Vous êtes sur la page 1sur 66

Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

NAILUL AIZZA RIZQIYAH Keperawatan May 3, 2015 0 Comment

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN

BRONKOPNEUMONIA

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Klinik IIB

dengan dosen pengampu: Iis Rahmawati, S. Kep., M. Kes

Oleh:

Kelompok 6

Dwi Maulidiandari Endri NIM 132310101007

Karina Diana Safitri NIM 132310101019

Nailul Aizza Rizqiyah NIM 132310101032

Nuzulul Kholifatul Fitriyah NIM 132310101048


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah
makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun
masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.

Makalah tentang penyakit Bronkopneumonia ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Keperawatan Klinik 2B bagi Semester 3 Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas jember.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Iis Rahmawati, S. Kep., M. Kes. selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Klinik 2B ini. Serta bagi semua pihak yang turut
mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi
tentang penyakit terutama penyakt Bronkopneumonia. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami sendiri
sebagai penyusun.

Jember, 25 Oktober 2014 Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………
ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….
iv

BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1

 Latar Belakang……………………………………………………………………. 1
 Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 2
 Tujuan……………………………………………………………………………….. 2

BAB 2. TINJAUAN TEORI ………………………………………………………….. 3

 Pengertian Bronkopneumonia…………………………………………………. 3
 Epidemiologi Bronkopneumonia…………………………………………….. 4
 Etiologi dan Tanda Gejala Bronkopneumonia………………………….. 5
 Patofisiologi Bronkopneumonia………………………………………………. 6
 Komplikasi dan prognosis Bronkopneumonia…………………………… 9
 Penatalaksanaan Bronkopneumonia…………………………………………. 10
 Pencegahan Bronkopneumonia……………………………………………….. 10
 Pemerikasaan Penunjang Bronkopneumonia…………………………….. 11

BAB 3. PATHWAY……………………………………………………………………….
12

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN ………………………………………….. 13

 Pengkajian…………………………………………………………………………….. 13
 Diagnosa Keperawatan ………………………………………………………….. 19

4.3 Intervensi Keperawatan …………………………………………………………. 20

 Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………….. 28

BAB 5. PENUTUP………………………………………………………………………..
29

 Kesimpulan……………………………………………………………………………. 29

5.2 Saran…………………………………………………………………………………….
29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
30

BAB 1. PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Anak-anak sangat rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan oleh kuman, virus,
dan mikroorganisme lain. Faktor lingkungan merupakan salah satu penyebabnya. Anak sangat
suka bermain di dalam ataupun di luar rumah sehingga perlu memperhatikan lingkungan di
sekitar anak. Penyakit yang sering tejadi pada anak yaitu penyakit pada saluran pernafasan. Salah
satu penyakit saluran pernafasan pada anak adalah bronkopneumonia. Di negara maju penyakit
ini banyak ditemukan. Selain itu, di negara berkembang juga banyak ditemukan dan penyakit ini
merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun.

Bronkopneumonia proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta
mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih
area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas keperenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).

Penyakit bronkopneumonia di Indonesia berada di posisi kedelapan dari sepuluh penyakit yang
dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia setelah diare, demam berdarah dengue, tipoid,
demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia, hipertensi, ISPA. Peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif
yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan, upaya preventif
dilakukan dengan cara memberikan obat sesuai dengan indikasi yang di anjurkan oleh dokter,
dan upaya kuratif perawat dalam memulihkan kondisi klien dengan menganjurkan orang tua
klien unutk membawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
klien.

 Rumusan Masalah
o Apa definisi bronkopneumonia?
o Bagaimana epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia?
o Apa saja tanda dan gejala bronkopneumonia ?
o Bagaimana komplikasi dan prognosis bronkopneumonia?
o Bagaimana pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang
bronkopneumonia?
o Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan bronkopneumonia?

 Tujuan
o Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep bronkopneumonia pada anak.

 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bronkopneumonia;
2. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala serta patofisiologi bronkopneumonia;
4. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis bronkopneumonia;
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang
bronkopneumonia ; dan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan
bronkopneumonia.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

 Pengertian Bronkopneumonia

Menurut Muscary (2005), pneumonia merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang
mengganggu pertukaran udara. Diantara 100 anak, ada 2-4 anak yang menderita penyakit
Pnemonia dan itu lebih sering terjadi selama akhir musim dingin dan awal musim semi.
Pneumonia diklasifikasikan menurut agen etiologinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam
Terbitan (KDT) (1998) menyatakan, “pneumonia adalah suatu proses inflamasi atau peradangan
yang diklasifikasikan oleh area yang terlihat yaitu bronkopneumonia dengan viral sebagai
penyebabnya. ”

Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens
infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam
satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat
(Nursalam, 2005).

Dapat disimpulkan bahwa Brokopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai pada
bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda asing sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja dan bisa mengakibatkan kematian.

 Epidemiologi Bronkopneumonia Disease

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan
angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health
Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia,
nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor
3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.
Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan
merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka
kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika dengan cara invasif pun
penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan
memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia
diberikan antibiotika secara empiris.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas
bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP
Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita
rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita
rawat inap 58,8 % kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H.
Adam Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka
kematian antara 20 – 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh
penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

 Etiologi Bronkopneumonia Disease

Timbulnya bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa.


Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan, muntah atau inhalasi kimia,
merokok dan gas. Bakteri penyebab bronkopneumonia meliputi :

1. Bakteri gram positif


2. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan meningkat pada penderita
PPOM dan penggunaan alkohol).
3. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering menyebabkan infeksi
nasokomial).
4. Bakteri gram negatif
5. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak dan menyebabkan
gangguan jalan nafas kronis).
6. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar, trakeostomi, dan infeksi
saluran kemih).
7. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis).
8. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan kesadaran, gangguan
menelan).
9. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan penyakit kronis).
 Tanda dan Gejala Bronkopneumonia Disease

Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia, diantaranya
dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut:

1. Takipnea (nafas cepat)


2. Saat bernapas terdengar suara ronki
3. Batuk produktif
4. Menggigil dan demam
5. Sianosis area sirkumoral
6. Gerakan dada tidak simetris
7. Anoreksia
8. Malaise
9. Gelisah
10. Fatique
11. Frekuensi BAB bertambah / harinya

 Patofisiologi Bronkopneumonia Disease

Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke cairan
mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-
paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman
berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon
peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah
karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti peradangan
vaskular dan penurunan darah kapiler .

Gambar : Perbedaan bronkus normal dan bronkopneumonia

Sumber : (Reeves, 2001)

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru, penurunan
produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelektasis
serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan
ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya
darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.

Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus pirogen.
Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat
sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan
takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan
sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan
melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan
purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga
dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada
sehingga gerakan dada tidak simetris.

Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60
hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh
penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon
dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan,
yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar
selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi
napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat
pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat
dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih
di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis
ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.

Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi peningkatan asam
lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena
demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.

Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia ini masuk
lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh
pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah
pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan
menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran
nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi. Adanya infeksi
tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat, karena hal tersebut
membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena
demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

 Komplikasi dan Prognosis Bronkopneumonia Disease

2.6.1 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami bronkopneumonia terjadi akibat tidak
dilakukan pengobatan secara segera. Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada diantaranya
sebagai berikut:

1. Otitis media

Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah
sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah.

2. Bronkiektase

Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran
bronkus akibat tumpukan nanah.

3. Abses Paru

Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.

4. Empiema

Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri
maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.

 Prognosis

Prognosis dari penyakit bronkopneumonia yaitu dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein
dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah
lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan
pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka
malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
 Penatalaksanaan

Terapi dan Tindakan medis

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat
selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:

50. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau


diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
51. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan
Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
52. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan
dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
53. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

 Pencegahan Bronkopneumonia Disease

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan cara:

1. Mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya


bronkopneumonia
2. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
3. Meningkatkan sistem imun terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:

1. pola hidup sehat dengan cara makan makanan yang bergizi dan teratur, menjaga
kebersihan, beristirahat yang cukup, serta rajin berolahraga
2. melakukan vaksinasi seperti: Vaksinasi Pneumokokus, Vaksinasi H. Influenza,
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak utamanya anak dengan daya tahan
tubuh yang rendah, vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak
sakit.

 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

BAB 3. PATHWAYS

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian
1. Identitas klien

1. Nama : …
2. Umur : …
3. Suku/bangsa : …
4. Agama : …
5. Pendidikan : …
6. Alamat : …
7. Lingkungan tempat tinggal : …
8. Sumber air minum : …
9. Pembuangan sampah : …
10. Sumber air kotor : …
2. Keluhan utama

Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah sesak nafas. Sesak nafas yang muncul
akibat dari adanya eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus.

3. Riwayat Penyakit

1. Riwayat penyakit sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
1. Riwayat penyakit dahulu

Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi yang


menyebabkan sistem imun menurun.

1. Riwayat penyakit keluarga

Terdapat anggota keluarga menderita penyakit paru-paru atau penyakit infeksi saluran
pernafasan yang dapat menularkan kepada anggotanya, keadaan ini dapat memberikan petunjuk
kemungkinan penyakit tersebut diuraikan.

4. Riwayat Kehamilan

Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan atau kelainan pada
kehamilan/persalinan.

5. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Perkembangan
2. Anak merasa sedih karena tidak dapat berkumpul bersama teman sebayanya
3. Anak memilik keinginan untuk sembuh
4. Anak merasa bosan karena tidak dapat terlalu banyak beraktivitas
5. Pertumbuhan
6. BB anak menurun ½ kg setelah 3 hari dirawat
7. TB anak 98 cm
8. Riwayat Imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang diperlukan, diantaranya; BCG, DPT, Polio, Hepatitis
B dan Campak.

7. Riwayat psikososial spiritual

Riwayat psikososial merupakan respon anak terhadap penyakit dan dampak dari hospitalisasi
sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu takut dan menangis bila didekati oleh orang yang
tidak dikenal.

8. Pemeriksaan umum

Kesadaran compos mentis sampai koma, keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh 39-400C,
nadi cepat dan lemah, respirasi cepat dan dangkal, BB sesuai dengan umur.

9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia menurut Riyadi, 2009:

1. Kepala
2. bentuk kepala
3. warna rambut
4. distribusi rambut
5. ada lesi atau tidak
6. hygiene
7. ada hematoma atau tidak
8. Mata
9. sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)
10. kaji reflek cahaya
11. konjungtiva anemis atau tidak
12. pergerakan bola mata
13. Telinga
14. simetris atau tidak
15. kebersihan
16. tes pendengaran
17. Hidung
18. ada polip atau tidak
19. nyeri tekan
20. kebersihan
21. pernafasan cuping hidung
22. fungsi penciuman
23. Mulut
24. warna bibir
25. mukosa bibir lembab atau tidak
26. mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
27. reflek mengisap
28. reflek menelan
29. Dada
30. Paru – paru

Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu napas

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara paru ronchi

1. Jantung

Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri


Perkusi : Suara jantung terdengar redup

Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup

7. Abdomen
8. Inspeksi : bentuk, lesi
9. Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor kulit <3 detik
10. Perkusi : Suara abdomen timpani
11. Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
12. Ekstremitas
13. pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)
14. kelelahan (malaise)
15. kelemahan
16. CRT <2 detik dan keluhan
17. Genetalia dan anus
18. kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia mayora, klitoris)
19. fungsi BAB
20. fungsi BAK

10. Pemeriksaan Penunjang


1. Foto polos : ditemukan adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: ditemukan adanya proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah;
1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-
40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada
analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa
lobus
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
11. Keadaan Umum

Suhu : …………………

Nadi : …………………

TD : …………………
RR : …………………

12. Pola Fungsi Kesehatan

Mengenai pola fungsi kesehatan anak dengan penyakit bronkopneumonia meliputi:

1. Aktivitas/istirahatnya yang menimbulkan gejala fatigue dan insomnia, dengan tanda


letargi dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasinya yang menimbulkan gejala riwayat gagal jantung kronis, dengan tanda
takikardi dan penampilan keperanan atau pucat.
3. Integritas ego anak dengan bronkopneumonia akan menerima banyak stressor sehingga
menimbulkan maslah finansialnya.
4. Nyeri / Kenyamanan ditandai dengan sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk
myalgia, atralgia.
5. Anak akan timbul gejala kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM dan
ditandai dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk dan penampilan malnutrusi.
6. Anak merasakan sakit kepala pada bagian frontal yang ditandai dengan adanya perubahan
mental.
7. Anak merasakan nyeri pada bagian dada secara meningkat, batuk myalgia dan atralgia.
8. Pernafasan pada anak dengan bronkopneumonia akan dangkal menyebabkan pucat atau
sianosis bibir/kuku dan menggunakan bantuan otot aksesori, karena adanya sputum dan
pada perkusi ditemukan pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural dengan
bunyi nafas menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela.
9. Penyuluhan yang ditujukan untuk setiap pasien atau orang lain yang membutuhkan
bantuan.

 Diagnosa
1. Bersihan jalan napas tidak efektif d peningkatan produksi sputum
2. Pola nafas tidak efektifd hiperventilasi
3. Gangguan pertukaran gas d perubahan membran alveolar kapiler
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake dan tachipnea
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria


No Intervensi
Hasil
NIC :

Airway suction

a. Pastikan kebutuhan oral /


NOC :
tracheal suctioning
a. Respiratory status :
b. Auskultasi suara nafas
Ventilation
sebelum dan sesudah suctioning.
b. Respiratory status :
c. Informasikan pada klien dan
Airway patency
keluarga tentang suctioning
c. Aspiration Control
d. Minta klien nafas dalam
sebelum suction dilakukan.

e. Berikan O2 dengan
Kriteria Hasil :
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal
a. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
f. Gunakan alat yang steril
nafas yang bersih, tidak
Bersihan jalan nafas tidak sitiap melakukan tindakan
ada sianosis dan dyspneu
1 efektif b.d peningkatan
(mampu mengeluarkan
produksi sputum g. Anjurkan pasien untuk
sputum, mampu bernafas
istirahat dan napas dalam setelah
dengan mudah, tidak ada
kateter dikeluarkan dari
pursed lips)
nasotrakeal
b. Menunjukkan jalan
h. Monitor status oksigen
nafas yang paten (klien
pasien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
i. Ajarkan keluarga
pernafasan dalam rentang
bagaimana cara melakukan
normal, tidak ada suara
suksion
nafas abnormal)
j. Hentikan suksion dan
c. Mampu
berikan oksigen apabila pasien
mengidentifikasikan dan
menunjukkan bradikardi,
mencegah factor yang
peningkatan saturasi O2, dll.
dapat menghambat jalan
nafas

Airway Management

a. Buka jalan nafas, guanakan


teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu

b. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi

c. Identifikasi pasien perlunya


pemasangan alat jalan nafas
buatan

d. Pasang mayo bila perlu

e. Lakukan fisioterapi dada


jika perlu

f. Keluarkan sekret dengan


batuk atau suction

g. Auskultasi suara nafas, catat


adanya suara tambahan

h. Lakukan suction pada mayo

i. Berikan bronkodilator bila


perlu

j. Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

k. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

l. Monitor respirasi dan status


O2

NOC :
NIC :
Pola nafas tidak efektif b.d a. Respiratory status :
2
hiperventilasi Ventilation
Airway
b. Respiratory status :
Airway patency
Management
c. Vital sign Status
a. Buka jalan nafas, guanakan
Kriteria Hasil : teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu
a. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara b. Posisikan pasien untuk
nafas yang bersih, tidak memaksimalkan ventilasi
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan c. Identifikasi pasien perlunya
sputum, mampu bernafas pemasangan alat jalan nafas
dengan mudah, tidak ada buatan
pursed lips)
d. Pasang mayo bila perlu
b. Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien e. Lakukan fisioterapi dada
tidak merasa tercekik, jika perlu
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang f. Keluarkan sekret dengan
normal, tidak ada suara batuk atau suction
nafas abnormal)
g. Auskultasi suara nafas, catat
c. Tanda Tanda vital adanya suara tambahan
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, h. Lakukan suction pada mayo
pernafasan)
i. Berikan bronkodilator bila
perlu

j. Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

k. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

l. Monitor respirasi dan status


O2

Terapi Oksigen

a. Bersihkan mulut, hidung


dan secret trakea
b. Pertahankan jalan nafas
yang paten

c. Atur peralatan oksigenasi

d. Monitor aliran oksigen

e. Pertahankan posisi pasien

f. Onservasi adanya tanda


tanda hipoventilasi

g. Monitor adanya kecemasan


pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

a. Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR

b. Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

c. Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau berdiri

d. Auskultasi TD pada kedua


lengan dan bandingkan

e. Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan setelah
aktivitas

f. Monitor kualitas dari nadi

g. Monitor frekuensi dan irama


pernapasan

h. Monitor suara paru

i. Monitor pola pernapasan


abnormal

j. Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit

k. Monitor sianosis perifer

l. Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)

m. Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

NIC :
NOC :

a. Respiratory Status : Gas Airway


exchange
Management
b. Respiratory Status :
ventilation a. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
c. Vital Sign Status bila perlu

Kriteria Hasil : b. Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
a. Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan c. Identifikasi pasien perlunya
oksigenasi yang adekuat pemasangan alat jalan nafas
Gangguan pertukaran gas
buatan
3 b.d perubahan membran
b. Memelihara kebersihan
kapiler-alveolar
paru paru dan bebas dari d. Pasang mayo bila perlu
tanda tanda distress
pernafasan e. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
c. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara f. Keluarkan sekret dengan
nafas yang bersih, tidak batuk atau suction
ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan g. Auskultasi suara nafas, catat
sputum, mampu bernafas adanya suara tambahan
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) h. Lakukan suction pada mayo

d. Tanda tanda vital dalam i. Berika bronkodilator bial


rentang normal perlu
j. Barikan pelembab udara

k. Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

l. Monitor respirasi dan status


O2

Respiratory
Monitoring
a. Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi

b. Catat pergerakan dada,amati


kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal

c. Monitor suara nafas, seperti


dengkur

d. Monitor pola nafas :


bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot

e. Catat lokasi trakea

f. Monitor kelelahan otot


diagfragma (gerakan paradoksis)

g. Auskultasi suara nafas, catat


area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan

h. Tentukan kebutuhan suction


dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama

i. auskultasi suara paru


setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

NOC :

Nutritional Status : food


and Fluid Intake
NIC :

Kriteria Hasil :
a. Kaji adanya tanda dehidrasi
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan
b. Jaga kelancaran aliran infus
tujuan
c. Periksa adanya
b. Volume cairan normal
Risiko kekurangan volume tromboplebitis
cairan berhubungan dengan
c. Pengeluaran BAB
demam, menurunnya intake d. Pantau tanda vital tiap 6 jam
4 normal (tidak terjadi
dan tachipnea
peningkatan)
e. Lakukan kompres dingin jika
terdapat hipertermia suhu diatas
d. Tidak ada tanda
38 C
dehidrasi
f. Pantau balance cairan
e. Suhu tubuh normal
36,5-37 0C
g. Berikan nutrisi sesuai diit
f. Kelopak mata tidak
h. Awasi turgor kulit
cekung

g. Turgor kulit baik

h. Akral hangat

NOC :
Ketidakseimbangan nutrisi NIC :
kurang dari kebutuhan
Nutritional Status : food
tubuh b.d ketidakmampuan Nutrition Management
and Fluid Intake
pemasukan atau mencerna
5 makanan atau a. Kaji adanya alergi makanan
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor b. Kolaborasi dengan ahli gizi
Kriteria Hasil :
biologis, psikologis atau untuk menentukan jumlah kalori
ekonomi dan nutrisi yang dibutuhkan
a. Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan pasien.
tujuan
c. Anjurkan pasien untuk
b. Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tinggi badan
d. Anjurkan pasien untuk
c. Mampu meningkatkan protein dan
mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi
e. Berikan substansi gula
d. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi f. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
e. Tidak terjadi mencegah konstipasi
penurunan berat badan
yang berarti g. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)

h. Ajarkan pasien bagaimana


membuat catatan makanan
harian.

i. Monitor jumlah nutrisi dan


kandungan kalori

j. Berikan informasi tentang


kebutuhan nutrisi

k. Kaji kemampuan pasien


untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring

a. BB pasien dalam batas


normal

b. Monitor adanya penurunan


berat badan

c. Monitor tipe dan jumlah


aktivitas yang biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan

e. Monitor lingkungan selama


makan

f. Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam makan

g. Monitor kulit kering dan


perubahan pigmentasi

h. Monitor turgor kulit

i. Monitor kekeringan, rambut


kusam, dan mudah patah

j. Monitor mual dan muntah

k. Monitor kadar albumin, total


protein, Hb, dan kadar Ht

l. Monitor makanan kesukaan

m. Monitor pertumbuhan dan


perkembangan

n. Monitor pucat, kemerahan,


dan kekeringan jaringan
konjungtiva

o. Monitor kalori dan intake


nuntrisi

p. Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.

q. Catat jika lidah berwarna


magenta, scarlet
 Evaluasi

Pasien mampu:

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
6. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
7. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
8. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

BAB 5. PENUTUP

 Kesimpulan

Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung


udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

 Saran

Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:

1. Keluarga klien atau pasien

Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari anaknya yang menderita penyakit bronkopneumonia dan mampu menjaga kebersihan
lingkungan sehingga setiap anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit
bronkopneumonia.
1. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia utamanya dalam


memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak dengan bronkopneumonia dan
memberikan penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan
pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan
keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC

Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh Vidhia Umami.
2006. Jakarta: Erlangga

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika

Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh Alfrina


Hany. 2005. Jakarta: EGC

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Standar Perawatan Pasien: proses
keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Terjemahan oleh Susan Martin Tucker, et al. 1998.
Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta : EGC

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC


Askep Bronchopneumonia Pada Anak
BAB I

LANDASAN TEORITIS MEDIS

A. Defenisi

Bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagaian bawah yang mengenai
parenkim paru. Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama,tanda dan
gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia


adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

Pneumonia pada anak dibedakan menjadi :

1. pneumonia lobaris

2. pnuemonia intertisial

3. bronko pneumonia

Bronko pneumonia disebut juga pnuemonia lobaris, yaitu radang paru – paru yang disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur dan benda – benda asing.

B. Etiologi
Umumnya adalah bakteri, yaitu streptococcus pneumonia dan Haemophillus Influenza pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan
sangat progresif dengan mortilitas tinggi. Bronchopenomonia ada juga yang disebabkan oleh virus, yaitu
Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik dan ada juga yang disebabkan oleh jamur,
yaitu Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis,
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahantubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik
yang tidak sempurna.

C. Patofisiologi

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan
alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi
yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas
yang berpungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi
napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema
proses sebagai berikut:

Gambaran patofisiologi
D. Gejala Klinis
Bonkopneumonoia biasa nya di dahului oleh infeksi saluraran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu biasa nya mencapai 39-40°c. Anak sangat gelisah, dispea, pernafasan cepat dan dangkal
disertai dengan pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasa nya
tidak di jumpai di awal penyakit, anak akan mendapatkan batuk setelah beberapa hari, dimna pada
awlanya berupa batuk kering kemudian menjadi batuk produktif.

E. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test
resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya.
b. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi.
c. pemeriksaan darah: Hb di bawah 12 gr %,
d. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

F. Penatalaksaan medis
o Oksigen 1-2L/menit
o IVFD dekstose 10%: nad 0,9 %: 3:1 + kcl 10 mEq/500 ml cairan ,jumlah cairan sesuai BB, kenaikan suhu
,status dehidrasi.
o jika sesk terlalu hebat ,bisa di berikan makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan
feeding drip.
o koreksi ganguan asam basa elektrolit

G. Komplikasi
Komplikasi dari bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat
kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu
tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik.
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

BAB II

LANDASAN TEORISTIS KEPERAWAATAN

A. DATA DASAR PENGKAJIAN


Aktivitas/istirahat

Gejala : lemah, kelelahan, insomia

Tanda : letargi penurunan toleransi terhadap aktivitas

Sirkulasi

Gejala: riwayat adanya/ GJK kronik

Tanda : takikardi tampak kemerahan atau pucat

Itegritas ego

Gejala : adanya stresor, masalah finansial

Makanan atau cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah riwaya DM

Tanda : distensi abdomen, hipertensi bunyi usus, kulit kering dengan tugor buruk tampak malnutrisi

Neuro sensori

Gejala : sakit kepala daerah prontal/infuenza

Tanda : perubahan mental/bungung/somolen.

Nyeri kenyamanan

Gejala : sakit kepala nyeri dada/plauritik, meningkatkan oleh batuk

Tanda : melindungi area yang sakit pasien umumnya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi gerak.

Pernafasan

Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok, takipnea, dipsnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal.

Tanda : sputum merah muda berkarat atau puruler, perkusi pekak diatas area yang kosolidasi dan premitus taktil
dan vokal bertahap meningkat dengan konsulidasi bunyi nafas menurun tidak ada diatas area yang
terlibat.

Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam 38,5-39 0C

Tanda : berkeringat mengigil beulang, gemetar.

Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan akohol kronis.

Pertimbangan : dorongan menunjukan lama dirawat 6-8 hari

Rencana pemulangan : bantuan perawatan diri tugas pemeliharaan rumah.


BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS ANAK

Nama : An. Agil


Anak ke : 3 Dari 3 Bersaudara
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 2 Tahun
Tempat Lahir : Padang
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 8 Januari 2011
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2011
Diagnosa Medis : BP

2. GENOGRAM

Ket :

: laki-laki
: perempuan

: meninggal

:pasien

:tinggal serumah

3. RIWAYAT MASA LAMPAU

Penyakit yang pernah diderita : Deman biasa, Batuk, Pilek


Alergi : Udang
Kecelakaan : Belum Pernah mengalami
Imunisasi : Campak(+), TT(-), BCG(-), DPT (-), POLIO(-).
Tidakan yang dilakukan : Tidak Ada
Pernah dirawat : Belum pernah
Lama dirawat : Tidak ada

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Orang Tua : Thypus


Saudara Kandung : 6 Bersaudara Si ibu anak ke 4
Penyait Keturunan : Tidak ada
Anggota Klrg yg meninggal : Kakak Pasien
Penyebab : Setelah 4 (empat) hari Post Operasi

5. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI


SEBELUM MASUK SESUDAH MASUK
NO JENIS KEBUTUHAN
RS RS

A. NUTRISI

a. Makanan yang di sukai Sejenis Makanan Tidak ada nafsu


ringan makan
b. Makanan yang tidak di sukai

c. Makanan Pantangan
Udang Permen, minyak
d. Nafsu Makan
Selaera makan Anoreksia
e. Porsi Makan yang di habiskan ada
Tidak ada nafsu
f. Alat Makan yang di pakai sikit, tapi sering makan

Piring, Tangan Piring, di sulang


oleh ibu nya

B. Minuman

a. Jumlah Minuman dalam sehari ± 4 gelas sehari Input cairan ± 3


gelas sehari
b. Minunam Kesukaan

Minuman yang
tidak streril (X-tea,
montea dan
sebagai nya)

c. Hal –hal yang menghambat dalam Kurang minum


pemenuhan cairan

C. Pola Tidur

a. Tidur siang……jam ± 5 jam Tidak tentu

b. Tidur malam…jam ± 8 jam Pola tidur


terganggu

Gelisah
c. Kebiasaan tidur Sering ngigau
D. Kebersihan Diri

a. Mandi

o Mandi………x/hari 2x sehari Belum ada

o Peralatan mandi yang dipakai Sabun Air hangat


(menyeka)

o Dibantu oleh keluarga/ perawat/


mandiri Belum ada sama
Ibunya sekali

b. Rambut

o Cuci rambut
Tidak ada
o Pakai shampoo
2x sehari Tidak ada
Jhonson kid
c. Sikat Gigi

o Berapa x/ hari
Tidak ada
o Memakai odol
2x sehari Tidak ada
Pepsoden
d. Mengganti pakaian

o Berapa x/ hari
1x
2x sehari
E. Eliminasi

a. BAB

o Berapa kali sehari Tidak teratur Belum ada BAB

o Warna BAB Coklet kehitaman Belum ada BAB

o Konsistensi Padat, sedikit Belum ada BAB


mengejan

Khas
o Bau Belum ada BAB

Sering
b. BAK
Kuning
o Berapa kali sehari Sering
Khas
o Warna BAK Kuning

o Bau Khas

F. Pola Aktifitas Bermain Bermain bola, Tidak ada aktifitas


motor – motoran,
(Sesuai umur) canda dan tawa
sama ibu dan
ayahnya

G. Psikologi Perkembangan

( D.D.S.T )

o Motorik halus Ada Tidak dijumpai

o Motorik kasar Ada Tidak dijumpai

o Sosial Baik Tidak merespon


perawat

Padang
o Bahasa Padang
H. Pengetahuan orang tua Kesehatan Kurang Kurang
pengetahuan pengetahuan
tentang penyakit tentang penyakit
pada anaknya pada anaknya

I. Keadaan kesehatan saat ini

o Diagnosa Medis BP BP

o Status Nutrisi Adekuat Tidak adekuat

o Status Cairan Tidak adekuat Tidak adekuat

o Status Kebersihan Baik Kurang baik

J. Data Penunjang

6. o Laboratorium Tidak ada Tidak ada

o Radiologi Tidak ada Tidak ada

K. Terapi/ Obat - obatan OBH -Ambroxol

(dari pertama
masuk ruangan
sampai hri selasa)

Rabu-sabtu

-Inj.Ampicillin 350
gram / 8 jam /iv

-chloramfenicol
200gr/8 jam/IV

- Ambroxol 40gr
3x1 + salbutamol

PEMERIKSAAN FISIK
1. TB/BB :83 cm/10,5 kg

2. Kepala
a. Bentuk : normal
b. Rambut : normal, tidak kering

3. Mata
a. Pupil : normal
b. Seklera : anemis
c. Konjungtiva : pucat
d. Ketajaman Penglihatan : 6/6 normal
e. Reflek Cahaya : ada
f. Pemakaian alat bantu : tidak dijumpai

4. Hidung
a. Polip : tidak dijumpai
b. Pendarahan : tidak dijumpai
c. Penciuman : normal
d. Peradangan : tidak dijumpai
e. Fungsi Penciuman : normal

5. Mulut
a. Bau :(-)
b. Mukosa gusi : merah
c. Peradangan : tidak dijumpai
d. Gigi : kurang baik
e. Perdarahan : tidak dijumpai
f. Kebersihan : ya
g. Pungsi pengecapan : di jumpai
h. Kemampuan menelan : aktif

6. Gigi
a. Jumlah : 28
b. Gigi berlubang : ada
c. Caries : tidak dijumpai

7. Tonsil
a. Peradangan : tidak dijumpai
b. Lidah : bercak putih
c. Bibir : kering

8. Telinga
a. Seruman : ada
b. Cairan : tidak dijumpai
c. Peradangan : tidak dijumpai

9. Jantung
a. Bunyi jantung : S1, S2 (veskuler)
b. Irama jantung : lub dub lub dub
c. Nyeri dada : tidak dijumpai

10. Leher
a. Kelenjar getah bening : ada
b. Kelenjar tiroid : ada tapi pelan
c. Vena jugularis : teraba

11. Paru-paru
a. Bentuk paru : normal
b. Bunyi nafas : wheezing, ronkhi
c. Irama pernafasan : ireguler
d. Kembangkan : tidak mengembang secara sempurna

12. Abdomen
a. Inspeksi : simetris
b. Palpasi : tidak ada nyeri
c. Perkusi : gembung
d. Auskultasi : tidak terdengarnya bising usus dengan menggunanakan
stetoskop

13. Genetalia : normal

14. Kulit : normal

15. Ekstrimitas
a. Bentuk kekuatan : ada
b. Rentang gerak : aktif
c. Refeks : babiski ( - ), patella (+)

16. Tanda-tanda vital :


17. Kepandaian anak sekarang :motorik keras
18. Tanda-tanda vital sign :
19. Tingkat kesadaran :composmentis
20. Kesadaran umum :

BAB III

LAPORAN KASUS

A. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds: Penumpukan secret di Bersihan jalan nafas


jalan nafas tidak efektif
o ibu mengatakan An.Agil batuk
berdahak.

Do:

o RR : 36 x/i

o Wheezing (+)

o Sianosis (-)

o Ronki basah (+)

o Batuk (+)

o O2 = 2 L / i

o Dahak (+)

o Adanya cairan encer berwarna


putih

o Nebule ventolin ½ A & Nacl 0,9 %


(1:1)

o Klien terpasang O2 1-2L/menit

Ds:
Proses inflamasi Hipertermi
2. o Ibu ps mengatakan An. Agil

demam
Do:

o Temp : 38,5 ° C
o Mengigil (-)
o Kejang (-)
o Klien tampak lemah , pucat
o Klien tidak dapat ber aktifitas
o Klien tidak bisa merespon perawat
dengan baik
o Batuk (+)
o Rewel

Ds:

o ibu ps mengatakan An. Agil jarang


minum
Do :

o N : 98x/i
o RR : 26X/I
o BB: 10 Kg
o Turgor Kulit Kering
o Mukosa bibir kering
o Lemah, pucat (+)
o Jumlah inteke ±1 liter

3. o Jumlah auput ±1 liter Tidak adekuat intake Kurang nya volume


Ds: dan output cairan cairan tubuh

o Ibu mengatakan An. Agil tidak ada


nafsu makan selama di RS
Do:

o Lemas
o Porsi ¼ pirin
o penurunan volume feses
o Distensi Abdomen
o Berat badan sebelum masuk RS
13kg. sesudah masuk RS 10,5 kg.
o Diet yang diberikan M2
o Muntah (-)
Perubahan nutrisi

4. anoreksia kurang dari


kebutuhan tubuh

B. PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di tandai dengan batuk
produktif.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi di tandai dengan lemah & pucat.
3. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi di tandai dengan Integritas kulit.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
NO DIAGNOSA RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATA
N TUJUAN INTERVENSI

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan o kaji frekuensi / kedalaman dan gerakan dada.o Melihat adanya
nafas tidak perawatan selama 3x 24 jam
efektif. Bersihan jalan nafas kembali o Anjurkan ibu memberikan posisi senyaman o Melegakan jala
efektif dgn kriteria hasil : mungkin.
sekret dapat keluar.
o Observasi karekteristik batuk.
o Memperbaiki k
o Berikan Expectoran 3x1 sehari .
o Membantu me
Setelah dilakukan tindakan
Hipertermi. perawatan selama 3x 24 jam
hipertermi teratasi dgn o Kaji perubahan vital sign.
2. o Untuk mengeta
kriteria hasil: suhu tubuh
o Anjurkan berikan paracetamol 3x1 sehari. demam.
kembali normal.
o Berikan konpress air hangat. o Untuk menurun

o Anjurkan pasien untuk beristirahat. o Menurunkan de


sirkulasi darah
Setelah dilakukan tindakan
o Membantu pen
perawatan selama 3x 24 jam
Kurang dehidrasi teratasi dgn kriteria
3. volume cairan hasil: volume cairan elektrolito berikan penkes pada keluarga pasien agar
tubuh. dalam tubuh terpenuhi. pasien di beri minum sesering mungkin. o Untuk memenu
menurunkan r
o Berikan cairan oral sedikit nya 2500/hari atau
sesuai kondisi individual. o Indikator langsu
cairan meskipu
o Kaji turgor kulit, kelembaban , membran
mukosa(Bibir,lidah). o Adanya gejala i

o Catat laporan mual dan muntah. o Menilai status d


asam basa dan
o Kaji tanda vital,tanda dan gejala dehidrasi.
o Pemberian oba
Setelah dilakukan tindakan o Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
penting penye
perawatan selama 3x 24 jam
masalah teratasi dgn kriteria
hasil: asupan nutrisi adekuat.
o Untuk mengeta
o Kaji status nutrisi pasien. pasien.

Perubahan
o Anjurkan pasien untuk sering makan. o Untuk pemenu
4. nutrisi kurang
dari o Tanyakan makanan kesukaan pasien. o Untuk memban
kebutuhan
tubuh. o Timbang berat badan pasien. o Untuk mengeta

o Kolaborasi ahli gizi. o Untuk menentu

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N No. Dx Hari/Tgl/Ja Implementasi Evaluasi Paraf


o m

1 I Senin/10- o menganjurkan pada keluarga Ps S:


01- untuk melakukan batuk efektif
2011/11.20 dgn menekan dada. o Ibu ps menyetujui anjuran
wib penkes dari perawat
o Menganjurkan keluarga ps
O:
berikan posisi senyaman
mungkin pada An agil dgn posisi o keluarga ps mempraktekkan
semi fowler. posisi tidur semi fowler
wizeeng (+) ronkhi kering (+)
o Ajarkan keluarga ps untuk
batuk (+) O2 =2 L/i
melakukan fisioterapi dada.
o Keluarga ps melakukan batuk
o Anjurkan pada kluarga untuk
efektif dan
minum air hangat.
memperaktekannya.
o Klien terpasang O2 1-2L/Menit
o Keluarga ps antusias dan
o Kaji TTV, pernafasan, irama dan kooperatif saat perwat
kedalaman nafas memberikan penkes.

A:

o Masalah jalan nafas belum


teratasi.

P:

o Intervensi di lanjutkan

o kaji ulang batuk, penumpukan


sekret.

o Berikan posisi senyaman


mungkin.

o Kaji ulang TTV

2 II Senin/10-1- o Menganjurkan kelurga ps S:


. 2011/10.40 memberikan minum sesering
wib o Keluarga ps menerima anjuran
mungkin pada An agil.
atau penkes dari perawat
o Menganjurkan keluarga ps untuk
O:
memberikan kompres air hangat.
o T:37,5
o Menganjurkan keluarga ps
memberikan paracetamol 3x1
o RR:28X/i
sehari.
o Lemah, pucat (+), tidak dapat
o Menganjurkan kelurga ps
beraktivitas, batuk (+)
menyeka ekstrimitas atas
maupun bawah. o Keluarga ps kooperatif dalam
memperaktekan penkes dari
o Bekerja sama dengan tim medis
perawat.
tuk memberikan anti piretik
pada pasien A:

o Masalah belum teratasi

P:

o Melanjutkan pengkajian pada


ps An agil.

o Anjurkan kelurga ps
memberikan minum sesering
mungkin pada An agil.
o anjurkan keluarga ps untuk
memberikan kompres air
hangat.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat.

3 III senin/11-1- o Menganjurkan keluarga ps An S:


. 2011/10.40 agil untuk memberikan minum
Wib o Keluarga ps mengatakan An agil
sesering mungkin.
kurang minum.
o Menganjurkan keluarga ps An
O:
agil untuk banyak mengkonsumsi
buah yang mengandung vit o BB : 10.5 kg
E(Apel, bengkoang).
o Pengeluaran urin lancar
o Kaji berat badan
o Tugor kulit jelek
o Mengkaji turgor kulit setelah dan
sebelum diberikan masukan o Lemah (+)
cairan.
o Pucat (+)
o Kolaborasi dgn dokter dan
A:
perawat ruangan yang sedang
bertugas o Masalah belum teratasi

P:

o intervensi di lanjutkan

o kaji turgor kulit ps

o anjurkan pda keluarga untuk


minum sesering mungkin
dengan air hangat

o Pantau masukan dan


pengeluaran cairan

o Kolaborasi dengan tim medis

4 IV Senin /12- o mengkaji status nutrisi S:


. 1-
2011/09.45 o menganjurkan pasien untuk o Ibu ps mengatakan An. Agil
sering makan. sudah mau makan.
o Memberikan makanan kesukaan O:
pasien.
o Berat badan bertambah 1,5 kg
o Menganjurkan pada keluarga ps
untuk makan penuh protein, dano Pasien tampak segar
makan buah2an. o Tugor kulit baik.
o Mengkaji berat badan. o Dapat beraktivitas.
o Kolaborasi dengan ahli gizi A:

o Masalah kekurangan nutrisi


belum teratasi.

P:

o Intervensi di lanjutkan.

o Kaji status nutrisi


o Kaji BB
o Kolaborasi dengan ahli gizi.

S : ibu ps mengatakan sesak


agil sudah kurang, tapi batuk
nya masih parah
5 I Selasa/ 13-
. 1-2011/
o Mengkaji batuk, penumpukan
11.00
sekret di jalan nafas O : - Batuk (+), warna
o Memberikan posisi senyaman putih jernih.
mungkin untuk membebaskan o Ibu pasien mempraktekkan pa
jalan nafas. yg di anjurkan oleh perawat
o Kaji ulang TTV, frekuensi dan tentang fisioterapi dada
kedalaman nafas
o Menganjurkan pasien untuk o Wheezing (+), Ronki (+)
minum air hangat.
o RR : 28*/i
o Kolaborasi dengan tim medis
o Sesak berkurang, O2 tidak
terpasang.

o Terapi medis :

o Ambroxol syr + salbutamol

o Inj. Cloramfenicol
A : Masalah sudah mulai
teratasi

P: Intervensi di lanjutkan

- Kaji pernafasan dan


karekteristik batuk

- Beri posisi semi fowler pada


o Anjurkan kelurga ps memberikan pasien
minum sesering mungkin pada - Kolaborasi dengan tim medis
An agil.

o anjurkan keluarga ps untuk


memberikan kompres air hangat.

II Selasa/13-o Kolaborasi dengan tim medis


1-2011/ dalam pemberian obat.
6
11.00
. S : ibu pasien mengatakan An.
Agil sudah tidak demam lagi.

0 : T : 36,2 °C

Batuk (+)

o Mengkaji turgor kulit ps


o Menganjurkan pda keluarga untuk
minum sesering mungkin dengan
A : Masalah sudah teratasi
air hangat
o Memantau masukan dan
pengeluaran cairan
o Memberikan suasana yang aman P : Intervensi di hentikan
dan tenang.
Kolaborasi dengan tim medis

III Selasa/13-o Kaji status nutrisi


1- o Makanan yang di sediakan rumah
7 sakit habis ½ dari porsi yang di
. 2011/11.00 sediakan dengan diet M2.
o Kaji BB
S : Ibu pasien mengatakan agil
o Kolaborasi dengan ahli gizi.
sudah mau minum

O : turgor kulit baik

Pengeluaran urin : lancar

Minum ± 2 aQua besar


dalam sehari ± 2500 L

Cairan parenteral Ecosol RL/


12 jam

Wajah tampak mulai segar

IV A : Masalah sudah teratasi.

Selasa/13-
1-
8 P : Intervensi di hentikan.
2011/11.00
.

- Kaji pernafasan dan karekteristik


batuk
- Beri posisi semi fowler pada S : Ibu ps mengatakan nafsu
pasien makan An.agil sudah mulai
- Kolaborasi dengan tim medis meningkat.

O : - Makanan yang di
sediakan rumah sakit habis ½
dari porsi yang di sediakan
dengan diet M2.
7.
- BB meningkat menjadi 11 kg
5.
- Selain nasi dari rumah sakit
6. pasien juga makan nasi yang di
beli ibu nya.

- Lemah (+)
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

I o Kaji Status Nutrisi


o Kolaborasi dengan ahli gizi
Rabu / 14- o Kaji Status Nutrisi
1-2011
o Kolaborasi dengan ahli gizi

9
.

S : ibu ps mengatakan agil


sudah tidak swsak

O: - Batuk (-).

o Ibu pasien mempraktekkan pa


yg di anjurkan oleh perawat
tentang fisioterapi dada
o Wheezing (-), Ronki (-)
o RR : 26x/i
o Sesak (-)
o O2 tidak terpasang.
o Ambroxol syr + salbutamol (+)
o Inj. Cloramfenicol (+)
A : Masalah teratasi
IV
Rabu / 14-
1-2011 P: Intervensi di hentukan

S : Ibu ps mengatakan pasien


sudah mau makan.

O : - Makanan yang di
sediakan rumah sakit habis 1
dari porsi yang di sediakan
dengan diet M2.

- BB meningkat menjadi 12 kg
- Selain nasi dari rumah sakit
7. pasien juga makan nasi yang di
beli ibu nya.
- Lemah (-)

A : Masalah teratasi

P : Intervensi di hentikan

ASKEP KEPERAWATAN
Jumat, 11 Mei 2012
ASKEP BRONKOPNEUMONIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“ Tiada yang lebih berharga dari nikmat hidup sehat “

Suatu ungkapan yang selalu menjadi patokan setiap orang untuk memperoleh hidup sehat
yang optimal. Di Era globalisasi ini dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat ini, ada begitu
banyak penyakit yang muncul yang sering membawa keresahan bagi masyarakat, karena dengan
begitu cepat dapat merenggut nyawa seseorang. Penyakit tidak pernah mengenal usia, siapapun bisa
menjadi tempat sarangnya, entahlah ia bayi, anak, remaja, maupun orang dewasa. Itulah sebabbnya
sehingga setiap orang selalu berupaya untuk mempertahankan kesehatannya.

Melihat masalah diatas, sudah seharusnya setiap perawat dapat memberikan pelayanan
perawatan yang profesional pada masyarakat. Untuk itu kami mengangkat masalah dalam makalah
ini yaitu Asuhan Keperwatan Pada Anak Dengan Bronkopneumoni yang sekiranya bisa membantu
perawat dalam mengatasi masalah perawatan pada anak menderita bronkopneumoni.
B. Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis untuk memberikan pengetahuan yang lebih jelas tentang penyakit
bronkopneumoni pada anak kepada setiap pembaca lebih khusus pada tenaga perawat.

Selain itu makalah ini juga disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Anak I “
dari Ibu Jeane Utina, Spd, A Kep.

C. Batasan Makalah

Dalam penulisan makalh ini, penulis hanya membatsi pada Konsep Dasar Bronkopneumoni
dan Asuhan Keperawatan pada anak dengan Bronkopneumoni yang disusun secara teoritis.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi
kepustakaan dengan mempelajari buku-buku medis dan keperawatan yang berhubungan dengan
bronkopneumoni, serta menggunakan metode diskusi.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

1. Defenisi
Bronkopneumoni adalah suatu inflamasi akut yang umum terjadi pada parenkim paru yang
lobular.

2. Tanda Dan Gejala

Penderita bronkopneumoni menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut:

- Suhu badan meningkat sampai 39 – 40ºC

- Sesak nafas

- Dispneu

- Taki kardi

- Pernafasan cepat dan dangkal

- Pernafasan cuping hidung

- Redup pada perkusi

- Ronki basah halus nyaring/ronki sedang

- Batuk dan kering sampai produktif

- Muntah dan diare

- Sianosis disekitar mulut dan hidung

- Sakit kepala, malaise dan mylgia

- Gelisah

3. Etiologi

Bronkopneumoni disebabkan oleh bakteri pneumococcus

4. Patofisiologi

Bakteri Pneumococcus

Dropplet infeksi

Proses inflamasi

Respon inflamasi

Edema alveolar Pembentukan exudat

Alveoli dan bronkiolus terisi cairan exudat, sel darah dan fibrin bakteri

Bronkopneumoni

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk penderita bronkopneumoni adalah:

- Istirahat di tempat tidur

- Posisi yang nyaman

- Diberi O2 bila gelisah/sianosis

- Kompres dingin

- Diberi cairan infus: biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 :
1 ditambah larutan KCl W mEg / 500 ml / botol infus

- Medikamentosa:
Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan kloramferikol 50 – 70 mg/kg BB/hari atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas
demam 4 – 5 hari.

6. Komplikasi

Dengan penggunaan antibiotik, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat
dijumpai ialah empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis, perikarditis,
osteomiclitis, peritonitis namun jarang ditemui.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas pasien

Nama :

Umur :
Jenis Kelamin :

Alamat :

Agama :

Suku/Bangsa :

Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

Ruangan :

Diagnosa Medis :

No. Med. Rec :

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama Ayah :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Umur :

Nama Ibu :

Agama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :
b. Riwayat Kesehatan:

1) Riwayat kesehatan sekarang:

a. Keluhan utama : Biasanya keluhan utama yang membuat orang tua pasien membawa anaknya ke
Rumah Sakit adalah sesak nafas

Riwayat keluhan utama: -

c. Keluhan yang menyertai : Keluhan lain yang biasanya menyertai keluhan utama adalah suhu badan
meningkat, batu dan kejang-kejang karena demam yang tinggi. Selain itu pasien juga mengalami
muntah dan diare.

d. - Keadaan umum : Keadaan umum pasien dengan bronkopneumoni biasanya tampak lemah dan
gelisah.

- TTV : Respirasi cepat dan dangkal, takikardi, suhu badan meningkat

- TB :

- BB :

2) Riwayat kesehatan dahulu :

a. Riwayat kehamilan/persalinan : Penyakit bronkopneumoni tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan


atau kelainan pada kehamilan/persalinan

b. Riwayat tumbang:

c. Riwayat imunisasi:

3) Riwayat keluarga :

Biasanya dalam keluarga pasien, ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.

4) Riwayat sosial :

Siapa yang merawat anak dan hubungannya dengan anak sangat mempengaruhi terjadinya
bronkopneumonia.

5) Riwayat kesehatan lingkungan :


Anak yang tinggal dirumah yang kecil/sempit dan penghuninya banyak dengan salah satu
penghuninya telah terinfeksi oleh bakteri pneumococcus, lebih mudah untuk terinfeksi/terjangkit
sampai terjadi bronkopneumoni.

Sumber air minum, pembuangan sampah dan air kotor juga bisa mempengaruhi terjadinya
brokopneumoni yang bisa dibawa oleh bakteri.

6) Kebutuhan dasar

a) Pola nafas : Pasien dengan bronkopneumoni mengalami pernafasan sempit dan dangkal, pernafasan
cuping hidung, dengan irama inreguler.

b) Pola makan : Pasien sering tidak mau makan atau minum karena batu dan sesak, bahkan sampai
dimuntahkan kembali makanan yang dimasukkan.

c) Pola eliminasi : Biasanya pola eliminasi pasien terganggu karena adanya perubahan pola makan,
intake yang kurang dan pasien bisa diare.

d) Pola istirahat dan tidur : Pasien sering tidak bisa tidur dengan nyenyak karena apabila sesak nafas
atau batuk, pasien terbangun.

e) Pola aktivitas : Biasanya tergantung pada tahap perkembangannya, misalnya bermain dengan
warna-warna terang, kontak mata antara anak dengan orang tuanya. Namun jika pasien dengan
pasien bronkopneumoni, kurang beraktivitas.

f) Pola kebersihan diri : Untuk pemenuhan kebersihan diri pasien, biasanya dilakukan oleh orang
tuanya dan dibantu oleh perawat.

7) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : Pasien tampak lemah dan gelisah

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV :

TD : Meningkat

N : Takikardi

R : Cepat dan dangkal

SB : Meningkat
TB :-

BB :-

d) Kepala : Kulit kepala biasanya lembab, rambut basah/berminyak

1) Mata : Gerakan bola mata seringkali tegang, panas yang tinggi dapat menyebabkan konjungtiva
anemis

2) Telinga : -

3) Hidung : Biasanya ada sekret/beringus, sianosir, cuping hidung.

4) Mulut : Sianosis, bibir kering

5) Kulit : Biasanya turgor kulit jelek kekurangan volume cairan

e) Thorax dan perut

1) Thorax :

 Inspeksi :

 Palpasi :

 Perkusi :

 Auskultasi :

2) Perut :

 Inspeksi :

 Palpasi :

 Perkusi :

 Auskultasi :

3) Jantung :

f) Genetalia :

g) Anus :

h) Ekstemitas : Panas pada perabaan


i) Neurolog : Pasien biasanya masih berespon terhadap refleks fisiologis

j) Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks : Pada Foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus. Jika pada pneumoni lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus.

2. Pemeriksaan laboratorium : Gamburan darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai


15.000-40.000/mm³ dengan pergeseran kekiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan
tenggorok, dan mungkin juga dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak nialin. Analisis gas darah arteri dapat
menunjukkan osidisis metalistik dengan atau tanpa retensi CO2.

2. Klasifikasi Data

Pasian dengan bronkopneumoni biasanya ditemukan data-data sebagai berikut:

 Data subjektif :

- Orang tua mengatakan bahwa anaknya sesak nafas, panas, batuk

- Orang tua mengatakan bahwa anaknya muntah saat makan

- Orang tua mengatakan anaknya sulit tidur kalau batuk dan sesak

- Orang tua mengatakan mengerti dengan proses penyakit anaknya

- Orang tua mengatakan belum tahu cara perawatan bagi anaknya.

 Data objektif :

- Keadaan umum : Tampak lemah

- Suhu badan meningkat

- Sesak nafas

- Tampak gelisah

- Pernafasan cepat dan dangkal


- Pernafasan cuping hidung

- Dispnea

- Takikardi

- Batuk produktif

- Ronki

- Redup pada perkusi

- Sianosis di sekitar mulut dan hidung

- Bibir kering

- Muntah

- Sulit tidur

- Sering menangis

- Gerakan bola mata tegang

- Konjungtiva anemis

- Orang tua tampak cemas

- Orang tua bertanya tentang proses penyakit anaknya

- Orang tua bertanya tentang perawatan anaknya.

3. Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

DS:
1 Orang tua pasien Respon inflamasi Bersihan nafas
mengatakan bahwa tidak efektif

anaknya sesak nafas
Pembentukan edima
DO: - Pasien sesali

- Dispnea Peningkatan produksi
sputum
- Pernafasan cepat dan
dangkal ↓

- Pernafasan Cuping Kurangnya suplay O2


Hidung

- Ronki
Bersihan jalan nafas tidak
- Batuk Produktif efektif

- Takikardi

DS:
2 Orang tua pasien Respon inflamasi Kurangnya
mengatakan bahwa volume cairan

anaknya muntah saat
makan Demam, berkeringat
banyak, muntah
DO: - Suhu badan meningkat

- Sianosis
Kehilangan cairan
- Bibir kering

- Takikardi
Intake kurang
- Muntah

- Konjungtiva anemis
Kurangnya volume cairan

DS:
3 Orang tua pasien Rangsangan berupa Gangguan pola
mengatakan bahwa peningkatan frekuensi tidur
anaknya sulit tidur nafas dan batuk
produktif
DO: - Sesak nafas

- Batuk
Merangsang susunan
- Tampak gelisah
saraf
- Sulit tidur ↓

- Konjugtiva anemis Mengaktifkan kerja organ

- Gelisah ↓

- Sering menagis REM menurun

Pasien terjaga

Gangguan pola tidur

DS:
4 Orang tua pasien Kurangnya informasi Ansietas orang
mengatakan tidak tua

mengerti dengan prose
penyakit anaknya Kurangnya pengetahuan

DO: - Anak sesak nafas ↓

- Anak tampak gelisah Ansietas orang tua

- Anak tampak lemah

- Gerakan bola mata


tegang

- Orang tua bertanya-


tanya tentang proses
penyakit anaknya

DS:
5 Orang tua pasien Kurangnya informasi Kurangnya
mengatakan belum tahu pengetahuan

cara perawatan anaknya orang tua
Kurangnya pengetahuan tentang
DO: - Orang tua bertanya-tanya
tentang cara perawatan perawatan
tentang cara perawatan
anak anaknya
anaknya
4. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan peningkatan produksi sputum

2. Kurangnya volume cairan dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan demam dan intake yang kurang

3. Gangguan pola tidur sehubungan dengan batuk dan sesak nafas

4. Ansietas orang tua berhubungan dengan sesak nafas anak dan hospitalisasi

5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang cara perawatan ananya sehubungan dengan kurangnya
informasi

Vous aimerez peut-être aussi