Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Pola penyelenggaraan Pendidikan Dasar Calon PNS Golongan II terbagi
dalam dua bagian, on campus (23 hari) dan off campus (30 hari untuk
pelaksaaan aktualisasi dan habituasi).
Peraturan LAN Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon PNS
beertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi. Kompetensi yang dibangun adalah :
1. Menunjukkan sikap perilaku bela negara;
2. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas
jabatannya;
3. Mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI;
dan
4. Menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai
bidang tugas.
Salah satu agenda dari Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS
Golongan II adalah habituasi. Dalam hal pelatihan dasar ini, intervensi
agenda habituasi adalah pembelajaran aktualisasi. Menurut Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS: Habituasi, disebutkan bahwa aktualisasi
merupakan proses menerjemahkan teori ke dalam praktek, mengubah
konsep menjadi konstruk, menjadikan gagasan sebagai kegiatan (realita).
Kegiatan aktualisasi dimulai dengan materi penjelasan aktualisasi,
menetapkan isu yang dikaitkan dengan materi kedudukan dan peran
Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam NKRI. Pemecahan isu dilakukan
dengan merancang beberapa kegiatan dan tahapan kegiatan yang hasilnya
dapat terukur serta berkaitan dengan nilai-nilai dasar PNS, yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi
(ANEKA). Untuk kegiatan habituasi, peserta melakukan pengulangan
tahapan kegiatan ANEKA sebanyak 3 (tiga) kali untuk setiap kegiatannya.
Adapun kegiatan pendukung lain dalam kegiatan aktualisasi adalah
bimbingan penyusunan rancangan aktualisasi, seminar rancangan
aktualisasi, pelaksanaan aktualisasi (off campus), bimbingan persiapan
seminar, dan seminar pelaksaan aktualisasi.
2
1.1.1 Profil Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan
A. RSUP H. Adam Malik Medan berdiri pada tanggal 21 Juli 1993.
Merupakan Rumah Sakit Umum Tipe A dan merupakan Rumah
Sakit Rujukan dan Rumah Sakit Pendidikan. Nomer telepon/fax:
(061) 8364581-8360143-8360051 Fax 8360255. Alamat email:
admin@rsham.co.id. Website/Portal: www.rsham.co.id
B. Sejarah
a. Tahun 2010: SK Kemenkes RI No. YM.01.10/III/3696/10
tanggal 20 Juli 2010 RSUP H. Adam Malik Medan kembali
terakreditasi untuk 16 pelayanan periode Juli 2010 s/d juli 2013.
b. Tahun 2014: SK Menkes RI No. HK.02.02/MENKES/390/2014
tanggal 17 Oktober 2014 Tentang Pedoman Penetapan Rumah
Sakit Rujukan Nasional.
c. Tahun 2015: Keputusan Menkes RI No. HK.02.03/I/0913/2015
tanggal 27 Maret 2015 Tentang Izin Operasional RSUP H.Adam
Malik Medan sebagai Rumah Sakit Umum kelas A.
d. Tahun 2015: SK Komite Akresitasi Rumah Sakit (KARS) No.
KARS-SERT/138/IX/2015 RSUP H. Adam MalikMedan telah
memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit dan dinyatakan
Lulus Tingkat Paripurna.
1.1.2 Visi, Misi, Nilai, dan Motto Organisasi RSUP H. Adam Malik
Medan
A. Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik Medan
Visi RSUP. H. Adam Malik Medan adalah “Menjadi Rumah Sakit
Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional yang Terbaik dan Bermutu
di Indonesia pada Tahun 2019”.
Misi RSUP H. Adam Malik Medan :
1. Melaksanakan pelayanan pendidikan, penelitian, dan pelatihan
di bidang kesehatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau.
2. Melaksanakan pengembangan kompetensi SDM secara
berkesinambungan.
3
3. Mengampu RS jejaring dan RS di wilayah Sumatera
4
5
Struktur Organisasi Unit Laboratorium Patologi Anatomi RSUP HAM
TATA USAHA
1.2.2 Manfaat
Bagi Peserta
Untuk dapat menerapkan nilai-nilai dasar ASN khususnya tentang nilai-
nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi) pada unit kerja RSUP H. Adam Malik Medan.
Bagi Organisasi
Untuk memberikan solusi terhadap isu yang berkembang dengan
menanamkan juga nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti korupsi
(ANEKA) pada RSUP H. Adam Malik Medan.
6
1. Tanggal 22 April – 17 Mei 2019 on campus di Balai Pelatihan Kesehatan
(Bapelkes) Batam.
2. Tanggal 18 Mei – 14 Juli 2019 off campus untuk melaksanakan kegiatan
aktualisasi di unit kerja masing-masing, dalam hal ini untuk penulis di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
3. Tanggal 15-18 Juli 2019 evaluasi aktualisasi di Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) Batam.
Kegiatan aktualisasi dilaksanakan di Instalasi Unit Laboratorium Patologi
Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan selama 30 hari kerja mulai dari
tanggal 18 Mei 2019 sampai 14 Juli 2019. Kegiatan aktualisasi ini terdiri atas
tugas utama, tugas tambahan, dan tugas kreatif, yang mencakup persiapan,
pelaksanaan serta pelayanan, dengan menerapkan nilai-nilai akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi sebagai
Aparatur Sipil Negara (ASN) serta dengan menimbang aspek pelayanan
publik, manajemen ASN serta Whole of Government.
7
1.5 Analisis Isu
1.5.1 Environmental Scanning
Aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitemen Mutu, dan Anti Korupsi) adalah salah satu
upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS pada
Calon Pegawai Negeri Sipil. Rancangan aktualisasi dibuat berdasarkan
isu-isu yang ada unit kerja saya di Instalasi Laboratorium Patologi
Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.
Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil
keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik
organisasi dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan
definisi tersebut, isu merupakan suatu hal yang terjadi baik di dalam
maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan
memberikan efek negatif terhadap organisasi bahkan dapat berlanjut
pada tahap krisis. Berkaitan dengan rancangan aktualisasi ini, sumber
isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi),
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), kegiatan yang diinisiatif oleh penulis
melalui persetujuan coach dan mentor, serta penugasan dari atasan.
Berdasarkan kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole of Government
(WoG), dan Pelayanan Publik, penulis menemukan beberapa isu
sebagai berikut:
1. Belum Optimalnya Komunikasi dan Edukasi Antara Petugas
Kesehatan Dengan Pasien Pada Pengambilan Sampel Darah Pasien
Rawat Jalan di Laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam
Malik Medan (Pelayanan Publik)
2. Belum Optimalnya Koordinasi Dan Komunikasi Antar Dokter Dan
Perawat Dalam Membuat Form Permintaan Pengambilan Sampel
Darah Pasien Rawat Inap (Whole of Government)
3. Belum Optimalnya Penggunaan Jas Lab Pada Petugas
Laboratorium Patologi Klinik (Manajemen ASN)
8
4. Belum Optimalnya Koordinasi Pengambilan Darah Antara Petugas
Laboratorium Mikrobiologi Dan Laboratorium Patologi Klinik
(Whole Of Government)
5. Belum Optimalnya Edukasi Pengambilan Sampel Berulang Pasien
Rawat Inap (Pelayanan Publik)
9
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode AKPL
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1 Analisis Penilaian Isu Dengan AKPL
Kriteria AKPL
No Identifikasi Isu
A K P L Ket
10
Dari hasil metode AKPL, ditetapkan 3 isu. Maka dari itu digunakan
metode lain sebagai penetapan skala prioritas isu yaitu metode USG.
Adapun metode penetapan isu dengan metode USG adalah metode yang
menitikberatkan pada beberapa penilaian, yaitu:
1. U (Urgency) berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu
masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgency masalah
tersebut.
2. S (Seriousness) berkaitan dengan dampak dan pengaruhnya masalah
tersebut. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
seseorang seperti dampaknya terhadap produktifitas, keselamatan jiwa
manusia. Semakin tinggi dampak masalah tersebut maka semakin
serius masalah tersebut.
3. G (Growth) berkaitan dengan dampak masa depan dan
perkembangannya. Semakin cepat berkembang masalah tersebut,
semakin tinggi pertumbuhan masalahnya.
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode USG dapat
dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini :
Tabel 1.2 Analisa isu dengan metode USG
No Isu U S G Total Prioritas
Belum optimalnya komunikasi
antara petugas kesehatan dengan
pasien pada pengambilan sampel
1. darah untuk pemeriksaan glukosa 5 5 5 15 1
darah 2 jam postprandial di
Laboratorium Patologi Klinik
RSUP H. Adam Malik Medan
Belum optimalnya penggunaan jas
2. lab pada petugas Laboratorium 4 3 5 12 2
Patologi Klinik
11
Belum optimalnya edukasi
3. pengambilan sampel berulang 4 4 3 11 3
pasien rawat inap
Keterangan:
Skor 5 : Sangat USG Skor 2 : Kurang USG
Skor 4 : USG Skor 1 : Tidak USG
Skor 3 : Cukup USG
Dari beberapa isu yang telah didapatkan serta setelah pemilahan isu
dengan alat bantu AKPL maupun USG, penulis mengangkat isu yaitu
Belum Optimalnya Belum optimalnya komunikasi antara petugas
kesehatan dengan pasien pada pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan glukosa darah 2 jam postprandial di Laboratorium Patologi
Klinik RSUP H. Adam Malik Medan
1.5.4 Identifikasi Sumber Isu
Pemilihan isu ini berdasarkan pengamatan selama lebih kurang 2 bulan
dimana salah satu tindakan yang sering dilakukan adalah pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan glukosa darah 2 jam postprandial. Pada
saat pelaksanaan tindakan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
glukosa darah 2 jam posprandial ini masih banyak pasien yang belum
mengetahui tujuan dari pengambilan sampel darah ini, kadang pasien
mengeluhkan pengambilan sampel darah yang berulang, padahal
pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari pemeriksaan glukosa darah
puasa. Hal ini disebabkan karena kurang optimalnya komunikasi antara
petugas kesehatan dengan pasien.
12
1.5.5 Lembar Konfirmasi
PERSETUJUAN COACH DAN MENTOR
COACH MENTOR
BAB II
13
NILAI NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN
SERTA PERAN PNS DALAM NKRI
2.1.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya,
yaitu menjamin terwujudnya nilai-nilai publik, sebagai berikut:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan
sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktik;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
14
dan fungsinya. Di sisi lain, individu, kelompok, maupun institusi
bertanggung jawab untuk memenuhi semua kewajibannya.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-
oriented)
Orientasi dari akuntabilitas adalah tercapai hasil maksimal, misalnya
tercipta perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil,
dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu, kelompok,
maupun institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil
dan proses yang telah dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk
akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan yang didasarkan
pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban.Kewajiban menunjukkan tanggung
jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi.Konsekuensi
dapat berupa penghargaan maupun sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja
PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive
accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan
dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja.
Menurut Bovens (2007), ada 3 (tiga) fungsi utama akuntabilitas, yaitu:
15
a. Menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
b. Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional)
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
16
h. Kejelasan
Organisasi harus memiliki gambaran yang jelas mengenai
wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai
akuntabilitas.
i. Konsistensi
Konsistensi akan menjamin stabilitas. Konsistensi dalam penerapan
standar operasional prosedur akan mencapai akuntabilitas institusi
atau organisasi.
2.1.2 Nasionalisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme adalah
kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan
identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.
Nilai Nasionalisme sesuai dengan butir-butir dalam Pancasila, ASN
sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta sebagai
perekat dan pemersatu bangsa.
a. ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
Implementasi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, yaitu:
1. Setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan,
berorientasi pada kepentingan publik dan senantiasa
menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di atas
kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional
ketimbang kepentingan sektoral dan golongan.
17
2. Senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus
bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan
pelayanan.
Prinsip penting sebagai pelaksana kebijakan publik, antara lain:
1. ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat
luas dalam mengimplementasikan kebijakan publik.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, tanpa ada implementasi
maka suatu kebijakan publik hanya menjadi angan-angan
belaka, sehingga karena itu harus dioperasionalisasikan.
2. ASN harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik. Setiap pegawai ASN harus menyadari
sebagai aparatur profesional yang kompeten, berorientasi
pelayanan publik, dan loyal kepada negara dan aturan
perundang-undangan.
3. ASN harus berintegritas tinggi dalam menjalankan tugasnya,
yaitu yang memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan dan kejujuran sebagai wujud
keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan
bernegara.
18
Aparatur Sipil Negara sebagai Pemersatu Bangsa Dalam UU No 5
tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2 terkait sumpah dan janji ketika
diangkat menjadi PNS. Dinyatakan bahwa PNS akan senantiasa
setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan
pemerintah. PNS juga senantiasa menjunjung tinggi martabat PNS
serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara dari pada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.
Peran ASN dalam menciptakan kondisi damai dilakukan dengan
cara-cara seperti berikut:
1. PNS harus senantiasa bersikap netral dan adil. Netral berarti
tidak memihak; adil berarti tidak berlaku diskriminatif
2. PNS tidak terlibat aktif dalam politik
3. PNS harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok
minoritas dengan tidak membuat kebijakan yang diskriminatif
4. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
19
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
20
Komitmen adalah tanggung jawab yang mengandung tujuan dan resiko.
Ada 3 (tiga) aspek yang komitmen mutu, yaitu:
1. Efektifitas
Richard L. Daft (Tita Maria Kanita 2010: 8) mendefinisikan
efektivitas sebagai berikut: Efektifitas organisasi berarti sejauh
mana organisasidapat mencapai tujuan yang ditetapkan, atau
berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas
organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh
pelanggan.
2. Efisien
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8) mendefinisikan
efisiensi sebagai Jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasional. Efisiensi organisasi ditentukan
oleh berapa banyak bahan baku, uang, dan manusia yang
dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu. Efisiensi
dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan barang atau jasa.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa efisiensi diukur dari ketepatan realisasi
penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan,
sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya pemborosan sumber
daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan
mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa dipicu antara
lain oleh pergeseran selera pasar, peningkatan harapan dan daya
beli masyarakat, pergeseran gaya hidup, peningkatan kesejahteraan,
perkembangan ekonomi, pengaruh globalisasi, serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Munculnya ide/gagasan baru,
kreativitas, dan inovasi dilator belakangi oleh semangat belajar
yang tidak pernah pudar, yang dijalani dalam proses pembelajaran
21
secara berkelanjutan.Di lingkungan lembaga pemerintahan,
aparatur dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya,
untuk melahirkan terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi layanan, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
Produk Proses
Organisasi
Pemimpin Komitmen
22
Kelima pilar TQM ini memperlihatkan bahwa organisasi merupakan
pilar tengah yang membuat kerangka kerja berorientasi pada mutu.
Hasil dari organisasi yang berupa produk akan bermutu tinggi apabila
dilakukan melaluiproses yang bermutu, dedikasi dan komitmen yang
tinggi dari seluruh komponen organisasi. Namun harus didukung pula
oleh pemimpin yang kuat dan kredibel.
23
keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan akan diperoleh
dimasa yang akan dating.
4. Korupsi Nepotistik
Korupsi nepotistik adalah korupsi yang berupa pemberian
perlakuan khusus kepada teman atau yang mempunyai kedekatan
hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik.
5. Korupsi Autogenik
Korupsi autogenik adalah korupsi yang dilakukan individu karena
mempunyai kesempatan untuk mendapat keuntungan dari
pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya diketahui
sendiri.
6. Korupsi Suportif
Korupsi suportif adalah korupsi yang mengacu pada penciptaan
suasana yang kondusif untuk melindungi atau mempertahankan
keberadaan tindak korupsi lain
7. Korupsi Defensif
Korupsi defensif adalah korupsi yang terpaksa dilakukan dalam
rangka mempertahankan diri dari pemerasan.
24
Ada beberapa peran tunas integritas dalam menjalankan peran strategis
dalam organisasi yaitu:
1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, menjadi
orang terdepan yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan
organisasi tercapai.
2. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam
pembangunan sistem integritas hingga semua peluang korupsi dan
penyimpangan lain dapat ditutupi
3. Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk
berintegritas tinggi.
25
Untuk mengatasi korupsi, dibutuhkan jiwa jiwa yang memiliki integritas
tinggi. Untuk dapat mengubah sikap dan perilaku, Kelman (1958) dan
Brigman (1991) menyebutkan perlunya 3 proses sosial di dalamnya,
yaitu:
1. Kesediaan
Kesediaan terhadap integritas adalah ketika individu bersedia
menerima pengaruh untuk berintegritas dari orang atau kelompok lain
dikarenakan individu tersebut berharap memperoleh reaksi atau
tanggapan positif dari pihak lain tersebut.
2. Identifikasi
Identifikasi integritas terjadi apabila individu meniru integritas
seseorang dikarenakan integritas sudah sesuai dengan apa yang
dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang baik antara si pemberi
dan penerima integritas. Contoh, seorang pekerja yang menunjukkan
perilaku intergritas sebagaimana yang diharapkan oleh atasannya
dengan maksud memelihara hubungan baik dengan atasannya.
3. Internalisasi
Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia
bersikap dan berperilaku dengan penuh integritas dikarenakan
integritas tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai
dengan sistem nilai yang dianutnya.
26
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja
untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam
mengelola aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik untuk PNS
maupun PPK. Manajemen ASN akan membuat seorang ASN mengerti
apa saja kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kode etik ASN.
1. Kedudukan ASN
Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri, namun
demikian pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
2. Peran ASN
Peran ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, danperekat pemersatu bangsa.
3. Hak dan kewajiban ASN
Seorang ASN mempunyai kewajiban dan hak sebagai berikut:
a. Gaji, tunjangan dan fasilitas
b. Cuti
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
d. Perlindungan
e. Pengembangan kompetensi
4. Kode etik dan kode perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatanASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan
perilaku agar pegawai ASN:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
27
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan BMN secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien; Menjaga agar tidak terjadi konflik
kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
h. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
i. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain;
j. Memagang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN; dan
k. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
28
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah:
1. Partisipatif
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan
Pemerintah harus menyediakan akses bagi warga negara untuk
mengetahui segala hal terkait pelayanan publik yang
diselenggarakan. Masyarakat juga harus diberi akses untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila merasa
tidak puas terhadap pelayanan publik pemerintah.
3. Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan
warga negara. Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan
keinginan masyarakat yang menduduki posisi sebagai agen
pelayanan publik.
4. Tidak diskriminatif
Tidak ada perbedaan pemberian layanan kepada masyarakat atas
dasar perbedaan identitas warga negara.
5. Mudah dan murah
Mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut
masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah artinya biaya yang
diperlukan dapat dijangkau oleh seluruh warga negara.
6. Efektif dan efisien
Efektif, mampu mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (untuk
melaksanakan mandat konstitusi dan mencapai tujuan strategis
negara dalam jangka panjang). Efisien, cara mewujudkan tujuan
dilakukan dengan prosedur sederhana, tenaga kerja yang sedikit,
dan biaya yang murah.
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang harus dapat dijangkau oleh warga negara
yang membutuhkan dalam arti fisik (dekat, terjangkau dengan
29
kendaraan publik, mudah ditemukan, dan lain – lain) dan dapat
dijangkau dalam arti non – fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi.
8. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat melalui
media publik baik secara cetak maupun elektronik.
9. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai
alat pelindung kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok kuat.
30
2.2.3 Whole of Goverment
WoG didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan integratif
fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems
yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau
keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku.
W
o
G
a
d
a
l
a
h
s
e
b
u
a
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
31
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi
penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Pertama, adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti
dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program
pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya
WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara
kebijakan dan layanan publik. Kedua, terkait faktor-faktor internal dengan
adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari
adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor
bisa menjadi sangat superior terhadap sektor lain, atau masing-masing
sektor tumbuh namun tidak berjalan beriringan, melainkan justru
kontraproduktif atau „saling membunuh‟. Masing-masing sektor
menganggap bahwa sektornya lebih penting dari yang lainnya. Ketiga,
khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya
potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi formal
berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat kebangsaan
yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu
frame NKRI.
32
a. Faktor pendorong
b. Tantangan Wog
33
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
34
35
36
37
38
39
40