Vous êtes sur la page 1sur 8

J.

Agroland 16 (2) : 172 - 179, Juni 2009 ISSN : 0854 – 641X

VIABILITAS SEMEN SAPI SIMENTAL YANG DIBEKUKAN


MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN GLISEROL

The Viability of Simental Bull Semen Frozen Using Cryoprotectant of Glycerol


Muhamad Ilyas Mumu1)
1)
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Jl. Soekarno-Hatta Km 5 Palu 94118, Sulawesi Tengah
Telp./Fax : 0451-429738, Email : ilyas_mumu@yahoo.com

ABSTRACT

This experiment used semen from a Simental bull, age 4 years old, 850 kg in weight and was
healthy especially his reproduction organ. Semen collection was done twice a week using an artificial
vagina. Soon after the semen was evaluated, it was diluted with tris aminomethan plus egg yolk and
three concentration of glycerol namely 3% (G1), 5% (G2) and 7% (G3). The semen was packed in 0.25
ml straw and maintained in equilibrium at 5oC for 4 hours and frozen in liquid nitrogen for 60 minutes.
Data collected were motility and percentage of living spermatozoa after freezing. The experiment used
a Completely Randomized Block Design. The results showed that motility and percentage of living
spermatozoa after freezing for each treatment were not significant (P>0.05). The effect of those three
treatments on motility and percentage of living spermatozoa after freezing were 40.2% and 59.6% for
G1, 41.2% and 63.8% for G2 and 39.8% and 57.8% for G3, respectively, but the G2 treatment was better
in protecting the quality of the spermatozoa than the other treatments. It was appeared that the level of
glycerol at 5% concentration is an optimal dosage for maintaining the quality of the frozen semen.

Key words : Cryoprotectant, glycerol, Simental bull, and semen.

PENDAHULUAN dari sel tanpa mematikan fungsi sel, reaksi


metaboliknya berhenti mendekati total
Keberhasilan pelaksanaan Inseminasi (Susilawati, 2000). Sel yang tidak bergerak
Buatan (IB) sangat ditentukan oleh beberapa menurunkan kecepatan metabolisme sehingga
faktor yaitu kesuburan betina inseminator, menghemat penggunaan energi, dengan
ketepatan waktu inseminasi dan yang terpenting demikian proses hidup dapat berlanjut setelah
adalah kualitas semen yang digunakan. pembekuan dihentikan. Pada umumnya
Kualitas semen yang digunakan untuk IB masalah pembekuan semen berkisar pada
harus memenuhi persyaratan seperti volume, dua fenomena yaitu pengaruh cold shock
warna, pH, konsistensi, motilitas, konsentrasi terhadap sel yang dibekukan dan perubahan-
dan morfologi sperma untuk mempertahankan perubahan intraseluler akibat pengeluaran air,
kualitas semen. Segera setelah penampungan, yang berhubungan dengan pembentukan
semen perlu diencerkan dengan bahan kristal-kristal es.
pengencer untuk diawetkan (dipreservasi). Pembekuan merupakan suatu
Semen perlu diencerkan terlebih dahulu dalam fenomena pengeringan fisik. Pada pembekuan
mempertahankan kualitas semen selama semen dimana terbentuk kristal-kristal es,
penyimpanan. terjadi penumpukan elektrolit dan bahan
Pembekuan sperma adalah suatu terlarut lainnya di dalam larutan atau di dalam
proses penghentian sementara kegiatan hidup sel. Kristal sel intraseluler dapat merusak

172
sperma secara mekanik. Konsentrasi elektrolit dalam medium sewaktu pembekuan sehingga
yang berlebihan akan melarutkan selubung mampu menghambat kerusakan membran
lipoprotein dinding sel sperma dan pada sel secara mekanis pada waktu penurunan
waktu thawing, permebialitas membran sel suhu (cooling rate).
akan berubah dan menyebabkan kematian sel Gliserol akan memberikan perlindungan
(Toelihere, 1993). Prinsip pembekuan semen yang efektif terhadap spermatozoa bila
itu sendiri adalah dapat mempertahankan konsentrasinya di dalam pengencer optimal,
kelangsungan hidup sperma dalam jangka dan bila tidak optimal akan menimbulkan
waktu yang lama (long term preservation). gangguan pada spermatozoa berupa penurunan
Prinsip pengenceran semen bertujuan kualitas spermatozoa.
untuk menambah volume semen dari setiap Hasil penelitian lain yang diperoleh
ejakulasi dan memberi zat-zat makanan yang (Sinha et al., 1992), penambahan gliserol
dibutuhkan untuk mempertahankan daya sebesar 6% dalam pengencer memberikan
tahan hidup dan fertilitas sperma. Selain persentase motilitas yang lebih tinggi
itu, pengenceran juga dapat memberi (58,10%) sesudah thawing dibandingkan
perlindungan terhadap sperma dari terjadinya dengan penambahan gliserol sebesar 5%
kejutan dingin (cold shock), mencegah (57,93%) dan 7% (57,93%).
tumbuhnya kuman dan juga sebagai Pengencer tris dan kuning telur
penyanggah dalam menjaga kestabilan pH dipergunakan secara luas sebagai media buffer
(Toelihere, 1993) disamping itu pengencer di dalam pengencer, guna memperpanjang
harus mempunyai sifat-sifat seperti plasma daya hidup sperma pada suhu 5oC sampai
semen yaitu harus dapat menciptakan dengan -196oC (Bearden dan Fuguay, 1984).
keadaan yang memungkinkan sperma tahan Keuntungan dari pengencer tris adalah sperma
terhadap kondisi buatan yang berhubungan dapat dicampur langsung dengan seluruh
dengan penyimpanan. Kemampuan spermatozoa volume pengencer secara perlahan-lahan.
untuk bertahan hidup lebih lama di dalam Peranan dasar tris dalam bahan pengencer
suatu medium pengencer sangat dipengaruhi semen adalah dapat mempertahankan daya
oleh sifat fisik dan kimiawi pengencer yang hidup spermatozoa dan dapat menurunkan
digunakan. Beberapa bahan pengencer yang tingkat kerusakan akrosom. Sedangkan
biasa atau umum digunakan adalah tris, peranan kuning telur adalah sebagai
sumber energi bagi spermatozoa karena
kuning telur, susu skim atau air kelapa
mengandung glukosa.
disamping itu perlu juga ditambahkan gliserol
Penambahan antibiotika ke dalam
atau etilen glikol atau dhimethylsulfuroxide
pengencer penting untuk dilakukan karena
(DMSO).
berguna untuk menahan atau membunuh
Gliserol berfungsi sebagai agen
pertumbuhan bakteri organisme yang dapat
pelindung (Protective Agent). Penambahan merusak sperma, serta dapat memperbaiki
gliserol pada pengencer tris dan kuning telur fertilitas. Penambahan antibiotika tersebut
(Yolk) sitrat sebagai bahan pengencer dapat berguna untuk meningkatkan motilitas dan
menghalangi retaknya sel pada saat sel-sel daya tahan hidup sperma (Salisbury dan
sperma tersebut didinginkan. Penambahan Vandemark, 1985).
gliserol dalam pengencer dapat melindungi
sperma terhadap efek-efek mematikan (efek- BAHAN DAN METODE
efek lethal) selama proses pembekuan. Selain
itu, gliserol juga dapat berdifusi ke dalam Tempat dan Waktu
sel-sel sperma dan dapat dimetabolisir dalam
proses-proses yang menghasilkan energi Penelitian ini dilaksanakan di
dan membentuk fruktosa. Gliserol dapat Laboratorium Mini Taman Ternak Sidera
memodifikasi kristal-kristal es yang terbentuk Sub Dinas Peternakan dan Laboratorium

173 173
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian 0,16ml, streptomisin 0,10g, dan aquabides
Universitas Tadulako yang berlangsung pada 100ml serta kombinasi gliserol dan gliserol
bulan Juli sampai November 2004. sesuai dengan konsentrasi untuk masing-
Penelitian ini menggunakan semen masing perlakuan.
dari Seekor pejantan Sapi Simental yang Penampungan Semen; semen ditampung
berada di Taman Ternak Sidera, berumur dengan vagina buatan pada pukul 07.00 Wita
4 tahun, bobot badan 850 kg dengan pagi, Penampungan dilakukan 2 kali seminggu,
kesehatan yang baik dan memiliki organ untuk menjaga kualitas dan kuantitas semen
reproduksi normal. serta kondisi pejantan baik dan terjaga.
Evaluasi Semen Segar; semen dievaluasi
Alat dan Bahan secara makroskopis dan mikroskopis
Peralatan yang digunakan adalah untuk menentukan kelayakan penggunaannya.
vagina buatan, tabung penampung berskala, Evaluasi secara makroskopis dilakukan
tabung reaksi, rak tabung reaksi, kertas sebagai berikut : a). Volume semen; voulme
lakmus, mikroskop, gelas ukur, cawan petri, semen yang diejakulasi langsung terbaca pada
gelas obyek, counter, cover glass, transferpette, tabung penampung berskala dan dinyatakan
pipet, termometer, haemocytometer, timer, dalam ml/ejakulasi. b) Warna; Penilaian
straw, timbangan analitik, bunsen, kertas warna semen dilakukan dengan melihat
indikator pH, kertas saring, Alumunium foil, langsung semen yang ditampung. c). Konsistensi;
Styrofoam beserta perlengkapan modifikasinya, Konsistensi dari semen dapat diperiksa
dengan cara memiringkan tabung yang berisi
kontainer nitrogen cair dan water bath.
sperma secara perlahan-lahan. Semen yang
Adapun bahan yang digunakan adalah semen
baik derajat kekentalannya akan bergerak
segar Sapi Simental, zat pewarna (Eosin),
sangat lambat mengikuti kemiringan tabung
NaCl fisiologik, NaCl 3%, bahan pengencer
penampung dimana hampir semua atau
yang terdiri dari tris, kuning telur, fruktosa,
sedikit lebih kental dari susu. d). pH (derajat
asam sitrat, antibiotik (penisilin dan streptomisin),
keasaman) semen; Penilaian pH semen dapat
gliserol, aquabides dan nitrogen cair.
dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus
Metode Penelitian yang dicelupkan ke dalam semen, perubahan
warna pada kertas lakmus dicocokkan dengan
Rangkaian penelitian ini dilaksanakan
warna pada kertas kalibrasi.
dalam enam tahap, yaitu :
Evaluasi secara mikroskopis yaitu :
Persiapan Penampungan Semen; sebelum
Gerakan massa dan motilitas semen
melakukan penampungan, alat-alat yang
segar yang dihitung dalam dua bagian yaitu
digunakan harus dalam keadaan bersih dan
pertama penentuan motilitas semen segar dan
steril serta suhunya sama dengan suhu
yang kedua adalah motilitas semen setelah
sperma. Untuk itu, perlu dilakukan sterilisasi
thawing. Data diperoleh dengan cara
alat untuk mencegah hal-hal yang dapat
meneteskan sampel semen pada gelas obyek
menyebabkan terjadinya kontaminasi dengan
kemudian ditutup dengan cover glass lalu
bakteri yang dapat menurunkan kualitas
diamati di bawah mikroskop, dengan
sperma. Alat-alat yang sudah disterilisasi
perhitungan sebagai berikut :
kemudian dikemas dengan aluminium foil
dan disimpan pada suhu 370C sebelum 5 (Sangat baik) ≥ 90% ;
digunakan. Selanjutnya bahan-bahan pengencer Bergerak sangat aktif atau cepat,
ditimbang sesuai dengan komposisinya gelombang besar dan bergerak cepat
masing-masing di dalam pengencer, yaitu 4 (Baik) = 70-85% ;
tris sebanyak 3,87g, asam sitrat 2,17g, Bergerak aktif/cepat, ada gelombang besar
fruktosa 1,56g, kuning telur 20ml, penisilin dengan gerakan massa yang cepat.

174
3 (Lumayan) = 40-65% ; atau
Bergerak agak aktif/agak cepat, terlihat Konsentrasi = Jumlah sperma x 10 Juta
gelombang tipis dan jarang serta gerakan sperma per ml
massa yang lambat.
2 (Kurang baik) = 20-30% ; Bergerak Motilitas sperma setelah pembekuan
kurang aktif/ kurang cepat, tidak terlihat yaitu sperma bergerak kedepan (progresif)
gelombang, hanya gerakan individual yang dihitung menggunakan haemocytometer
sperma. dengan kamar hitung (Evans dan Maxwell,
1 (Buruk)  10% ; Gerakan individual 1987). Semen dicampur dengan NaCl
sperma (sedikit sekali gerakan individual fisiologik. Perhitungan jumlah sperma motil
sperma atau tidak ada gerakan sama progresif diamati dibawa mikroskop dengan
pembesaran 20 kali. Jumlah sperma yang
sekali (mati).
bergerak motil progresif dihitung dalam
Sistem perhitungan index scoring
5 kotak dan dilanjutkan menghitung jumlah
motilitas ini berdasarkan gerakan massa
sperma yang mati dalam kotak yang sama,
dan gerakan individual sesuai petunjuk Evans
kemudian jumlah sperma yang motil
dan Maxwell (1987) yang disesuaikan dengan
progresif dibandingkan jumlah seluruh
hasil yang diperoleh pada saat penelitian
sperma dalam kotak yang diamati.
ini dilakukan.
Persentase hidup sperma dilakukan
Konsentrasi ini bertujuan untuk
dengan pewarnaan diferensial dengan
mengetahui jumlah sperma per ml semen.
menggunakan zat pewarna eosin. Dua tetes
Penilaian dilakukan dengan jalan menghitung
zat warna ditempatkan pada suatu gelas
jumlah sperma yang ada dengan
obyek yang bersih dan hangat (suhu 370C)
menggunakan haemocytometer yaitu dengan
yang kemudian satu tetes kecil semen
cara semen segar dihisap dengan pipet
ditambahkan dan dicampurkan lalu diulas
eritrosit sampai pada skala 0,5 kemudian dengan menggunakan gelas obyek lainnya.
larutan NaCl 3% dihisap sampai pada Perhitungannya berdasarkan perbandingan
skala 101, larutan tersebut mengencerkan antara jumlah sperma hidup yang ditandai
sekaligus meng-inmobilise (membunuh) dengan kepala tidak berwarna dengan total
sperma. Campuran ini dikocok hati-hati sperma yang diamati dan dinyatakan dalam
tetapi cukup cepat membentuk angka delapan persen (%). Perlakuan preparat ulas untuk
selama 2 – 3 menit. Beberapa tetes dibuang menghitung persentase sperma hidup
dan satu tetes ditempatkan pada kamar hitung dilakukan dalam waktu yang singkat
neubaeur lalu ditutup dengan cover glass. maksimal 15 detik.
Apabila sampel terlihat tebal maka dihisap
dengan memakai kertas saring, kemudian Pengenceran Semen
pengamatan dilakukan dibawah mikroskop Semen diencerkan dengan
pada pembesaran 10 x 20. menggunakan bahan pengencer tris
Sel-sel sperma di dalam 5 kamar ditambah kuning telur, asam sitrat, fruktosa,
dihitung menurut arah diagonal dengan setiap antibiotik (penisilin dan streptomisin),
kamar mempunyai 16 ruangan kecil, maka aquabides serta gliserol dan gliserol
di dalam 5 kamar terdapat 80 ruangan kecil. dalam konsentrasi yang berbeda. Proses
Seluruh gelas haemocytometer memiliki penambahan agen krioprotektan (gliserol
400 ruangan kecil. Dengan volume setiap dan gliserol) dilaksanakan dalam satu tahap
ruangan kecil adalah 0,1 mm3 dan pegenceran (one step method) pada suhu kamar. Kadar
200 kali, rumusnya adalah sebagai berikut : pengencer tergantung pada volume ejakulat,
400 konsentrasi serta persentase sperma hidup
Konsentrasi = Jml sperma x x 10 x 200 x 0,01.106 sperma per mm3
80 dan motil progresif. Pengenceran dilakukan

175 175
dalam tabung reaksi steril (Hafez, 1993 cair untuk diuapi selama 15 menit. Selanjutnya
dalam Rusdin, 1997). Cara pengenceran straw dimasukkan/dicelupkan ke dalam nitrogen
yaitu dengan memasukkan bahan pengencer cair pada suhu –196oC selama 60 menit.
ke dalam tabung reaksi yang berisi semen
Evaluasi Semen Beku Post Thawing
melalui dinding tabung. Agar larutan homogen,
dilakukan pencampuran dengan cara membolak Setelah disimpan di dalam nitrogen
balikan tabung reaksi dengan perlahan-lahan. cair selama 60 menit, semen beku dicairkan
Volume pengencer dihitung dengan rumus : kembali (thawing) dengan cara memasukkan
Jumlah pengencer (ml) = straw ke dalam air hangat temperatur 35o–37oC
selama 30 detik kemudian semen diperiksa
Volume semen x % motilitas x konsentrasi
 Volume kualitasnya melalui pengamatan dengan
100 juta / 0,25 (Dosis straw IB)
menggunakan mikroskop. Semen yang baik
Perhitungan pengenceran dosis IB semen beku harus mempunyai nilai minimal 40% hidup
dalam straw dapat dilihat pada Lampiran 4. (Partodihardjo, 1982).
Sedangkan komposisi bahan pengencer Parameter yang Diamati
yang digunakan dalam penelitian ini disajikan
pada Tabel 1. Parameter yang diamati adalah motilitas
dan persentase hidup sperma setelah thawing.
Tabel 1. Komposisi Bahan Pengencer Menurut a. Motilitas sperma dihitung berdasarkan
Perlakuan yang Digunakan dalam Penelitian persentase sperma yang bergerak maju
Komposisi menurut kedepan (motil progresif) dengan total
Bahan Perlakuan sperma dari pangamatan sepuluh pandangan
G1 G2 G3 dan dinyatakan dengan persen (%),
Tris (g) 3,87 3,87 3,87 dengan rumus sebagai berikut:
Asam Sitrat (g) 2,17 2,17 2,17 Motilitas sperma (motil progresif) =
Fruktosa (g) 1,56 1,56 1,56 Sel sperma motil progresif
Kuning telur (ml) 20 20 20 x 100 %
Totalsperma yang di amati
gliserol (ml) 3 5 7
Penisilin (100.000 IU)* 0,16 0,16 0,16 b. Perhitungan persentase hidup sperma
Streptomisin (g) 0,10 0,10 0,10 adalah sebagai berikut :
Aquabides (ml) up to 100 100 100
Persentase hidup =
Keterangan : G1 = Gliserol 3%, G2 = Gliserol 5% Sel sperma hidup
x 100%
dan G3 = Gliserol 7% Sel sperma hidup  Sel sperma mati

Pembekuan Semen
Rancangan Percobaan
Semen yang telah diencerkan disimpan
di dalam straw (jerami plastik) 0,25 ml dengan Penelitian ini menggunakan
cara dihisap menggunakan mulut. Kemudian Rancangan Acak Lengkap (RAL) sesuai
dikemas atau direkatkan dengan pinset yang petunjuk Steel and Torrie (1995) dengan tiga
dipanasi diatas bunsen dan diberi label. perlakuan dan jumlah penampungan semen
Kemudian temperaturnya diturunkan dari sebanyak lima kali sebagai ulangan.
suhu sekitar 37oC sampai 5oC selama 4 jam, Perlakuan yang dicobakan adalah konsentrasi
untuk memberikan kesempatan sel sperma gliserol (G) sebagai berikut :
berekuilibrasi dengan krioprotektan yang G1 = 3% gliserol dalam bahan pengencer
sudah dicampurkan. Setelah itu, semen dalam G2 = 5% gliserol dalam bahan pengencer
straw ditempatkan diatas permukaan nitrogen G3 = 7% gliserol dalam bahan pengencer

176
HASIL DAN PEMBAHASAN kuning telur memberikan pengaruh yang
sama untuk melindungi spermatozoa akibat
Motilitas Sperma Setelah Pembekuan pengaruh cekaman dingin selama proses
Perbandingan sperma hidup yang pembekuan semen. Kadar gliserol yang
bergerak kedepan dengan konsentrasi sperma terlalu tinggi atau rendah tidak akan efektif
total dalam semen menunjukkan persentase menjalankan fungsi protektifnya. Menurut
sperma motil progresif (Evans dan Maxwell, Tambing dkk. (1999), pengaruh perlindungannya
1987). Data pengamatan motilitas dan daya adalah untuk memodifisier kristal-kristal
hidup spermatozoa setelah pembekuan selama es yang terbentuk selama proses pembekuan,
penelitian tertera pada Tabel 2, dimana untuk sehingga kerusakan organel-organel sel
motilitas pada konsentrasi gliserol 3%, 5%, spermatozoa dapat dihindarkan. Bila organel-
dan 7% masing-masing didapatkan hasil organel sel spermatozoa rusak, seperti
rataannya adalah 41,80%, 44,60% dan 38,40%, mitokondria maka rantai oksidasi akan
sedangkan untuk daya hidup spermatozoa terputus sehingga proses metabolisme
pada perlakuan konsentrasi gliserol yang sama, tidak berlangsung dan akhirnya sel
masing-masing didapatkan hasil rataannya spermatozoa mati.
adalah 62,40%, 67,0% dan 61,60%. Lebih tingginya persentase motilitas
Hasil analisis ragam menunjukkan sperma setelah pembekuan pada perlakuan
bahwa masing-masing perlakuan tidak gliserol 5% memperlihatkan bahwa
memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) penambahan gliserol 5% dalam bahan
terhadap motilitas spermatozoa. Namun pengencer optimal menyediakan perlindungan
demikian terlihat adanya kecenderungan untuk kelangsungan hidup sperma selama
bahwa kadar gliserol 5% berpengaruh lebih berlangsungnya proses pembekuan.
baik, dibanding konsentrasi gliserol yang lain. Gliserol akan memberikan
Hal ini sesuai dengan penelitian Hedah perlindungan yang efektif terhadap sperma
(1992) yang menggunakan gliserol 4 – 6%. bila konsentrasinya di dalam pengencer
optimal, dan bila tidak optimal akan
Tabel 2. Persentase Motilitas dan Daya Hidup menimbulkan gangguan pada sperma berupa
Spermatozoa Setelah Pembekuan penurunan kualitas sperma.
Menggunakan Konsentrasi Gliserol
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa
yang Berbeda
penambahan konsentrasi gliserol 3% dan 7%
Perlakuan dalam pengencer menyebabkan rataan
Parameter persentase motilitas sperma menurun. Lebih
G1 G2 G3
rendahnya persentase motilitas pada
Motilitas sperma (%) 41,80 44,60 38,40 perlakuan gliserol 3% dan 7% setelah
Daya hidup sperma (%) 62,40 67,0 61,60 pembekuan diduga lebih disebabkan pada
faktor ketepatan tekanan osmotik pengencer.
Tidak berpengaruh nyatanya masing- Tinggi rendahnya konsentrasi
masing perlakuan tersebut, diduga karena gliserol terhadap konsentrasi optimal akan
penggunaan sampai pada tingkat 7% mengakibatkan tekanan osmotik pengencer
kedalam pengencer masih mampu untuk berubah kearah hipertonik. Pengencer yang
mencegah terjadinya kejutan dingin (cold-shock) bersifat hipertonik menandakan bahwa
sehingga daya tahan hidup spermatozoa molekul-molekul atau partikel-partikel diluar
masih dapat dipertahankan atau dengan kata sel lebih banyak dari pada didalam sel,
lain, penambahan gliserol sampai pada akibatnya terjadi pengeluaran air dari dalam
tingkat 7% ke dalam pengencer tris dan sel untuk mengencerkan molekul-molekul

177 177
diluar sel, dimana sel akan mengkerut di dalam sel spermatozoa tetap berlangsung
(Rusiyantono, 2000). dan mengurangi kematian sel spermatozoa
Efek yang ditimbulkan adalah muncul yang berlebihan. Salah satu pengaruh
gejala kejutan osmotik pada sperma, yang yang merugikan adalah cekaman dingin
ditandai dengan kerusakan pada membran (cold-shock) dimana efeknya adalah kematian
plasma sperma, sehingga proses metabolisme spermatozoa yang terjadi sesudah thawing,
terganggu dan pada akhirnya menurunkan sebagai akibat tingginya daya kontraksi
motilitas sperma. selubung lipoprotein dinding sel. Dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan adanya gliserol dalam pengencer maka efek
hasil penelitian yang didapatkan dengan dari kejutan dingin tersebut dapat
menggunakan gliserol sebagai salah satu meminimalisir kematian spermatozoa. Peranan
krioprotektan intraseluler, dimana Leboeuf tris dalam pengencer juga berfungsi untuk
et a.l (2000) melaporkan bahwa konsentrasi mempertahankan daya hidup spermatozoa
gliserol dalam pengencer yang optimum serta sebagai buffer (penyangga) dari
adalah 4% - 7%. Sementara itu menurut perubahan pH bahan pengencer sedangkan
Rizal dkk. (2000) pemberian gliserol 5% peranan tris dalam pengencer yaitu dapat
menghasilkan kualitas semen yang terbaik melindungi spermatozoa dari pengaruh
setelah tahap pembekuan. Perbedaan hasil kecaman dingin (cold shock).
ini diduga karena respon sperma terhadap Adapun mekanisme kerja dari gliserol
krioprotektan berbeda berdasarkan kualitas adalah gliserol dapat berdifusi ke dalam sel
semen, jenis krioprotektan dan spesies hewan. spermatozoa dan dapat dimetabolisir dalam
Hasil analisis ragam untuk daya hidup proses-proses yang menghasilkan energi dan
spermatozoa menunjukkan bahwa penambahan membentuk fruktosa. Gliserol akan memasuki
gliserol tidak memberikan pengaruh yang siklus perombakan fruktosa pada triosa fosfat
nyata (P>0,05) terhadap persentase hidup dan selanjutnya akan dirombak menjadi asam
spermatozoa setelah pembekuan. Dari hasil laktat, fruktosa yang tersedia ini akan
tersebut, dapat diindikasikan bahwa menyebabkan spermatozoa tetap bergerak,
penggunaan dosis gliserol sampai tingkat karena fruktosa berperan menghasilkan
7% memberikan pengaruh yang hampir energi berupa ATP yang mengandung fosfat
sama terhadap persentase hidup spermatozoa. anorganik yang kaya energi.
Namun demikian perlakuan semen segar Mekanisme lain dari gliserol adalah
dengan penambahan konsentrasi gliserol 5% dapat mencegah terjadinya dehidrasi karena
lebih tinggi dibanding dengan konsentrasi memiliki daya pengikat air yang kuat. Sifat
gliserol 3% dan 7%. demikian mempengaruhi tekanan uap sehingga
Tidak adanya perbedaan yang titik beku medium akan menurun.
signifikan pada tiap-tiap perlakuan diduga
karena penggunaan gliserol sampai tingkat KESIMPULAN
7% pada pengencer tris dan kuning telur
masih mampu memberikan perlidungan Berdasarkan hasil penelitian, penulis
terhadap semen sapi Simental dari pengaruh menyimpulkan bahwa pada perlakuan
yang merugikan. Menurut Tambing dkk. kadar gliserol sebagai krioprotektan pada
(1999), efek perlindungannya adalah menjaga konsentrasi 3, 5, 7% masih dapat melindungi
keseimbangan elektrolit intra dan ekstra sperma selama proses pembekuan.
seluler sehingga proses biokimia yang terjadi

178
DAFTAR PUSTAKA

Bearden, H.J. and J.W. Fuquay, 1984. Applied Animal Reproduction. 2nd Edition Prentice-Hall Inc., Englewood
Cliffs. New Jersey.

Evans, G. dan W.M.C, Maxwell 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and Goats. Butterworths,
Australia.

Hafez, E.S.E., 1993. Preservation and Cryopreservation of Gametes and Embryos. In : E.S.E. Haves (Ed.).
Reproductive in Farm Animals. 6th Edition. Lea and Febiger. Philadelphia.

Hedah, D.J. 1992. Tris Sebagai Pengencer Semen Beku. Balai Inseminasi Buatan, Singosari, Malang.

Leboeuf, B., B. Restall and S. Salamon., 2000. Production and Storage of Goat Semen for Artificial Insemination.
Anim. Reprod. Sci. 62 : 113 – 141.

Partodihardjo, S., 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Sumber Widya, Jakarta.

Rizal, M., M.R. Toelihere, T.L. Yusuf, B. Purwantara dan P. Situmorang, 2000. Kualitas Semen Beku
Domba Garut Dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol. JITV Volume 7: Nomor 3, Hal : 194 – 199.

Rusdin, 1997. Pengaruh Macam Pengencer dan Lama Pembekuan Terhadap Kualitas Sperma Domba. Tesis.
Program Pasca Sarjana, Universitas Padjajaran, Bandung.

Rusiyantono, Y., A. Boediono, Y., Sukra, M.R. Toelihere, Supriatna, dan B. Purwantara, 2000. Pemakaian
Etthylen Glicol dan Glicerol Untuk Vitrifikasi Embrio Kambing In Vitro. Direktorat Pembinaan
Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti Diknas, Bogor.

Salisbury, G.W. and N.L. Vandemark., 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi.
Terjemahan. Judul Asli : (Physiology of Reproduction and Artificial Insemination of Cattle),
Penerjemah : Djanuar, R.,(Ed), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sinha, S., B.C. Deka, M.K. Tamulu, and B.N. Borgohain. 1992. Effect Of Equilibration Period and Glicerol
Level In Tris Extender Of Quality Of Frozen Goat Semen. Indian Vet. J. 69 : 1107-1110.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie., 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik.
Terjemahan. Judul Asli : Principles and Procedures of Statistics. Penerjemah : B. Sumantri, Gramedia
Pustaka, Jakarta.

Susilawati, T., 2000. Teknologi Preservasi dan Kriopreservasi Spermatozoa dan Ova. Tesis. Program Pasca
Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Tambing, S.N., Toelihere M.R., Yusuf, T.L., dan I.K. Sutama, 1999. Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan
Etawah Setelah Ekuilibrasi. J. Hayati, 8 : 70 – 75.

179 179

Vous aimerez peut-être aussi