Vous êtes sur la page 1sur 23

ASUHAN KEPERAWATAN

“LUKA BAKAR”

OLEH
KELOMPOK I
DALVIN
ALFONSUS KONDAT YASINTA LOWA
ELVAGIUS BEHOR RESKY AMELIA
FAILIA ASRI DAHUNG SEBINUS JALANG
IGNASIUS RUDI GANDUR YOHANES ACONG
JELSIN KINARI YOLANTUS JUNAIDI NOMPA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.

Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya.
Dari angka tersebut 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergency, dan
sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti
mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta indsutri, angka
penderita luka bakar tersebut makin meningkat.

Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik
yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentuka oleh
kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak. Selain beratnya
luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan factor yang sangat
mempengaruhi prognosis (R. Sjamsuhidajat, 2010).
1.2. Tujuan

1). Tujuan umum : Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan pada anak
dengan masalah gangguan sistem integumen (combustio).

2). Tujuan Khusus :


1). Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan luka bakar mulai
dari definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manifestasi, pemeriksaan
diagostik, dan penatalaksanaan medik
2). Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan luka
bakar dan membuat patways luka bakar
3) . Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan luka
bakar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Medis
1.1 Defenisi

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
kontak dengan sumber panas, api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat.
2001)

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka
bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.

Luka bakar menyebabkan kehilangan integritas kulit dan juga menimbulkan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentuka oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan
letak. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya
merupakan factor yang sangat mempengaruhi prognosis (R. Sjamsuhidajat, 2010).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tingi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah. (Mansjoer, Arif. 2000 : 365).

Luka bakar dapat timbul karena kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik atau
bahan kimia (Corwin, Elisabeth, J. 2000 : 5 ).

Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh berpindahnya energi dari
sumber panas ke tubuh (Efendy, Cristantik , 2000 : 5 ).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh transfer energi dan sumber panas ke
tubuh. (Bruner and Sudart, 2000 : 73 ).
1.2 Etiologi
 Dry Heat
Misalnya : jilatan api langsung seperti pada korban kebakaran dan pengeboman.
 Moist Heat
Luka bakar yang disebabkan oleh air panas
 Benda-benda panas
Misalnya : logam panas, aspal panas bisa menyebabakan luka bakar dalam
 Kimia
Banyak produk kimia yang bisa menyebabkan luka bakar apakah dengan melalui
kontak langsung maupun melalui ingesti. Tingkat keperahan luka bakar oleh
karena bahan kimia ini tergantung dari :
 Lamanya kontak
 Konsentrasi bahan kimia
 Jumlah jaringan tubuh yang terkena
 Mekanisme kerja bahan kimia tersebut
 Contoh bahan kimia yang bisa menyebabkan luka bakar ; Asam kuat
(HCL, asam Sulfur ), Basa kuat ( Sodium Hydroxide). Asam kuat
menyebabkan nekrosis koagulasi dan nyeri hebat, sedangkan basa kuat
nekrosis likuifaksi, penetrasinya dalam tetapi nyeri tidak hebat.
 Listrik
Disebabkan oleh sengatan listrik, akibatnya akan sangat serius karena
menyebabkan kerusakan / kematian pada struktur tubuh bagian dalam sampai
pada kehilangan satu atau lebih anggota gerak.
 Radiasi
Disebabkan bila terpapar dengan bahan radioaktif dalan lumlah yang banyak,
menyebabkan luka bakar yang sifatnya ringan dan jarang menyebabkan kerusakan
kulit yang parah. Derajat keparahan luka bakar akibat radiasi tergantung dari :
 Jenis radiasi
 Jarak dari sumber radiasi
 Lamanya paparan
 Dosis yang diserap
 Kedalaman penetrasi pada tubuh.

1.3. Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025m2 pada dewasa. Bila
kulit terbakar akan terjadi peningkatan permeabilitas karena rusaknya pembuluh darah
kapiler, dan area-area sekitarnya. Sehingga terjadi kebocoran cairan intrakapiler ke
intertisial sehingga menimbulkan udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Kulit terbakar juga berakibat kurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit terbakar >
20% dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala: gelisah, pucat, akral dingin,
berkeringat, nadi kecil, cepat, TD menurun, produksi urin berkurang dan setelah 8 jam
dapat terjadi pembengkakan. Saat pembuluh darah kapiler terpajan suhu tinggi, sel darah
ikut rusak sehingga berpotensi anemia. Sedangkan bila luka bakar terjadi di wajah dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena asap, gas, atau uap panas yang terhirup,
oedema laring menyebabkan hambatan jalan napas yang mengakibatkan sesak napas,
takipnea, stridor, suara parau, dan dahak bewarna gelap. Selain itu dapat juga terjadi
keracunan gas CO2, karena hemoglobin tidak mampu mengikat O2 ditandai dengan
lemas, binggung, pusing, mual, muntah dan berakibat koma bahkan meninggal dunia.
Luka bakar yang tidak steril mudah terkontaminasi dan beresiko terkena infeksi
kuman gram (+) dan (-) contohnya pseudomonas aeruginosa di tandai dengan warna hijau
pada kasa penutup luka bakar. Infeksi ysng tidak dalam (non invasif) ditandai dengan
keropeng dan nanah. Infeksi invasif ditandai dengan keropeng yang kering, dan jaringan
nekrotik.
Bila luka bakar derajat I dan II sembuh dapat meninggalkan jaringan parut.
Sedangkan pada luka bakar derajat III akan mengalami kontraktur. Pada luka bakar berat
akan dapat ditemukan ileus paralitik dan stress pada luka bakar berat ini akan mudah
mengalami tukak di mukosa lambung “tukak Curling” dan apabila ini berlanjut kan
menimbulkan ulcus akibat nekrosis mukosa lambung. Kecacatan pada luka bakar hebat
terutama pada wajah beresiko mengalami beban jiwa yang menimbulkan gangguan jiwa
yang disebut schizophrenia.
1.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang dapat dilihat berdasarkan derajat luka bakar (Mansjoer : 2000)
1. Grade I
a. Jaringan rusak hanya epidermis saja
b. Klinis ada rasa nyeri, warna kemerahan
c. Adanya hiperalgisia
d. Akan sembuh kurang lebih 7 hari
2. Grade II
a. Grade II a
1) Jaringan luka bakar sebagian dermis.
2) Klinis nyeri, warna lesi merah / kuning.
3) Klinis lanjutan terjadi bila basah
4) Tes jarum hiper aligesia, kadang normal.
5) Sumber memerlukan waktu 7 – 14 hari
b. Grade II b
1) Jaringan rusak sampai dermis dimana hanya kelenjar keringat saja yang
masih utuh.
2) Klinis nyeri, warna lesi merah / kuning.
3) Tes jarum hiper algisia .
4) Waktu sembuh kurang lebih 14 – 12 hari
5) Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada sikatrik
3. Grade III
a. Jaringan yang seluruh dermis dan epidermis.
b. Klinis mirip dengan grade II hanya kulit bewarna hitam / kecoklatan.
c. Tes jarum tidak sakit.
d. Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
e. Hasil kulit menjadi sikratrik hipertrofi
1.5. Pemeriksaan Penunjang
 Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
 Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
 GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
 Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
 Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
 Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
 Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
 Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
 BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
 Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
 EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
 Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
1.6. Penatalaksanaan
 Pemberian obat-obatan :
Pemberian obat seperti antibiotic spectrum luas bertujuan untuk mencegah infeksi
terhadap pseudomonas yang dipakai adalah golongan aminoglikosida. untuk
mengatasi nyeri diberikan opiate dalam dosis rendah melalui intravena.
 Pembedahan :
Dilakukan pada luka bakar yang luas dengan melakukan eksisi untuk merangsang
pertumbuhan jaringan baru atau juga dengan melakukan skin grafting, pada luka
bakar dengan derjat kedalaman IV dimana jaringan kulit dan penunjang
dibawahnya telah mati, maka kemungkinan dilakukan amputasi akan lebih besar.
 Resusitasi cairan  Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½  diberikan 8 jam pertama
½  diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc)  1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
 Obstruksi jalan nafas bagian atas
Observasi adanya suara serak, meningkatnya batuk dan ketidakmampuan
mengeluarkan sekret. Intubasi endotrakeal untuk profilaktik umum di lakukan.
Perawatan suportif : suction, pemberian analgetika
 Obstruksi jalan nafas bagian bawah
Tanda dan gejala antara lain : Sianosis, distress pernafasan berat, hipoksia
serebral berat.
Penatalaksanaan : Oksigenasi per intravena saat pertama kali, bronkodilator
perintravena, monitoring hasil AGD. Antibiotik digunakan jika terjadi infeksi.

1.7. Komplikasi
Komplikasi yang sering dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain:
1. Burn shock (shock hipovolemik)
Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar
luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.
2. Sepsis
Kehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah terinfeksi.
Jika infeksi ini telah menyebar ke pembuluh darah, dapat mengakibatkan sepsis.
3. Pneumonia
Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga
rongga paru terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).
4. Gagal ginjal akut
Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal.
5. Hipertensi jaringan akut
Merupakan komplikasi kuloit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang
sulit dicegah, akan tetapi bias diatasi dengan tindakan tertentu.
6. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan.
7. Dekubitus
Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang
cenderung bedrest terus.
2. Konsep Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Wawancara
Tanyakan tentang :
a. Penyebab luka bakar (kimia, termal, listrik).
b. Waktu luka bakar (penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari
waktu cidera luka bakar, bahkan dari waktu tibanya luka bakar, area
terbuka tertutup).
c. Adanya masalah – masalah medis yang menyertai.
d. Alergi (khususnya sulfa) karena banyak antimikrobial kapital mengandung
sulfa.
e. Tanggal terakhir imunisasi tetanus.
f. Obat-obatan yang digunakan bersamaan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/ Istirahat
Tanda :
1. Penurunan kekuatan, tahanan
2. Keterbatasan rentan gerak pada area yang sakit
3. Gangguan masa otot, perubahan tonus
b. Sirkulasi
Tanda (dengan cederaluka bakar lebih dari 20 % APTT)
1. Hipotensi ( shock )
2. Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera,
vasokontriksi umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (
Shock listrik)
3. Takikardi ( Shock/ ansietas/ nyeri )
4. Distritmia( Shock listrik).
5. Pembentukan edema jaringan ( semua luka bakar)
c. Integritas ego
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menari diri,
marah.
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan
d. Eliminasi
Tanda :
1. Haluaran urune menurun/ tak ada selama fase darurat, warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi miogluobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam.
2. Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan kedalam
sirkulasi)
3. Penurunan bising usus/ tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20 % sebagai stress penurunan motilitas/
peristalticgastric
e. Makanan cairan
Tanda :
1. Edema jaringan umum
2. Anoreksia, mual/ muntah
f. Neurosensori
Tanda :
1. Perubahan orientasi, afek, perilaku
2. Penurunan refleks tendon dalam( RTD) pada cedera ekstremitas
3. Aktifitas kejang ( shock listrik)
4. Laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
(shock listrik)
5. Ruptur membran timpani ( shock listrik)
6. Paralisis ( cidera listrik pada aliran ayaraf)
Gejala : area bebas, kesemutan
g. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara
ekstreme sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan
suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat dua sangat nyeri, sementara
respon pada luka bakar derajat ke dua tergantung pada keutuhan ujung
syaraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri
h. Pernafasan
Tanda :
1. Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan
dalam menelan sekresi oral, dan sianosis, indikasi inhalasi
2. Pengembangan thoraks mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada.
3. Jalan nafas atas stridor/ mengi (obstruksi sehubungan dengan laring
spasme, edemalaringeal)
4. Bunyi nafas : gemericik ( edema paru), stridor ( edema laringeal) sekret
jalan nafas dalam ( ronkhi)
Gejala : Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan
cidera inhalasi
i. Keamanan
Tanda :
1. Kulit : umum : destruksi jarngan dalam mungkin tidak terbukti selama
3-5 hari sehubungan dengan proses trombus mikrovaskuler pada
beberapa luka
2. Area kulit tak terbakar mingkin dingin atau lembab, pucat dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan adanya kehilangan cairan atau status shock
3. Cidera api : trerdapat area cidera campuran dalam, sehubungan dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar, bulu hidung
gosong, mukosa hdung dan mulut kering, merah :lepuh pada faring
posterior, edema lingkai mulut dan lingkar nasal
4. Cidera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab
5. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit semak
halus, lepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan paru tebal. Cidera secara
umum lebih dalam tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cidera
6. Cidera listrik : cidera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dan
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/ keluar( eksplosif) luka bakar dar hgerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal berhubungan dengan
pakaian terbakar.

2.2. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit.
2. Nyeri akut b/d luka bakar, kerusakan jaringan.
3. Resiko infeksi b/d cedera luka bakar.
4. Kekurangan volume cairan b/d peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d edema.

2.3. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
KH
1. Kerusakan Setelah 1. Kaji/catat 1. Memberikan informasi dasar
integritas kulit dilakukan ukuran, warna, tentang kebutuhan penanaman
(00046) tindakan kedalaman luka, kulit dan kemungkinan petunjuk
Defenisi : asuhan perhatikan tentang sirkulasi pada aera graft.
Perubahan / keperawatan jaringan 2. Menyiapkan jaringan untuk
gangguan selama 3 x nekrotik dan penanaman dan menurunkan
epidermis dan / 24 jam, kondisi sekitar resiko infeksi/kegagalan kulit.
dermis. kerusakan luka.
integritas 2. Lakukan 3. Kain nilon/membran silikon
Faktor yang kulit klien perawatan luka mengandung kolagen porcine
berhubungan : teratasi. bakar yang tepat peptida yang melekat pada
Perubahan turgor, dan tindakan permukaan luka sampai lepasnya
penurunan Kriteria hasil kontrol infeksi. atau mengelupas secara spontan
imunologis, : 3. Pertahankan kulit repitelisasi.
imobilitasi fisik. Klien penutupan luka
mampu sesuai indikasi. 4. Menurunkan pembengkakan
Batasan mempertaha /membatasi resiko pemisahan
karakteristik : nkan graft. Gerakan jaringan dibawah
Kerusakan lapisan keutuhan graft dapat mengubah posisi yang
kulit, gangguan kulit, mempengaruhi penyembuhan
permukaan kulit. menunjukka optimal.
n perilaku / 4. Tinggikan area
teknik untuk graft bila 5. Area mungkin ditutupi oleh bahan
mencegah mungkin/tepat. dengan permukaan tembus
kerusakan / Pertahankan pandang tak reaktif.
cedera kulit. posisi yang
diinginkan dan
imobilisasi area
bila 6. Kulit graft baru dan sisi donor
diindikasikan. yang sembuh memerlukan

5. Pertahankan perawatan khusus untuk

balutan diatas mempertahankan kelenturan.

area graft baru


dan/atau sisi
donor sesuai
indikasi.
6. Cuci sisi
dengan sabun
7. Graft kulit diambil dari kulit
ringan, cuci, dan
orang itu sendiri/orang lain untuk
minyaki dengan
penutupan sementara pada luka
krim, beberapa
bakar luas sampai kulit orang itu
waktu dalam
siap ditanam.
sehari, setelah
balutan dilepas
dan
penyembuhan
selesai.
7. Lakukan
program
kolaborasi :
Siapkan / bantu
prosedur
bedah/balutan
biologis.
2. Nyeri akut Setelah 1. Kaji keluhan 1. nyeri hampir selalu adapada
((00134) dilakukan nyeri, perhatikan beberapa derajat beratnya
Defenisi : tindakan lokasi/ karakter keterlibatan jaringan/ kerusakan
Pengalaman asuhan dan intensitas tetapi biasanya paling berat
sensori dan keperawatan (skala 0-10). selama penggatian balutan dan
emsional yang selama 3 x debridement.
tidak 24 jam, nyeri
menyenangkan pada klien 2. Menurunkan nyeri sekunder dari
yang muncul berkurang. 2. Ajarkan teknik peradangan.
akibat kerusakan relaksasi
jaringan yang Kriteria hasil pernapasan
aktual atau : dalam. 3. Memblok reseptor nyeri untuk
potensial atau melaporkan 3. Ajarkan teknik tidak dikirimkan ke korteks
digambarkan perasaan distraksi pada cerebri sehingga menurunkan
dalam hal nyaman, saat nyeri. persepsi nyeri.
kerusakan ekspresi 4. Menururnkan nyeri dengan
sedemikian rupa wajah dan 4. Berikan ayunan mempertahankan berat badan
(international postur di atas tempat jauh dari linen tempat tidur
association for the tubuh tidur bila terhadap luka dan menurunkan
study of pain) rileks. diperlukan. pemajanan ujung saraf pada
awitan yang tiba- aliran udara.
tiba atau lambat 5. Dapat menghilangkan nyeri.
dan intensitas
ringan hingga
berat dengan 5. Berikan obat
akhir yang dapat sesuai ind ikasi.
diantisipasi atau Misalnya,
diperdiksi dan analgetik.
berlangsung
kurang dari enam
bulan.

Faktor yang
berhubungan :
Agen-agen cedera
(mis biologis, zat
kimia, fisik,
psikologis)

Batasan
karakteristik :
 Perubahan
selera makan,
mengekspresi
kan perilaku
gelisah,
merengek,
menangis.
3. Resiko infeksi Setelah di 1. Pantau: 1. Mengidentifikasi indikasi-
(00004) lakukan Penampilan luka indikasi kemajuan atau
asuhan bakar (area luka penyimapngan dari hasil yang
Defenisi : keperawatan bakar, sisi donor diharapkan.
Mengalami selama 3 x dan status
peningkatan 24 jam, balutan di atas
resiko terserang Infeksi pada sisi tandur bial
organisme klien tidak tandur kulit
patogenik. terjadi. dilakukan)
setiap 8 jam. 2. Suhu yang meningkat merupakan
Faktor resiko: Kriteria hasil 2. Ukur TTV indicator adanya infeksi.
Pertahanan tubuh : setiap 8 jam. 3. Menghindari kontaminasi
primer yang tidak Tanda-tanda
adekuat, infeksi 3. Buat kondisi
kerusakan (tumor, balutan dalam
integritas kulit. calor, dolor, keadaan bersih
rubor, dan kering 4. Menurunkan kontak kuman ke
fungsio dalam lesi.
4. Lakukan
laesa) tidak
perawatan steril
ada, 5. Mencegah kontaminasi silang.
setiap hari
5. Tekankan
pentingnya
tehnik cuci
tangan yang
baik untuk
6. Mencegah terjadinya infeksi.
semua individu
yang datang
kontak ke
pasien.
6. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
4. Kekurangan Setelah di 1. Pantau haluaran 1. Penggantian cairan dititrasi
volume cairan lakukan urine dan berat untuk meyakinkan rata-2
(00026) asuhan jenis, observasi pengeluaran urine 30-50 cc/jam
keperawatan warna dan pada orang dewasa.
Defenisi : selama 3 x hemates sesuai
Penurunan cairan 24 jam, indikasi.
intravaskuler, terjadi 2. Kaji tanda- 2. Memberikan pedoman untuk
interstisial, peningkatan tanda vital, penggantian cairan dan mengkaji
dan/atau keseimbanga perhatikan respon kardiovaskuler
intraseluler. Ini n cairan. pengisian
mengacau pada kapiler dan 3. Stress (curling) ulkus terjadi
dehidrasi, Kriteria hasil kekuatan nadi pada setengah dan semua pasien
kehilangan cairan : perifer. pada luka bakar berat (dapat
saja tanpa Kulit lembab 3. Observasi terjadi pada awal minggu
perubahan pada dan tidak ada distensi pertama).
natrium. tanda-tanda abdomen,
dehidrasi. hematemesess,
Factor yang feses hitam, 4. Menentukan jumlah cairan yang
berhubungan : hemates akan diberikan sesuai dengan
kehilangan cairan drainase NG dan derajat dehidrasi dari individu.
aktif, kegagalan feses secara 5. Pergantian cairan tergantung
mekanisme periodik. pada berat badan pertama dan
regulasi 4. Kaji status perubahan selanjutnya.
dehidrasi. 6. Memungkinkan observasi ketat
Batasan fungsi ginjal dan menengah
karakteristik : stasis atau reflek urine, potensi
Penurunan 5. Timbang berat urine dengan produk sel jaringan
haluaran urine badan tiap hari yang rusak dapat menimbulkan
disfungsi dan infeksi ginjal.
6. Kolaborasi
kateter urine
5. Ketidakefektifan Setelah 1. Kaji dan 1. untuk mengetahui masalah
bersihan jalan dilakukan dokumentasika pernapasan klien
nafas (00031) tindakan n 2. mengukur masalah pernapasan
Definisi : asuhan frekuensi,kedal klien
Ketidakmampuan keperawatan aman,dan 3. untuk membantu pengeluaran
untukmembersihk selama 3 x upaya secret klien
an sekresi atau 24 jam, pernapasan 4. mencegah terjadinya
obstruksi dari diharapkan 2. Catat jenis dan penumpukan secret yg
saluran napas masalah jumlah secret berlebihan pda pasien
untuk ketidakefekti yg 5. memudahkan pengeluaran secret
mempertahankan fan bersihan dikumpulkan pada klien
bersihan jalan jalan nafas 3. Anjurkan 6. mengatasi masalah pernapasan
napas klien teratasi aktivitas fisik klien
dengan untuk
Factor yg Kriteria memfasilitasi
berhubungan : Hasil : pengeluaran
Edema 1. Klien secret
menunjuk 4. Singkirkan
Batasan kan atau tangani
karakteristik : frekuensi,i factor
 Suara napas rama penyebab,seper
tambahan pernapasa ti nyeri,
 Sputum dlm n yg keletihan, dan
jumlah yg adekuat secret yg kental
berlebihan 2. Klien dpt 5. Intruksikan
melakukan kepada pasien
aktivitas tentang batuk
pengeluara dan teknik
n secret napas dalam
3. Klien dpt untuk
mengeluar memudahkan
kan secret pengeluaran
sesuai secret
prosedur 6. Rundingkan
dengan ahli
terapi
pernapasan,jika
perlu

2.3 Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yg ada
2.4 Evaluasi
1. integritas kulit klien kembali normal
2. nyeri klien teratasi
3. resiko infeksi klien tdk terjadi
4. olume cairan kembali adekuat
5. bersihan jalan nafas kembali efektif
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, berdasarkan ukuran


luas luka bakar, dan berdasarkan berat ringannya. Berdasarkan penyebabnya luka bakar
terdiri dari : luka bakar yang disebabkan oleh radiasi, air panas, listrik, bahan/ zat kimia, api
dan sebagainya.
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan bebebrapa faktor antara lain
: persentase area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh, kedalaman luka bakar, umur
klien, riwayat pengobatan yang lalu, dan trauma yang menyertai atau bersamaan.
Seseorang yang menderita luka bakar akan mengalami sesuatu bentuk syok hipovolemik
yang dikenal sebagai syok luka bakar. Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikan nyata
pada tekanan hidrostatik kapiler pada jaringan yang cidera, disertai dengan peningkatan
permeabilitas kapiler. Hal ini mengakibatkan perpindahan cepat cairan plasma dari
kompartemen intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas, dalam daerah
interstisial (mengakibatkan edema) dan luka bakar itu sendiri.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca khususnya tentang keperawatan klien dengan kegawatan pada pasien luka bakar.
Daftar Pustaka

Anoname,2014,laporan pendahuluan combustion luka bakar,diakses 18 September 2014


http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-combustio-luka
bakar.html#.VBrZXsoxRtg

Anoname,2012,laporan pendahuluan luka bakar,diakses 18 September 2014


http://sonna11.blogspot.com/2012/10/laporan-pendahuluan-luka-bakar_8577.html

Anoname,2012,laporan pendahuluan luka bakar,diakses 18 September 2012


http://stikesandinipersadamamujusul-bar.blogspot.com/2012/11/laporan
pendahuluan-luka-bakar.html

Anoname,2013,laporan pendahuluan combustion atau luka


http://sehatkeperawatan.blogspot.com/2013/06/laporan-pendahuluan-combustio
atau-luka.html

Vous aimerez peut-être aussi