Vous êtes sur la page 1sur 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERILAKU DAN GANGGUAN JIWA LANSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Gerontik

Dosen Pengajar :Aneng Yuningsih ,Skep,Ners,Mkep.

DisusunOleh :

DARTONO
SUTRIAMAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM EKSTENSI KEPERAWATAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,
tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan
semakin baiknya status kesehatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia juga
semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.

Saat ini, jumlah lansia yang ada di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik
mencapai 18,7 juta orang (8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini akan
menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak negara berpolulasi lansia setelah
Cina, India dan Amerika. Berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan, gangguan
mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia di atas 65 tahun
12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga
beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.

Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami
perburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks. Kepandaian menyiasati dapat
menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energik tanpa harus merasa tua dan
tidak berdaya
Dengan penjelasan di atas, kami tertarik untuk membahas gangguan fungsi mental
pada lansia lebih lanjut. Kami sebagai calon perawat tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan gangguan fungsi mental pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN

Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan. Ada berbagai kriteria umur bagi seseorang yang dikatakan tua.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. World Health Organization (WHO) memberikan
klasifikasi usia lanjut sebagai berikut.

1. Usia pertengahan (middle age) : 45–59 tahun


2. Lanjut usia (elderly) : 60–74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75–90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

Saat ini yang berlaku Undang-Undang No.13/th. 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia yang berbunyi sebagai berikut : BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “ Lanjut Usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
Dalam penelitian ini batasan umur untuk menentukan lanjut usia, yaitu seseorang
individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20)
Menjadi tua adalah sebuah proses yang pasti terjadi, bahkan setiap orang ingin bisa
hidup sampai tua, tetapi adanya perubahan struktur dan fungsi tubuh sering menimbulkan
berbagai masalah dalam kehidupan, termasuk masalah kejiwaan.
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia meliputi perubahan fisik, psikologis, dan
sosial. Diawali dengan perubahan fisik, kemudian mengakibatkan perubahan psikologis dan
social

Fisik Psikologis
• Pancaindera • Paranoid
• Otak • Gangguan tingkah laku
• Gastrointestinal • Keluyuran (wandering)
• Saluran kemih • Sun downing
• Otot dan tulang • Depresi
• Kardiovaskular • Demensia
• Endokrin, dan lain-lain. • Sindrom pascakekuasaan (postpower
syndrome), dan lain-lain.
Perubahan Fisik

1. Pancaindera
a. Mata
Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun, dan terjadi katarak atau gangguan pengelihatan lainnya. Lansia
yang mulai tidak jelas pengelihatannya, sehingga sering menjadi curiga dengan sosok
bayangan yang datang atau berada di rumahnya. Cucunya dianggap pencuri dan
sebagainya, sehingga semakin tidak jelas pengelihatannya, maka semakin menjadi
pencuriga.
b. Telinga

Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran, yaitu menjadi sangat
peka atau berkurang pendengarannya. Respons perilaku lansia menjadi lebih pencuriga,
apalagi jika pengelihatan tidak jelas dan pendengaran berkurang. Anggota keluarga yang
tinggal serumah sering menjadi sasaran kecurigaan lansia, berbicara keras dianggap
marah, serta berbicara pelan dianggap ngerasani atau menggunjingkan lansia.
c. Perabaan

Kemampuan jari untuk meraba atau menggenggam menjadi menurun (clumsy), akibatnya
tidak mampu memegang sesuatu yang berat, misalnya makan dengan piring, mudah jatuh
dan pecah atau minum dengan gelas, mudah jatuh dan pecah. Jika diberi piring melamin
akan merasa marah, karena dianggap tidak menghargai orang tua. Selain menjadi pencuriga,
lansia menjadi mudah marah karena perubahan mata, telinga, dan perabaan
d. Penciuman
Kemampuan hidung untuk membau harum, gurih, dan lezat sudah menurun, yang
akibatnya nafsu makan menjadi menurun. Permasalahan perilaku muncul dengan
membenci siapa yang masak di rumah, apalagi jika yang masak adalah menantu. Di sinilah
awal mula terjadinya suasana tidak kondusif antara menantu wanita dengan mertua.
e. Pengecapan
Pada usia lanjut terjadi penurunan kemampuan lidah untuk merasakan rasa asam, asin,
manis, gurih, pedas, dan semua rasa lezat, yang akibatnya nafsu makan menurun. Terkadang
lansia masih menambahkan gula pada makanan yang sudah manis atau menambahkan
garam pada makanan yang sudah asin. Hal akan menjadi berbahaya apabila lansia memiliki
penyakit diabetes atau tekanan darah tinggi. Dengan keadaan ini, lansia dapat semakin
membenci menantu wanitanya, karena sudah tidak bisa masak atau jika masak, tidak ada
aroma dan rasanya.
Perubahan pancaindera mengakibatkan berbagai perubahan perilaku pada lansia,
menjadi pencuriga, mudah marah, dan membenci seseorang.
2. Otak

Terjadi penurunan kemampuan berpikir, daya ingat, dan konsentrasi. Penurunan kemampuan
berpikir terutama untuk memikirkan hal baru (new learning), kalaupun bisa terjadi secara
lambat (slow learning). Sering lansia tidak bisa menerima pemikiran anak muda, karena
menganggap bahwa apa yang lansia pikirkan itulah kebenaran. Lansia menjadi skeptis dengan
pola pikirnya, sehingga sulit menerima sesuatu yang baru.
Meskipun demikian, masih banyak lansia yang tetap pandai pada masa tuanya,
kemampuan kognitifnya sama sekali tidak berkurang, bahkan cenderung lebih hafal daripada
yang muda. Kemampuan asah otak ternyata sama dengan asah pedang, yaitu semakin sering
diasah, maka semakin tajam pedang itu. Hal ini bergantung pada apa yang dipelajari saat
muda. Ibarat belajar di masa kecil, bagai mengukir di atas batu. Hal yang dipelajari di masa
kecil yang terus digunakan sampai tua akan terukir pada pola pikir. Sementara belajar sesudah
dewasa, bagai mengukir di atas air, yaitu hal yang dipelajari seolah sudah paham semua, tetapi
saat sang guru pergi akan hilang semua yang telah dipelajari.
Kemampuan konsentrasi yang menurun mengakibatkan lansia mengalami kesulitan fokus
perhatian (sustain attention). Jika bercerita atau mengajar harus satu-satu, tidak bisa dua topik
sekaligus. Selain itu, kewaspadaan juga menurun, sehingga perlu bantuan dan pengawasan
apabila lansia melakukan aktivitas di luar rumah.
3. Paru
Kekuatan otot pernapasan menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus. Akibatnya, lansia
selalu mengeluh dada sesak, serta bernapas cepat dan terengah- tengah (breath holding spell
dan hyperventilation). Tindakan yang paling tepat untuk mengatasi hal ini adalah jalan mars
setiap hari selama 20 menit di udara terbuka. Solusi dengan metode farmakologi tidak terlalu
disarankan karena gangguan terjadi karena menurunnya kemampuan anatomi dan fisiologi
paru.
1. Gastrointestinal
Pada sistem ini esofagus melebar, asamlambung menurun, lapar menurun, danperistaltik menurun
sehingga terjadilah penumpukan makanan. Apabila daya absorbsi masih baik, maka racun
akan ikut terabsorbsi, sehingga terjadi konstipasi. Ukuran lambung mengecil serta fungsi
organ asesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan. Lansia menjadi sangat banyak keluhan terkait gastrointestinal.
2. Saluran kemih
Kondisi ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus
menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut
menurun. Plastisitas buli-buli menurun, sehingga menjadi sering kencing. Kemampuan
sfinkter uri menurun, sehingga lansia menjadi ngompol. Respons perilaku berupa lansia sering
mengeluh tidak bisa tidur, sering terbangun untuk kencil, ngompol, beser, dan sebagainya.
3. Otot dan tulang

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian
membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, serta mengalami
sklerosis. Respons perilaku berupa lansia menjadi banyak mengeluh dengan sistem
muskuloskeletalnya. Hal ini sangat bergantung pada aktivitas olahraga semasa muda. Tindakan
yang sesuai adalah senam taichi atau jalan mars.
4. Kardiovaskular
Katub jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya
kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistansi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Risiko terjadi infark, stroke, dan
sebagainya.
5. Endokrin
Kemampuan tubuh untuk meregulasi endokrin menurun, sehingga mudah terjadi asam urat,
kolesterol, diabetes, dan sebagainya.
Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis lansia sering terjadi karena perubahan fisik, dan mengakibatkan
berbagai masalah kesehatan jiwa di usia lanjut. Beberapa masalah psikologis lansia antara lain
sebagai berikut
1. Paranoid
Respons perilaku yang ditunjukkan dapat berupa curiga, agresif, atau menarik diri. Lansia
selalu curiga pada orang lain, bahkan curiga pada televisi. Oleh karena lansia tidak mendengar
suara TV, tetapi melihat gambarnya tersenyum atau tertawa, maka TV dianggap mengejek
lansia. Pembantu dianggap mencuri, karena mengambil gula atau beras untuk dimasak,
padahal instruksi pembantu berasal dari majikan yang tidak diketahui lansia.
Tindakan untuk mengatasi hal ini adalah jangan mendebat, karena kita dianggap
menantang, serta jangan mengiyakan, karena dianggap kita berteman. Berikan aktivitas sesuai
kemampuan lansia, sehingga lansia tidak sempat memperhatikan apa yang dapat menimbulkan
paranoid.
2. Gangguan tingkah laku
Sifat buruk pada lansia bertambah seiring perubahan fungsi fisik. Lansia merasa
kehilangan harga diri, kehilangan peran, merasa tidak berguna, tidak berdaya, sepi, pelupa,
kurang percaya diri, dan sebagainya. Akibatnya bertambah sangat banyak sifat buruk setiap
adanya penurunan fungsi fisik.
Tindakan untuk mengatasi hal ini adalah berikan kepercayaan kepada lansia untuk
melaksanakan hobi lama sesuai kemampuannya, sehingga harga diri lansia meningkat dan
merasa tetap berguna dalam masyarakat
3. Gangguan tidur
Lansia mengalami tidur superfisial, tidak pernah mencapai total bed sleep, merasa
tengen, setiap detik dan jam selalu terdengar, desakan mimpi buruk, serta bangun lebih cepat dan
tidak dapat tidur lagi. Lansia selalu mengeluh tidak bisa tidur. Padahal jika diamati, kebutuhan
tidur lansia tidak terganggu, hanya pola tidur yang berubah. Hal ini terjadi karena lansia
mengalami tidur superfisial, sehingga tidak pernah merasa tidur nyenyak. Misalnya, jam 04.00
sudah bangun, lalu aktivitas beribadah, jalan-jalan, minum kopi atau susu dengan makanan
ringan, selanjutnya mengantuk dan tertidur. Waktunya sarapan bangun, beraktivitas sebentar,
mengantuk lagi, lalu tertidur. Pada siang hari, setelah makan siang tertidur lagi dan jam 8
malam sudah tertidur. Oleh karena kebutuhan tidur sudah terpenuhi di pagi dan siang hari,
maka jam 3 pagi atau jam 4 pagi sudah bangun dan tidak dapat tidur lagi.
Tindakan untuk mengatasi hal ini adalah membuat lansia tidak tidur siang
(schedulling), sehingga malam dapat tidur lebih lama. Batasi konsumsi makanan yang yan
membuat mengantuk, serta cegah nonton TV yang menakutkan atau menegangkan. Obat
farmokologi tidak disarankan kecuali ada indikasi
4. Keluyuran (wandering)
Hal ini biasanya terjadi akibat bingung dan demensia. Lansia keluar rumah dan tidak
dapat pulang, hilang, berkelana, atau menggelandang. Sebenarnya ini tidak dikehendaki oleh
lansia. Hal tersebut terjadi karena lansia tidak betah di rumah, tetapi saat keluar tidak tahu jalan
untuk pulang.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah beri tanda pengenal, cantumkan nama, nama
keluarga, dan nomor telepon, sehingga jika ditemukan masyarakat dapat menghubungi anggota
keluarga. Tingkatkan aktivitas harian, sehingga lansia tidak ingin keluar rumah. Untuk
penyegaran, dampingi saat keluar rumah (tapi yang sejalur) dan setelah hafal, boleh jalan
sendiri. Pagar di kunci apabila ditinggal oleh pendamping
.5. Sun downing
Lansia mengalami kecemasan meningkat saat menjelang malam (di rumah), terus mengeluh,
agitasi, gelisah, atau teriak ketakutan. Jika di panti, hal tersebut dapat memengaruhi lansia
yang lain. Keadaan ini terjadi karena lansia gelisah pada saat malam. Pada zaman dahulu, belum
ada listrik, sehingga saat menjelang malam, kecemasan lansia meningkat. Oleh karenanya,
semua anak dan cucunya dicari dan disuruh pulang, semua hewan peliharaan harus sudah ada di
kandang, serta semua anggota keluarga harus sudah di dalam rumah. Semua itu terjadi karena
kekhawatiran dengan gelapnya malam.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah berikan orientasi realitas, aktivitas menjelang maghrib,
dan penerangan yang cukup.
6. Depresi
Ada banyak jenis depresi yang terjadi pada lansia, di antaranya depresi terselubung, keluhan fisik
menonjol, berkonsultasi dengan banyak dokter (umum/spesialis), merasa lebih pusing, nyeri, dan
sebagainya. Depresi sering dialami oleh lansia muda wanita karena terjadinya menopause.
Apabila lansia muda wanita tidak siap menghadapi menopause, maka depresi sangat menonjol
akan dialami. Namun, bagi yang siap menghadapi menopause akan merasa lebih bahagia
karena dapat beribadah sepanjang waktu tanpa harus cuti haid. Pada lansia pria, penyebab
depresi terutama karena sindrom pascakekuasaan (postpower syndrom). Lansia mulai berkurang
penghasilan, teman, dan harga diri.
Tanda yang sering muncul adalah tidur (sleep) meningkat, ketertarikan (interest) menurun,
rasa bersalah (guilty) meningkat, energi (energy) menurun, konsentrasi (concentration)
menurun, nafsu makan (appetite) menurun, psikomotor (psycomotor) menurun, bunuh diri
(suicide) meningkat—SIGECAPS.

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan penyebab yang ditemukan. Selain itu,
tingkatkan harga diri lansia, serta yakinkan bahwa lansia masih tetap dihargai dalam keluarga
dan tetap bermanfaat bagi masyarakat.
7. Demensia
Demensia adalah suatu sindrom gejala gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel, seperti
daya ingat, daya pikir, daya tangkap, orientasi, berhitung, berbahasa, dan fungsi nilai sebagai
akibat dari gangguan fungsi otak. Demensia banyak jenisnya yang bergantung pada penyebab
dan gejala yang timbul, di antaranya demensia, multiinfark demensia, alzheimer, atau bahkan
retardasi mental.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah berikan aktivitas sesuai kemampuan dan kolaborasi
pengobatan dengan farmakologis.
BAB III
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Perilaku dan Gangguan Jiwa Lansia

PENGKAJIAN LANSIA

1. IDENTITAS KLIEN

2. STATUS KESEHATAN SAAT INI

Apakah saat ini da gangguan perilaku missal suka marah-marah,mengurung diri,


teriak teriak

3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir.

4. RIWAYAT ANGGOTA KELUARGA

Masalah kesehatan keluarga, apakah ada keluarga mrmpunyai paenyakit yang sama

dengan klien.

5. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS

a. Psikososial

Apakah pasien masih berhubungan baik dengan keluarga,membina hubungan

dengan orang sekitar.

b. Stabilitas emosi

Apakah pasien bisa mengendalikan emosinya ketika ada stimulus dari

lingkunganya.

c. Stresor jangka pendek dan jangka panjang

Bagaimana kemampuan klien berespon terhadap stressor jangka pendek

maupun jangka panjang.

d. Strategi koping yang digunakan

Bagaimana kemampuan klien dalam memecahkan masalah


e. IdentitasMasalahEmosional

Pertanyaantahap 1

 Apakahklienmengalamisukartidur ?

 Apakahklienseringmerasagelisah ?

 Apakahklienseringmengalamimurungataumenangissendiri ?

 Apakahkliensering was-was ataukhawatir ? T

Lanjutkanketahap 2 jikalebih 1

atausamadengansatujawaban“ ya”

Pertanyaantahap 2

 Keluhanlebihdari 3 bulanataulebihdari 1 kali dalam 1 bulan ?

 Ada masalahataubanyakpikiran ?

 Ada gangguan / masalahdengankeluargalain ?

 Menggunakanobattidur / penenangatasanjurandokter ?

 Cenderung mengurung diri ?

Jika lebih dari 1 atau sama dengan satu jawaban “ ya “

Masalah Emosional Positif ( + )

f. Spiritual

Bagaimana keyakinan klien akan penyakitnya.

Kegiatan beribadah klien.

6. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK


a. Short Partable Mental Status Quisioner ( SPSMQ )
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
1 Tanggalberapahariini ?
2 Hariapasekarang ?
3 Apanamatempatini ?
4 Di manaalamatini ?
5 Berapaumuranda ?
6 Kapanandalahir (minimal tahunlahir)
7 Siapapresiden/kepalapanti/lurahkuwusekarang ?
8 Siapapresiden/kepalapanti/lurahkuwusebelumnya ?
9 Sebutkannamaibuanda ?
10 Kurangi 3 dari 20 terusmenerussecaramenurun
∑= ∑=
.

b. Identifikasiaspekkognitifdarifungsi mental denganmenggunakan MMSE ( Mini


Mental Status Exam )
NILAI NILAI
NO ASPEK KOGNITIF KRITERIA
MAKS KLIEN
orientasi 5 Menyebutkandenganbenar :
 Tahun :
 Musim :
 Tanggal :
 Hari :t
 Bulan :
1 Orientasi 5 Dimanasekarangberada ?
 Negara
 Propinsi
 Kota :
 PSWT
 Wisma :
 No rumah :
2 Registrasi 3 Sebutkannama 3 obyek (olehpemeriksa)
1detikuntukmengatakanmasing-
masingobyek.
Kemudiantanyakanpadaklienketigaobyek
tadi.(untukdisebutkan)
 Obyek : Pulpen
 Obyek : Kursi
 Obyek : Kertas
3 Perhatiandankalkulasi 5 Mintaklienuntukmemulaidariangka 100
kemudiandikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat.
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 Mintaklienuntukmengulangiketigaobyekpad
a no. 2 ( registrasi ) tadi. Bilabenar 1 point
untukmasing-masingobyek.
5 Bahasa 9 Tunjukanpadaklien
satubendadantanyakannamapadaklien
 Pulpen
 Kertas
Mintaklienuntukmengulangi kata-kata
berikut
“takadajika, dan, atautetapi”bilabenarnilai 1
point
- Pernyataanbenar 3 buah : takada,
dan, tetapi
Mintaklienuntukmengikutiperintahberikut
yang terdiridari 3 langkah :
 Ambilkertasditengahanda
 Lipatdua
 Taruhdilantai
Perintahkanpadaklienuntukhalberikut (
bilaaktivitassesuaiperintahnilai 1 )
 “Tutupmataanda”

Perintahkanpadaklienuntukmenulissatukali
matdanmenyalingambar.
 Tulissatukalimattidakbisa
 Menyalingambartidakbisa
TOTAL NILAI 30
Presentasi Hasil : a. Salah : 0 – 3-: Fungsi intelektual utuh

b. Salah 4 – 5 : kerusakan intelektual ringan

c. Salah 6 – 8 ; Kerusakan intelektual sedang

d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

c. Pengukuran tingkt depresi berdasarkan Ceriatrik depression scale

JAWABAN
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1. Apakah ibu /bapak sekarang merasa puas dengan kehidupannya
2. Apakah ibu/bapak telah bayak meninggalkan banyak kegiatan atas
kesenangan akhir-akhir ini.
3. Apakah ibu/bapak sering merasa hampa/ kosong di dalm hidup ini ?
4. Apakah ibu/ bapak sering merasa bosan ?
5. Apakah ibu/ bapak mempunyai pikiran jelek yang menggangu terus
menerus?
6. Apakah ibu/ bapak merasa mempunyai harapan yang baik di masa
depan?
7. Apakah ibu/ bapak memiliki semangat yang baik setiap saat
8, Apakah ibu/ bapak takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
anda ?
9. Apakah ibu/ bapak merasa bahagia sebagian besar waktu
10 Apakah ibu/ bapak sering merasa tidak mampu berbuat apa-apa
11. Apakah ibu/ bapak sering merasa resah dan gelisah
12. Apakah ibu/ bapak lebih senang tinggal di rumah dari padda keluar dan
mengerjakan sesuatu ?
13. Apakah ibu/ bapak sering merasa khawatir tentang mmasa depan?
14. Apakah ibu/ bapak akhir-akhir ini sering lupa?
15. Apakah ibu/ bapak pikir bahwa hidup ibu/bapak sekarang ini
menyenangakan? ?
16 Apakah ibu/ bapak sering merasa sedih dan putu?s asa?
17 Apakah ibu/ bapak merasa tidak berharga?
18 Apakah ibu/ bapak sering merasa khawatir tentang masa lalu?
19. Apakah ibu/ bapak mersa hidup ini menggembirakan?
20 Apakah ibu/ bapak merasa kesulitan memulai kkegiatan baru?
21 Apakah ibu/ bapak merasa penuh semangat?
22 Apakah ibu/ bapak merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan?
23 Apakah ibu/ bapak berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya
daripada bapak/ibu?
24 Apakah ibu/ bapak sering marah karena hal-hal sepele?
25 Apakah ibu/ bapak sering merasa ingin menangis?
26 Apakah ibu/ bapak sulit berkonsentrasi?
27 Apakah ibu/ bapak merasa senang waktu bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah ibu/ bapak tidak suka berkumpul di pertemuan sosial?
29 Apakah ibu/ bapak merasa mudah dalam mengambil keputusan?
30 Apakah ibu/ bapak masih tetap mudah dalam memikirkan Sesautu
seperti dulu?

Penilaian : 0-10 : not depression

11-20 : mild depressed

21-30 : severe depressed


7. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1.. DS : Proses menua
- Klien mengatakan ↓
mengalami susah tidur Umur yang bertambah
- Bila sudah bangun klien ↓
susah tidur lagi Arteriosclerosis
DO : ↓
- Klien tampak cemas Tahanan perifer meningkat
- Identifikasi masalah ↓
emosional positif Hipertensi

Resiko terjadinya gangguan
cerebro vaskuler
Sakit kepala
↓ Gangguan istirahat
Ganngguan rasa nyaman tidur
nyeri

Banyak yang dipikirkan



Emosional klien labil

Gelisah

Gangguan istirahat tidur
2 Ds: - klien mengatakan bahwa 1. Gangguan
dirinya merasa tidak bisa lagi
berbuat apa-apa konsep diri:
Do: os tampak murung
- Mudah marah harga diri
- Tampak mengurung diri
rendah

berhubungan

dengan

koping

individu tidak

efektif.
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Proses menua Resiko terjadinya
- Klien mengatakan sudah ↓ gangguan cerebro
lama mempunyai riwayat Umur yang bertambah vaskuler
penyakit hipertensi. ↓
- Klien mengatakan sering Arteriosclerosis
sakit kepala. ↓
DO : Tahanan perifer meningkat

Hipertensi

Resiko terjadinya gangguan
cerebro vaskuler
2. Sakit kepala

DS : Ganngguan rasa nyaman Gangguan rasa
- Klien mengatakan nyeri nyaman nyeri
mengalami susah tidur
3. - Bila sudah bangun klien Banyak yang dipikirkan Gangguan istirahat
susah tidur lagi ↓ tidur
DO : Emosional klien labil
- Klien tampak cemas ↓
- Identifikasi masalah Gelisah
emosional positif ↓
Gangguan istirahat tidur
.

Vous aimerez peut-être aussi