Vous êtes sur la page 1sur 8

Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 27-34

Journal ofOnline
Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 27
di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc

PENGARUH PENAMBAHAN BEKATUL BERAS MERAH TERHADAP KANDUNGAN GIZI,


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KESUKAAN SOSIS TEMPE

Kadi Kusumastuti, Fitriyono Ayustaningwarno*

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro


Jl.Dr.Sutomo No.14, Semarang, Telp (024) 8453708, Email : gizifk@undip.ac.id

ABSTRACT

Background: Cardiovascular disease is a main cause of mortality in the world. Fiber and antioxidant are known
could prevent this problem. Thus need the alternative food in which rich of fiber and antioxidant.
Objective: To determine effect of red rice bran addition to nutrient content, antioxidant activity, and preference of
tempeh sausages.
Methods: Research type was randomized experimental study of the one factor design. Percentages of rice bran
addition are 0%, 2%, 5%, and 10%. Statistic analysis by one way ANOVA followed by Tukey test
Results: The higher addition of red rice bran cause higher protein, fat, carbohydrate, fiber content and antioxidant
activity of tempeh sausages. The highest protein, fat, carbohydrate, fiber content and antioxidant activity was
tempeh sausage with 10% red rice bran addition. However, higher percentages of red rice bran addition make
decreasing panelist preference of tempeh sausages.
Conclusions: There was no influence of red rice bran addition to nutrient content of tempeh sausages, but there was
influence to antioxidant activity and panelist preference. Recommended sausages are sausages with 5% red rice
bran addition. This sausages in 100 grams fulfilled 16,39% protein of diet 2000 kkal, 33,65% of 25 gr/d fiber
needed, and antioxidant activity was 12,83%.

Keyword: red rice bran; tempeh; sausages; nutrient content; antioxidant; preference

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit kardiovaskuler menduduki peringkat pertama penyebab kematian di dunia. Serat dan
antioksidan diketahui dapat mencegah masalah ini. Oleh sebab itu, dibuat alternatif makanan yang kaya serat dan
antioksidan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penambahan bekatul beras merah terhadap kandungan gizi, aktivitas antioksidan
dan kesukaan sosis tempe.
Metode: Merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu faktor, yaitu faktor perbedaan
persentase penambahan bekatul beras merah pada sosis tempe. Persentase penambahan bekatul beras merah yaitu
sebanyak 0%, 2%, 5%, dan 10%. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey
Hasil: Semakin besar persentase penambahan bekatul beras merah, kadar protein, lemak, karbohidrat, serat dan
aktivitas antioksidan sosis tempe semakin meningkat. Kadar protein, lemak, karbohidrat, serat dan aktivitas
antioksidan sosis tempe tertinggi terdapat pada sosis tempe dengan penambahan bekatul 10%. Namun, semakin
besar persentase penambahan bekatul beras merah, sosis tempe cenderung tidak disukai oleh panelis.
Kesimpulan: Tidak ada pengaruh penambahan bekatul beras merah terhadap kadar protein, karbohidrat, dan
lemak sosis tempe, tetapi ada pengaruh terhadap aktivitas antioksidan dan mutu organoleptik sosis tempe. Sosis
tempe yang direkomendasikan adalah sosis tempe dengan penambahan bekatul beras merah 5% yang dapat
memenuhi 16,39% kecukupan protein dari diet 2000kkal, 33,65% dari kebutuhan serat 25 gr/hari, serta
mengandung aktivitas antioksidan 12,83%.

Kata kunci: bekatul beras merah; tempe; sosis; kandungan gizi; antioksidan; kesukaan

PENDAHULUAN dengan prevalensi pada wanita sebesar 32% dan


Stres oksidatif merupakan peningkatan pria 27%. World Health Organization (WHO)
kadar radikal bebas dalam tubuh. Hal ini memprediksi jumlah kematian akibat penyakit
berhubungan dengan perkembangan penyakit kardiovaskuler di dunia akan meningkat dari 7,4
kronik dan degeneratif, termasuk penyakit juta orang pada tahun 2004 menjadi 23,4 juta
kardiovaskuler, kanker, dan degenerasi neural yang orang pada tahun 2030.2
merupakan bagian dari proses penuaan.1 Penyakit Salah satu upaya untuk mencegah dan
kardiovaskuler menduduki peringkat pertama mengatasi masalah kardiovaskuler adalah melalui
penyebab kematian di dunia pada tahun 2004 pengaturan diet, yaitu mengurangi konsumsi lemak

*)
Penulis Penanggungjawab
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 28

total dan lemak jenuh serta meningkatkan asupan penambahan bekatul dalam produk emulsi dapat
serat.3 PERKI (Perhimpunan Kardiologi Indonesia) meningkatkan stabilitas emulsi karena bekatul
menyarankan konsumsi serat adalah 25-30 g/hari bersifat menyerap air.12 Oleh karena itu, dilakukan
untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.4 penelitian pembuatan sosis tempe dengan
Selain serat, antioksidan juga berperan dalam penambahan bekatul beras merah yang selanjutnya
mengatasi masalah kardiovaskuler. Antioksidan dilakukan analisis kandungan gizi, aktivitas
merupakan zat yang dapat mencegah terjadinya antioksidan dan tingkat kesukaan.
reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi
lemak.1 Alternatif yang dapat dilakukan adalah METODA
meningkatkan asupan serat dan antioksidan pada Penelitian yang dilakukan merupakan
jenis makanan yang populer di masyarakat. Salah penelitian dalam bidang Food Production.
satu makanan yang banyak dikonsumsi adalah Penelitian dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas
sosis.5 Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Sosis merupakan makanan dari daging Semarang dan Laboratorium Ilmu Pangan Fakultas
yang digiling, dibumbui lalu dimasukkan ke dalam Teknologi Pertanian UNIKA Soegijapranata
selongsong (casing) berbentuk bulat panjang Semarang pada bulan Juli hingga Agustus 2012.
simetris yang kemudian diolah lebih lanjut.6 Penelitian ini merupakan penelitian
Konsumsi sosis di Indonesia semakin meningkat. eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu
Pada tahun 1995, konsumsi sosis per kapita hanya faktor, yaitu faktor perbedaan persentase
mencapai 2,9 gram, kemudian terus meningkat penambahan bekatul beras merah pada sosis
hingga mencapai 53,3 gram per kapita per hari tempe. Persentase penambahan bekatul beras
pada tahun 2000.5 Pada umumnya sosis dibuat dari merah pada pembuatan sosis tempe yaitu sebanyak
daging sapi, daging ayam, daging babi, daging 0% (S0), 2% (S1), 5% (S2), dan 10% (S3).
kelinci dan ikan.6 Daging banyak mengandung Penetapan formulasi didasarkan pada penelitian
asam lemak jenuh yang bila dikonsumsi secara pembuatan produk emulsi bakso bahwa
berlebihan akan menyebabkan penyumbatan penambahan bekatul kurang dari 10%
pembuluh darah atau aterosklerosis.3 Oleh sebab menunjukkan tidak ada perbedaan kualitas sensori
itu, saat ini dikembangkan sosis dari bahan nabati yang signifikan dengan bakso kontrol, sementara
yaitu tempe.7 penambahan bekatul sebesar 15% menghasilkan
Tempe merupakan makanan olahan yang kualitas sensori yang kurang baik.14 Penambahan
merupakan hasil fermentasi kedelai. Tempe bekatul sebesar 2% pada penelitian pembuatan
mengandung serat, antioksidan, 60% asam lemak sosis frankfurters menunjukkan kualitas sosis yang
tidak jenuh (asam linoleat dan asam linolenat).8 tidak berbeda dengan sosis kontrol.12 Selanjutnya
Tempe termasuk ke dalam olahan kelompok setiap perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan.
legumes (kacang – kacangan) yang bila dipadukan Kemudian sosis tempe dengan persentase
dengan kelompok grains (biji – bijian) dapat penambahan bekatul beras merah yang berbeda
menjadi kombinasi yang baik untuk mendapatkan dianalisis kandungan gizi dan aktivitas antioksidan
asam – asam amino esensial yang lengkap. Hal ini secara duplo, serta tingkat kesukaan dujikan pada
disebabkan karena kedua jenis bahan makanan 30 panelis dengan tiga kali pengulangan.
tersebut memiliki asam amino pembatas. Asam Sosis tempe merupakan makanan olahan
amino pembatas dalam tempe adalah asam amino yang dibuat dengan bahan utama tempe. Bahan
metionin dan sistin, sedangkan pada biji-bijian pendukung dalam pembuatan sosis tempe antara
adalah asam amino lisin.9 Salah satu bahan pangan lain tepung tapioka, minyak, putih telur, garam,
yang berasal dari biji-bijian adalah beras merah. gula, bumbu, es batu, dan bekatul beras merah.
Hasil samping dari penggilingan beras merah Tempe yang digunakan merupakan tempe kedelai
adalah bekatul beras merah.10 Selama ini bekatul murni dengan merk “Muchlar” yang didapatkan
hanya dianggap sebagai limbah. Padahal bekatul dari pasar di kota Yogyakarta dan bekatul beras
memiliki kandungan serat pangan, protein, mineral, merah didapatkan dari petani beras merah di
lemak tidak jenuh dan antioksidan.11 Dusun Duwetsari, Padasan, Ds. Pakembinangun,
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Varietas
mengajukan alternatif untuk mengatasi masalah yang digunakan adalah bekatul dari beras merah
tersebut dengan sosis tempe dengan penambahan varietas lokal yaitu beras Cempo Merah. Bekatul
bekatul beras merah. Sosis merupakan merupakan yang akan digunakan diayak terlebih dahulu
produk emulsi.6 Berdasarkan penelitian Choi et al.,
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 29

dengan ayakan 80 mesh untuk mendapatkan dengan perhitungan karbohidrat by difference13,


keseragaman ukuran. aktivitas antioksidan diuji dengan metode DPPH
Proses pembuatan sosis tempe adalah (2,2 dhipenyl -1-pycrilhidrazyil)16. Kesukaan
sebagai berikut, tempe dikukus terlebih dahulu warna, aroma, tekstur, dan rasa diujikan
selama 15 menit. Setelah dingin, tempe digiling menggunakan uji hedonik pada panelis agak
bersama es batu, putih telur, tepung tapioka, terlatih dari mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi
garam, gula, bumbu, dan bekatul beras merah Universitas Diponegoro dengan kriteria penilaian 1
dalam food processor selama 1 menit. Selanjutnya = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 =
ditambahkan minyak jagung dan digiling lagi suka, 5 = sangat suka.
selama 1 menit hingga menjadi adonan homogen. Pengaruh penambahan bekatul beras
Adonan tersebut kemudian dimasukkan dalam merah terhadap kandungan gizi, aktivitas
stuffer untuk dimasukkan dalam selongsong sosis antoksidan dan mutu organoleptik dianalisis
yang terbuat dari kolagen sapi. Setelah sosis diikat dengan uji statistik ANOVA (Analysis of Varians)
masing-masing ±10 cm, kemudian sosis dikukus satu arah. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Multiple
sampai matang.15 Comparation (posthoc test) dengan uji Tukey
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.
yaitu kandungan gizi (protein, lemak, serat, Sementara itu, data tingkat kesukaan menggunakan
karbohidrat), aktivitas antioksidan, dan tingkat uji Friedman dan uji lanjut Wilcoxon.
kesukaan sosis tempe dengan berbagai persentase
penambahan bekatul beras merah. Kadar protein HASIL
diuji dengan metode Kjeldahl13, kadar lemak diuji 1. Kandungan Gizi Sosis Tempe dengan
dengan metode Soxhlet13, kadar serat diuji dengan Penambahan Bekatul Beras Merah
metode gravimetri13, kadar karbohidrat dihitung

Tabel 1. Rerata Kandungan Gizi Sosis Tempe dengan Penambahan Bekatul Beras
Merah
Jenis Rerata Kadar Rerata Kadar Rerata Kadar Rerata Kadar
Perlakuan Protein (% berat Lemak Karbohidrat Serat
basah) (% berat basah) (% berat (% berat
basah) basah)
S0 12.008 ± 0.18 19.498 ± 0.20 13.814 ± 0.98 6.282 ± 0.95
S1 12.512 ± 1.13 20.155 ± 2.09 18.522 ± 2.66 7.184 ± 0.50
S2 12.689 ± 1.28 20.218± 1.16 18.725 ± 2.45 8.413 ± 1.34
S3 12.850 ± 0.16 20.469± 1.68 19.005 ± 1.75 9.138 ± 1.26
p = 0.670 p = 0.866 p = 0.099 p = 0.082

Terdapat peningkatan hasil analisa kadar Kadar protein, lemak, karbohidrat, dan
protein, lemak, karbohidrat, dan serat sosis serat terendah terdapat pada sosis tempe
tempe secara linier. Semakin banyak kontrol. Kadar protein pada sosis tempe
penambahan bekatul beras merah, kandungan kontrol yaitu 12,01%, kadar lemak yaitu
gizi sosis tempe cenderung meningkat. Kadar 19,50%, kadar karbohidrat yaitu 13,81%, dan
protein, lemak, karbohidrat, dan serat tertinggi kadar serat yaitu 6,23%. Namun secara
terdapat pada sosis tempe dengan penambahan statistik penambahan bekatul beras merah tidak
bekatul beras merah 10%. Kadar protein pada berpengaruh secara signifikan terhadap kadar
sosis tempe dengan penambahan bekatul beras protein, lemak, karbohidrat dan serat sosis
merah 10% yaitu 12,85%, kadar lemak yaitu tempe.
20,47%, kadar karbohidrat yaitu 19%, dan
kadar serat yaitu 9,14%. 2. Aktivitas Antioksidan Sosis Tempe dengan
Penambahan Bekatul Beras Merah
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 30

Tabel 2. Rerata Aktivitas Antioksidan Sosis Tempe dengan Penambahan


Bekatul Beras Merah
Jenis Perlakuan Rerata Aktivitas Antioksidan
(% discoloration)
S0 7.975 ± 0.59a
S1 9.506 ± 0.32ab
S2 12.829 ± 2.72bc
S3 13.285 ± 0.39c
p = 0.004*

Aktivitas antioksidan tertinggi terdapat aktivitas antioksidan sosis tempe cenderung


pada sosis tempe dengan penambahan bekatul meningkat. Penambahan bekatul beras merah
beras merah 10%, yaitu 13,28% dan aktivitas mempengaruhi aktivitas antioksidan sosis
antioksidan terendah terdapat pada sosis tempe tempe.
kontrol, yaitu 7,97%. Semakin banyak 3. Kesukaan Sosis Tempe dengan
penambahan bekatul beras merah, maka Penambahan Bekatul Beras Merah

Tabel 3. Rerata kesukaan warna, aroma, tekstur, dan rasa Sosis Tempe dengan Penambahan
Bekatul Beras Merah
Perlakua Warna Aroma Tekstur Rasa
n
Rerata Ket. Rerata Ket. Rerata Ket. Rerata Ket.

S0 3.84 ± Suka 3.46 ± Netra 3.48 ± Netra 3.51 Suka


0.73a 0.69a l 0.77a l ±0.88a
S1 3.26 ± Netra 3.18 ± Netra 3.46 Netra 3.38 Netra
0.79b l 0.89b l ±0.77a l ±0.82a l
S2 2.69 ± Netra 2.83 ±0.84c Netra 3.24 Netra 2.94 Netra
0.86c l l ±0.77b l ±0.94b l
S3 2.09 ± Tida 2.63 ± Netra 3.04 Netra 2.54 Tida
0.87d k 0.83d l ±0.83c l ±0.88c k
Suka Suka
p = 0.000 p = 0.000 p = 0.000 p = 0.000

Tabel 3. menunjukkan bahwa kesukaan cenderung tidak disukai panelis. Secara


panelis terhadap warna, aroma, rasa dan statistik ada pengaruh persentase penambahan
tekstur tertinggi terdapat pada sosis tempe bekatul beras merah terhadap kesukaan panelis
kontrol. Skor kesukaan warna sosis tempe akan warna, aroma, tekstur, dan rasa sosis
kontrol yaitu 3,84 (suka), skor kesukaan tempe.
aroma yaitu 3,46 (netral), skor kesukaan
tekstur yaitu 3,48 (netral),dan skor kesukaan PEMBAHASAN
rasa yaitu 3,51 (suka). Pengaruh Penambahan Bekatul Beras Merah
Kesukaan panelis terhadap warna, aroma, terhadap Kandungan Gizi Sosis Tempe
rasa dan tekstur terendah terdapat pada sosis 1. Kadar Protein
tempe dengan penambahan bekatul beras Penambahan bekatul beras merah tidak
merah 10%. Skor kesukaan warna sosis tempe berpengaruh secara signifikan terhadap
dengan penambahan bekatul beras merah 10% perubahan kadar protein dalam sosis tempe.
yaitu 2,09 (tidak suka), skor kesukaan aroma Hal ini dapat disebabkan karena jumlah
yaitu 2,63 (netral), skor kesukaan tekstur yaitu penambahan bekatul beras merah yang tidak
3,04 (netral), dan skor kesukaan rasa yaitu 2,54 terlalu banyak dalam sosis tempe. Kadar
(tidak suka). protein sosis tempe tergantung pada kadar
Penambahan bekatul beras merah yang protein yang terkandung dalam tempe sebagai
semakin banyak menyebabkan sosis tempe bahan utamanya dan bekatul beras merah yang
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 31

ditambahkan. Kedua bahan makanan tersebut Minyak jagung mengandung asam lemak
merupakan bahan makanan yang mengandung tidak jenuh. Asam lemak yang dominan dalam
protein. Kandungan protein dalam tempe minyak jagung adalah oleat (36,99%) dan
sebesar 46,5%.17 Sementara bekatul beras linoleat (47,19%).20 Berdasarkan penelitian
merah mengandung protein sebesar 11,2%.18 Choi, et.al, sosis frankfurters yang
Kombinasi kedua bahan makanan menggunakan minyak sayur memiliki kadar
tersebut menyumbang peningkatan kadar kolesterol 45-50% lebih rendah dibandingkan
protein dalam sosis dan memberikan efek sosis tanpa minyak sayur.12 American Heart
komplementari asam amino essensial. Kedua Association (AHA) merekomendasikan
bahan makanan ini memiliki asam amino perubahan diet dapat menurunkan risiko
pembatas. Asam amino pembatas dalam penyakit kardiovaskuler, yaitu konsumsi asam
kacang-kacangan adalah asam amino metionin lemak jenuh kurang dari 7% dari kebutuhan
dan sistin, sedangkan dalam serealia adalah kalori dan asupan lemak total sekitar 25-35%
asam amino esensial lisin.9 Berdasarkan dari kebutuhan kalori.3
perhitungan dari data sekunder, asam amino 3. Kadar Karbohidrat
esensial lisin dan metionin dalam sosis tempe Berdasarkan perhitungan statistik,
meningkat dan bukan menjadi asam amino diketahui bahwa tidak ada pengaruh
pembatas. Namun, asam amino esensial sistin penambahan bekatul beras merah terhadap
masih menjadi asam amino pembatas. kadar karbohidrat sosis tempe. Hal ini dapat
Perhitungan kandungan asam amino essensial dipengaruhi oleh tepung tapioka yang
dapat dilihat di Lampiran 3. ditambahkan dalam seluruh perlakuan dengan
Protein dalam pembuatan sosis berperan jumlah yang sama dan penambahan bekatul
sebagai penstabil emulsi. Protein berperan beras merah yang tidak berbeda terlalu banyak.
dalam ikatan air dan minyak dalam sistem Bahan yang menyumbang karbohidrat
emulsi. Hal ini disebabkan karena protein dalam sosis tempe adalah tepung tapioka.
memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik.19 Oleh Penambahan tepung dalam pembuatan sosis
sebab itu, dalam pembuatan sosis, suhu selama bertujuan untuk meningkatkan kualitas sosis
penggilingan harus dikontrol agar tidak lebih dengan berperan sebagai pengikat, membentuk
dari 220C untuk menghindari kerusakan gel, dan membentuk tekstur sosis. Penelitian
protein yaitu dengan penambahan es sekitar Rosjarin menyebutkan bahwa penambahan 7%
15-30% dari berat bahan.6 tepung tapioka dalam produk sosis dapat
2. Kadar Lemak meningkatkan kapasitas pengikatan air dan
Berdasarkan hasil penelitian, mengurangi penyusutan dalam pemasakan.21
penambahan bekatul beras merah tidak 4. Kadar Serat
signifikan berpengaruh terhadap perubahan Berdasarkan hasil penelitian,
kadar lemak dalam sosis tempe. Hal ini dapat penambahan bekatul beras merah secara
disebabkan karena jumlah minyak jagung yang statistik tidak mempengaruhi peningkatan
ditambahkan dalam setiap perlakuan dalam kadar serat kasar sosis tempe. Hal ini dapat
jumlah yang sama. Perbedaan antar perlakuan disebabkan karena persentase penambahan
terletak pada jumlah bekatul beras merah yang bekatul beras merah yang terlalu sedikit antar
ditambahkan. Kandungan lemak dalam bekatul perlakuan. Namun, kombinasi tempe dan
beras merah adalah 11,2 g/ 100 g bahan.18 bekatul beras merah memiliki kontribusi dalam
Jumlah penambahan bekatul beras merah tidak meningkatkan kandungan serat dalam
terlalu banyak sehingga perubahan kadar makanan. Tempe merupakan bahan makanan
lemak menjadi tidak signifikan. hasil olahan kacang-kacangan yang
17
Lemak dalam sosis berasal dari lemak mengandung serat 7,2%, sedangkan bekatul
yang terkandung dalam tempe, bekatul beras beras merah mengandung serat 42,91%.18
merah, dan minyak jagung. Penambahan Penambahan serat dalam produk emulsi
minyak/lemak dalam pembuatan sosis mempengaruhi kestabilan emulsi. Penelitian
bertujuan untuk membentuk tekstur sosis yang menyebutkan bahwa penambahan serat pektin
kompak dan memperbaiki cita rasa.6 Lemak dalam pembuatan margarin menghasilkan
dalam produk sosis juga berperan dalam produk dengan emulsi yang stabil. Namun,
membentuk emulsi yang stabil dan mengurangi penambahan yang terlalu banyak dan partikel
penyusutan dalam pemasakan.12
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 32

serat yang kurang kecil akan menyebabkan suhu. Namun, setiap senyawa fenol memiliki
emulsi menjadi tidak stabil.22 penurunan yang berbeda-beda tergantung dari sifat
Serat sebagian besar terkandung dalam senyawa tersebut dalam teroksidasi. α-tokoferol
sayur-sayuran, buah, serealia dan biji-bijian. memiliki sensitivitas pada suhu 800C dan memiliki
PERKI (Perhimpunan Kardiologi Indonesia) penurunan aktivitas antioksidan lebih lambat
menyarankan asupan serat 25-30 g/hari untuk dibandingkan γ-tokoferol selama pemanasan.
kesehatan jantung dan pembuluh darah.4 Senyawa fenol yang kurang mudah teroksidasi
Asupan serat larut air, seperti pektin dan gum menunjukkan penurunan aktivitas antioksidan yang
diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol lebih lambat dibandingkan senyawa fenol yang
LDL.3 Kadar serat tertinggi terdapat pada sosis mudah teroksidasi. Hal ini disebabkan karena
tempe dengan penambahan bekatul beras kecepatan untuk memulai reaksi berhubungan
merah 10%, yaitu 9,138%. Jadi, hanya dengan lebih cepat pula penggunaan antioksidan
36,552% dari kebutuhan serat 25 g/hari yang tersebut. Reaktivitas antioksidan melawan radikal
dapat dipenuhi dari 100 g sosis dengan bebas dikarakteristikan oleh ikatan O-H dari
penambahan bekatul beras merah yang paling senyawa fenol tersebut. Radikal bebas menerima
banyak. elektron atau radikal hidrogen sehingga
Pengaruh Penambahan Bekatul Beras Merah membentuk molekul yang stabil.24
terhadap Aktivitas Antioksidan Sosis Tempe
Aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada Pengaruh Penambahan Bekatul Beras Merah
sosis tempe dengan penambahan bekatul beras terhadap Kesukaan Sosis Tempe
merah 10%, yaitu 13,28% dan aktivitas antioksidan Warna merupakan karakter visual pertama
terendah terdapat pada sosis tempe dengan yang dilihat oleh seorang panelis saat uji
penambahan bekatul beras merah 0%, yaitu 7,97%. organoleptik. Ketertarikan panelis terhadap suatu
Semakin banyak penambahan bekatul beras merah, produk dapat muncul setelah melihat warna,
maka aktivitas antioksidan sosis tempe cenderung karena warna berkaitan dengan cita rasa suatu
meningkat. Peningkatan aktivitas antioksidan sosis produk. Sosis tempe kontrol memiliki skor
tempe dengan penambahan bekatul beras merah kesukaan warna tertinggi, yaitu 3,84 (suka),
dapat dilihat secara statistik dengan hasil yang sedangkan sosis tempe dengan penambahan
bermakna. bekatul beras merah 10% memiliki skor kesukaan
Tempe mengandung suatu zat antioksidan warna terendah, yaitu 2,09 (tidak suka).
dalam bentuk isoflavon. Isoflavon dalam tempe Sosis tempe kontrol menghasilkan sosis tempe
antara lain daidzein, glisitein, genistein, dan berwarna kuning cerah yang paling disukai panelis.
antioksidan faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon).17 Semakin banyak penambahan bekatul beras merah,
Bekatul beras merah mengandung senyawa fenolik warna sosis tempe akan semakin gelap dan
yaitu antosianin dan tokoferol (vitamin E). cenderung tidak disukai. Hal ini disebabkan karena
Antosianin merupakan salah satu jenis flavonoid konsentrasi bekatul yang ditambahkan. Bekatul
yang diketahui mampu berperan sebagai beras merah memiliki kandungan antosianin
antioksidan.11 Antosianin bersifat tidak stabil sebagai pigmen pemberi warna merah.11 Namun,
terhadap pH, suhu, dan konsentrasi oksigen. Suhu terdapat reaksi Mailard, yaitu reaksi antara
tinggi pada saat pengolahan sosis, yaitu selama karbohidrat dengan gugus amina primer. Reaksi ini
pengukusan memungkinkan terjadinya degradasi merupakan reaksi browning non enzimatis yang
antosianin. 23 terjadi antara gula pereduksi dengan asam amino
Penurunan aktivitas antioksidan dalam bekatul yang menghasilkan warna kecokelatan
beras merah terlihat dari pengujian sampel bekatul (melanoidin) pada bahan makanan ketika
sebelum dan sesudah dioven. Aktivitas antioksidan mengalami proses pemanasan.19 Hal ini
bekatul sebelum dioven adalah 12,65%, sedangkan menyebabkan perubahan warna merah bekatul
bekatul yang sudah dioven mempunyai aktivitas beras merah menjadi warna coklat setelah dioven
antioksidan 11,27%. Pemanasan dapat merusak pada suhu 1210C selama 15 menit.
kestablian antosianin sebagai salah satu senyawa Seluruh sosis tempe memiliki kesukaan aroma
fenol dalam bekatul sehingga bioaktivitasnya kategori netral. Kesukaan tertinggi panelis pada
sebagai antioksidan menurun.24 sosis tempe kontrol, dan kesukaan terendah pada
Penelitian Zusana menyebutkan bahwa sosis tempe dengan penambahan bekatul beras
terdapat penurunan aktivitas antioksidan pada merah 10%. Terdapat perbedaan yang bermakna di
senyawa fenol seiring dengan adanya peningkatan antara sosis dengan penambahan bekatul beras
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 33

merah yang berbeda. Hal ini disebabkan karena kerusakan lipid dan protein, oksidasi
adanya aroma langu dari tempe dan bekatul. fosfatidilkolin, asam amino, dan peptida.26
Aroma langu dapat disebabkan oleh tempe Kontribusi Sosis Tempe dengan Penambahan
yang digunakan karena adanya aktivitas enzim Bekatul Beras Merah terhadap Kecukupan Gizi
lipoksigenase yang secara alami terdapat dalam Sosis tempe yang direkomendasikan
kedelai. Enzim lipoksigenase dapat menghidrolisis adalah sosis tempe dengan penambahan bekatul
asam lemak tak jenuh ganda dan menghasilkan beras merah 5%. Seratus gram sosis tempe (3
senyawa-senyawa volatil penyebab aroma langu, buah) dapat menyumbang 16,39% kecukupan
khususnya etil fenil keton.17 Pada penelitian ini, protein dari diet 2000 kkal. Kecukupan serat yang
sebelum dilakukan proses penggilingan, tempe disumbangkan oleh 100 g sosis tempe adalah
yang digunakan dikukus terlebih dahulu pada suhu 33,65% dari kebutuhan 25 g/hari yang
70°C selama 15 menit. Hal ini dilakukan untuk direkomendasikan oleh PERKI dengan aktivitas
menginaktivasi enzim lipoksigenase yang terdapat antioksidan sebesar 12,83%. .Selain itu, dilihat dari
dalam tempe. Namun, proses ini hanya mengurangi mutu organoleptiknya, sosis ini berbeda dengan
23% aktivitas enzim lipoksigenase,sehingga masih kontrol, tetapi temasuk dalam kategori tingkat
ada aktivitas enzim yang dapat bereaksi dengan kesukaan netral yang dapat diterima oleh panelis.
lipid yang menyebabkan bau langu.25
Tekstur sosis tempe dipengaruhi oleh SIMPULAN DAN SARAN
penambahan lemak dan bahan pengisi yaitu Simpulan
tapioka. Penambahan kedua bahan tersebut dapat 1. Semakin banyak penambahan belatul beras
menstabilkan emulsi sehingga terbentuk sosis yang merah, kandungan gizi sosis tempe semakin
kompak.6 Selain itu, proses pemasakan juga dapat meningkat. Namun, tidak ada pengaruh
meningkatkan kekompakan produk karena mampu penambahan bekatul beras merah terhadap
mengurangi kadar air dalam produk.21 kandungan gizi (kadar protein, lemak,
Seluruh sosis tempe memiliki kesukaan tekstur karbohidrat dan serat) sosis tempe.
kategori netral. Sosis tempe kontrol memiliki 2. Ada pengaruh penambahan bekatul beras
tekstur yang mudah hancur. Semakin banyak merah terhadap aktivitas antioksidan. Semakin
penambahan bekatul beras merah, tekstur sosis banyak penambahan bekatul beras merah,
tempe menjadi semakin padat. Hal ini sesuai aktivitas antioksidan sosis tempe semakin
dengan penelitian Choi et.al., yang menyebutkan meningkat.
bahwa penambahan bekatul dapat meningkatkan 3. Semakin banyak penambahan bekatul beras
stabilitas emulsi karena sifat bekatul yang mampu merah, sosis tempe semakin tidak disukai oleh
menyerap air.12 panelis. Secara statistik ada pengaruh
Rasa merupakan atribut sensori yang penting penambahan bekatul beras merah terhadap
dalam penentuan keputusan konsumen untuk kesukaan sosis tempe.
menerima atau menolak suatu produk makanan. Saran
Walaupun suatu produk memiliki warna, aroma, 1. Sosis yang direkomendasikan adalah sosis
dan tekstur yang baik, tetapi jika rasanya tidak tempe dengan penambahan bekatul beras
enak maka produk tersebut akan ditolak. Rasa sosis merah 5%.
tempe dengan penambahan bekatul beras merah 2. Perlu ditambahkan pewarna makanan warna
memiliki kategori kesukaan dari suka hingga tidak merah daging untuk memperbaiki warna sosis
suka. tempe.
Rasa sosis tempe dipengaruhi oleh besarnya 3. Perlu ditambahkan emulsifier seperti Sodium
penambahan bekatul beras merah yang digunakan. Tripolyphospat (STTP) untuk membuat sosis
Sosis tempe dengan penambahan bekatul beras dengan tekstur yang lebih baik.
merah 10% memiliki skor kesukaan paling rendah, 4. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
yaitu 2,54 (tidak suka). Hal ini disebabkan karena suhu dan masa penyimpanan terhadap
adanya rasa after taste berupa rasa pahit. Rasa kandungan gizi sosis tempe dengan
pahit disebabkan karena adanya kandungan penambahan bekatul beras merah.
saponin dalam bekatul. Selain itu, after taste pahit
dapat disebabkan oleh hidrolisis asam-asam amino DAFTAR PUSTAKA
yang terjadi pada reaksi Maillard, saat pengolahan 1. Ari Yuniastuti. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta:
sosis.9 Sumber utama rasa pahit adalah proses Graha Ilmu; 2008. p. 95-102.
Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 34

2. World Health Organization. The Global Burden of 18. Sri Sumarsih. Kontribusi Oleat, β-karoten, dan α-
Disease 2004 Update. Switzerland: WHO; 2008.p. tokoferol pada sifat hiperkolesterolemik Bekatul
8-22. Beras Barlean (Beras Merah) [TESIS]. Yogyakarta:
3. Krummel DA. Medical Nutrition Therapy in Universitas Gajah Mada; 1998.
Cardiovascular Disease. In: Mahan LK, Escott- 19. Peter SM. Understanding Food Nutrition and
stump S. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Technology. United Stated of America: Thomson
Therapy 12th Edition. Philadelphia: WB Saunders Learning; 2003. p. 120-148.
Company; 2008. p. 64-833. 20. Eqbal MAD, Halimah AS, Aminah A, Zalifah MK.
4. Nainggolan O dan Adimunca C. Diet Sehat dengan Fatty Acids Composition of Four Dofferent
Serat. Cermin Dunia Kedokteran; 2005. p. 6-43. Vegetable Oils (Red Palm Olein, Palm Olein, Corn
5. Jonsen, G.D. Prospek dan Preferensi Masyarakat Oil and Coconut Oil) by Gas Chromatography.
Terhadap Konsumsi Daging Sapi Olahan di Intenational Conference on Chemistry and
Indonesia. Proceedings of The FGW Food Chemical Engineering. 2011. IPCBEE vol. 14: p.
Conference; 2004 6-7 Oktober; Jakarta; 2004. 31-34.
6. Martin M, Julie Garden. The art and practice of 21. Rosjarin Prabpree and Rungnaphar
sausage making. North Dakota: North Dakota State Pongsawatmanit. Effect of Tapioca Starch
University Extension Service; 2004. p. 2-5. Concentration on Quality and Freeze-Thaw
7. Santoso. Teknologi Pengolahan Kedelai. Stability of Fish Sausage. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 45
Laboratorium Kimia Pangan Fakultas Pertanian : 314 - 324 (2011).
Universitas Widyagama Malang. 2005. p. 30-33. 22. Yuni Harlinawati. Pembuatan Margarin Tinggi
8. Sri Winarti. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Serat Melalui Pemanfaatan Pektin dan Gum Arab
Graha Ilmu; 2010. p. 137-165. Komersial [SKRIPSI]. Bogor: Institut Pertanian
9. Winarno. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: PT Bogor; 2002.
Gramedia Pustaka Utama; 2002. p. 50-115. 23. Umar Santoso. Antioksidan. Yogyakarta:
10. Ridwan Rachmat dan Suismono. Teknologi Universitas Gajah Mada; 2006.
Pengolahan Padi Terpadu dengan Pengerapan 24. Zuzana Reblova. Effect of Temperature on the
Sistem Manajemen Mutu. Yogyakarta: Badan Antioxidant Activity of Phenolic Acids. Czech J.
Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Food Sci. Vol. 30, 2012, No. 2: 171–177.
Pertanian, 2007. 25. Savage, W. D., L. S. Wei, J. W. Sutherland, dan S.
11. Tyagita Fitriana Dewi. Aktivitas Antioksidan, J. Schmidt. 1995. Biologically active component
Kadar Total Fenol, Kadar Serat Pangan dan inactivation and protein insolublilization during
Kualitas Sensori Roti Tawar dengan Penambahan heat processing of soybeans. Journal of Food
Bekatul dari Beras Merah dan Beras Hitam Science. 69 (6) : 160 – 165.
[SKRIPSI]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 26. Evy Damayanthi, Liem Tong, Liliy Arbianto.
2011. Ricebran. Jakarta: Penebar Swadaya; 2007.
12. Choi YS, Choi JH, Han DJ, et. al. Effects of
replacing pork back fat with vegetable oils and rice
bran fiber on the quality of reduced-fat frankfurters.
Meat Science. 2010; 84: 557-563.
13. Association of Analytical Chemist [AOAC]
publisher.2005.Official methodes of analysis of the
associationof official analytical
chemist.Arlington:Virginia USA:The Association
of Official Analytical Chemist,Inc.
14. Huang SC, Shiau CY, Liu TE, Chu CL, Hwang DF.
Effects of rice bran on sensory and physico-
chemical properties of emulsified pork meatballs.
Meat Science. 2005; 70: 613-619.
15. Rahmat Rukaman. Membuat Sosis: Daging Kelinci,
Daging Ikan, Tempe Kedelai. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius; 2006. P. 21-25.
16. Khamsah SM, Akowah G & Zhari I. Antioxidant
activity and phenolic content of Orthosiphon
stamineus benth from different geographical origin.
J Sustainability Sci Mgmt. 2006. 1: 14–20.
17. Made Astawan. Sehat dengan hidangan kacang dan
biji-bijian. Jakarta: Penebar Swadaya; 2009. p. 4-
130.

Vous aimerez peut-être aussi