3 Tidak
Laboratorium Mikrobiologi Dan
Laboratorium Patologi Klinik

Belum Optimalnya Edukasi Pengambilan


5 4 4 5 3 Ya
Sampel Berulang Pasien Rawat Inap

10
Dari hasil metode AKPL, ditetapkan 3 isu. Maka dari itu digunakan
metode lain sebagai penetapan skala prioritas isu yaitu metode USG.

Adapun metode penetapan isu dengan metode USG adalah metode yang
menitikberatkan pada beberapa penilaian, yaitu:
1. U (Urgency) berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu
masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgency masalah
tersebut.
2. S (Seriousness) berkaitan dengan dampak dan pengaruhnya masalah
tersebut. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
seseorang seperti dampaknya terhadap produktifitas, keselamatan jiwa
manusia. Semakin tinggi dampak masalah tersebut maka semakin
serius masalah tersebut.
3. G (Growth) berkaitan dengan dampak masa depan dan
perkembangannya. Semakin cepat berkembang masalah tersebut,
semakin tinggi pertumbuhan masalahnya.
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode USG dapat
dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini :
Tabel 1.2 Analisa isu dengan metode USG
No Isu U S G Total Prioritas
Belum optimalnya komunikasi
antara petugas kesehatan dengan
pasien pada pengambilan sampel
1. darah untuk pemeriksaan glukosa 5 5 5 15 1
darah 2 jam postprandial di
Laboratorium Patologi Klinik
RSUP H. Adam Malik Medan
Belum optimalnya penggunaan jas
2. lab pada petugas Laboratorium 4 3 5 12 2
Patologi Klinik

11
Belum optimalnya edukasi
3. pengambilan sampel berulang 4 4 3 11 3
pasien rawat inap
Keterangan:
Skor 5 : Sangat USG Skor 2 : Kurang USG
Skor 4 : USG Skor 1 : Tidak USG
Skor 3 : Cukup USG

1.5.3 Rumusan Isu

Dari beberapa isu yang telah didapatkan serta setelah pemilahan isu
dengan alat bantu AKPL maupun USG, penulis mengangkat isu yaitu
Belum Optimalnya Belum optimalnya komunikasi antara petugas
kesehatan dengan pasien pada pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan glukosa darah 2 jam postprandial di Laboratorium Patologi
Klinik RSUP H. Adam Malik Medan
1.5.4 Identifikasi Sumber Isu
Pemilihan isu ini berdasarkan pengamatan selama lebih kurang 2 bulan
dimana salah satu tindakan yang sering dilakukan adalah pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan glukosa darah 2 jam postprandial. Pada
saat pelaksanaan tindakan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
glukosa darah 2 jam posprandial ini masih banyak pasien yang belum
mengetahui tujuan dari pengambilan sampel darah ini, kadang pasien
mengeluhkan pengambilan sampel darah yang berulang, padahal
pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari pemeriksaan glukosa darah
puasa. Hal ini disebabkan karena kurang optimalnya komunikasi antara
petugas kesehatan dengan pasien.

12
1.5.5 Lembar Konfirmasi
PERSETUJUAN COACH DAN MENTOR
COACH MENTOR

Yusmaniar, B.Sc, SKM dr. Jamaluddin, Sp.PA

1.5.6 Judul Laporan Aktualisasi


Judul laporan aktualisasi ini adalah “Optimalisasi Komunikasi Efektif
Antara Petugas Kesehatan Dengan Pasien Pada Pengambilan Sampel
Darah Untuk Pemeriksaan Glukosa Darah 2 Jam Postprandial di
Laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan”

BAB II

13
NILAI NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN
SERTA PERAN PNS DALAM NKRI

2.1 Konsep Nilai-Nilai Dasar PNS


Sesuai dengan Undang Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN). Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan
mengacu pada ANEKA sebagai prinsip yang menjadi landasan dalam
menjalankan profesiyaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi. Adapun detail dari nilai-nilai yang
terkandung dalam ANEKA adalah sebagai berikut:

2.1.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya,
yaitu menjamin terwujudnya nilai-nilai publik, sebagai berikut:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan
sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktik;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

Terdapat 5 (lima) aspek dalam akuntabilitas, yaitu:


a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas

14
dan fungsinya. Di sisi lain, individu, kelompok, maupun institusi
bertanggung jawab untuk memenuhi semua kewajibannya.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-
oriented)
Orientasi dari akuntabilitas adalah tercapai hasil maksimal, misalnya
tercipta perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil,
dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu, kelompok,
maupun institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil
dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan
pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban.Kewajiban menunjukkan tanggung
jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi.Konsekuensi
dapat berupa penghargaan maupun sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja
PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive
accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan
dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja.
Menurut Bovens (2007), ada 3 (tiga) fungsi utama akuntabilitas, yaitu:

15
a. Menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
b. Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional)
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, diperlukan nilai-


nilai berikut:
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan yang memberikan teladan, berkomitmen tinggi
merupakan kunci terciptanya akuntabilitas.
b. Transparansi
Transparansi mendorong komunikasi yang lebih besar dan
kerjasama yang semakin baik; memberikan perlindungan terhadap
korupsi; meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan; serta
meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan.
c. Integritas
Integritas menghasilkan kepercayaan publik dan dihasilkan ketika
ada sikap menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang
berlaku.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah nilai yang mengikat bagi individu atau
institusi karena ada konsekuensi.
e. Keadilan
Landasan utama dari akuntabilitas adalah keadilan. Ketidakadilan
dapat menghancurkan kepercayaan dan kredibilitas organisasi.
f. Kepercayaan
Keadilan menimbulkan kepercayaan dan kepercayaan melahirkan
akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Keseimbangan antara harapan dan kapasitas serta kewenangan
sangat penting untuk menjaga akuntabilitas institusi.

16
h. Kejelasan
Organisasi harus memiliki gambaran yang jelas mengenai
wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai
akuntabilitas.
i. Konsistensi
Konsistensi akan menjamin stabilitas. Konsistensi dalam penerapan
standar operasional prosedur akan mencapai akuntabilitas institusi
atau organisasi.

Beberapa konteks dalam penyelenggaraan pemerintahan yang


membutuhkan akuntabilitas, yaitu:
1. Transparansi dan akses informasi
2. Praktik Kecurangan (Fraud) dan Perilaku Korup
3. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
4. Penyimpanan dan Penggunaan Data dan Informasi Pemerintah
5. Konflik Kepentingan

2.1.2 Nasionalisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme adalah
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan
identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.
Nilai Nasionalisme sesuai dengan butir-butir dalam Pancasila, ASN
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta sebagai
perekat dan pemersatu bangsa.
a. ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
Implementasi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, yaitu:
1. Setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan,
berorientasi pada kepentingan publik dan senantiasa
menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di atas
kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional
ketimbang kepentingan sektoral dan golongan.

17
2. Senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus
bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan
pelayanan.
Prinsip penting sebagai pelaksana kebijakan publik, antara lain:
1. ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat
luas dalam mengimplementasikan kebijakan publik.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, tanpa ada implementasi
maka suatu kebijakan publik hanya menjadi angan-angan
belaka, sehingga karena itu harus dioperasionalisasikan.
2. ASN harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik. Setiap pegawai ASN harus menyadari
sebagai aparatur profesional yang kompeten, berorientasi
pelayanan publik, dan loyal kepada negara dan aturan
perundang-undangan.
3. ASN harus berintegritas tinggi dalam menjalankan tugasnya,
yaitu yang memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan dan kejujuran sebagai wujud
keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan
bernegara.

b. ASN sebagai Pelayan Publik


ASN yang melayani publik Menurut Sianipar (1998) dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Masyarakat
pelayanan didefinisikan sebagai cara melayani, membantu,
menyiapkan, dan mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan
seseorang atau sekolompok orang, artinya objek yang dilayani
dapat meliputi individu, pribadi-pribadi, dan kelompok-kelompok
organisasi.

c. ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa

18
Aparatur Sipil Negara sebagai Pemersatu Bangsa Dalam UU No 5
tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2 terkait sumpah dan janji ketika
diangkat menjadi PNS. Dinyatakan bahwa PNS akan senantiasa
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan
pemerintah. PNS juga senantiasa menjunjung tinggi martabat PNS
serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara dari pada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.
Peran ASN dalam menciptakan kondisi damai dilakukan dengan
cara-cara seperti berikut:
1. PNS harus senantiasa bersikap netral dan adil. Netral berarti
tidak memihak; adil berarti tidak berlaku diskriminatif
2. PNS tidak terlibat aktif dalam politik
3. PNS harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok
minoritas dengan tidak membuat kebijakan yang diskriminatif
4. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

2.1.3 Etika Publik


Etika dapat dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar. Etika
publik adalah refleksi tentang standar/ norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam UU ASN,
adalah sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara Pancasila
2. Setia dan mempertahankan UUD NKRI 1945
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya pada publik

19
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

Pada prinsipnya, ada 3 (tiga) dimensi etika publik:


1. Dimensi kualitas pelayanan publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip
moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan
publik.
2. Dimensi modalitas
Dimensi ini merupakan sejumlah pertanyaan substansi yang
mengarah kepada cara-cara atau struktur, infrakstruktur yang
dibutuhkan agar etika publik berfungsi. Unsur unsur modalitas ini
yaitu akuntabilitas, transparansi, dan netralitas.
3. Dimensi tindakan integritas publik
Integritas publik dalam arti sempit adalah tidak melakukan korupsi.
Integritas publik merupakan kualitas pejabat publik yang sesuai
nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat.

2.1.4 Komitmen Mutu

20
Komitmen adalah tanggung jawab yang mengandung tujuan dan resiko.
Ada 3 (tiga) aspek yang komitmen mutu, yaitu:
1. Efektifitas
Richard L. Daft (Tita Maria Kanita 2010: 8) mendefinisikan
efektivitas sebagai berikut: Efektifitas organisasi berarti sejauh
mana organisasidapat mencapai tujuan yang ditetapkan, atau
berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas
organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh
pelanggan.
2. Efisien
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8) mendefinisikan
efisiensi sebagai Jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasional. Efisiensi organisasi ditentukan
oleh berapa banyak bahan baku, uang, dan manusia yang
dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu. Efisiensi
dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan barang atau jasa.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa efisiensi diukur dari ketepatan realisasi
penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan,
sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya pemborosan sumber
daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan
mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa dipicu antara
lain oleh pergeseran selera pasar, peningkatan harapan dan daya
beli masyarakat, pergeseran gaya hidup, peningkatan kesejahteraan,
perkembangan ekonomi, pengaruh globalisasi, serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Munculnya ide/gagasan baru,
kreativitas, dan inovasi dilator belakangi oleh semangat belajar
yang tidak pernah pudar, yang dijalani dalam proses pembelajaran

21
secara berkelanjutan.Di lingkungan lembaga pemerintahan,
aparatur dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya,
untuk melahirkan terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi layanan, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Yamit (2010:7-8) terdapat pengertian mutudari beberapa


pakar, yaitu menurut Edward Deming, mutu adalah apapun yang
menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Crosby, mutu
adalah nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.
Sementara Juran menyebutkan defenisi mutu adalah kesesuaian
terhadap spesifikasi. Dapat disimpulkan, bahwa mutu mencerminkan
nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapan
pelanggan.
Untuk mencapai kepuasan pelanggan dalam hal mutu, maka
diperlukan manajemen mutu secara terpadu. Menurut Goetsch dan
Davis (2006:6), manajemen mutu terpadu (Total Quality
Management/ TQM) terdiri atas kegiatan perbaikan berkelanjutan
yang melibatkan setiap orang dalam organisasi melalui usaha yang
terintegrasi secara total untuk meningkatkan kinerja pada setiap level
organisasi. Bill Creech dalam Alexander Sindoro (1996:4)
memperkenalkan lima pilar dalam manajemen mutu terpadu, yaitu

Produk Proses

Organisasi

Pemimpin Komitmen

Gambar 1. Lima Pilar TQM

22
Kelima pilar TQM ini memperlihatkan bahwa organisasi merupakan
pilar tengah yang membuat kerangka kerja berorientasi pada mutu.
Hasil dari organisasi yang berupa produk akan bermutu tinggi apabila
dilakukan melaluiproses yang bermutu, dedikasi dan komitmen yang
tinggi dari seluruh komponen organisasi. Namun harus didukung pula
oleh pemimpin yang kuat dan kredibel.

2.1.5 Anti Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu Corruptio dan corruptus yang
artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Dalam bahasa Yunani,
corruptio berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat
disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-
norma agama, material, mental, dan umum.
Dalam UU No.31 Tahun 1999, pengertian korupsi, yaitu:
“Setiap orang yang dengan sengaja secara melawan hukum untuk
melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan kerugian keuangan
negara atau perekonomian negara”.
Menurut Syed Husein Alatas, ada beberapa jenis korupsi, yaitu:
1. Korupsi Transaktif
Korupsi transaktif adalah korupsi yang menunjukkan adanya
kesepakatan timbal balik antara pemberi dan penerima, demi
keuntungan bersama, yang mana keduanya terlibat secara aktif.
2. Korupsi Ekstroaktif
Korupsi ekstroaktif adalah korupsi yang menyertakan bentuk koersi
(tekanan) tertentu dimana pihak pemberi dipaksan untuk menyuap
guna mencegah kerugian yang mengancam diri, kepentingan,
orang-orangnya, atau hal yang dihargai.
3. Korupsi Investif
Korupsi investif adalah korupsi yang melibatkan suatu penawaran
barang atau jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan

23
keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan akan diperoleh
dimasa yang akan dating.
4. Korupsi Nepotistik
Korupsi nepotistik adalah korupsi yang berupa pemberian
perlakuan khusus kepada teman atau yang mempunyai kedekatan
hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik.
5. Korupsi Autogenik
Korupsi autogenik adalah korupsi yang dilakukan individu karena
mempunyai kesempatan untuk mendapat keuntungan dari
pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya diketahui
sendiri.
6. Korupsi Suportif
Korupsi suportif adalah korupsi yang mengacu pada penciptaan
suasana yang kondusif untuk melindungi atau mempertahankan
keberadaan tindak korupsi lain
7. Korupsi Defensif
Korupsi defensif adalah korupsi yang terpaksa dilakukan dalam
rangka mempertahankan diri dari pemerasan.

Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang diancam dengan pidana


oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan
kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab. Tidak
semua perilaku korupsi merupakan tindak pidana korupsi. Tindak
pidana korupsi menurut UU No 31/1999 jo No. UU 20/2001, dibagi
dalam 7 kelompok yaitu kerugian keuangan negara, suap-menyuap,
pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.
Terdapat 9 nilai nilai anti korupsi, antara lain jujur, peduli, mandiri,
disiplin,tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Ada
beberapa tingkatan komitmen, yaitu berontak, menggerutu di belakang,
ikut dengan terpaksa, ceria berkontribusi, komitmen sepenuh hati, dan
bahagia berkarya.

24
Ada beberapa peran tunas integritas dalam menjalankan peran strategis
dalam organisasi yaitu:
1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, menjadi
orang terdepan yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan
organisasi tercapai.
2. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam
pembangunan sistem integritas hingga semua peluang korupsi dan
penyimpangan lain dapat ditutupi
3. Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk
berintegritas tinggi.

Selain peran di atas, tunas integritas juga diharapkan memiliki


kemampuan untuk melakukan:
1. Re-framing kultur dan budaya, misalnya mengubah mind-set rekan
kerja dari budaya kolusi menjadi budaya gotong royong.
2. Utilisasi fenomena perilaku otomatis bagi perubahan diri, keluarga,
organisasi dan bangsa, dan lebih jauh lagi dengan menciptakan
peradaban yang lebih baik.

Korupsi menimbulkan dampak yang sangat banyak. Salah satu dampak


korupsi yaitu di bidang ekonomi. Korupsi menyebabkan indeks daya
saing turun yang merupakan indikator bagi investor. Apabila hal ini
terjadi, maka jumlah investor akan berkurang dan akan berdampak pada
berkurangnya lapangan kerja dan pada akhirnya dapat menimbulkan
meningkatnya pengangguran dan tingkat kemiskinan. Selain itu, korupsi
juga berdampak pada hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah
baik di bidang politik, kesehatan, dan bidang lainnya.

25
Untuk mengatasi korupsi, dibutuhkan jiwa jiwa yang memiliki integritas
tinggi. Untuk dapat mengubah sikap dan perilaku, Kelman (1958) dan
Brigman (1991) menyebutkan perlunya 3 proses sosial di dalamnya,
yaitu:
1. Kesediaan
Kesediaan terhadap integritas adalah ketika individu bersedia
menerima pengaruh untuk berintegritas dari orang atau kelompok lain
dikarenakan individu tersebut berharap memperoleh reaksi atau
tanggapan positif dari pihak lain tersebut.
2. Identifikasi
Identifikasi integritas terjadi apabila individu meniru integritas
seseorang dikarenakan integritas sudah sesuai dengan apa yang
dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang baik antara si pemberi
dan penerima integritas. Contoh, seorang pekerja yang menunjukkan
perilaku intergritas sebagaimana yang diharapkan oleh atasannya
dengan maksud memelihara hubungan baik dengan atasannya.
3. Internalisasi
Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia
bersikap dan berperilaku dengan penuh integritas dikarenakan
integritas tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai
dengan sistem nilai yang dianutnya.

2.2 Konsep Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


2.2.1 Manajemen ASN
Pengertian Aparatur Sipil Negara Menurut UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang undangan. Selanjutnya yang dimaksud dengan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat

26
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam
mengelola aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik untuk PNS
maupun PPK. Manajemen ASN akan membuat seorang ASN mengerti
apa saja kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kode etik ASN.
1. Kedudukan ASN
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri, namun
demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
2. Peran ASN
Peran ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, danperekat pemersatu bangsa.
3. Hak dan kewajiban ASN
Seorang ASN mempunyai kewajiban dan hak sebagai berikut:
a. Gaji, tunjangan dan fasilitas
b. Cuti
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
d. Perlindungan
e. Pengembangan kompetensi
4. Kode etik dan kode perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatanASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan
perilaku agar pegawai ASN:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

27
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan BMN secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien; Menjaga agar tidak terjadi konflik
kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
h. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
i. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain;
j. Memagang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN; dan
k. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.

2.2.2 Pelayanan Publik


Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa
pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat.
Karenanya Birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan layanan yang baik dan profesional (Tesis Irsan, 2012 : 9).

28
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah:
1. Partisipatif
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan
Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga negara untuk
mengetahui segala hal terkait pelayanan publik yang
diselenggarakan. Masyarakat juga harus diberi akses untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila merasa
tidak puas terhadap pelayanan publik pemerintah.
3. Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan
warga negara. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan
keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen
pelayanan publik.
4. Tidak diskriminatif
Tidak ada perbedaan pemberian layanan kepada masyarakat atas
dasar perbedaan identitas warga negara.
5. Mudah dan murah
Mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut
masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah artinya biaya yang
diperlukan dapat dijangkau oleh seluruh warga negara.
6. Efektif dan efisien
Efektif, mampu mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (untuk
melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan strategis
negara dalam jangka panjang). Efisien, cara mewujudkan tujuan
dilakukan dengan prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit,
dan biaya yang murah.
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang harus dapat dijangkau oleh warga negara
yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan

29
kendaraan publik, mudah ditemukan, dan lain – lain) dan dapat
dijangkau dalam arti non – fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi.
8. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat melalui
media publik baik secara cetak maupun elektronik.
9. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai
alat pelindung kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok kuat.

Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yakni:

Gambar 2.1 Unsur-unsur Pelayanan Publik

30
2.2.3 Whole of Goverment
WoG didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan integratif
fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems
yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau
keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku.

Gambar 2.2 WoG Dalam Perspektif Kebijakan Publik

W
o
G

a
d
a
l
a
h

s
e
b
u
a
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan

31
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi
penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti
dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program
pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya
WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara
kebijakan dan layanan publik. Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan
adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari
adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor
bisa menjadi sangat superior terhadap sektor lain, atau masing-masing
sektor tumbuh namun tidak berjalan beriringan, melainkan justru
kontraproduktif atau „saling membunuh‟. Masing-masing sektor
menganggap bahwa sektornya lebih penting dari yang lainnya. Ketiga,
khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya
potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi formal
berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat kebangsaan
yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu
frame NKRI.

32
a. Faktor pendorong

Gambar 2.3 Faktor Pendorong WoG

b. Tantangan Wog

Gambar 2.4 Tantangan WoG

33
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Rancangan Kegiatan


Tabel 3.1 Jenis, Jumlah dan Sumber Kegiatan
No Kegiatan Sumber Kegiatan
1 Telaah SOP Pengambilan Sampel Pasien Rawat Inap Tugas Tambahan
2 Melakukan Observasi Terkait Penerapan SOP Petugas Laboratorium Tugas Tambahan
3 Membuat Draft Bahan Sosialisasi Kreatifitas
4 Mensosialisasikan SOP Kepada Petugas Laboratorium Tugas Tambahan
5 Membuat Draft Kuiosioner Pasien Kreatifitas
6 Memberikan Edukasi Kepada Pasien SKP
7 Monitoring dan Evaluasi Petugas Laboratorium Terkait Kepatuhan SOP Tugas Tambahan

34
35
36
37
38
39
40

Vous aimerez peut-être aussi