Vous êtes sur la page 1sur 14

ASAS-ASAS ILMU LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH
NAMA : SITI ANGGRAINI SYELSEGA
NIM : 06091381823044

DOSEN PENGAMPU :
KHOIRON NAZIP, Drs. M.Si. Ph.D

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Ilmu lingkungan adalah ekologi yang menerapkan berbagai azas dan
konsepnya kepada masalah yang lebih luas,yang menyangkut pula hubungan
manusia dengan lingkungannya. Ilmu Lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu
lingkungan ini mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik anatara jasad hidup (termasuk manusia) dengan dengan
lingkungannya.
Ilmu lingkungan (environmental science atau envirology) adalah ilmu
yang mempelajari tentang lingkungan hidup. Ilmu Lingkungan adalah suatu studi
yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan manusia yang pantas
di dalamnya. Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan
adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan
menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam.
Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung
jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidup secara
menyeluruh.
Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu
(terutama ekologi, ilmu lainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi,
meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan sebagainya), yang
bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut
hubungan antara mahluk hidup dengan
lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan penjabaran atau terapan dari ekologi.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai
ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya,
antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini
dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai
ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara
jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan
kesimpulan secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk
menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas dapat terjadi
melalui suatu penggunaan dan pengujian metodologi secara terus menerus dan
matang, sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada
pula asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas
ini hanya merupakan penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada
situasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan
pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-
kali dan hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya
menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan
ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas
apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya
kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru
dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksidan kebanyakan
dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode
pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk
membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan
cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan
kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara simulasi
komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan
keadaan di alam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode
perbandingan misalnya dengan membandingkan antara daerah yang satu dengan
yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan
satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai
landasan yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti
pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan
mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami
pola dan organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung
dan didukung, sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan
yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan
urutan logikanya).
Asas lingkungan terbagi kedalam 14 macam, yang mana dari keempat asas
tersebut dikelompokkan menjadi 4 jenis asas, yaitu sebagai berikut:
 ASAS 1: (HUKUM THERMODINAMIKA I)

Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau


ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat
hilang, dihancurkan atau diciptakan.

Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hukum Thermodinamika I, yang sangat
fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi
dalam persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah
oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses
metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas.
Hembusan angin dimanfaatkan energi geraknya (energi kinetik) untuk
mendorong kincir pembangkit listrik sehingga mampu menggerakkan turbin
generator/dinamo. Dinamo adalah suatu alat yang mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik akibat perpaduan 2 buah gaya yang terjadi yaitu gaya medan
magnet dengan gaya gerak gulung kabel pada strator yang dihubungkan dengan
cincin tembaga pada ujungya sehingga terbentuklah energi istrik. Energi listrik ini
kemudian dimanfaatkan lebih lanjut oleh manusia untuk diubah seterusnya
menjadi berbagai macam bentuk energi lain seperti energi panas, cahaya, suara,
dan sebagainya.

 ASAS 2

Tak ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.


Asas ini tak lain adalah hukum Thermodinamika II, hal ini berarti
meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan
diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet
kita ini terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke
angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup,
populasi maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi dapat
dipindahkan dan digunakan oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada
piramida makanan, tingkatan konsumen yang paling bawah mendapatkan asupan
energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapatkan
sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara
efisien (banyak terbuang).
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup,
populasi, atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau
mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya pengubahan energi.

 ASAS 3

Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori


sumberdaya alam.

Pengubahan energi oleh sIstem biologi harus berlangsung pada kecepatan


yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya. Pengaruh
ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber
alam.
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang
dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat
dianalogkan dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas
termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat
berdiri sendiri, namun termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu yang
dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman
juga termasuk ke dalam kategori sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya
memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah, namun apabila
makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk
mencapai kesejahteraannya.
Contoh :
Tanaman kelapa sawit memerlukan waktu 4 tahun sebelum akhirnya
dimanfaatkan tandan buahnya yang mengandung minyak sawit. Waktu yang
dibutuhkan tersebut dimulai semenjak bibit (tunas) ditanam hingga dapat berbuah.
Kelapa sawit memilki watku produktif untuk selalu menghasilkan tandan sawit
setiap tahun, yaitu berkisar 15 tahun hingga 25 tahun tergantung perawatan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu mulai berbuahnya kelapa sawit dan
waktu produktif dari kelapa sawit adalah contoh waktu sebagai sumber alam,
manusia harus mampu mengetahui dan memanfaatkan sumber alam tersebut
untuk kesejahteraan secara maksimal.

 ASAS 4

Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah


mencapai optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan
penambahan sumberalam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.

Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu)


kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan
berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk
banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh
pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai
batas optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber
alam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu
arti yang penting, yaitu karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam
untuk populasi, maka naik turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada
pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.
Contoh:
Wilayah perkotaan merupakan areal yang diciptakan manusia sebagai
tempat bernaungnya segala aktivitas manusia seperti tempat tinggal, bekerja,
berbinis, kegiatan sosial dan sebagainya. Kepadatan populasi yang berlebihan
dalam suatu arel akan menekan daya dukung sumber alam disekitarnya misalkan
sumber tanah, air, makanan, udara. Sesuai dengan asas lingkungan ke-4 kepadatan
populasi ini bila tidak segera diatasi dengan cara dibatasi jumlahnya akan
berdampak merusak baik untuk manusia akibat persaingan yang kuat juga
terhadap dampak lingkungan sekitar.

 ASAS 5

Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya
rangsang penggunaan lebih lanjut.

Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak
dapat menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua
sumber alam yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih
lanjut.
Contoh :
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian
didapatkan suatu jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut
akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut.
Dengan demikian, kenaikan sumber alam (makanan) merangsang kenaikan
pendayagunaan.

 ASAS 6
Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya cenderung berhasil mengalahkan saingannya.

Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup
terdapat perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor
lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya
sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi akan
kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang adaptif
akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-adaptif.
Contoh :
Ikan belut memiliki permukaan kulit luar yang halus dan mengandung
lendir untuk mempertahankan diri dari tangkapan pemangsanya dan memudahkan
dia menggali lubang dalam tanah sebagai tempat tinggal (berlindung). Untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya ikan belut dilengkapi mekanisme
pertahanan dirinya dengan permukaan kulit yang halus dan berlendir. Adaptasi
terhadap lingkungannya ini yang membuat ikan belut mampu berkembangbiak
dibandingkan dengan hewan lainnya dikomunitas air sungai. Dengan kulitnya ini
pula ikan belut mudah menggali tanah pada tepian sungai sebagai tempatnya
berlindung.

 ASAS 7

Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang


“mudah diramal”

Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang
pasti pada pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya
fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan sukar-
mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada
setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya.
Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi
perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas yang
membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara
fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan
mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara
evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni
oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa
komunitas fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini
dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian
diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (1969) sebagai pengaruh
lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan
lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman
spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi.
Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama,
tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan
menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.
Contoh :
Populasi yang hidup pada suatu habitat dalam lingkungan, dapat
memenuhi kebutuhannya karena lingkungan mempunyai kemampuan untuk
mendukung kelangsungan hidupnya. Kemampuan lingkungan untuk mendukung
kehidupan populasi disebut daya dukung (carrying capacity). Daya dukung
lingkungan tersebut merupakan sumber daya alam lingkungan. Kemampuan
lingkungan mempunyai batas, sehingga apabila keadaan lingkungan berubah
maka daya dukung lingkungan juga berubah. Hal ini karena daya dukung
lingkungan dipengaruhi oleh faktor pembatas, seperti: cuaca, iklim, pembakaran,
banjir, gempa, dan kegiatan manusia. Seperti pada daerah yang kondisi alamnya
stabil cenderung memiliki keanekaragaman yang tinggi dibandingkan dengan
daerah yang kondisi alamnya tidak stabil. Kondisi yang tidak stabil akan secara
tidak langsung memaksa organisme untuk bertahan hidup pada kondisi yang
berbeda-beda, hal ini menyebabkan semakin sedikitnya jumlah organisme yang
dapat bertahan pada daerah tersebut karena tingkat atau kemampuan adaptasi tiap
organisme yang satu dengan yang lain berbeda. Makin beranekaragam komponen
biotik (biodiversitas), maka makin tinggi Keanekaragaman. Daerah yang
mempunyai keanekaragaman tinggi adalah hutan tropika (di kawasan tropika
jarang sekali terjadi komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis).

 ASAS 8

Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson,


bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat
memisahkan takson tersebut.

Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan
lingkungannya yang khas (niche), Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies
mempunyai niche tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut dapat berdampingan
satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai kepentingan
dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang
terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan
yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya
akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.

 ASAS 9

Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi


produktivitas.

T = K x (B/P) ; D ≈ T

T = waktu rata-rata penggunaan energi


K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman

Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energi dalam sistem
biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem
biologi dalam suatu komunitas.

Pada asas ini menurut Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan
antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

 ASAS 10

Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan


produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.

Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami


evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam
lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya
keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas maksimum
sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam ekosistem, sedangkan
keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu,
maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk
menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat
diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses
suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab
spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh
stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda
dengan jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas
buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan
hewan.
 ASAS 11

Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).

Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah
yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman
mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih
kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke
subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya
Contoh :
Populasi kera mengeksploitasi tanaman di perladangan. Kera yang biasa
hidup di hutan (ekosistem yang sudah mantap) memanfaatkan ekosistem yang
belum mantap disekitar hutan itu. Apabila areal sekitar hutan terdapat perladangan
baru yang ditanami misalnya dengan jagung, padi, ubi, singkong, dan buah-
buahan (minim keanekaragaman) maka perladangan tu menjadi sumber makanan
yang mudah terhadap populasi kera.

 ASAS 12

Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan


relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.

Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan


(seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang
sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan
terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem
yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah stabil, sifat responsive
terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata tidak diperlukan. Yang
berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan
biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan
faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan
evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung
menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-
macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi
evolusi yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan
fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang
bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan
populasi pada ekosistem yang sudah mantap.

 ASAS 13

Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan


keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.

Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang
mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga
apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan
mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya.
Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi
keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung
kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap
mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara
kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.

 ASAS 14
Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi
populasi itu.

Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya


keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum
mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.

Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:


 Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
 Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
 Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
 Efisiensi penggunaan energi
 Tingkat keanekaragaman tinggi

Vous aimerez peut-être aussi