Vous êtes sur la page 1sur 48

Sistem Manajeman Keselamatan Kesehatan Kerja dan Ergonomi

PT. P & P Lembah Karet Padang

laporan

Oleh :
Kelompok 2

1. Ihsanul Jamil 1611211005


2. Rosya Triana Dinata 1611211009
3. Rizki Ridhatul Tani 1611211044
4. Septi Wulan Dari 1611211055
5. Rahma Risandi 1611212007
6. Rivanni Aftanisa 1611213029
7. Maria Klarita Nindi 1611219001
8. Ovaria Suwandi 1711216003
9. Yolly Marlina 1711216038
10. Anissya Sri Wahyuni 1711216054

Dosen Pembimbing :
Dr. Nopriadi, SKM, M.Kes
Luthfil Hadi Anhari, SKM, MSc
Drs. Zudarmi, M. Si

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas, 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah mamberikan
rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan SMK3 dan Ergonomi PT. P & P Lembah Karet Padang.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah, selain itu untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang tentang laporan SMK3 dan Ergonomi. Tak lupa pula penulis
ucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dan membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu kritik dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah kecil ini dapat memberikan manfaat yang besar
bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Padang, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ......... 4
2.2.1 Pengertian SMK3........................................................................ 4
2.2.2 Prinsip Dasar Penerapan SMK3 ................................................. 4
2.2.3 Tujuan Penerapan SMK3 ............................................................ 6
2.2.4 Alasan dan Manfaat Penerapan SMK3 ....................................... 6
2.2.5 Penerapan SMK3 di Pabrik ........................................................ 9
2.2.6 Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di Indonesia .................... 11
2.2 Ergonomi ............................................................................................ 14
2.2.1 Definisi Ergonomi .................................................................... 14
2.2.2 Tujuan Ergonomi ...................................................................... 14
2.2.3 Manfaat Ergonomi .................................................................... 15
2.2.4 Ruang Lingkup Ergonomi ........................................................ 15
2.2.5 Metode - Metode Ergonomi...................................................... 15
BAB III METODE ................................................................................................ 17
3.1 Metode Kegiatan ................................................................................ 17
3.2 Jadwal dan Kegiatan........................................................................... 17
3.3 Sasaran ............................................................................................... 17
3.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum ........................................................... 17
3.5 Cara Kerja Praktikum ......................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 19
4.1 Profil Perusahaan................................................................................ 19
4.2 SMK3 ................................................................................................. 20
4.2.1 Kebijakan K3 di PT. P&P Lembah Karet ................................. 20
4.2.2 Struktur Organisasi P2K3 PT. P&P Lembah Karet .................. 20
4.2.3 Daftar Peralatan Emergency PT. P&P. Lembah Karet ............. 21
4.2.4 Daftar Bahaya Potensial dan Kemungkinan Kecelakaan ......... 21
4.2.5 Data Kecelakaan Kerja Tahun 2017 PT. P&P Lembah Karet .. 23
4.2.6 Data Kecelakaan Kerja Tahun 2018 PT. P&P Lembah Karet .. 24
4.2.7 Hasil Observasi PT. P & P Lembah Karet ................................ 25
4.2.8 Observasi K3 PT. P & P Lembah Karet ................................... 28
4.2.9 Pembahasan SMK3 PT. P & P Lembah Karet ......................... 32
4.3 Ergonomi ............................................................................................ 37
4.3.1. Secara Umum............................................................................ 37
4.3.2. Berdasarkan Prosedur ............................................................... 39
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 43
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 43
5.2 Saran ................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri belakangan ini meningkat dengan cepat seiring
dengan perkembangan zaman yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
Kebutuhan akan tenaga kerja ini menuntut adanya perlindungan tehadap tenaga
kerja agar dapat bekerja secara selamat dan sehat. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) mencakup identifikasi terhadap bahaya, penilaian risiko dan tindakan
pengendalian dapat dilakukan agar tidak terjadi berbagai hal yang tidak
diinginkan seperti kecelakaan dan timbulnya penyakit-penyakit akibat kerja serta
kerugian besar yang akan ditanggung oleh perusahaan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik bahwa untuk luas areal karet
Indonesia sebagai yang terbesar di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti
Thailand seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar. Meski memiliki
lahan terluas, produksi karet Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah
produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet Malaysia
mencapai 951 ribu ton.
Dari data ini, dapat diketahui bahwa industri karet di Indonesia cukup
besar sehingga program-program K3 harus dapat ditanamkan pada setiap
perusahaan yang ada karena bahaya-bahaya dari proses produksi pengolahan karet
menjadi produk membutuhkan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan
penyakit bagi pekerja dan terjadinya kecelakaan pada saat penggunaan peralatan
kerja. Salah satu yang menyebabkannya yaitu terpapar dengan bahan kimia pada
perusahaan karet tersebut. Bahan-bahan kimia lain yang umum digunakan dalam
pabrik karet seperti amoniak, nitrogen, mangan, besi, magnesium, fosfor, klorin
dan bahan kimia lain yang ditambahakan dalam proses pembuatan produk karet
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Walaupun telah banyak industri
pengolahan karet yang memperhatikan K3 dalam program perusahaan, akan tetapi
masih ada perusahaan yang mengalami kecelakaan kerja seperti pada peralatan
centrifugal pabrik karet yang meledak yang menelan korban meninggal dunia dan
luka-luka.

1
2

Perusahaan karet yang menyatakan hal tersebut adalah murni kecelakaan


kerja tentunya sangat tidak beralasan, pasalnya, pabrik/perusahaan karet adalah
sebuah perusahaan yang menerapkan sistem Zero Accident (Nol Kecelakaan).
Begitu juga dengan sistem SMK3 ( Sistem keselamatan dan kesehatan kerja ) dan
Budaya 3K (Komunikasi, Konsultasi dan Koordinasi ), namun pada kenyataannya
diperusahaan ini masih tetap terjadi kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa,
sehingga ada kesan adanya kelemahan dalam hal pengawasan terhadap karyawan
dan peralatan yang dipakai didalam pabrik karet tersebut.
Hal ini dapat menjadi perhatian untuk lebih meningkatkan aspek K3 dalam
program- program di perusahaan baik perusahaan dalam skala besar maupun skala
kecil sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang dapat merugikan perusahaan dengan melakukan identifikasi
bahaya, penilaian risiko, dan tindakan pengendalian, karena kurangnya perhatian
tentang K3 di Pabrik/ perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah:
1.3.1. Bagaimana penerapan SMK3 dan ergonomi di PT. P & P Lembah
Karet?
1.3.2. Bagaimana komitmen dan kebijakan pabrik untuk menerapkan
SMK3?
1.3.3. Bagaimana pelaksanaan SMK3 dan ergonomi di PT. P & P
Lembah Karet?
1.3.4. Bagaimana kasus-kasus kecelakaan kerja yang terjadi di PT. P & P
Lembah Karet?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui:
1.3.1. Penerapan SMK3 di PT. Lembah Karet.
1.3.2. Komitmen dan kebijakan pabrik untuk menerapkan SMK3
1.3.3. Pelaksanaan SMK3 dan ergonomi di PT. P & P Lembah Karet
1.3.4. Analisa kasus kecelakaan kerja di PT. P & P Lembah Karet
3

1.4 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode
study pustaka yaitu dalam sumber pembuatan makalah ini menggunakan referensi
buku-buku teks dan informasi dari internet yang berkaitan dengan SMK3 dan
ergonomi di perusahaan karet. Selain itu, data dan informasi dalam makalah ini
didapatkan dari praktikum dilapangan secara observasi dan wawancara dengan
petugas harian P2K3 di PT. P & P Lembah Karet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


2.2.1 Pengertian SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien
dan produktif. (Permen PU, 2008)
SMK3 adalah standar yang diadopsi dari standar Australia AS4801 ini
serupa dengan Occupational Health and Safety Assessment Series
(OHSAS) 18001, standar ini dibuat oleh beberapa lembaga sertifikasi dan
lembaga standarisasi kelas dunia. SMK3 merupakan alat bantu yang dapat
digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan yang ada dan berlaku
yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
SMK3 merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga
kesesuaian terhadapnya menjadi obyektif.
Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
(PER.05/MEN/1996 pasal 1).
2.2.2 Prinsip Dasar Penerapan SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
penerapan peraturan/stadar K3 secara terpadu dalam sistem manajemen
perusahaan. Prinsip-prinsip penerapan SMK3 mengacu kepada 5 prinsip
dasar SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga

4
5

Kerja Republik Indonesia No. PER 05/MEN/1996 tentang Sistem


Manajemen Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja BAB III ayat (1) yaitu:
1. Komitmen dan kebijakan.
Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
penerapan SMK3 di perusahaan.
2. Perencanaan SMK3
Merencanakan pemenuhan kebijaksanaan, tujuan dan sasaran
penerapan SMK3.
3. Penerapan SMK3
Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung
yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran
keselamatan dan kesehata kerja.
4. Pengukuran dan Evaluasi
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan
meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
Prinsip dasar SMK3 sudah ada sejak tahun 1970 terlihat dalam
Peraturan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja yang menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip
dasar SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang
diantaranya berisi:
a. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manjemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
6

b. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan


kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah
2.2.3 Tujuan Penerapan SMK3
Adapun tujuan penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia
2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi
globalisasi
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor
nasional
7. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan system
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan
penerapan K3L.
2.2.4 Alasan dan Manfaat Penerapan SMK3
Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang
mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya
ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib
menerapkan SMK3. Alasan dari penerapan SMK3 di tempat kerja karena
SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia
internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk
menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,beberapa diantaranya adalah:
1. Melindungi Pekerja
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja
dari segala bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan yang paling penting.
Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat dikurangi atau
7

ditiadakan sama sekali,hal ini juga akan menguntungkan bagi


perusahaan,karena pekerja yang merasa aman dari ancaman
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan bekerja lebih
bersemangat dan produktif.
2. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang
Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-
undangan yang berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist.
Karena bagaimanapun peraturan atau perundang-undangan yang dibuat
bertujuan untuk kebaikan semua pihak. Dengan mematuhi peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku maka perusahaan akan lebih
tertib dan hal ini dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri.
Berapa banyak perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap
peraturan yang berlaku mengalami kebangkrutan atau kerugian karena
mengalami banyak permasalahan baik dengan karyawan, pemerintah
dan lingkungan setempat.
3. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Betapa banyak pelanggan yang mensyaratkan para
pemasok atau supplier mereka untuk menerapkan SMK3 atau OHSAS
18001. Karena penerapan SMK3 akan dapat menjamin proses yang
aman, tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas dan
mengurangi produk cacat. Para pekerja akan bekerja secara lebih baik,
karena mereka terlindungi dengan baik sehingga bisa lebih produktif.
Kecelakaan dapat dihindari sehingga bisa menjamin perusahaan
beroperasi secara penuh dan normal untuk menjamin kontinuitas
supplai kepada pelanggan. Tidak jarang pelanggan melakukan audit
K3 kepada para pemasok mereka untuk memastikan bahwa pekerja
terlindungi dengan baik dan proses produksi dilakukan secara aman.
Tujuan mereka tidak lain adalah untuk memastikan bahwa mereka
sedang berbisnis dengan perusahaan yang bisa menjamin kontinuitas
supplai bahan baku mereka. Disamping itu dengan memiliki sertifikat
8

SMK3 atau OHSAS 18001 akan dapat meningkatkan citra perusahaan


sehingga pelanggan semakin percaya terhadap perusahaan tersebut.
4. Membuat Sistem Manajemen Yang Efektif
Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem
manajemen keselamatan akan tertata dengan baik dan efektif. Karena
didalam SMK3 ataupun OHSAS 18001 dipersyaratkan adanya
prosedur yang terdokumentasi, sehingga segala aktivitas dan kegiatan
yang dilakukan akan terorganisir, terarah, berada dalam koridor yang
teratur dan dilakukan secara konsisten. Rekaman-rekaman sebagai
bukti penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian
identifikasi akar masalah ketidaksesuaian. Sehingga analisis atau
identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-larut dan melebar menjadi
tidak terarah,yang pada akhirnya memberikan rekomendasi yang tidak
tepat atau tidak menyelesaikan masalah.
Dalam sistem ini juga dipersyaratkan untuk dilakukan
perencanaan, pengendalian, tinjau ulang, umpan balik, perbaikan dan
pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem manajemen yang
efektif. Sistem ini juga meminta komitmen manajemen dan partisipasi
dari semua karyawan, sehingga totalitas keterlibatan line manajemen
dengan pekerja sangat dituntut dalam menjalankan semua program
yang berkaitan dengan K3. Keterlibatan secara totalitas ini akan
memberikan lebih banyak peluang untuk melakukan peningkatan atau
perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.
Selain itu ada pula manfaat secara langsung dan tidak langsung dari
penerapan SMK3 bagi industri kita antara lain:
1. Manfaat Langsung:
a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan
kerja.
c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena
tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
2. Manfaat tidak langsung:
9

a. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.


b. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan
perusahaan.
c. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik,
sehingga membuat umur alat semakin lama.
2.2.5 Penerapan SMK3 di Pabrik
Dalam pasal 87 (1): UU No 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan
dinyatakan bahwa: setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen K3 diatur
dalam Permenaker RI. NO.Per.05 / MEN / 1996 tentang sistem
Manajemen K3. Pada pasal 3 (1 dan 2) dinyatakan bahwa setiap
perusahaan yang mempekerjakan Tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengekibatkan
kecelakaan kerja seperti peledekan, kebakaran, pencemaran lingkungan
dan Penyakit Akibat Kerja WAJIB menerapkan Sistem Manajemen K3.
Dengan demikian kewajiban penerapan Sistem Manajemen K3
didasarkan pada dua hal yaitu ukuran besarnya perusahaan dan potensi
bahaya yang ditimbulkan. Meskipun perusahaan hanya mempekerjakan
tenaga kerja kurang dari 100 orang tetapi apabila tingkat resiko bahayanya
besar juga berkewajiban menerapkan Sistem Manajemen K3 di
perusahaannya. Berdasarkan hal tersebut maka, penerapan Sistem
Manajemen K3 bukanlah suka rela (voluntary), tetapi keharusan yang
dimandatkan oleh peraturan perundangan (Mandatory).
Selanjutnya untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 seperti yang
tertuang dalam pasal 4 Permennaker RI. No. Per. 05/MEN/1996 beserta
pedoman penerapan pada lampiran 1 maka organisasi perusahaan
diwajibkan untuk melaksanakan 5 ketentuan pokok yaitu:
1. Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
penerapan Sistem Manajemen K3.
10

2. Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan


ditanda tangani oleh pengurus yang memuat keseluruhan visi
dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekat melaksanakan K3,
kerangka dan program Kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh. Didalam membuat kebijakan K3
harus dikonsultasikan dengan perwakilan pekerja dan disebar
luaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok, pelanggan dan
kontraktor. Kebijakan perusahaan harus selalui ditinjau ulang
atau di review untuk peningkatan kinerja K3.
3. Adanya komitmen dari pucuk pimpinan ( top management )
terhadap K3. Dengan menyediakan sumber daya yang memadai
yang diwujudkan dalam bentuk (a) penempatan organisasi K3
pada posisi strategis; (b) penyediaan anggaran biaya, tenaga
kerja dan sarana pendukung lainnya dalam bidang K3; (c)
menempatkan personil dengan tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban secara jelas dalam menangani K3; (d) perencanaan
K3 yang terkoordinasi ; dan (e) penilaian kinerja dan tindak
lanjut K3.
4. Adanya tinjauan awal ( Initial Review ) kondisi K3 di
perusahaan, yang dilakukan dengan cara: (a) identifikasi kondisi
yang ada, selanjutkan dibandingkan dengan ketentuan yang
berlaku ( pedoman Sistem Manajemen K3 ) sebagai bentuk
pemenuhan terhadap peraturan perundangan (Law
Enforcement); (b) identifikasi sumber bahaya di tempat kerja;
(c) penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan
standar K3; (d) meninjau sebab akibat kejadian yang
membahayakan, kompensasi kecelakaan, dan gangguan yang
terjadi; (e) Meninjau hasil penilaian K3 sebelumnya; dan (f)
menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.
5. Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan sistem manajemen K3.
11

a. Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian


dan pengendalian resiko.
b. Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3.
c. Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan perusahaan
dalam bidang K3 yang mencakup criteria kebijakan sebagai
berikut dapat diukur, satuan / indikator pengukuran, sasaran
pencapaian, dan jangka waktu pencapaian.
d. Adanya indikator kinerja K3 yang dapat diukur.
e. Adanya perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang
sedang berlangsung.
2.2.6 Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di Indonesia
1. Penetapan kebijakan K3:
Pengusaha dalam menyusun kebijakan K3 paling sedikit harus:
a. melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi:
1) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
2) Perbandingan penerapan k3 dengan perusahaan dan sektor lain
yang lebih baik;
3) Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
4) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya
yang berkaitan dengan keselamatan; dan
5) Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang
disediakan.
b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-
menerus; dan memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh.
c. Muatan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi; tujuan
perusahaan; komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan
kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.
2. Perencanaan K3
Yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana K3:
12

a. Hasil penelaahan awal;


1) Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;
2) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan
3) Sumber daya yang dimiliki.
b. Pelaksanaan rencana K3;
Dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya
manusia di bidang K3, sarana, dan prasarana
1) Sumber daya manusia harus memiliki:
1. Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
2. Kewenangan di bidang k3 yang dibuktikan dengan surat
izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi
yang berwenang.
2) Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:
1. Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
2. Anggaran yang memadai;
3. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta
pendokumentasian; dan
4. Instruksi kerja.
3) Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan
dalam pemenuhan persyaratan K3.
Kegiatan tersebut adalah:
1. Tindakan pengendalian;
2. Perancangan (design) dan rekayasa;
3. Prosedur dan instruksi kerja;
4. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
5. Pembelian/pengadaan barang dan jasa;
6. Produk akhir;
7. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri; dan
8. Rencana dan pemulihan keadaan darurat.
Kegiatan 1 – 6 dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko.
13

Kegiatan 7 dan 8 dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya,


investigasi dan analisa kecelakaan
Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka harus:
a. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang
K3
b. Melibatkan seluruh pekerka/buruh
c. Membuat petunjuk K3
d. Membuat prosedur informasi
e. Membuat prosedur pelaporan
f. Mendokumentasikan seluruh kegiatan
g. Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan
manajemen perusahaan
4) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3;
1. Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit
internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang
kompeten
2. Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat
menggunakan pihak lain
3. Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha
4. Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan
pengendalian
5. Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan
berdasarkan peraturan Perundang-undangan.
5) Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
1. Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan
SMK3, dilakukan peninjauan terhadap kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
2. Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan
peningkatan kinerja
3. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal:
a. Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
b. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
14

c. Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;


d. Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
e. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk epidemiologi;
f. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
g. Adanya pelaporan; dan/atau
h. Adanya masukan dari pekerja/buruh.
2.2 Ergonomi
2.2.1 Definisi Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan
kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk
“fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan,
sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu
teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan
kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”
2.2.2 Tujuan Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari
yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan
yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan
produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja
yang cocok, aman, nyaman dan sehat. Adapun tujuan penerapan ergonomi
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan
beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat
kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
15

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan


kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek
teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin
untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
2.2.3 Manfaat Ergonomi
Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja,
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
2.2.4 Ruang Lingkup Ergonomi
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan
otot dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up
take, pols, dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.
2.2.5 Metode - Metode Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan
16

pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas


mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel,
letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai
dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu
dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan dan lain-lain.
4. Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi
umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi
atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang
desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada
aspek proses kerja dan lingkungan kerja pemahaman sumber bahaya
tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali dan
mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
BAB III
METODE

3.1 Metode Kegiatan


Metode yang digunakan dalam praktikum penilaian SMK3 dan ergonomi
di PT. P&P. Lembah Karet digunakan metode observasi dan wawancara
dengan petugas harian P2K3 yang ada dilapangan, sehingga diharapkan
dengan menggunakan metode observasi dan wawancara ini hasil yang
didapatkan sesuai dengan kondisi nyata di tempat tersebut.
3.2 Jadwal dan Kegiatan
Adapun kegiatan yang dilakukan kelompok untuk praktikum penilaian
SMK3 dan ergonomi adalah sebagai berikut:
Tanggal 5-8 November : Pembuatan surat untuk Pimpinan PT P&P
Lembah Karet
Tanggal 12 November : Pemberian Surat ke Pimpinan PT P&P
Lembah Karet
Tanggal 15 November : Praktikum
Tanggal 16-19 November : Evaluasi hasil
Tanggal 20-26 November : Pembuatan laporan dan PPT
Tanggal 27 November : Presentasi
3.3 Sasaran
Observasi dilakukan di PT P&P Lembah Karet yang terletak dijalan By
Pass Km. 22, Padang, Sumatera Barat. Adapun sasaran khusus dari
kegiatan ini adalah melihat Sistem Manajemen K3 dan Ergonomi pada
setiap proses kegiatan kerja di PT P&P lembah karet mulai dari proses
penerimaan bokar sampai penyimpanan karet dalam peti kemasan yang
siap untuk dikirim.
3.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum
Waktu pelaksanaan kegiatan pada tanggal 15 November 2018 hari senin
pukul 09.30 WIB sampai dengan selesai.

17
18

3.5 Cara Kerja Praktikum


Kelompok melakukan observasi yang dipandu oleh bapak ketua harian
P2K3 yaitu bapak Rinaldi. Kelompok melihat setiap proses pengolahan
karet dari awal sampai akhir, serta pengolahan limbah cair karet. Pada saat
kelompok melakukan observasi dipandu teori yang telah dipelajari pada
saat perkuliahan, dan juga tanya jawab bersama pemandu kelompok.
19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan


Nama Perusahaan : PT. P&P LEMBAH KARET
Alamat Kantor/Pabrik : Jln. By Pass Km. 22 Padang
Tahun Pendirian/Beroperasi : Tahun 1950/ Tahun 1972
Bidang Usaha : Produsen Eksportir SIR
Jenis Produksi Perusahaan : Crumb Rubber
NPWP : 01.101.652.4.201.000
Bidang Usaha : Produsen Eksportir SIR
Management/Direksi : Bintoro Suryono T.
Type and Grade of Produciton : SIR 20
Quality Management System : ISO 9001 – 2008 /
SNI 19 – 9001 – 2008
Producer’s Code : S. A. O.
Licenced Capacity Per Year : 32.000 Ton
Jumlah Produksi & Penjualan : Produksi 85.915 Ton
3 tahun Terakhir (2013 – 2015) : Ekspor 78.452 Ton
Export Oriented : 95%
Negara Tujuan Ekspor : Amerika, Kanada, Cina
Jumlah Tenaga Kerja : 314 Orang
Kebutuhan Perusahaan
a. Lahan Pabrik : 6 Ha
b. Kapasitas PLN : 2.180 KVA
c. Pemakaian Air : 2.262 M3
20

4.2 SMK3
4.2.1 Kebijakan K3 di PT. P&P Lembah Karet
KEBIJAKAN K3 PT. P & P LEMBAH KARET
“Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
Visi :
“Mewujudkan Tenaga Kerja yang Sehat, Selamat, Kompetitif, dan
Produktif dengan Mengupayakan agar Zero Accident”
Misi:
1. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan keselamatan dan kesehatan
kerja dengan memberikan pelatihan
2. Meningkatkan peran serta pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat
untuk mewujudkan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
3. Menyediakan APD di setiap bagian
4.2.2 Struktur Organisasi P2K3 PT. P&P Lembah Karet

Ketua P2K3
Sekretaris P2K3
Bintaro Suryono T.
1. Fenny Rinaldi, SH
2. Winda Indrastis Mardia, A.Md
Ketua Harian P2K3 3. David Hendra
H. Rinaldi Hadi

Operator Bag. Bag. Proses Bag. Cuci Bag.


Forklift Gudang Pengeringan Lory Pembelian
Yulius Mayasari Zakaria Jusepta Harry Halim

Bag. Teknik Bag. Gudang Bag. Proses Bag. Bag.IPAL


Jhonny R. Pembelian Pencucian Labor Suhartono
Mardis Bahan Aprizal Yasrizal
Sumaryanto Penolong
Edi Herman
21

4.2.3 Daftar Peralatan Emergency PT. P&P. Lembah Karet


Tersedia
NO Nama Peralatan Lokasi
Ya Tidak
1 Racun Api Laboratorium 
Gudang Jemuran 
Ruang Dryer 
Ruang Packing 
Kantor 
IPAL 
Gudan gKayu -
Ruang Genset -
Workshop -
Gudang Plastik -
TPS Lb3 -
Bengkel Otomotif -

Ruang Konstruksi
Kantor Satpam
2 Hydran Sekitar Pabrik 
3 Transportasi Pabrik 
5 Pompa Air Workshop -
7 Genset Ruang Mesin
8 Kotak P3K Kantor 
9 Serine Satpam 
10 Telephone Kantor 
Satpam 
Mess 
Laboratorium 
Bagian Gilingan 

PPD

Mesin
11 Handy Talky Satpam 
Workshop -
Bagian Gilingan -
Bagian Press -
Bagian Laboratorium -
PPD -
12 Tempat Pengungsian Lokasi Pabrik 

4.2.4 Daftar Bahaya Potensial dan Kemungkinan Kecelakaan

Bahaya Kemungkinan Rekomendasi Tersedia


No
Potensial Kecelakaan P2K3 Ya Tidak
1. Bahaya Pengujian N2 (zat Menyediakan -
Labor kimia) masker
Pemotongan Cth : kena Menyediakan -
jari tangan, lecet sarung tangan
22

Menyediakan -
P3K
2. Bagian Lantai licin Menyediakan 
Penerimaan helm
Bahan Baku Kaki kena gancu Menyediakan 
sepatu sefty
Menyediakan 
P3K
3. Bagian Lantai licin Menyediakan 
Proses helm
Pencucian Kaki terendam air Menyediakan 
sepatu sefty
Bising Menyediakan 
P3K
4. Bagian Lantai licin Menyediakan 
Proses helm
Kering Bising Ear flug 
Debu lembaran karet Masker 
Lokasi berair Sepatu safety 
Menyediakan 
P3K
5. Bagian Cuci Lantai licin Menyediakan 
Trolley sepatu safety
Mempergunakan zat Menyediakan 
kimia sarung tangan
Kemungkinan jatuh Menyediakan 
helm
Kemungkinan percikan Menyediakan 
zat kimia kaca mata
Menyediakan 
P3K
6. Bagian Mempergunakan alat Menyediakan 
Packing sharingfas (panas) sarung tangan
Menyediakan 
P3K
7. Bagian Mempergunakan pisau Menyediakan 
Gudang (memotong plastik) sarung tangan
Plastik Menyediakan 
P3K
8. Bagian Bising Menyediakan ear 
Mekanik flug
Terpeleset/jatuh Menyediakan 
helm
Menyediakan 
sepatu safety
Menyediakan 
P3K
23

9. Bagian Tertimpa besi Menyediakan 


Konstruksi masker
Pengelasan Menyediakan 
kaca mata
Lantai kerja licin Menyediakan 
sarung tangan
Menyediakan 
helm
Menyediakan 
sepatu safety
10. Bagian Tertimpa rol Menyediakan 
Penggantian sepatu safety
Rol Lantai kerja licin Menyediakan 
helm
Menyediakan 
P3K
11. Bagian Terjatuh/terpeleset Menyediakan 
Forklift sepatu safety
Lantai kerja licin Menyediakan 
helm
Menyediakan 
P3K
12. Bagian Terjatuh/terpeleset Menyediakan 
IPAL sepatu safety
Lantai kerja licin Menyediakan 
helm
Menyediakan 
P3K

4.2.5 Data Kecelakaan Kerja Tahun 2017 PT. P&P Lembah Karet
Jenis Bagian
No Nama Tgl. Kecelakaan
Kecelakaan Kerja
1 Andreas Taher 10-01-2017 Kecelakaan Bag.
lalulintas ketika Bengkel
berangkat kerja
2 Nofrizal 29-01-2017 Tangan kena Bag.
piksau ketika Gilingan
memotong getah
3 Efrinaldi 07-02-2017 Siku kena gancu Bag. Bahan
saat bekerja Baku
4 Destriadi 08-02-2017 Kaki kanan kena Bag. Bahan
gancu saat Baku
bekerja
5 Yosa Irfal 11-02-2017 Kaki kanan kena Bag. Bahan
gancu saat Baku
bekerja
24

6 Zai Indra 28-02-2017 Kaki kena gancu Bag. Bahan


ketika bekerja Baku
7 Rahmad Arafah 11-03-2017 Kaki kena gancu Bag.
ketika bekerja Gilingan
8 Mulyadi 23-03-2017 Mata kena ai Bag. Bahan
getah Baku
9 Lesmediko 27-03-2017 Kaki kanan Bag. Bahan
terhimpit/terjepit Baku
papan
timbangan
10 Karyuni. M 26-04-2017 Kaki tertimpal Bag. Mesin
besi
11 Syukur Gulo 27-05-2017 Kaki kanan kena Bag.
gancu saat Gilingan
bekerja
12 Hendra 02-06-2017 Tangan kiri kena Bag. Bahan
gancu Baku
13 Andri Eko Putra 11-06-2017 Jari jempol Bag.Labora
terpotong torium
gunting ketika
bekerja
14 Hendra 08-08-2017 Kaki kena gancu Bag. Bahan
ketika bekerja Baku
15 Diki Elimus Felino 14-09-2017 Jari tangan kena Bag.
gilingan Gilingan

4.2.6 Data Kecelakaan Kerja Tahun 2018 PT. P&P Lembah Karet
Jenis Bagian
No Nama Tgl. Kecelakaan
Kecelakaan Kerja
1 Indra Saputra 02-01-2018 Kaki kena gancu Timbangan
2 Abdul Arif 09-01-2018 Kaki terpijak Timbangan
paku
3 Rinusman Lahagu 03-02-2018 Tangan kena Timbangan
pisau
4 Sudirman 17-03-2018 Tali lift putus dan Gilingan
korban dalam lift
ikut terjatuh
5 Ade Sumatera 04-06-2018 Kaki kiri kena Timbangan
gancu
6 Syamsuar 09-06-2018 Jari kena pisau Gilingan
7 Hendri Mulyadi 06-07-2018 Jari tangan kena Gilingan
mesin giling
8 Afrizon 19-07-2018 Mata kanan kena Press
soda api
9 Ilal Franata 24-07-2018 Mata kaki kena Timbangan
gancu
25

10 Doni Eka Putra 27-07-2018 Kecelakaan lalu Roll mesin


lintas (pulang
bekerja)
11 Hendra 08-08-2018 Kaki kena gancu Timbangan

4.2.7 Hasil Observasi PT. P & P Lembah Karet


1. Produk yang dihasilkan oleh PT. P & P Lembah Karet adalah barang
setengah jadi, berupa blok karet atau remah-remah karet.
2. Produk berupa barang setengah jadi yaitu berupa crumb rubber yang
siap dikemas dengan berat 25kg/blok karet.

3. Produk ini akan dijual lagi ke beberapa perusahaan di Indonesia


dengan tujuan cingkareng dan sebagian diekspor keluar negeri
(Amerika, Canada, dan China)
26

4. Kegiatan mengolah bahan mentah berupa getah karet menjadi blok


karet atau remah karet dilakukan di gedung pabrik yang dilengkapi
dengan atap namun tidak ada dinding permanen. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi suhu panas dari kegiatan produksi sekaligus
pertukaran udara pabrik. Pihak PT juga berencana akan menambah
ruangan untuk lokasi produk.

5. Jumlah pekerja PT. P & P Lembah Karet yang tercatat di profil


perusahaan ada sekitar 308 orang dengan rata-rata umur 20-50 tahun.
6. Jumlah jam kerja 8 jam dengan hari kerja 6 hari/minggu. Hari libur
adalah hari minggu, namun ketika pesanan banyak maka akan
diadakan kerja lembur
7. Proses produksi lebih ke pengolahan secara fisik, tidak menggunakan
bahan kimia tertentu. Kegiatan produksi berupa karet mentah,
kemudian dicuci dalam beberapa tahapan, kemudian dicacah dan
dicuci lagi, setelah itu baru dipadatkan lalu dijemur dan dipadatkan
lagi. Sebelum dikemas menjadi balok-balok karet, karet tadi dioven
terlebih dahulu. Jadi dalam proses ini tidak ada paparan bahaya kimia.
Berikut diagram proses produksi PT. P & P Lembah Karet :
27
28

4.2.8 Observasi K3 PT. P & P Lembah Karet


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas harian
P2K3 didapatkan informasi sebagai berikut
1. PT. P & P Lembah Karet belum menerapkan SMK3, akan tetapi sudah
memiliki P2K3 dan 3 orang Ahli K3 Umum serta 5 orang Operato K3
Forklift Kelas II (Terlampir)
2. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 terkadang dilakukan
oleh PT Arpindo
3. Di lingkungan kerja sudah terdapat kebijakan K3 seperti
- papan yang berisi himbauan untuk memakai APD
- informasi mengenai bahaya dari mesin atau peralatan yang
digunakan, papan pengumuman tentang K3,
- gambar dan slogan K3,
- SOP di beberapa mesin, dan
- tanda jalur evakuasi
29
30

4. Selain berupa kebijakan, di lingkungan kerja juga disediakan APAR


dengan jumlah yang memadai serta penyediaan APD bagi pekerja
seperti sepatu boot.
5. Meskipun disediakan APD berupa sepatu boot dan terdapat himbauan
untuk memakai APD, akan tetapi pekerja banyak yang tidak
memakainya saat bekerja. Bukan hanya APD, bahkan terlihat ada
beberapa pekerja laki-laki yang tidak memakai baju saat bekerja
padahal pekerjaan memakai suhu yang tinggi. Alasan pekerja adalah
karena tidak tahan dengan panas yang dihasilkan dari proses produksi.
31

6. Terdapat beberapa sumber bahaya dari proses produksi, diantaranya


adalah sebagai berikut :
a. lantai yang basah dan
licin

b. mesin-mesin dan
peralatan produksi

c. bau busuk yang


ditimbulkan

d. kebisingan Dari hasil tanya jawab singkat dengan


pekerja pabrik tersebut tidak melakukan
pengukuran kebisingan di tempat kerja,
biasanya dilakukan oleh mahasiswa
yang melakukan penelitian disana
e. Ketersediaan APAR
32

4.2.9 Pembahasan SMK3 PT. P & P Lembah Karet


Menurut PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dimaksud dengan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas harian
P2K3 didapatkan informasi bahwa PT. P & P Lembah Karet belum
menerapkan SMK3, akan tetapi di PT tersebut sudah memiliki P2K3 dan
Ahli K3 Umum. Disamping itu di lingkungan tempat kerja juga sudah
terdapat beberapa kebijakan K3 seperti :
a. Papan yang berisi himbauan untuk memakai APD,
b. Informasi mengenai bahaya dari mesin atau peralatan yang digunakan,
papan pengumuman tentang K3,
c. Gambar dan slogan K3,
d. SOP di beberapa mesin, dan
e. Tanda jalur evakuasi
Selain berupa kebijakan, di lingkungan kerja juga telah disediakan
APAR dengan jumlah yang memadai serta penyediaan APD bagi pekerja.
Namun sangat disayangkan meskipun telah disediakan APD berupa sepatu
boot dan terdapat himbauan untuk memakai APD, akan tetapi masih
banyak pekerja yang tidak memakainya saat bekerja. Bukan hanya APD,
bahkan terlihat ada beberapa pekerja laki-laki yang tidak memakai baju
saat bekerja padahal pekerjaan memakai suhu yang tinggi. Alasan pekerja
adalah karena tidak tahan dengan panas yang dihasilkan dari proses
produksi. Padahal hal ini dapat membahayakan diri para pekerja itu
sendiri.
Menurut PP No.50 Tahun 2012 seharusnya PT. P & P Lembah Karet
sudah harus menerapkan SMK3 dilihat dari jumlah pegawai yang telah
mencapai lebih dari 100 orang dan juga mempunyai tingkat potensi bahaya
33

yang tinggi yakni dari karet dan proses pengolahan karet tersebut. Namun
SMK3 diperusahaan masih dalam proses kepengurusan dokumen.
Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa belum ada
pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus untuk para pekerja.
Setiap pekerja sudah memiliki dan masuk dalam program BPJS kesehatan.
Sehingga apabila setiap pekerja sakit, maka langsung saja berobat ke
fasilitas kesehatan yang tertera pada kartu BPJS kesehatan. Perusahaan
PT. P & P Lembah Karet baru berencana akan melakukan dan menerapkan
pemeriksaan kesehatan secara berkala setiap 3 bulan sekali untuk setiap
karyawan yang dikenal dengan Medical Chek Up.
Medical Chek Up ini penting dilakukan karena sumber bahaya berasal
dar bahan baku karet tersebut. Bau busuk yang dikeluarkan karet menjadi
makanan sehari-hari pekerja di pabrik. Aroma menyengat dari karet
tersebut mengeluarkan senyawa senyawa seperti sulfid, amonia, karbon
monoksida dan juga senyawa organik lainnya yang mudah menguap.
Bahaya terhadap kesehatan jelas adanya. Misalnya amonia (NH3) dengan
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru bahkan
dapat menimbulkan kematian. Aroma tak sedap dari karet bisa berasal
dari asam sulfat (H2SO4). Bila senyawa ini kontak langsung dengan kulit
maka dapat menyebabkan luka bakar. Karbonmonoksida yang dihasilkan
dari karet juga beracun yang dapat mengikat hemoglobin lebih kuat dari
oksigen bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain medical chek up,
perlu juga disarankan pemeriksaan khusus bagi pekerja selama bekerja
untuk mengidentifikasi resiko bahaya kesehatan yang mungkin terjadi
pada pekerja.
Jika dilihat dari proses pengolahan karet dimulai dari penerimaan
sampai bagian pengemasan karet kedalam peti, para pekerja belum
menerapkan dan memakai APD atau alat perlindungan diri secara baik dan
efektif. Para pekerja tidak memakai masker untuk menghindari bau karet
yang menyengat dikarenakan alasan bahwa masker yang dipakai
menyebabkan lemas karena suasana lingkungan kerja yang panas, tidak
memakai sarung tangan dengan alasan sarung tangan yang dipakai oleh
34

pekerja akan mengakibatkan kontaminasi kepada karet yang menyebabkan


kualitas karet menjadi buruk, tidak memakai kacamata pelindung padahal
serpihan debu dan air getah dari pengolahan karet yang telah halus dapat
memasuki mata pekerja, tidak memakai sepatu bot dikarenakan alasan
dalam bekerja kaki pekerja akan lembab dan basah yang mengakibatkan
kulit kaki pekerja berubah warna menjadi putih-putih dan pecah-pecah
sehingga pekerja lebih memilih memakai sandal di tempat kerja. Hanya
sebagian pekerja yang memakai helm dan sepatu bot itupun untuk bagian
operator yang membawa forklif. Dari observasi yang kami lakukan,
mungkin bagian P2K3 diperusahaan sangat memperhatikan kenyamanan
bagi para pekerja dalam bekerja akan tetapi disamping kenyamanan
tersebut, keselamatan pekerja terabaikan.
Dapat dilihat berdasarkan data kasus kecelakaan yang terjadi pada
tabel hasil praktikum diatas, salah satu kasus kecelakaan bisa disebabkan
oleh tangan yang terkena pisau, kaki yang terkena gancu, mata yang
terkena air getah, dan lain-lain oleh para pekerja ketika bekerja dan
mungkin adanya kelalaian pada saat bekerja yang tidak sesuai prosedur
operasional kerja.
Beberapa tindakan pengendalian dapat dilakukan akibat kasus
kecelakaan yang mungkin ditimbulkan dari pengolahan karet di PT. P & P
Lembah Karet tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Luka akibat tersayat pisau
Proses pemotongan bahan menggunakan pisau pemotong
menghasilkan resiko acceptable dimana diperlukan tindakan
pengendalian agar resiko dapat dikurangi seminimal mungkin.
Tindakan pengendalian yang dapat direkomendasikan yaitu dengan
menggunakan sarung tangan dan pergantian pekerja setiap 30 menit
agar pekerja tidak merasa lelah saat bekerja dan sehingga tidak
melukai diri mereka sendiri.
2. Penyakit akibat terhirup debu dari karet
Bahan baku karet yang limbah yang dipotong mengandung debu yang
beterbangan diudara sehingga dapat mengganggu kesehatan pekerja.
35

Tindakan pengendalian yang dapat direkomendasikan yaitu dengan


housekeeping yaitu menyusun lemvaran karet dengan baik dan
meyemprotkan air agar debu tidak beterbangan dan juga dengan
menggunakan masker pada pekerja.
3. Penyakit akibat terhirup bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan lembaran karet ini
sangatlah berbahaya karena debu kimia tersebut beterbangan di ruang
yang digunakan pekerja. Tindakan pengendalian yang dapat
disarankan yaitu dengan penyediaan ruangan khusus untuk
penimbangan bahan kimia dan penggunaan exhaust fan untuk
menyedot debu yang beterbangan, merapikan dan menutup bahan
kimia yang ada agar tidak tercecer dan menguap ke udara dan terakhir
untuk melindungi pekerja digunakan masker untuk menutup hidung
dan mulut.
4. Cedera akibat terpeleset
Resiko terpeleset karena pekerja tidak memakai alas kaki sehingga
beresiko terpeleset saat berjalan ataupun mengangkut barang.
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan membersihkan lantai dari
bahan-bahan yang licin dan penggunaan sepatu yang tahan terhadap
licinnya lantai.
5. Nyeri dan pegal akibat kelelahan
Risiko kelelahan berasal dari kegiatan yang dilakukan saat berdiri
ataupun mengangkut barang sehinggga perlu dilakukan penanganan
secepatnya. Tindakan pengendalian yang dapat diberikan yaitu dengan
penambahan tempat duduk untuk pekerja yang membutuhkan waktu
berdiri yang lama dan penggantian pekerja agar pekerja selalu
konsentrasi saat bekerja.
6. Luka bakar akibat kontak dengan mesin panas
Peralatan yang digunakan untuk penggilingan mengandung panas
yang dapat mengakibatkan luka bakar pada pekerja. Penegndalian
yang dapat dilakukan yaitu penggunaan tongkat untuk menyentuh
36

karet yang ada pada mesin penggiling, penyediaan sarung tangan


pengganti, dan penggunaan sarung tangan.
7. Penyakit akibat terhirup uap karet
Uap karet yang berasal dari karet yang panas dapat menyebabkan
penyakit pada pekerja karena mengandung bahan kimia yang bersifat
karsinogen ditambah dengan tidak digunakan masker penutup hidung.
Tindakan pengendalian yang dapat disarankan yaitu penyediaan
ruangan khusus untuk penimbangan bahan kimia dan penggunaan
exhaust fan untuk menyedot debu yang beterbangan, dan penggunaan
masker untuk pekerja.
8. Kebakaran akibat oli tercecer terkena percikan api
Penggunaan oli pada proses produksi juga sangat berbahaya
mengingat sifat oli yang mudah terbakar , banyaknya oli yang tumpah
dan kebiasaan beberapa pekerja yang merokok saat bekerja dapat
menyebabkan kebakaran. Tindakan pengendalian yang disarankan
penambahan drum penampung oli bekas, membersihkan ceceran oli,
dan penyediaan APAR, melarang pekerja merokok dalam lokasi
pekerja.
9. Keteragan Lainnya
a. Mengenai gizi karyawan, pihak perusahaan tidak menyediakan
makanan dan uang makan untuk para pekerja. Ketika istirahat,
mereka makan di kantin yang ada di pabrik PT. P & P Lembah
Karet.
b. Dalam hal mengelola limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan
karet, pihak perusahaan sudah melalakukan pengelolaan limbah.
Pihak perusahaan sudah memiliki instalasi pengolahan limbah
yang di adopsi dari negara Jepang. Instalasi pengolahan limbah
mulai dari air limbah di aliri ke bak penampungan, trus di pompa
ke bak penampungan satunya lagi. Di bak penampungan kedua
ini, air limbah diberi oksigen dari instalasi mesin blower. Air
limbah yang telah diberi oksigen tersebut dimaksudkan agar
kuman atau bakteri dalam air limbah tersebut hidup kembali yang
37

berguna dalam air tersebut. Setelah itu air limbah yang telah
diberi oksigen, di pompa dengan ALP atau (air limp pump) .
Disini air limbah yang mengandung lumpur, dengan
menggunakan ALP tersebut lumpur akan mengendap ke bawah
(proses sidementasi) dan air yang tidak mengandung lumpur di
alirkan ke parit-parit untuk disaring. Dalam proses penyaringan,
air limbah tadi menjadi putih dan bersih yang dapat digunakan
kembali untuk kegiatan pengolahan karet selanjutnya. Air limbah
yang digunakan lagi sebanyak 60% dan 40% dari air limbah
tersebut dibuang. Air limbah yang dibuang ke sungai, sudah teruji
secara laboratorium bahwa air tersebut tidak merusak lingkungan.
Kualitas air limbah diuji baku mutu nya setiap satu bulan sekali
oleh laboratorium setempat.
4.3 Ergonomi
4.3.1. Hasil Observasi dan Pembahasan Ergonomi Secara Umum
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. P&P Lembah karet
yang terletak dijalan by pass Km. 22, Padang, Sumatera Barat. Adapun
sasaran khusus dari kegiatan ini adalah melihat SMK3 dan ergonomi pada
setiap proses kegiatan kerja di PT P&P lembah karet yang dilihat dari
kondisi lingkungan kerja, peralatan kerja dan cara kerja pekerja PT P&P
Lembah karet. Bahwa dari pengamatan yang di lakukan secara observasi
oleh kelmpok adalah dapat dilihat bahwa kondisi lingkungan kerja yang
terdiri dari temperature yang secara keseluruhan sudah sesuai dengan
stndar karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin sesuai dengan
suhu ideal tubuh manusia saat bekerja 37 °C .
Kebisingan Pada bagian/ proses Breaker, Hammer, Mixing tank 1 &
Mixing tank 2 serta proses Craper kondisi yang terdengar di sana cukup
bising dikarenakan proses kerja dari mesin-mesin yang ada disana. Namun
pekerja yang berada pada bagian tersebut tidak menggunakan alat penutup
telinga atau APD lainnya saat sedabg bekerja. Batas paparan kebisigan
yang diperbolehkan di tempat kerja yang ditetapkan OSHA adalah 90 dSA
selama 8 jam sehari sesuai dengan standar Permenaker No 70 tahun 2016 .
38

apabila menggunakan APT maka perlu diperhatikan kemempuan APT


dalam memproduksi pajanan bising yang dinyatakandalam NRR (Nise
reduction Rate)
Adapun Getaran Pada proses hammer hingga mixing dilakukan
dengan mesin yang bergerak dimana pada proses tersebut dikontrol oleh
beberapa orang pekerja wanita yang duduk di dekat mesin sehingga
terpapar dengan getaran yang ditimbulkan oleh mesin. Lingkup getaran
adalah getaran tangan dan lengan pada peekrja dan getaran seluruh tubuh.
Berdasarkan Permenaker No 70 tahun 2016

Cahaya pada lingkungan pabrik sudah memenuhi standar karena tidak


terlalu terang ataupun gelap serta tidak menyilaukan. Untuk penerangan
sendiri bersumber dari penerangan alami yaitu cahaya berasal dari atap
transparan dan juga kondisi bangunan pabrik yang setengah terbuka.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
pencahayaan yang dipersyaratkan minimal 100 lux.

Ventilasi Pertukaran udara didalam pabrik berasal dari ventilasi alami


karena desain ruang pabrik dibuat terbuka pada setiap sisinya, serta
kondisi pabrik tidak pengap karena atap pabrik dibuat cukup tinggi dan
ruang pabrik cukup luas. Namun pada beberapa titik poses pengolahan
39

karet terdapat bau khas yang menyengat, sedangkan pekerja pada tahapan
tersebut tidak menggunakan masker ataupun alat penutup hidung lainnya.

Kemudian dari hasil wawancara dengan petugas harian P2K3


mengatakan, diaman 1 shift kerja para pegawai adalah 8 jam dan dalam 1
hari ada 2 shift kemudian waktu rolling untuk 1 shift dari tempat 1
ketempat lainnya yaitu setiap 2 jam sekali.
4.3.2. Hasil Observasi dan Pembahasan Ergonomi Berdasarkan Prosesdur
Peralatan pekerjaan dilihat dari proses pengolahan karet dimulai dari
proses penerimaan bahan baku karet sampai proses pengepack ke peti.
Pemeriksaan alat yang digunakan di PT. P&P Lembah karet dilakukan 3
bulan sekali. Posisi dan sikap ergonomi dapat dilihat dari beberapa proses
yang dilakukan dalam pengolahan karet, sebagai berikut :
a. Peralatan kerja
Peralatan kerja PT. P&P Lembah karet sudah menggunakan mesin.
Untuk mengangkat dan memindahkan barang-barang berat dibantu
oleh alat pengangkut. Proses produksi yang menggunakan mesin atau
alat yang membahayakan sudah diberi tanda peringatan.
40

b. Cara kerja
1. Proses pemilihan bahan baku.
Pada proses ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu
dan juga secara manual proses angkat dan angkut bahan baku
karet oleh beberapa pekerja laki-laki yang ada disana. Pada proses
kerja yang menggunakan alat berat forklift untuk angkat angkut
sudah sesuai standar ergonomi sedangkan untuk proses angkat
angkut manual dari forklift kepenimbangan posisi angkat angkut
para pekerja tidak ergonomis, dimana dapat dilihat pada gambar
posisi angkat angkut yang dilakukan salah satu dari pekerja, cara
pengangkatan yang dilakukannya mengakibatkan beban dari
bahan baku karet yang diangkat bertumpu pada satu kaki yang
menanda posisi kerja tersebut tidak ergonomis dan dapat
mengakibat cidera.

2. Proses Breaker, Hammer, Mixing tank 1 & Mixing tank 2 serta


proses Craper
Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin, namun ada
beberapa pekerja wanita yang duduk di dekat mesin tanpa
menggunakan APD, dimana hal itu sangat berbahaya bagi para
pekerja tersebut.
41

3. Proses Penggulungan
Proses penggulungan karet dilakukan dengan menggunakan
semacam alat katrol untuk menggulung lipatan karet yang sudah
digiling untuk selanjutnya dijemur. Walaupun sudah
menggunakan alat bantu, menurut kelompok sikap pekerja dalam
menggulung karet tidak ergonomis karena posisi tubuh yang salah
sehingga dapat menyebabkan kelelahan otot

4. Proses pemindahan karet yang sudah dicacah untuk kemudian


dioven
Untuk proses pemindahan dilakukan dengan bantuan rel
sebagai jalan gerobak dan sudah menggunakan mesin otomatis
untuk penggeraknya sehingga tidak membutuhkan pekerja untuk
mendorongnya lagi.

5. Proses Pemotongan karet yang sudah di press


Pada proses pemotongan karet yang dilakukan oleh pekerja
dinilai tidak ergonomis dikarena dapat mengakibatkan kelelahan
kerja yang pada akhirnya dapat membahayakan pekerja dan juga
42

pada saat pemotongan pekerja tidak menggunakan alat


perlindungan diri seperti sarung tangan sehingga beresiko terkena
alat pemotong dan menyebabkan cedera pada tangan pekerja.

6. Pengemasan (Packing)
Para pekerja dinilai tidak ergonomis karena dilihat dari
gambar pada saat pembungkusan tata letak dari isolatip yang
digunakan untuk membungkus karet tersebut diletakkan pada
posisi yang tidak sesuai sehingga pergerakan dari pekerja menjadi
tidak bebas atau terhambat, seharusnya disesuaikan dengan
jangkauan yang ergonomis bagi pekerja. Kemudian seperti yang
dilihat posisi para pekerja pada proses pembungkusan yaitu
berdiri dan melakukan pekerjaan secara berulang sehingga
menyebabkan keletihan pada kaki dan tangan.
43

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Beradasarkan hasil kunjungan kelompok mengenai Sistem
Manajemen K3 di PT Lembah Karet, dapat disimpulkan bahwa PT
Lembah Karet belum menerapkan SMK3, akan tetapi sudah memiliki
P2K3 dan Ahli K3 Umum. Serta pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan K3 terkadang dilakukan oleh PT Arpindo.
2. Terdapat komitmen kebijakan K3 di PT Lembah Karet yaitu
“Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja” dan juga tertuang
dalam visi dan misi dari PT Lembah Karet.
3. Dari segi pelaksanaan K3, perusahaan telah membuat kebijakan K3
seperti adanya papan yang berisi himbauan untuk memakai APD,
informasi mengenai bahaya dari mesin, gambar dan slogan K3, SOP
di beberapa mesin, dan tanda jalur evakuasi, perusahaan menyediakan
APAR dan APD bagi karyawan.
4. Berdasarkan hasil dari observasi kelompok tentang ergonomi di
tempat kerja tepatnya di PT Lembah karet, didapatkan hasil dan
pembahasan tentang ergonomi yang ada ditempat kerja yang dapat
dilihat dari :
a. Kondisi lingkungan kerja, diantaranya temperatur (Panas dan
Dingin), kebisingan, getaran, cahaya, dan ventilasi.
b. Peralatan kerja, secara keseluruhan peralatan kerja PT P&P
Lembah karet sudah menggunakan mesin. Untuk mengangkat dan
memindahkan barang-barang berat sudah dibantu oleh alat
pengangkut.
c. Cara kerja pekerja PT P&P Lembah karet, diantaranya pada
proses pemilihan bahan baku, proses Breaker, Hammer, Mixing
tank 1 & Mixing tank 2 serta proses Craper, proses
Penggulungan, proses pemindahan karet yang sudah dicacah
44

untuk kemudian dioven, proses Pemotongan karet yang sudah di


press, pengemasan (Packing).
5.2 Saran
1. Sebaiknya di perusahaan PT lembah karet tersebut harus menerapkan
SMK3 dilihat dari jumlah pegawai yang lebih dari 100 orang dan juga
mempunyai sumber bahaya dari karet dan cara pengolahan karet
tersebut.
2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus
untuk para pekerja di PT Lembah Karet.
3. Perusahaan harus memberikan pengarahan kepada para pekerja tata
cara bekerja yang baik (ergonomis), sehingga dapat meminimalisir
penyakit akibat kerja.
4. Perusahaan harus menyediakan dan memberi sosialiasi kepada para
pekerja akan pentingnya alat pelindung diri.
45

DAFTAR PUSTAKA

1. Permenaker No.5 Tahun 1996


2. PP No 50 tahun 2012
3. ___.2003.Bunga Rampai Hyperkes dan KK. Universitas
Diponegoro:Semarang.
4. P.K, Sumakmur.1996.Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Gunung
Agung:Jakarta
5. Suma’mur,1989.Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja.PT Temprint:Jakarta.
6. Sutalaksana, Iftikar Z.1979.Teknik Tata Cara Kerja.Bandung:ITB.
7. Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja
dan Produktivitas.Surakarta:Uniba Press.
8. http://healthsafetyprotection.com/langkah-langkah-penerapan-smk3/
9. http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/ergonomi-di-tempat-kerja/

Vous aimerez peut-être aussi